Anda di halaman 1dari 38

Referat

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA


DIABETES GESTASIONAL

Oleh:

Intan Eneza 2040312017

Bilqis Elfarianti 1940312166

Nyimas Dini Putri 2040312002

Preseptor:

dr. Arkademi, Sp.PD

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUD DR. M. ZEIN PAINAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Diagnosis dan Tatalaksana

Diabestes Gestasional.”

Makalah ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di

bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada dr. Arkademi, Sp.PD selaku pembimbing.

Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Padang, Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
Daftar isi iii
Daftar Singkatan iv
Daftar gambar v
Daftar tabel vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 3
2.2 Insidens 3
2.3 Patogenesis 3
2.4 Patofisiologi 7
2.5 Klasifikasi 8
2.6 Kriteria diagnosis 10
2.7 Penatalaksanaan 16
2.8 Komplikasi 24
BAB 3 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA 25
DAFTAR SINGKATAN

DMG Diabetes Melitus Gestasional

GIP Gastric Inhibitory Polipeptida

WHO World Health Organisation

PERKENI Persatuan Endokrinologi Indonesia

TTG Tes Toleransi Glukosa

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

PGDM Pemantauan glukosa darah mandiri


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lokasi penyuntikan insulin pada wanita hamil 20
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi etiologis DM 9


Tabel 2.2 Klasifikasi DM hamil menurut White (perubahan) 10
Tabel 2.3 Kriteria American College of Obstetricians and Gynecologists 14
(ACOG) 2001 untuk diagnosis Diabetes Gestasional dengan
menggunakan 100 g Glukosa per Oral
Tabel 2.4 Faktor Risiko DMG 15
Tabel 2.5 Sasaran Glukosa Darah untuk DMG dan wanita hamil dengan 16
DMT1 dan DMT2
Tabel 2.6 Asupan Kalori Harian dan Pertambahan Berat Selama Hamil 17
yang Dianjurkan pada Wanita dengan Diabetes Gestasional
dengan dan Tanpa Terapi Insulin
Tabel 2.7 Cara Pemberian Insulin Berdasarkan Kadar Glukosa Darah 19
Setelah Gagal Dengan Diet
Tabel 2.8 Malformasi Janin pada ibu dengan DMG 24
Tabel 2.9 Komplikasi Nenoatus pada janin pada ibu dengan DMG 26
BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pada wanita hamil terjadi perubahan - perubahan fisiologis yang

berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat karena adanya hormon

plasenta yang bersifat resistensi terhadap insulin, sehingga kehamilan tersebut

bersifat diabetogenik. Dengan meningkatnya umur kehamilan, berbagai faktor

dapat mengganggu keseimbangan metabolisme karbohidrat sehingga terjadi

gangguan toleransi glukosa.1

Pada diabetes dalam kehamilan ada 2 kemungkinan yang dapat dialami

seorang ibu yaitu pertama, ibu tersebut memang telah menderita diabetes

sebelum hamil,biasanya disebut diabetes dengan kehamilan atau kedua, si ibu

mengalami diabetes atau munculnya diabetes pada saat hamil, keadaan yang

kedua ini lazimnya disebut Diabetes Gestasional.2

Diabetes Pregestasional memiliki pengaruh terhadap embrio, janin,

ibu, akibat dari komplikasi diabetes itu sendiri. Untuk melakukan persalinan

normal pada diabetes pregestasional kadar glukosa darahnya harus

dikendalikan, namun yang lebih penting adalah derajat komplikasi terutama

pada jantung atau ginjal.2

Adanya suatu bentuk diabetes melitus (DM) yang hanya ditemukan

saat kehamilan dan kemudian menghilang setelah persalinan telah disinggung

oleh Duncan (dikutip oleh Adam) sejak satu abad yang lalu. Walaupun

1
demikian barulah pada tahun 1980 WHO mengakui diabetes melitus

gestasional (DMG) sebagai suatu bentuk diabetes tersendiri.3

Diabetes Melitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu

keadaan intoleransi glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi

yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat kehamilan berlangsung.3,10

Dengan definisi ini tidak lagi dipersoalkan apakah penderita mendapat

pengobatan insulin atau dengan diet saja, demikian pula apakah gangguan

toleransi glukosa kembali normal atau tidak setelah persalinan.3,4


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Diabetes melitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu keadaan

intoleransi glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi yang terjadi

atau pertama kali ditemukan pada saat kehamilan berlangsung.3,10

2.2 INSIDENS
3
Insidens DMG bervariasi antara 1,2 – 12%. Kepustakaan lain

mengatakan 1 – 14%.4,6 Di Indonesia insidens DMG berkisar 1,9 -3,6%. 5

Perbedaan insidens DMG ini terutama disebabkan oleh karena perbedaan kriteria
3,2
diagnosis materi penyaringan yang diperiksa. Di Amerika Serikat insidens kira-

kira 4%.10,8

Kejadian DMG juga sangat erat hubungannya dengan ras dan budaya

seseorang. Contoh yang khas adalah DMG pada orang kulit putih yang berasal

dari Amerika bagian barat hanya 1,5-2%, sedangkan penduduk asli Amerika yang

berasal dari barat daya Amerika mempunyai angka kejadian sampai 15%. Pada ras

Asia, Afrika–Amerika dan Spanyol insidens DMG sekitar 5-8% sedangkan pada

ras Kaukasia sekitar 1,5%.8

2.3 PATOGENESIS9

2.3.1 Metabolisme Pada Kehamilan Normal

a. Metabolisme Karbohidrat

Perubahan metabolisme yang cukup signifikan yang terjadi pada wanita

hamil salah satunya adalah penurunan resistensi insulin, hal ini telah di buktikan
oleh beberapa peneliti dimana wanita hamil mengalami angka kejadian untuk

hipoglikemia lebih rendah terhadap pemberian insulin eksogen dibanding dengan

wanita yang tidak hamil,sensitifitas insulin menurun hingga 40-70% pada

trimester ketiga, hal ini dipengaruhi oleh hormon yang diproduksi saat masa

kehamilan yaitu human placenta lactogen, progesterone, prolactin, dan cortisol.

1. Hiperinsulinemia

Peningkatan kadar insulin dalam darah diketahui meningkat pada wanita

pada masa kehamilan, mekanisme yang membuat sekresi insulin menjadi

berlebihan pada wanita hamil adalah akibat dari hipertrophy dan hiperplasia dari

sel β pankreas, hal ini akan menimbulkan efek hipereaktifitas dari sekresi insulin

2 hingga 3 kali lipat dibandingkan wanita yang tidak hamil.

2. Penurunan Kadar Glukosa Darah Puasa

Penurunan kadar gula darah puasa juga adalah hal yang biasa terjadi pada

wanita hamil, hal ini dapat dijelaskan dimana adalah akibat dari distribusi glukosa

yang meningkat, selain itu juga adalah akibat penurunan alanine, penurunan

alanine berakibat glukoneogenesis tidak dapat berlangsung dengan baik, selain itu

konsentrasi insulin yang meningkat juga memberikan pengaruh terjadinya

hipoglikemia pada wanita hamil.6

2. Metabolisme Lemak

Ada dua hal yang terjadi pada metabolisme lemak pada wanita hamil :

1. Stimulasi lipolisis dan ketogenesis yang progresif pada saat kehamilan, hal

ini disebabkan oleh hormon yang di sekresi pada masa kehamilan, seperti

contohnya human placenta lactogen (HPL) yang secara langsung

menstimulasi pelepasan free fatty acid dari jaringan adiposa. pada saat
setelah makan,kadar insulin di dalam tubuh wanita hamil meningkat,

hingga setelah 2 - 3 jam, setelah konsentrasi insulin turun, proses lipolitic

yang diperantarai oleh hormon placenta lactogen

2. Peningkatan kadar triglycerida, hal ini disebabkan oleh peningkatan FFA

dan hiperinsulinemia, yang akan menstimulus sintesis triglycerida di liver,

selain itu juga disebabkan karena peningkatan intake makanan yang akan

menyebabkan peningkatan kilomikron, faktor penyebab yang lain adalah

akibat penurunan aktifitas dari lipoprotein lipase pada jaringan lemak,

sehingga akan menurunkan clearance triglycerida dari sirkulasi

3. Metabolisme Protein

Sirkulasi dari asam amino pada wanita hamil berkurang dibandingkan wanita

normal, mekanisme yang mendasari penurunan kadar asam amino pada saat puasa

adalah akibat dari inhibisi untuk mekanismenya adalah akibat peningkatan

maternal uptake akibat respon dari postprandial hiperinsulinemia, selain itu juga

akibat perubahan disribusi volume cairan intravaskular dan interstisial akibat

kehamilan, juga akibat penggunaan asam amino oleh fetus 9.

2.3.2 Metabolisme Pada Diabetes Pregestasional

a. Insulin Resistance

Wanita muda yang menderita diabetes bisa memiliki 2 kemungkinan, yaitu

diabetes melitus tipe1 yang dikarakteristikkan dengan total insulin defisiensi dan

tipe 2 yang dikarakteristikkan dengan chronic insulin resistance disertai insulin

defisiensi relatif. Pada kondisi diabetes melitus tipe 1 dan 2 disertai kehamilan

maka hal ini akan menimbulkan dampak peningkatan glukosa,asam amino,


triglycerida, FFA, ketone dalam sirkulasi, untuk meminimalisasi hal tersebut,

maka pemberian insulin eksogen mutlak diberikan

b. Peningkatan Katabolisme Lemak

Pasien dengan DM tipe 1 rentan mengalami ketoasidosis bila lipolisis

meningkat dan tidak terkontrol, dan hal resiko ini akan meningkat akibat

kehamilan, oleh karena itu kadar gula darah pada diabetes melitus pregestasional

terutama DM tipe 1, harus selalu di kontrol. Pada pasien DM tipe 2 yang hamil

jarang masuk stage ketoacidosis, pengaturan dapat dilakukan dengan mengatur

pola diet.6

2.3.3 Metabolisme Pada Diabetes Melitus Gestasional

a. Resistensi Insulin dan Disfungsi sel β Pankreas

Pada wanita hamil, keadaan yang terjadi adalah dimana terjadi insulin

resistance, pada umumnya hal ini dapat dikompensasi dengan pengeluran insulin

yang lebih banyak, namun pada wanita hamil dengan diabetes melitus gestasional

tidak mampu untuk mengkompensasi insulin resistance. Hal ini disebabkan karena

disfungsi dari sel β pankreas, etiologi yang menjelaskan disfungsi sel β ada

beberapa, yaitu akibat sirkulasi antibodi terhadap pancreatic islet antigen, ada

teori lain yang menyebutkan bahwa gen glukokinase menyebabkan disfungsi sel β

pankreas

b. Peningkatan Katabolisme Lemak

Hal yang dikhawatirkan terjadi pada DMG adalah ketosis pada saat puasa,

pada kasus dengan pasien overweight dapat mentoleransi asupan kalori hinggal 25

kcal per kilogram berat badan, asupan yang lebih rendah dari itu akan beresiko
untuk terjadinya ketosis, oleh karena itu asupan kalori dan pengobatan insulin

harus selalu diperhatikan

2.4 PATOFISIOLOGI

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan KH yang

menunjang pemasokan makan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa

dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya

dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat

mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.

Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin. Akibat lambatnya

reabsorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut

kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga

mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut tekanan deabetogenik dalam

kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah

dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia yang menjadi

masalah ialah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin

sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes

kehamilan. Resistensi insulin juga disebabkan adanya hormon estrogen,

progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen. Kadar kortisol plasma

wanita hamil meningkat dan mencapai 3 kali dari keadaan normal hal ini

mengakibatkan kebutuhan insulin menjadi lebih tinggi, demikian juga dengan

human plasenta laktogen (HPL) yang dihasilkan oleh plasenta yang mempunyai

sifat kerja mirip pada hormon tubuh yang bersifat diabetogenik. Pembentukan

HPL meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Hormon tersebut mempengaruhi


reseptor insulin pada sel sehingga mempengaruhi afinitas insulin. Hal ini patut

diperhitungkan dalam pengendalian diabetes 3,8,12.

Mekanisme resistensi insulin pada wanita hamil normal adalah sangat

kompleks. Kitzmiller, 1980 (dikutip oleh Moore) telah mempublikasikan suatu

pengamatan menyeluruh mekanisme endokrin pada pankreas dan metabolisme

maternal selama kehamilan yakni plasenta mempunyai peranan yang khas dengan

mensintesis dan mensekresi peptida dan hormon steroid yang menurunkan

sensitivitas maternal pada insulin. Puavilai dkk (dikutip oleh Williams)

melaporkan bahwa resistensi insulin selama kehamilan terjadi karena rusaknya

reseptor insulin bagian distal yakni post reseptor. Hornes dkk (dikutip oleh

Moore) melaporkan terdapat penurunan respon Gastric Inhibitory Polipeptida

(GIP) pada tes glukosa oral dengan tes glukosa oral pada kehamilan normal

dan DMG. Mereka meyakini bahwa kerusakan respon GIP ini yang mungkin

berperanan menjadi sebab terjadinya DMG 1,3,6

Faktor-faktor di atas dan mungkin berbagai faktor lain menunjukkan

bahwa kehamilan merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan resistensi

terhadap insulin meningkat. Pada sebagian besar wanita hamil keadaan resistensi

terhadap insulin dapat diatasi dengan meninggikan kemampuan sekresi insulin

oleh sel beta. Pada sebagian kecil wanita hamil, kesanggupan sekresi insulin tidak

mencukupi untuk melawan resistensi insulin, dengan demikian terjadilah

intoleransi terhadap glukosa atau DMG. 3,8,9

2.5 KLASIFIKASI

Perkembangan ilmu kedokteran makin meningkat dalam berbagai aspek

yaitu etiologi, patogenesis diagnosis, pengobatan dan pencegahan. Sejalan dengan


perkembangan tersebut berbagai kriteria diagnosis dan klasifikasi DM

bermunculan. Oleh WHO “expert committee on diabetes mellitus” tahun 1980

telah dibuat suatu klasifikasi DM berdasarkan etiopatologi, yang kemudian

diperluas pada tahun 1985, yang kemudian dilakukan revisi yang ketiga atau yang

terakhir pada tahun 2011 oleh PERKENI 4,8

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) pada konsensus diabetes

melitus di Indonesia tahun 2011 membuat klasifikasi etiologis DM sebagai

berikut:8

Tabel 2.1 klasifikasi etiologis DM:8

Tipe 1 ● Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin


absolut
- Autoimun
- Idiopatik
Tipe 2 ● Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain ● Defek genetik fungsi sel beta
● Defek genetik kerja insulin
● Penyakit eksokrin pankreas
● Endokrinopati
● Karena obat atau zat kimia
● Infeksi
● Sebab imunologi yang jarang
● Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan
DM Diabetes Melitus Gestasional

Catatan : Diabetes melitus pada sirosis hati belum bisa di kelompokkan ke dalam
klasifikasi diatas karena mekanismenya belum dapat ditentukan
dengan pasti.
Keadaan ibu dan anak pada wanita DM hamil tergantung pada berat dan

lamanya perlangsungan penyakit.5 Priscilla White pada tahun 1959

memperkenalkan klasifikasi White yang sangat terkenal sampai saat ini. 3

Klasifikasi ini terutama menitikberatkan pada umur saat diketahuinya DM,


lamanya mengidap DM dan adanya komplikasi vaskuler khususnya retino-

renal.3,9,6

Klasifikasi ini awalnya digunakan untuk meramalkan prognosis perinatal

dan untuk menentukan penanganan obstetrinya. Karena mortalitas perinatal

menurun secara tajam pada semua klasifikasi, maka sistem ini digunakan sampai

sekarang terutama untuk menggambarkan dan membandingkan populasi DM

hamil.5,6

Klasifikasi White menekankan bahwa kerusakan target organ khususnya

mata, ginjal, jantung mempunyai akibat yang sangat berarti pada anak. Klasifikasi

DMG yang direkomendasikan oleh “American College of Obstetricians and

Gynecologists” pada tahun 1994 adalah klasifikasi sebagai berikut :16

Tabel 2.2 Klasifikasi DM hamil menurut White (perubahan) 3,9,16


Class Onset Fasting 2-hour Therapy
Plasma postprandial
Glucose Glucose
A1 Gestational < 105 mg/dL < 120 mg/dL Diet
A2 Gestational > 105 mg/dL > 120 mg/dL Insullin
Class Age of Onset Duration (yr) Vascular Disease Therapy
(yr)
B Over 20 < 10 None Insulin
C 10 - 19 10 -19 None Insulin
D Before 10 > 20 Benign Insulin
F Any Any Retinopathy Insulin
R Any Any Nephropathy* Insulin
Proliperative
H Any Any retinopathy Insulin
Heart

2.6 KRITERIA DIAGNOSIS

2.6.1 Diagnosa Diabetes Pregestasional

Secara klinis diagnosis DM dapat dilakukan oleh adanya gejala yang khas,

yaitu : polidipsi, poliuri, berat badan turun tanpa sebab yang jelas. Dengan adanya
hiperglikemia pada satu kali pemeriksaan glukosa plasma sewaktu sesuai dengan

“study group” WHO 1985. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) diperlukan apabila

glukosa sewaktu tidak jelas menunjukkan diagnosis DM.13,8

Menurut ADA 2011 Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita

diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik

DM seperti di bawah ini :

- Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

- Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Kriteria Diagnosis DM :

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L)

Atau

2. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (7 mmol/L)

(puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam)

Atau

3. Kadar glukosa plasma2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO

yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang

setara dengan 75 g glukosa yang dilarutkan ke dalam air 8.

2.6.2 Skrining Diabetes Gestasional 3

Fourth International Workshop-conference on Gestational Diabetes

Melitus, merekomendasikan skrining untuk mendeteksi diabetes melitus

gestasional dengan faktor risiko sebagai berikut :

 Risiko rendah :
Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :

o Angka kejadian diabetes gestasional pada daerah tersebut rendah

o Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat

o Usia <25 tahun

o Berat badan normal sebelum hamil

o Tidak memiliki riwayat metabolisme glukosa terganggu

o Tidak ada riwayat obstetrik terganggu sebelumnya

 Risiko sedang :

o Wanita dengan ras Hispanik, Afrika, Amerika Utara, Asia Timur, dan Asia

Selatan perlu dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24-28

 Risiko tinggi :

o Wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, mengalami

glukosuria (air seni mengandung glukosa) perlu dilakukan tes gula darah

secepatnya.

Bila diabetes melitus gestasional tidak terdiagnosis, maka pemeriksaan

gula darah diulang pada minggu 24-28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien

mendapat gejala yang menandakan keadaan hiperglikemia (kadar gula dalam

darah berlebihan).

Ada 2 cara yang biasa dipergunakan :

1. Cara WHO 3,8

Penyaringan menurut WHO sama dengan populasi bukan wanita hamil.

Dalam keadaan berpuasa pada pagi hari, diambil contoh darah kemudian

diberikan beban glukosa 75 gram. Contoh darah berikutnya diperiksa dua jam
setelah beban glukosa. Kriteria diagnosis yaitu ≥ 126 mg% atau/dan dua jam ≥

200 mg%. Yang mempunyai kadar glukosa darah puasa antara 110-126 mg% dan

dua jam antara 140-200 mg% disebut toleransi glukosa terganggu. Khusus untuk

wanita hamil yang tergolong toleransi glukosa terganggu pun harus dikelola

sebagai DM.

2. Cara O’Sullivan- Mahan 9, 3

- Tes Toleransi Glukosa (TTG)

Cara O’Sullivan-Mahan terdiri atas dua tahap yaitu TTG dan TTGO. Semua

wanita hamil yang datang untuk penyaringan baik dalam keadaan puasa atau tidak

diberikan beban glukosa 50 gram yang dilarutkan dalam 200 ml air dan segera

diminum. Satu jam kemudian diambil contoh darah plasma vena untuk periksa

kadar glukosa darah. Apabila kadar glukosa plasma vena;

 < 140 mg% maka tes dinyatakan negatif

 ≥ 140 mg% maka tes dinyatakan positif (catatan: ada yang

menganggap pada keadaan puasa ≥ 130 mg%, keadaan tidak puasa ≥

140 mg%)

 ≥ 200 mg% maka tidak perlu lagi melakukan TTGO, tetapi langsung

dianggap DMG dan segera mendapat pengobatan.

- Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 3, 8, 9

Persiapan untuk melakukan tes toleransi glukosa sama dengan persiapan

pada TTGO pada umumnya. Pasien harus makan yang mengandung cukup

karbohidrat beberapa hari sebelumnya. Semalam sebelumnya harus berpuasa

selama 8-12 jam. Tes dilakukan pada pagi hari dalam keadaan puasa. Diambil
contoh darah kemudian diberikan minnum glukosa 100 gram yang dilarutkan

dalam 200 ml air. Pengambilan contoh darah berikutnya dilakukan pada satu, dua

dan tiga jam setelah pemberian. Kadar normal adalah puasa < 105 mg%, satu jam

< 190 mg%, dua jam < 165 mg% dan tiga jam 145 mg%. Disebut DMG apabila

sedikitnya ditemukan dua angka yang abnormal.

Tabel 2.3 Kriteria American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)


2001 untuk diagnosis Diabetes Gestasional dengan menggunakan 100 g Glukosa
per Oral.9
Glukosa plasma (mg/dl)

National Diabetes Carpenter dan Coustan


Waktu Data Group
pengukuran Conversion
Puasa 105 95
1 jam 190 180
2 jam 165 155
3 jam 145 140

2.6.2.1 Materi Skrining

Sejak lama terdapat pertentangan apakah semua wanita hamil harus di

lakukan penyaringan DMG atau cukupkah penyaringan hanya pada mereka yang

dianggap kelompok risiko tinggi saja Skrining pada semua wanita hamil

merupakan cara yang paling ideal, namun kita perlu mengakui cara ini

membutuhkan biaya yang cukup tinggi.2,3

Sebaliknya jika penyaringan hanya pada mereka yang dianggap risiko

tinggi ternyata sebagian wanita DMG tidak akan ikut terjaring. Adam melaporkan

hasil penyaringan di Ujung Pandang pada dua periode yang berbeda dan

mendapatkan insiden DMG lebih tinggi pada kelompok risiko tinggi. Dari 42

wanita DMG yang ditemukan pada penyaringan periode kedua ternyata 29 wanita
hamil termasuk risiko tinggi dan 13 sisanya tidak tergolong risiko tinggi. Dengan

kata lain apabila penyaringan hanya dilakukan pada wanita yang tergolong risiko

tinggi, 31% penderita tidak terjaring. Oleh karena itu hampir semua sepakat

bahwa penyaringan untuk DMG harus dilakukan pada semua wanita hamil.2

Tabel 2.4 Faktor Risiko DMG


Faktor Risiko DMG 3
Riwayat obsetri beresiko
Beberapa kali keguguran
Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas
Riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan
Pernah melahirkan bayi ≥ 4000 gram
Pernah keracunan kehamilan
Polihidramnion

Riwayat ibu yang mencurigakan


Umur ibu hamil > 30 tahun
Riwayat DM dalam keluarga
Pernah DMG pada kehamilan sebelumnya
Obesitas
Berat badan ibu waktu lahir > 5 kg
Infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil

2.6.2.2 Waktu Skrining

Penyaringan DMG yang dilakukan pada umur kehamilan muda akan

memberikan hasil tes negatif yang terlalu tinggi, sebaliknya pada kehamilan yang

terlalu tua mengakibatkan keterlambatan pengobatan pada mereka yang DMG.

Beberapa peneliti menganjurkan penyaringan sebaiknya dimulai pada umur

kehamilan 24 – 28 minggu. Pada mereka yang mempunyai faktor risiko yang

sangat mencurigakan sebaiknya penyaringan dilakukan pada pertemuan pertama

dan diulang kembali pada minggu gestasi ke- 24-28 apabila hasil tes negatif.

Konsensus PERKENI menganjurkan penyaringan dilakukan sejak pertemuan

pertama dengan setiap pasien hamil.3,8


2.7 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara terpadu antara seorang

ahli penyakit dalam, ahli obstetri, ahli gizi dan dokter spesialis anak. Tujuan

pengobatan adalah untuk menurunkan angka kesakitan maternal, kesakitan dan

kematian perinatal dan hanya dapat tercapai apabila keadaan normoglikemia

dicapai dan dipertahankan selama kehamilan sampai persalinan.8,13

Sasaran normoglikemia pada DMG adalah kadar glukosa plasma vena

puasa < 95 mg/dL, satu jam sesudah makan < 140 mg/dL, dua jam sesudah makan

< 120 mg/dL. Untuk mencapainya dapat dilakukan dengan : 13

 Pengaturan diet yang sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh ahli gizi.

 Memantau glukosa darah sendiri di rumah dan edukasi

 Pemberian insulin bila belum tercapai normoglikemia dengan diet

Tabel 2.5 Sasaran Glukosa Darah untuk DMG dan wanita hamil dengan DMT1
dan DMT213
Waktu Pemeriksaan Sasaran Glukosa Darah
DM Gestasional Puasa < 95 mg/dL
1 jam setelah makan <140 mg/dL
2 jam setelah makan <120 mg/dL
DMT 1 dan DMT 2 Sebelum makan, Waktu 60-99 mg/dL
tidur, dan sepanjang
malam (overnight
glucuse)
Puncak setelah makan 100-129 mg/dL
antara (peak post prandial
glucose)
A1C (dengan catatan < 6 %
tidak terjadi hipoglikemi)

a. Pengaturan Diet 8,13

Tujuan dari pengaturan diet pada ibu dengan DM gestasional adalah :

1. untuk memberikan zat gizi yang diperlukan bagi ibu dan janinnya
2. untuk mengendalikan kadar glukosa

3. mencegah ketosis akibat kelaparan

Tabel 2.6 Asupan Kalori Harian dan Pertambahan Berat Selama Hamil yang
Dianjurkan pada Wanita dengan Diabetes Gestasional dengan dan Tanpa Terapi
Insulin
Berat saat ini dalam Asupan Pertambahan berat
kaitannya dengan berat Kalori yang dianjurkan selama
tubuh ideal Harian kehamilan
(kkal/Kg) (pon)
< 80 – 90 % 36 – 40 28 – 40
80 – 120 % (ideal) 30 25 – 35
120 – 150 % 24 15 – 25
>150 % 12 – 18 15 - 25

Perlu selalu diingat bahwa menyusun diet pada DMG tidak semata-mata

untuk mencapai normoglikemia, tetapi pengaturan diet baik jumlah kalori maupun

komposisi makanan harus diperhitungkan untuk pertumbuhan janin agar

menghasilkan bayi yang sehat.

1. Jumlah kalori dan komposisi makanan

Jumlah kalori yang dibutuhkan antara 30-35 kcal/kg berat badan ideal

yang diperhitungkan dengan menggunakan indeks Broca (1800 – 2500

kcal/hari). Jumlah kalori ini terdiri atas 60-70% hidrat arang, 10-15%

protein dan sisanya lemak 20-25%. Jumlah kalori tersebut diberikan dalam

enam kali makan.

2. Pemantauan kadar gula darah

Di klinik yang maju, semua pasien DMG diberi edukasi untuk memantau

glukosa darah sendiri dirumah. Pemantauan glukosa darah mandiri

(PGDM) memberikan hasil lebih baik. PGDM dianjurkan bagi pasien

dengan pengobatan insulin atau pemicu sekresi insulin. Hal ini


mempermudah mencapai normoglikemia dan bagi mereka yang mendapat

tambahan insulin akan memberikan keuntungan untuk mencegah reaksi

hipoglikemia berat. Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi tergantung pada

terapi. Waktu dapat digunakan untuk pemantauan adalah saat sebelum

makan dan waktu tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia), 2 jam setelah

makan (menilai kenaikan maksimal glukosa selama sehari), diantara siklus

tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa

gejala). Disamping itu dilakukan juga pemeriksaan HbA1c secara berkala

setiap 8 - 12 minggu untuk menilai efek terapi sebelumnya. Kriteria

pengendalian DM baik bila HbA1c < 6,5%, sedang bila 6,5 – 8% dan

buruk bila > 8%. Pemeriksaan dianjurkan sedikitnya 2 kali setahun

b. Olah Raga

Pasien bebas melakukan program olahraga apapun. suatu program yang

berguna untuk memperbaiki kontrol glikemi apabila dibandingkan dengan diet

saja. olahraga yang sesuai adalah olahraga yang menggunakan otot tubuh bagian

atas sehingga tidak menimbulkan stres mekanik. Dianjurkan untuk latihan ringan

teratur 1/1,5 jam setelah makan, termasuk penderita yang dirawat dirumah sakit

(bed exercise).3,5

c. Insulin

Peningkatan Human Placenta Lactogen dan Maternal Cortisol akan

meningkatkan kebutuhan insulin, kebutuhan insulin pada masa sebelum konsepsi

0,8 unit/ KGBB ibu. Pada trimester pertama kebutuhannya 0,7 unit/KGBB. Pada

trimester ke dua 0,8 unit/KGBB. Menjelang masa kelahiran kebutuhan menjadi

0,9 – 1 unit/KGBB.6
Jika dengan pengaturan makan selama dua minggu tidak mencapai sasaran

normoglikemia maka insulin harus segera dimulai. Pasien DMG yang ditemukan

setelah umur kehamilan 28 minggu dengan kadar glukosa darah puasa. > 130

mg/dL dianjurkan agar segera dimulai dengan insulin oleh karena pengobatan

setelah 30 minggu sulit untuk mencegah hiperplasia sel beta dan hiperinsulinemia

janin.

Umumnya insulin dimulai dengan dosis kecil, dan meningkat dengan

meningkatnya usia kehamilan. Insulin yang dipakai adalah human insulin. DMG

dengan hiperglikemia hanya pada pagi hari, cukup diberikan suntikan insulin kerja

menengah sebelum tidur malam. Pasien dengan hiperglikemia pada keadaan puasa

maupun sesudah makan diberikan insulin kombinasi kerja menengah dan kerja

cepat, pagi dan sore hari. Dosis insulin diperkirakan antara 0,5-1 U/kg berat

Badan, 2/3 diberikan pagi hari dan 1/3 pada malam hari. Hanya pada keadaan

tertentu dimana belum terkendali dengan pemberian 2 kali perlu diberikan 4 kali

sehari yaitu 3 kali insulin kerja cepat ½ jam sebelum makan dan insulin kerja

menengah pada malam hari sebelum tidur.6

Tabel 2.7 Cara Pemberian Insulin Berdasarkan Kadar Glukosa Darah Setelah
Gagal Dengan Diet.6
Kadar glukosa darah Pemberian insulin

7.00 13.00 19.00 22.00


GDP tinggi, 2 jam sesudah makan - - - M
normal

GDP dan 2 jam sesudah makan


tinggi C–M - C–M -
atau
C C C M
Catatan : C : Insulin kerja cepat
M : Insulin kerja menengah
Kombinasi insulin kerja cepat dan menengah biasanya diberikan 2/3
dosis pagi dan 1/3 dosis sore hari

Gambar 2.1 Lokasi penyuntikan insulin pada wanita hamil

c. OHO8

Pemberian OHO tidak dianjurkan pada wanita hamil oleh American

Diabetes Association karena dapat menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.

Namun pada keadaan tertentu dapat digunakan OHO yang masih dapat ditoleransi

oleh wanita hamil dengan diabetes melitus yaitu Metformin (tablet 500 mg),

dimulai dari 250 mg untuk hari pertama, setiap 3 hari naik 250 mg hingga

memenuhi target glikemik untuk DMG, jika sudah mencapai dosis 750 mg namun

target belum tercapai maka ditambahkan Glyburide (tablet 5 mg) dimulai dengan

dosis 2,5 mg dan tambah 2,5 mg setiap hari dengan dosis maksimal 10 mg. OHO

lain yang dapat digunakan dan aman untuk DMG adahal Acarbose dan Incretine.

Dikatakan terapi gagal jika sudah mencapai dosis OHO maksimal namun belum

mencapai target 7.
d. PENANGANAN OBSTETRI 3

Pada fase prakonsepsi, untuk mencegah kematian janin dini serta

malformasi kongenital dianjurkan untuk melakukan pengobatan diabetes serta

edukasi bagi pasien yang optimal. Kadar glukosa yang diharapkan GDP 70 – 100

mg/dL, kadar GD2PP 100 – 120 mg/dL, dan kadar HbA1C > 10 sangat beresiko

terjadi malformasi janin.

Pada trimester pertama sebaiknya penderita rawat inap agar program

pengendalian glukosa dapat berjalan dengan baik, selain itu juga dapat memberi

kesempatan bagi dokter untuk memberi edukasi yang optimal untuk penderita.

Pengendalian glukosa darah dengan menggunakan insulin dan penyesuaian

asupan makanan. OHO tidak boleh digunakan karena dapat menyebabkan

hiperinsulinemia pada janin.

Pada trimester kedua konsentrasi Alfa Fetoprotein ibu meningkat, pada

usia gestasi 18 – 20 minggu, konsentrasi Alfa Fetoprotein dapat digunakan untuk

mendeteksi adanya defek medula spinalis dan anomali yang lain. Pada penderita

diabetes gestasional kadar Alfa Fetoprotein biasanya lebih rendah.

Untuk trimester ketiga, biasanya dianjurkan pemeriksaan mingguan untuk

memantau kadar glukosa darah dan mengevaluasi adanya pre eklamsia.

Pemeriksaan USG serial dengan interval 3 – 4 minggu dapat memantau

pertumbuhan janin yang berlebihan atau terhambat serta volume cairan amnion.

Rawat inap sangat dianjurkan bagi ibu dengan diabetes yang tidak terkendali dan

memiliki hipertensi. Pada kelompok ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol dan

menolak untuk dirawat inap, angka kematian perinatal nya meningkat 2 kali lipat
Tujuan penanganan obstetri ibu Diabetes Gestasional (DMG) pada

trimester tiga kehamilan adalah untuk mencegah terjadinya Kelainan Janin Dalam

Rahim (KJDR) dan asfiksia dan juga meminimalkan morbiditas maternal yang

berhubungan dengan persalinan.

Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan :

 Pengukuran tinggi fundus uteri.

 Mendengarkan denyut jantung janin secara khusus memakai ultrasonografi

(USG) dan kardiotopografis (KTG).

 Penilaian menyeluruh janin dilakukan dengan skor fungsi dinamik janin

plasenta (FDJP). Skor < 5 merupakan tanda gawat janin. Penilaian ini

dilakukan setiap minggu sejak umur kehamilan 36 minggu. Adanya

makrosomia, pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan

indikasi untuk malakukan persalinan secara seksio sesarea.

 Pada saat seksio sesarea, penatalaksanaan ibu DMG dikerjakan seperti yang

lazim pada pasien DM dengan pembedahan

 Janin yang sehat (skor FDJP > 6 ) dapat dilahirkan pada umur kehamilan 38

minggu dengan persalinan biasa. Memperpanjang umur kehamilan akan

meningkatkan insiden fetal makrosomia dan seksio sesarea sehingga

dianjurkan persalinan pada umur kehamilan 38 minggu. Ibu hamil DMG tidak

perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu

diperhatikan gerak janin (normal > 12 kali/12 jam).

 Bayi dari ibu yang DMG memerlukan perawatan khusus.


 Bila diperlukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis dahulu

untuk memastikan kematangan paru janin (bila umur kehamilan < 38

minggu).

 Kehamilan dengan DMG yang berkomplikasi (hipertensi, preeklampsia,

kelainan vaskuler infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis, moniliasis) harus

dirawat sejak umur kehamilan 34 minggu. Pasien DMG yang berkomplikasi

biasanya memerlukan insulin. Umumnya kadar gula darahnya mudah

terkendali, kecuali jika ada komplikasi.

e. PENANGANAN BAYI DARI IBU DMG3

Bayi dari ibu DMG harus dikelola sejak lahir dan dicegah terjadinya

hipoglikemia ditambah dengan pemeriksaan laboratorium yang penting untuk

menegakkan diagnosis adanya kelainan pada bayi tersebut, yaitu :

 Kadar glukosa serum tali pusat selanjutnya ketika bayi berumur

1,2,4,8,12,24,36 dan 48 jam. Apabila kadar glukosa darah dengan reflectance

meter < 45 mg/dl, harus diperiksa kadar glukosa serum.

 Kadar kalsium dan magnesium harus diperiksa pada umur 6, 12, 24, dan 48

jam.

 Hematokrit harus diperiksa dari tali pusat dan selanjutnya pada umur 4 dan 24

jam.

 Kadar serum bilirubin harus diperiksa bila bayi tampak kuning.

Kemungkinan – kemungkinan yang dapat terjadi pada janin dan bayi dari

ibu diabetes, yaitu: makrosomia, kematian janin, trauma lahir dan asfiksia

neonatal, penyakit membrana hialin, kelainan bawaan, hipoglikemia,


hopokalsemia dan hipomagnesemia, hiperbilirubinemia, polisitemia trombosis

vena renalis.

2.8 KOMPLIKASI

1. DIABETES MELITUS GESTASIONAL PADA IBU DAN BAYI

A. Komplikasi Diabetes Gestasional Terhadap Bayi

Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes melitus gestasional dapat

melahirkan bayi sehat. Akan tetapi, diabetes gestasional yang tidak dimonitor

dengan baik dapat mengakibatkan kadar gula darah yang tidak terkontrol yang

dapat menyebabkan masalah kesehatan pada sang ibu dan bayi, termasuk

kemungkinan untuk melahirkan dengan cara operasi caesar. Berikut adalah

beberapa risiko yang dapat terjadi akibat diabetes gestasional 3,9 :

1. Awal Kehamilan atau Embriogenesis 9

Tabel 2.8 Malformasi Janin pada ibu dengan DMG


Tipe dan Minggu Terjadinya Malformasi Janin pada Ibu
dengan Diabetes Melitus Gestasional
Macam Anomali Waktu Terjadinya
Kelainan
(Dalam minggu
postkonsepsi)
Skeletal
Caudal Regretion 3
Spina Bifida 6
Neural
Anenchephaly 4
Myelocele 4
Hydrocephalus 5
Cardiovascular
Dectrocardia 4
Conus Anteriosus Defect 5
Ventricular Septal Defect 6
Renal
Renal 6
agenesis/hypoplasia
2. Bayi lahir dengan berat berlebih

Pada awal kehamilan, glukosa menembus plasenta mencapai fetus secara

difusi, sedangkan asam amino berdifusi secara aktif. Fetus normal merupakan

penerima pasif glukosa pada ibu, pada ibu yang gula darahnya tidak terkontrol

dengan baik akan menyebabkan sejumlah besar glukosa dari ibu menembus

plasenta, menuju janin, sehingga terjadi hiperglikemia pada janin, sel beta

pankreas pada janin akan menyesuaikan diri terhadap tingginya kadar glukosa

ini, sehingga akan menimbulkan hiperinsulinemia fetal yang sebanding terhadap

glukosa darah ibu, yang akhirnya akan merangsang pertumbuhan somatik yang

berlebihan dan penimbunan lemak.

Banyak bukti menyebutkan bahwa insulin dan insulin like growth factor I

dan II berperan dalam mengatur pertumbuhan janin, faktor - faktor pertumbuhan

ini yang secara struktural adalah polipeptida mirip pro insulin diproduksi oleh

hampir semua organ janin, dan merupakan perangsang kuat deferensiasi dan

pembelahan sel. 2,3

3. Lahir prematur dan sindrom sulit bernafas (Respiratory

Distress Syndrome)

Ibu dengan kadar gula darah yang tinggi dapat meningkatkan risiko untuk

melahirkan sebelum waktunya. Atau dapat juga dokter yang menyarankan

demikian, karena bayinya tumbuh terlalu besar. Bayi yang dilahirkan sebelum

waktunya dapat mengalami Respiratory Distress Syndrome, hal ini dikarenakan

hiper insulinemia akan menghambat proses pematangan paru, karena

menurunnya produksi surfaktan yang bertanggung jawab dalam pengembangan


paru pada saat lahir. Bayi yang mengalami sindrom tersebut memerlukan bantuan

pernafasan hingga paru-parunya mengembang sempurna. 2,3

4. Kadar gula darah rendah (hipoglikemia)

Terkadang, bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional mempunyai

kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia) setelah dilahirkan, karena kadar

insulin dalam tubuhnya yang tinggi. Hipoglikemia berat yang dialami oleh bayi

dapat mengakibatkan kejang pada bayi. Pemberian nutrisi secara cepat dan

terkadang juga dengan pemberian cairan glukosa secara intrevena dapat

mengembalikan kadar gula darah bayi kembali ke normal.3

Tabel 2.9 Komplikasi Nenoatus pada janin pada ibu dengan DMG9
Komplikasi
Makrosomia
Hipoglikemia
Hipirbilirubinemia
Hipokalsemia
Polisitemia
Trombositopenia
Hyaline Membrane Disease
Kelainan Mayor

Komplikasi Diabetes Melitus Gestasional Terhadap Sang Ibu 3,9

1. Tekanan Darah Tinggi, Preeklampsia, Dan Eklampsia

Diabetes melitus gestasional akan meningkatkan risiko ibu untuk

mengalami tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan

meningkatkan risiko ibu untuk terkena preeklampsia dan eklampsia, yaitu 2 buah

komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah dan

gejala lain, yang dapat membahayakan nyawa ibu maupun anak.


2. Diabetes Di Kemudian Hari

Lebih dari separuh dari wanita yang menderita diabetes melitus

gestasional, maka kemungkinan besar akan mengalami kembali pada kehamilan

berikutnya. Selain itu, ibu juga berisiko untuk menderita diabetes tipe 2 di

kemudian hari dan anak-anak mereka rentan mengalami diabetes dan kegemukan

di kemudian hari. Akan tetapi dengan mengatur gaya hidup seperti makan

makanan yang bernutrisi dan berolahraga dapat mengurangi risiko terkena

diabetes tipe 2 nantinya.

Untuk mencegah komplikasi pada ibu seperti diatas harus dilakukan

perubahan gaya hidup, yaitu yang pertaama dengan pengaturan berat badan, diet,

dan latihan. Wajib melakukan pemeriksaan glukosa darah puasa dan glukosa

darah 2 jam post prandial secara rutin 18.

2. DIABETES MELITUS PREGESTASIONAL PADA IBU DAN BAYI 3,9

Komplikasi Pada Janin Dan Neonatus

1. Abortus

Abortus spontan disebabkan oleh kontrol glikemik yang buruk selama

trimester pertama, hanya wanita dengan DM tipe 1 dan konsentrasi hba1c lebih

dr 12% atau konsentrasi glukosa postprandial diatas 140 mg/dl yang

memperlihatkan peningkatan resiko mengalami abortus

2. Malformasi

Malformasi berat adalah akibat dari kurang terkontrolnya diabetes baik

sebelum konsepsi maupun selama awal kehamilan, hal ini dipengaruhi dengan

tingginya kadar hemoglobin terglikosilasi dan vaskulopati diabetes serta durasi

penyakit yang lebih dari 10 tahun, peneliti mengamati bahwa wanita yang
pengendalian glukosa perikonsepsinya optimal memiliki angka kejadian

malformasi sebesar 5% dibandingkan dengan 9% pada kelompok yang tidak

terkontrol

3. Hidramnion

Penyebab hidramnion masih belum jelas, kemungkinan akibat dari

peningkatan konsentrasi glukosa dalam cairan amnion karena ditemukan adanya

indeks cairan amnion yang sejajar dengan kadar glukosa cairan amnion.

4. Hipoglikemia

Penurunan cepat konsentrasi glukosa plasma setelah lahir adalah khas pada

bayi dari ibu diabetik. Hal ini diperkirakan oleh hiperplasia sel-sel islet beta janin

yang dipicu oleh hiperglikemik kronik pada ibu. pengenalan dini dan pengobatan

bayi hipoglikemia akan mengurangi squele.

5. Hipokalsemia (Ca)

Didefinisikan sebagai kadar kalsium (Ca) serum kurang dari 7 mg/dl,

adalah gangguan metabolik utama pada bayi dari ibu diabetes. penyebabnya

belum diketahui pasti. Namun ada teori yang diajukan, antara lain adalah

perebahan keseimbangan Mg, Al yang khas bagi kehamilan dengan diabetes,

asfiksia dan kelahiran preterm 2,3

PEMANTAUAN LANJUT

The Fourth Workshop-Conference menyarankan agar semua wanita DMG

melakukan tes toleransi glukosa oral 75 gram 4-6 minggu setelah persalinan dan

selanjutnya setiap 6 bulan sekali. Saran dilakukannya follow-up postpartum

karena 50% penderita DMG akan berkembang menjadi DM tipe 2 dalam 5 -20

tahun. Penderita diabetes dapat mengalami berbagai komplikasi yang diakibatkan


oleh tingginya glukosa darah, salah satunya adalah komplikasi vaskular, oleh

karena itu penggunaan kontrasepsi oral estrogen pada wanita dengan diabetes

harus diperhatikan efek sampingnya, karena estrogen dapat meningkatkan resiko

terjadinya tromboembolisme, stroke, dan infark miokard. Menurut American

College of Obstretician and Gynecologists (ACOG) menyarankan pemakaian

kontrasepsi oral diberikan dengan dosis serendah mungkin dan sebaiknya hanya

diberikan pada wanita yang tidak mengalami vaskulopati dan tidak mempunyai

komplikasi penyakit jantung. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim juga

dihindari karena dapat meningkatkan resiko Pelvic Inflammatory Disease (PID).

Karena berbagai alasan tersebut maka solusi untuk penggunaan alat kontrasepsi

dengan diabetes adalah dengan sterilisasi. 2,3


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu keadaan intoleransi

glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi yang terjadi

atau pertama kali ditemukan pada saat kehamilan berlangsung.

2. Pada diabetes dalam kehamilan ada 2 kemungkinan yang dapat dialami

seorang ibu yaitu pertama, ibu tersebut memang telah menderita

diabetes sebelum hamil,biasanya disebut diabetes dengan kehamilan

atau kedua, si ibu mengalami diabetes atau munculnya diabetes pada

saat hamil, keadaan yang kedua ini lazimnya disebut Diabetes

Gestasional.

3. Penatalaksanaan diabetes melitud dalam kehamilan meliputi

pengsturan pola diet, olahraga, dan medikamentosa.


DAFTAR PUSTAKA

1. Soegondo, Sidartawan. Soewondo, Pradana. Subekti, Imam. 1995.


Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan kelima, 2005.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
2. Suyono, Slamet. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. JilidIII, Ed.IV. 2006. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Fauci, Anthony S. Braunwald, Eugene. Kasper, Dennis L. Hauser, Stephen
L.Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th Edition. The McGraw-
HillCompanies. 2008.
4. Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakrta: IPD FKUI. 2006.
5. Silabernagi, Stefan. Florian Lang. Penyebab Diabetes Melitus. Teks &
Atlas Berwarna Patofisiologi. 2002. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
6. Hiswani. Peranan Gizi Dalam Diabetes Mellitus.2009
7. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 :
PERKENI 2011
8. Boon, Nicholas A. Walker, Brian. Davidson’s Principles and Practice
of Medicine. 20th Edition. Elsevier. 2006.
9. Price, Sylvia Anderson. Wilson, Lorraine McCarty. Patofisologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2005
10. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe
2 di Indonesia. 2006. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia. Jakarta. 2006
11. Waspadji S. Komplikasi Kronik Diabetes : Mekanise Terjadinya,
Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi III. Departemen Ilmu Panyakit Dalam FKUI; 2006; hal. 1920
12. Gustavani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi III. Departemen Ilmu Panyakit Dalam FKUI; 2006;
hal. 1873
13. Price, Sylvia Aderson. Pankreas: Metabolisme glukosa dan diabetes
mellitus. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses/ Sylvia Anderson
price, Lorraine Mc Carty Wilson; alih bahasa, Brahm U.
Pendit[et.al.]editor bahasa Indonesia. Jakarta;2005; hal.1259

Anda mungkin juga menyukai