Anda di halaman 1dari 113

Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014 ISSN : 2086-9703

JURNAL KEPERAWATAN
• Hubungan Karakteristik Responden Dan Switching Barrier Dengan Repurchase Intention Diruang
Rawat Inap Rsud Kota Tpi
• Pengaruh Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap Motivasi Belajar
Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015
• Pemberian Teknik Mulligan Dan Soft Tissue Mobilization Lebih Baik Daripada Hanya Soft Tissue
Mobilization Dalam Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Ekstensi, Rotasi, Lateral Fleksi Cervical
Pada Mechanical Neck Pain
• Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi
Menarche Pada Siswi SDN 011 Kelas V dan VI Tanjungpinang Barat
• Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang
• Pengaruh Air Rebusan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Tahun 2014
• Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang

Penerbit:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2014

PENELITIAN HAL

Hubungan Karakteristik Responden Dan Switching Barrier Dengan Repurchase 408 -


Intention Diruang Rawat Inap Rsud Kota Tpi
(Liza Wati, Ernawati, Meily Nirna Sari)

Pengaruh Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap 404-418


Motivasi Belajar Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015
(Nur Meity Sulistia Ayu)

Pemberian Teknik Mulligan Dan Soft Tissue Mobilization Lebih Baik Daripada 419-436
Hanya Soft Tissue Mobilization Dalam Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi
Ekstensi, Rotasi, Lateral Fleksi Cervical Pada Mechanical Neck Pain
(Sudaryanto)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan 437-449


Menghadapi Menarche Pada Siswi SDN 011 Kelas V dan VI Tanjungpinang Barat
(Wasis Pujiati, Ernawati, Daratullaila)

Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada 450-466
Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang
(Zurrahman, Lidia Wati, Komala Sari)

Pengaruh Air Rebusan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada 467-478
Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang
Tahun 2014
(Urai Muhamad Bawadi, Soni Hendra Sitindaon, Komalasari)

Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita 479-488
Hipertensi Di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang
(Ivana Arleni, Nur Meity, Zakiah Rahman)
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli

Penanggung Jawab :
Heri Priatna

Penasehat :
Nur meity Sulistia Ayu

Penyunting :

Ketua :
Ernawati

Sekretaris :
Rian Yuliana

Bendahara :
Ria Muazizah

Penyunting Pelaksana :
Wasis Pujiati
Liza Wati
Yusnaini Siagian
Hotmaria Julia Dolok Pasaribu
Linda Widiastuti

Pelaksana Tata Usaha:


Siti Halimah
Cian Ibnu Sina
Ummu Fadhilah

Distribusi dan Pemasaran :


Agus Bahtiar
Ade Pardi
Anas Fajri

Alamat Redaksi:
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122
Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi
para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya
melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan.
Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu
memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang
Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.
Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para
dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.
Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh
karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal
keperawatan berikutnya.

Tanjungpinang, Januari 2014


STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Drs. Heri Priatna, SStFT,SKM, MM


HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SWITCHING
BARRIER DENGAN REPURCHASE INTENTION DIRUANG RAWAT
INAP RSUD KOTA TPI

Liza Wati1, Ernawati2, Meily Nirna Sari3

ABSTRAK
Pertumbuhan dan perubahan lingkungan eksternal menyebabkan persaingan terhadap mutu pelayanan antara
rumah sakit secara global. Meningkatnya sosial ekonomi, pendidikan, perkembangan pola penyakit, teknologi
kesehatan, dan trend berobat keluar negeri menjadi peluang sekaligus ancaman bagi rumah sakit dalam
mempertahankan pasiennya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Karakteristik Responden dan
Switching Barrier dengan repurchase intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015.
Desain penelitian korelasional. Sampel 66 responden dengan propporsional random sampling. Alat ukur kuesioner
dengan 43 pertanyaan. Analisis data univariat, korelasi Spearman dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian
menunjukkan ada korelasi karakteristik responden yaitu jarak (p=0,001), biaya pengobatan (p=0,000) dan
pengalaman rawatan (p=0,000) dengan repurchase intention. Terdapat korelasi switching barrier dengan
repurchase intention yaitu dimensi Alternative of attractiveness (p=0,001) dan interpersonal relathionship
(p=0,000) dimana korelasi yang paling kuat adalah pada dimensi interpersonal relathionship dengan nilai
koefesien korelasi r = 0,500. Rekomendasi bagi manajemen keperawatan harus inovatif mengembangkan strategi
switching barrier yang sudah seperti peningkatan hubungan perawat pasien, caring perawat dan responsif perawat
terhadap pasien.

Kata kunci : Switching barrier, pelayanan keperawatan, repurchase intention pasien


Daftar Pustaka : (1987- 2014)

PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perubahan eksternal


LATAR BELAKANG
rumah sakit meningkatkan persaingan antara
Rumah sakit adalah bagian integral dari
rumah sakit dengan memberikan pelayanan
suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan
berkualitas. Meningkatnya sosial ekonomi,
fungsi menyediakan pelayanan paripurna
pendidikan, perkembangan pola penyakit,
(komprehensif) (WHO,2010), penyembuhan
teknologi kesehatan, dan trend berobat keluar
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
negeri menjadi peluang sekaligus ancaman bagi
(preventif) kepada masyarakat (Ahira, 2012).
rumah sakit dalam mempertahankan pasiennya.
Investasi pada rumah sakit dalam beberapa
Tuntutan inilah yang mendorong manajemen
tahun terakhir ini banyak diminati.
rumah sakit untuk meningkatkan kualitas
Pertumbuhan rumah sakit sejak tahun 2008 –
pelayanannya (Trisnantoro, 2005).
2010 cendrung meningkat dengan rata-rata
Peningkatan kualitas akan
pertumbuhan per tahun sekitar 1,14%.
meningkatkan minat penggunaan jasa kembali

408
oleh pasien (repurchase intention). Menurut menjadi faktor penting bagi loyalitas konsumen

Soderlund dan Ohman, 2003., Hicks, dkk , (Aydin dan Ozer, 2005). Menurut Bloemer et al

(2005) minat menggunakan jasa kembali (1998) dalam industri yang dikategorikan

(repurchase Intention) merupakan sikap memiliki switching barrier yang rendah

mengenai bagaimana seseorang akan konsumennya akan kurang loyal dibanding

berperilaku (loyal) dimasa yang akan datang industri jasa dengan switching barrier yang

dan komitmen tersebut muncul setelah tinggi.

konsumen melakukan pembelian jasa dan Strategi rumah sakit untuk

timbul karena kesan positif terhadap jasa yang meningkatkan switching barrier dari segi

didapat. jumlah dan mutu pelayanan pada ruang

Upaya mempertahankan pasien lebih perawatan perlu ditingkatkan lagi untuk tahun

efesien dan efektif dibanding mendapatkan 2015. Laporan RSUD Kota Tanjungpinang

pasien baru (Hasan, 2008; Lele dan Sheth, Tahun 2012-2013 terjadi penurunan kunjungan

1995). Banyak perusahaan kehilangan 25 % pasien baru dan pasien lama dan diikuti juga

langganan mereka setiap tahun, dengan penurunan kinerja pelayanan kesehatan.

perkiraan biaya mencapai $2 hingga $4 miliar Berdasarkan kinerja rawat inap dari tahun 2008

dan mengakuisisi pelanggan baru dapat – 2013 yaitu BOR rata-rata 66,5 % (cendrung

menelan biaya lima kali lipat lebih besar menurun). Pelayanan keperawatan yang belum

dibandingkan memuaskan dan sesuai dengan standar pelayanan minimal

mempertahankan pelanggan lama (Kotler & (SPM), tindakan keperawatan yang dilakukan

Keller, 2009). Sejumlah faktor berperan dalam belum sesuai dengan standar operasional

masalah minat pelanggan selain faktor kualitas prosedur, kepatuhan perawat dalam

layanan, yaitu dipengaruhi juga oleh melaksanakan tindakan keperawatan belum

karakteristik pelanggan, nilai pelanggan, dan sesuai dengan SAK. Adanya rumah sakit

hambatan pindah (switching barrier) (Budi pemerintah yang mulai dibangun, rumah sakit

Suharjo dalam Palupi, 2006). Perubahan swasta dan klinik-klinik pengobatan, serta trend

teknologi dan strategi diferensiasi dari masyarakat berobat keluar negeri ini menjadi

perusahaan menyebabkan switching barrier

409
ancaman minat pasien berobat di RSUD Kota Variabel dependen adalah repurchase

Tanjungpinang. intention (7 item pernyataan), variabel

independen adalah karakteristik responden dan

BAHAN DAN METODE switching barrier (36 item pernyataan).

Desain Penelitian

Rancangan penelitian korelasional. HASIL PENELITIAN

untuk menganalisis hubungan, kekuatan Analisis Univariat

hubungan, arah hubungan atau prediksi besaran Karakteristik Responden

perubahan yang terjadi pada variabel terikat jika

variabel bebas berubah (Dharma,2011). Tabel 5.1 .1 Distribusi Frekuensi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Karakteristik Responden di Ruang Rawat Inap

RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)


hubungan antara karakteristik responden dan

switching barrier dengan repurchase intention


Karakteristik f %
diruang rawat inap RSUD Kota Tanjungpinang.
Responden

Umur
Waktu dan Tempat Penelitian
Dewasa Awal (
Penelitian dilakukan diruang rawat inap
31 47,0
18-40 tahun)
RSUD Kota Tanjungpinang yaitu :
Dewasa Madya (
Bougenville, Teratai, Dahlia, dan Anggrek.
26 39,4
41-60 tahun)
Waktu penelitian pada bulan April s/d Juli
Dewasa Akhir ( >
2015.
9 13,6
60 tahun )
Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Jenis Kelamin

pasien rawat inap RSUD Kota Tanjungpinang. Laki - laki 32 48,5

Sampel 66 orang pasien dengan teknik proporsi Perempuan 34 51,5

random sampling. Pendidikan

Rendah (SD - 46 69,7

Variabel

410
SMP ) Repurchase intention

Tinggi ( SMA - PT Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Repurchase


20 30,3
) intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota

Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)


Pekerjaan

Bekerja 51 77,3
No Kategori f %
Tidak bekerja 15 22,7

Jarak tempat tinggal 1. Minat 38 57,6


Dekat ( < 5 KM ) 36 54,5 2. Kurang minat 28 42,4
Jauh (> 5 KM ) 30 45,5
66 100
Sumber biaya

pengobatan

Asuransi 55 83,3 Berdasarkan tabel 5.1.2 Berdasarkan

Pribadi 11 16,7 tabel didapatkan sebagian besar pasien yang

Pengalaman rawatan cendrung minat menggunakan kembali


40 60,6
Pernah pelayanan keperawatan yaitu sebanyak 40
26 39,4
Tidak pernah orang (60,6 %).

66 100 Switching Barrier dan dimensi

Switching Barrier

Berdasarkan tabel 5.1.1 dapat diketahui Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Responden

bahwa responden terbanyak berasal dari Berdasarkan Switching Barrier Ruang Rawat

kelompok umur dewasa awal (47 %), jenis Inap RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015

kelamin perempuan (51,7%), berpendidikan (n=66)

tinggi ( 69,7 %), dan bekerja (77,3 %).

Berdasarkan jarak tempat tinggal sebagian

besar responden didapatkan tinggal dekat dari

rumah sakit (54,5%), pada umumnya

menggunakan asuransi (83,3 %) dan lebih dari

separuh pernah dirawat (60,6 %).

411
Tabel 5.2.1 Hubungan karakteristik responden

Berdasarkan tabel didapatkan sebagian dan Switching barrier dengan Repurchase

Kategori F % intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota

Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)


Switching cost

Tinggi 33 50,0
Variabel Independen r p
Rendah 33 50,0
value
Alternative of Karakteristik
attractiveness responden
Tinggi 36 54,5 Umur 0,153 0,221
Rendah 30 45,5 Jenis Kelamin 0,097 0,440

Interpersonal relationship Pendidikan 0,234 0,058

Baik 40 Pekerjaan 0,338 0,120


60,6
Kurang baik 26 Jarak tempat tinggal 0,386 0,001
39,4
Sumber biaya 0,466 0,000
Servive recovery
pengobatan
Baik 46 69,7 Pengalaman rawatan 0,500 0,000
Kurang Baik 20 30,3 Switching Barrier 0,509 0,000

Switching barrier Switching cost 0,184 0,139

Alternative of 0,386 0,001


Tinggi 36 54,5
attractiveness
Rendah 30 45,5
Interpersonal 0,500 0,000
66 100
relationship
besar switching cost tinggi (50%), Alternative
Servive recovery 0,234 0,058
of attractiveness tinggi (54,5%),, interpersonal

relathionsip baik (60,6%), service recovery


Pada tabel 5.2.2 didapatkan
baik (69,7%) dan switching barrier tinggi
karakteristik umur (p value = 0,221), jenis
(54,5%).
kelamin (p value = 0,440), pendidikan (p value
Analisis Korelasi Bivariat

412
= 0,058) dan pekerjaan (p value = 0,120) artinya Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada

tidak ada korelasi yang signifikan dengan korelasi yang signifikan antara pengalaman

repurchase intention. rawatan dengan repurchase intention, kekuatan

Pada tabel 5.2.1 menunjukkan hubungan yang kuat dan arah hubungan positif

koefesien korelasi jarak dengan repurchase artinya semakin sering dirawat repurchase

intention pasien didapatkan nilai r = 0,386 intention tinggi.

dengan p value 0,000 (p value < 0,05). Menunjukkan koefesien korelasi

Kesimpulannya ada korelasi yang signifikan Switching barrier dengan repurchase intention

antara jarak dengan repurchase intention pasien didapatkan nilai r = 0,509 dengan p value

dengan kekuatan hubungan cukup dan arah 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).

hubungan positif yang artinya semakin dekat Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada

jarak pasien di RSUD Kota Tanjungpinang korelasi yang signifikan antara switching

memiliki repurchase intention yang tinggi. barrier dengan repurchase intention dengan

Pada tabel 5.2.1 menunjukkan kekuatan hubungan kuat dan arah hubungan

koefesien korelasi sumber biaya dengan positif yang artinya semakin tinggi switching

repurchase intention pasien didapatkan nilai r = barrier di RSUD Kota Tanjungpinang maka

0,466 dengan p value 0,000 (p value < 0,05). semakin tinggi repurchase intention

Kesimpulannya ada korelasi yang signifikan Hasil analisis didapatkan untuk

antara sumber biaya dengan repurchase mengetahui hubungan Switching cost dengan

intention dengan kekuatan hubungan cukup dan repurchase intention diperoleh nilai r = 0,184

arah hubungan positif yang artinya pasien yang dengan p value = 0,139 yang lebih besar dari

menggunakan asuransi di RSUD Kota nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini

Tanjungpinang memiliki repurchase intention adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan

yang tinggi. Switching cost dengan repurchase intention.

Pada tabel 5.2.1 menunjukkan Hasil analisis didapatkan untuk

koefesien korelasi pengalaman rawatan dengan mengetahui hubungan Alternative of

repurchase intention pasien didapatkan nilai r = attractiveness dengan repurchase intention

0,500 dengan p value 0,000 (p value0,05). pasien diperoleh nilai r = 0,386 dengan p value

413
= 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05). adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan

Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat antara service recovery dengan repurchase

korelasi yang signifikan antara Alternative of intention .

attractiveness dengan repurchase intention PEMBAHASAN

pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan Hubungan Karakteristik Pasien

kekuatan hubungan yang kuat dan arah dengan Repurchase Intention

hubungan positif yang artinya semakin baik Hasil penelitian ini menunjukkan

Alternative of attractiveness maka semakin bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan

tinggi repurchase intention repurchase intention. Sejalan dengan penelitian

Munawaroh tentang analisis karakteristik dan

Hasil analisis didapatkan untuk kepuasan responden dengan loyalitas bahwa

mengetahui hubungan interpersonal tidak ada hubungan umur dengan kesetian

relationship dengan repurchase intention dalam penggunaan pelayanan kesehatan dengan

pasien diperoleh nilai r = 0,500 dengan p value p value= 0,43. Dalam penelitian ini sebagian

= 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05). besar responden berada pada rentang usia

Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat dewasa awal (18 – 40 tahun ).

korelasi yang signifikan antara interpersonal Laporan survei kesehatan rumah tangga

relationship dengan repurchase intention (SKRT) tahun 2001 menyatakan 39 %

pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan penduduk yang mengalami disabilitas atau

kekuatan hubungan yang kuat dan arah gangguan fungsi tubuh, 30 % diantaranya pada

hubungan positif yang artinya semakin baik golongan umur di bawah 35 tahun, meningkat

interpersonal relationship semakin tinggi dengan bertambahnya umur & mencapai 80 %

repurchase intention. pada golongan umur 65 tahun keatas. Dengan

Hasil analisis didapatkan untuk hasil laporan SKRT ini dapat disimpulkan

mengetahui hubungan service recovery dengan bahwa semakin meningkat usia, semakin besar

repurchase intention pasien diperoleh nilai r = pula kebutuhan akan pelayanan kesehatan,

0,234 dengan p value = 0,058 yang lebih besar sehingga kemungkinan untuk pemanfaatan

dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini pelayanan kesehatan seperti rumah sakit akan

414
tinggi dan hal ini dapat mencerminkan loyalitas terjadi karena distribusi jenis kelamin pada

apabila pemanfaatan tersebut dilakukan penelitian ini homogen pada jenis kelamin pria,

terhadap rumah sakit yang sama. sehingga bias dalam informasi yang dihasilkan

Hasil penelitian ini menyatakah bahwa mungkin saja terjadi.

tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan Hasil penelitian ini menunjukkan

minat penggunaan pelayanan kembali oleh bahwa tidak terdapat hubungan antara

responden. Penelitian ini sama juga dengan pendidikan dengan repurchase intentio.

hasil penelitian Munawaroh bahwa tidak ada Penelitian ini juga didukung peneliyian

hubungan jenis kelamin dengan loyalitas atau Munawaroh bahwa tidak ada hubungan

minat menggunakan pelayanan kesehatan pendidikan dengan loyalitas pasien (p

kembali (p value=0,964). Pada penelitian ini value=0,964). Hal ini dapat disebabkan oleh

sebagian besar perempuan sebagai ibu rumah kemungkinan pasien datang kembali berobat ke

tangga yang bukan pengambil keputusan, RSUD Kota Tanjungpinang karena pengaruh

sehingga dimana mereka mencari dan memilih sumber biaya pengobatan, jarak dan

rumah sakit sebagai tempat pelayanan pengalaman dirawat sebelumnya.

tergantung dari suami atau yang berperan Berbeda dengan hasil penelitian ini

sebagai pengambil keputusan. sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh

Chandra (2010) dalam penelitiannya Harun dan Yusrizal (2001), yang mengatakan

menyetujui tidak adanya perbedaan antara bahwa pendidikan memiliki hubungan dengan

pasien dengan jenis kelamin wanita atau pria loyalitas pelanggan. Sehubungan dengan ini,

terhadap perilaku loyal pasien tersebut. Namun Setiawan (2011) menjelaskan bahwa salah satu

Kotler & Keller (2009) menyatakan konsumsi faktor yang memegang peranan di dalam

dan selera seseorang dibentuk oleh jenis pembentukan perilaku adalah faktor intern,

kelamin dan Supriyanto dan Ernawaty (2010) seperti kecerdasan atau pengetahuan, dan

juga menyatakan ada perbedaan tertentu antara kecerdasan atau pengetahuan tersebut dapat

wanita dan laki-laki, misalnya dalam perbedaan diasah melalui pendidikan.

kebutuhan, keinginan dan harapan. Perbedaan Hasil penelitian ini menunjukkan

pendapat ini dengan hasil penelitian mungkin bahwa tidak adanya hubungan antara pekerjaan

415
pasien terhadap minat penggunaan kembali Lokasi adalah yang paling diperhatikan

pelayanan keperawatan di RSUD Kota bagi pencari pelayanan kesehatan karena jarak

Tanjungpinang. Pasien yang bekerja atau tidak yang dekat akan mempengaruhi bagi pencari

bekerja lebih banyak menggunakan kartu BPJS pelayanan kesehatan untuk berkunjung. Suatu

sementara RSUD Kota menjadi salah satu studi mengatakan bahwa alasan yang penting

tempat rujukan pasien untuk berobat. Berbeda untuk memilih rumah sakit adalah yang dekat

dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Harun dengan lokasi. Keputusan untuk memanfaatkan

dan Yusrizal (2001), yang mengatakan bahwa pelayanan kesehatan merupakan kombinasi dari

pekerjaan memiliki hubungan dengan loyalitas kebutuhan normatif dengan kebutuhan yang

pelanggan. dirasakan, karena untuk konsumsi pelayanan

Hasil penelitian ini menunjukkan kesehatan. Konsumen sering tergantung kepada

bahwa terdapat hubungan antara jarak tempat informasi yang disediakan oleh institusi

tinggal pasien dengan repurchase intention, pelayanan kesehatan ditambah dengan

semakin dekat jarak tempat tinggal pasien dari profesinya.Faktor-faktor lain yang berpengaruh

RSUD Kota Tanjungpinang maka pasien akan antara lain pendapatan, harga, lokasi, dan mutu

cenderung menggunakan kembali pelayanan pelayanan (Mills, 1990).

keperawatan. Hasil penelitian sejalan dengan Hasil penelitian ini menunjukkan

penelitian sebelumnya oleh Harun dan Yusrizal bahwa terdapat hubungan antara sumber biaya

(2001), yang menyatakan bahwa jarak tempat pengobatan dengan repurchase intention,

tinggal pasien dengan rumah sakit memiliki dimana responden dengan sumber biaya

hubungan dengan loyalitas pelanggan. pengobatan asuransi cenderung menggunakan

Kemudian Guswan (2009) dalam penelitiannya kembali pelayanan keperawatan di RSUD Kota

tentang loyalitas pasien di RS Gigi Mulut Tanjungpinang. Hasil penelitian ini juga dapat

Pendidikan Universitas Trisakti Tahun 2009, dipengaruhi oleh mayoritas responden yang

juga menyatakan adanya pengaruh yang bekerja sebagai karyawan swasta dan

signifikan antara jarak tempat tinggal pasien menggunakan sumber biaya pengobatan dari

dengan loyalitas. asuransi atau perusahaan tempat mereka

bekerja yang telah menjalin kerjasama dengan

416
RSUD yang ada di kota Tanjungpinang seperti rumah sakit yang pernah digunakan

RSUD Provinsi, RSAL Dr. Midiyato,S dan sebelumnya. Karena faktor pengalaman

termasuk RSUD Kota Tanjungpinang. merupakan penyebab perubahan dalam

Hasil penelitian sejalan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Pengalaman

penelitian sebelumnya oleh Harun dan Yusrizal yang menyenangkan selama dirawat di rumah

(2001), yang mengatakan bahwa penanggung sakit mempunyai efek yang bermakna pada

biaya memiliki hubungan dengan minats persepsi pasien terhadap mutu.

pelanggan. Kemudian Guswan (2009) dalam Rangkuti (2006), bahwa kebutuhan

penelitiannya tentang loyalitas pasien di RS merupakan tujuan yang menggerakkan

Gigi Mulut Pendidikan Universitas Trisakti pelanggan melakukan pembelian, sedangkan

Tahun 2009, juga menyatakan adanya pengaruh sikap adalah evaluasi pelanggan atas

yang signifikan antara sumber biaya kemampuan atribut suatu produk atau merk

pengobatan dengan loyalitas. alternative dalam memenuhi kebutuhan itu,

Berdasarkan pengalaman rawatan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

diketahui bahwa sebagian besar responden kebutuhan mempengaruhi sikap dan sikap

(60,6 %) pernah dirawat di RSUD Kota mempengaruhi perilaku pembelian. Setiap

Tanjungpinang sebelumnya, nilai p value 0,142 pasien sebagai pelanggan akan mempunyai

artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan respon terhadap evaluasi yang dirasakan antara

antara lama rawatan dengan repurchase harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang

intention. Namun sikap positif pasien terbentuk dirasakan saat dirawat. Dan mereka akan

melalui pengalaman yang diperoleh selama membandingkan antara layanan yang

menerima pelayanan, sehingga untuk diharapkan (expectation) dan kinerja

membentuk pasien yang setia maka rumah (performa).

sakit harus berusaha sebaik-baiknya Harapan yang dimaksud berasal dari

memberikan pelayanan berkualitas yang sesuai banyak faktor (Zeithaml et al., 1996) seperti

harapan pasien. Pasien yang sebagian besar past experience merupakan tingkat pengalaman

mempunyai sikap loyal dari pengalaman masa lalu yang dialami oleh seseorang

dirawat juga mempunyai perbadingan antara konsumen dapat mempengaruhi tingkat harapan

417
konsumen tersebut. Selain itu What of mouth pengeluaran untuk memperoleh barang dan jasa

communication yaitu apa yang didengar dari tersebut dan ada kecendrungan dilakukan secara

konsumen lain yang telah menikmati kualitas berkala.

pelayanan yang diberikan perusahaan, Hal tersebut memperkuat secara

merupakan faktor potensial mempengaruhi empirik teori yang menyatakan bahwa loyalitas

harapan konsumen. pelanggan dipengaruhi oleh hambatan pindah

Hubungan Switching Barrier dengan seperti yang dikemukakan oleh Bansal dan

Repurchase Intention Taylor dalam Ranaweera dan Prabhu (2003)

Hasil penelitian menunjukkan serta Keaveney (1995). Rahadian (2006) dalam

koefesien korelasi Switching barrier dengan penelitiannya tentang loyalitas pelanggan juga

repurchase intention pasien didapatkan nilai r = memperkuat hasil penelitian ini, yang

0,509 dengan p value 0,000 yang lebih kecil menyatakan bahwa hambatan pindah

dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan yang mempunyai pengaruh terhadap loyalitas

diperoleh dari hasil ini ada korelasi yang pelanggan. Kemudian Fornell (1992) juga

signifikan antara Switching barrier dengan menyatakan semakin besar rintangan untuk

repurchase intention dengan kekuatan berpindah akan membuat pelanggan menjadi

hubungan kuat dan arah hubungan positif yang loyal.

artinya semakin tinggi switching barrier di Minat ( intention) merupakan

RSUD Kota Tanjungpinang maka semakin pernyataan sikap mengenai bagaimana

tinggi repurchase intention. seseorang akan berperilaku dimasa yang akan

Minat konsumen membeli ulang adalah datang (Soderlund dan Ohman, 2003). Minat

salah satu keberhasilan dari suatu perusahaan, membeli ulang (Repurchase Intention )

terutama perusahaan jasa (Butcher,2005). merupakan suatu komitmen konsumen yang

Menurut Hellier,dkk (2003) minat membeli terbentuk setelah konsumen melakukan

ulang merupakan keputusan konsumen untuk pembelian suatu produk atau jasa. Komitmen ini

melakukan pembelian kembali suatu produk timbul karena kesan positif konsumen terhadap

atau jasa berdasarkan apa yang telah diperoleh suatu merek dan konsumen merasa puas

dari perusahaan yang sama, melakukan terhadap pembelian tersebut (Hick,dkk,2005).

418
Dengan pengalaman yang konsumen peroleh seperti yang dikatakan Mowen & Minor (2002)

dari suatu produk dan jasa tertentu maka akan disebut sebagai resiko.

menimbulkan kesan positif terhadap produk Switching cost adalah biaya yang

tersebut dan konsumen akan melakukan menghalangi konsumen untuk berpindah dari

pembelian ulang (Hellier,dkk,2003). produk atau jasa perusahaan saat ini kepada

Hubungan Switching Cost dengan produk atau jasa competitor (Lovelock dan

Repurchase Intention Wright, 2005). Artinya ketika suatu hubungan

Hasil analisis didapatkan untuk ditetapkan, satu pihak akan bergantung kepada

mengetahui hubungan Switching cost dengan pihak lain. Salah satu yang menyebabkan

repurchase intention diperoleh nilai r = 0,184 switching cost tinggi adalah baiknya kualitas

dengan p value = 0,139 yang lebih kecil dari pelayanan. Pasien akan merasa rugi saat harus

nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini berpindah berobat ke rumah sakit lain yang

adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan pelayanannya tidak berkualitas. Dalam hal rugi

Switching cost dengan repurchase intention atau tidak dalam masalah kesehatan pasti setiap

pasien di RSUD Kota Tanjungpinang. orang tidak mau mengambil resiko. Mereka akan

Biaya perpindahan merupakan biaya mencari rumah sakit yang menurut mereka

pemutusan hubungan dalam sudut pandang memenuhi harapan. Kualitas meliputi setiap

ekspektasi terhadap semua kerugian akibat aspek dari suatu perusahaan dan sesungguhnya

mengentikan hubungan atau berpindah ke merupakan suatu pengalaman emosional bagi

alternative lain ( Harsono,2005). Biaya pelanggan. Pelanggan ingin merasa senang

perpindahan merupakan salah satu faktor yang dengan pembelian mereka, merasa bahwa

mendorong apakah konsumen tetap termotivasi mereka telah mendapatkan nilai terbaik dan

untuk mempertahankan suatu pilihan atau ingin memastikan bahwa uang mereka telah

berpindah ke alternative lain. Ketika pembeli dibelanjakan dengan baik, dan mereka merasa

mempertimbangkan alternatif lain dari bangga akan hubungan mereka dengan sebuah

penggunaan selama ini maka salah satu yang perusahaan yang bercitra mutu tinggi.

dipertimbangkan adalah implikasi biaya atau Hubungan Alternative of

attractiveness dengan repurchase intention

419
Hasil analisis didapatkan untuk meliputi kepercayaan terhadap penyakit, dokter

mengetahui hubungan Alternative of dan petugas kesehatan terutama perawat.

attractiveness dengan repurchase intention Faktor need atau kebutuhan terhadap

pasien diperoleh nilai r = 0,386 dengan p value pelayanan yang berkualitas tak dapat diabaikan

= 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05). untuk menilai daya tarik pasien terhadap

Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat penggunaan rumah sakit yang ada di kota

korelasi yang signifikan antara Alternative of Tanjungpinang. RSUD Kota Tanjungpinang

attractiveness dengan repurchase intention merupakan salah satu rumah sakit rujukan di

pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan kepulauan riau dan letaknya dekat dengan

kekuatan hubungan cukup kuat dan arah pelabuhan. Sehingga memudahkan transportasi

hubungan positif yang artinya semakin baik dan evakuasi pasien dari berbagai pulau dan

Alternative of attractiveness maka semakin kepri. Tarif atau biaya, fasilitas dan pelayanan

tinggi repurchase intention. personil merupakan faktor need dari penggunaan

Daya tarik alternatif mengacu pada pelayanan kesehatan selain lokasi, informasi dan

reputasi, gambaran alternatif dan kualitas dari kecepatan layanan yang ada.

persaingan yang ada dipasar. Seberapa banyak Hubungan Interpersonal Relationship

sesuatu yang lebih buruk atau lebih baik dalam dengan Repurchase Intention

berbagai dimensi atau suatu alternative Hasil analisis didapatkan untuk

konsumen akan produk (Julander dan mengetahui hubungan interpersonal

Soderlund, 2003). Daya tarik berorientasi pada relationship dengan repurchase intention

persepsi pelanggan mengenai alternative pilihan pasien diperoleh nilai r = 0,500 dengan p value

dari persaingan yang ada di pasar. Konsumen = 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).

membandingkan persepsi jumlah resiko yang Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat

muncul dalam keputusan pembelian dengan korelasi yang signifikan antara interpersonal

kriteria kepribadian mereka tentang seberapa relationship dengan repurchase intention

besar resiko. Kepercayaan pasien terhadap pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan

pelayanan keperawatan yang ada di rumah sakit kekuatan hubungan yang kuat dan arah

hubungan positif yang artinya semakin baik

420
interpersonal relationship semakin tinggi manivestasi diri sebagai perusahaan yang peduli,

repurchase intention dapat dipercaya, akrab dan komunikatif

Hubungan interpersonal mengacu pada (Gremler, 1995 dalam Lupiyoadi dan A.

hubungan yang dijalin antara pelanggan dan Hamdani, 2006:198). Oleh karena itu, investasi

karyawan maupun hubungan antara sesama hubungan khusus membantu meningkatkan

pelanggan (Jones,dkk,2000). Hubungan ketergantungan pelanggan dan menekan

interpersonal mengacu pada kekuatan pribadi hambatan pindah (Jones, Mothersbaugh, dan

dikembangkan antara pelanggan dan karyawan Betty, 2000 dalam Lupiyoadi dan A. Hamdani,

mereka (Julander,2003). Hubungan 2006).

interpersonal penting dalam memberikan status Hubungan Service Recovery dengan

yang tinggi dari interaksi yang dibangun. Repurchase Intention

Individu lebih mungkin untuk berhubungan Hasil analisis didapatkan untuk

dengan kelompok yang mempunyai hubungan mengetahui hubungan service recovery dengan

kuat. repurchase intention pasien diperoleh nilai r =

Pelanggan dapat memperoleh manfaat 0,234 dengan p value = 0,058 yang lebih kecil

psikososial dari hubungan dengan karyawan dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini

atau supplier maupun hubungan dengansesama adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan

pelanggannya (Jones,dkk,2000). Ulaga dan antara service recovery dengan repurchase

Edgert (2005) menyebutkan bahwa manfaat intention pasien di RSUD Kota Tanjungpinang.

sosial merupakan bagian dari keseluruhan Pemulihan layanan adalah berbagai hal

manfaat yang diterima pelanggan dalam yang dilakukan perusahaan setelah terjadi suatu

pertukaran untuk harga yang dibayarkan. Jika kegagalan jasa dalam pelayanan. Pemulihan

hubungan cukup kuat, maka kemungkinan layanan terjadi ketika adanya keluhan pelayanan

pelanggan untuk tetap mengkonsumsi produk dari pelanggan yang tidak puas akan layanan

juga tinggi, hal ini dapat dibangun melalui dari perusahaan tersebut. Menurut Lovelock dan

interaksi antara pelanggan dan supplier saat Wright (2007) service recovery adalah upaya

transaksi. Hubungan antar personal berarti sistematis oleh perusahaan setelah kegagalan

hubungan psikologis dan sosial yang merupakan jasa untuk memperbaiki suatu masalah dan

421
mempertahankan kehendak baik pelanggan. menentukan aspek interpersonal dari kualitas,

Pemulihan layanan adalah salah satu determinan kepuasan pasien merupakan indikator dari

signifikan kepuasan dan loyalitas pelanggan perawatan, pengkomunikasian ke penyedia

yang tidak puas melalui kebijakan pemulihan layanan berkaitan dengan kebutuhan dan

jasa yang efektif (Tjiptono,2007). harapan pasien telah dipenuhi. Jadi fokus

Setiap organisasai yang berorientasi perhatian pasien dalam pelayanan keperawatan

pada pelanggan memberikan kesempatan yang adalah apa yang mereka rasakan sesuai dengan

luas kepeda para pelanggannya untuk yang mereka harapkan. Tidak banyak pasien

menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan memikirkan bagaimana upaya rumah sakit

mereka. Hal ini juga dapat dilakukan dengan untuk memulihkan layanan karena yang bisa

cara meletakkan kotak saran di koridor, dirasakannya adalah kepuasan pelayanan

menyediakan kartu komentar untuk diisi pasien keperawatan saat dirawat saja. Jasa adalah

yang akan keluar, dan mempekerjakan staf setiap tindakan atau perbuatan yang dapat

khusus untuk menangani keluhan pasien. Dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,

juga menyediakan hot lines bagi pelanggan yang pada dasarnya tidak dapat dilihat dan tidak

dengan gratis, juga dapat menambah web pages menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi

dan e-mail untuk melaksanakan komunikasi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik

dua arah. Informasi tersebut merupakan sumber maupun tidak (Philip Kotler,1994).

gagasan yang baik yang meyakinkan pelayanan SIMPULAN DAN SARAN

kesehatan dapat bertindak dengan cepat dalam 1. Simpulan

rangka menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

Para manajer menggunakan kepuasan disimpulkan sebagai berikut : responden

sebagai variable yang sangat penting untuk terbanyak berasal dari kelompok umur dewasa

mengukur pemasaran pelayanan perawatan awal (47 %), jenis kelamin perempuan

kesehatan dengan kebiasaan atau perilaku (51,7%), berpendidikan tinggi (69,7%), dan

pembelian berulang-ulang (minat untuk bekerja (77,3%). Berdasarkan jarak tempat

kembali) yang menghasilkan ukuran kepuasan tinggal sebagian besar responden didapatkan

maximal. Karena nilai dan harapan pasien tinggal dekat dari rumah sakit (54,5%), pada

422
umumnya menggunakan asuransi (83,3 %) dan pasien yang dinilai memiliki pengaruh

lebih dari separuh pernah dirawat (60,6 %). paling besar dalam aspek switching

Sebagian besar switching cost tinggi (50%), barrier terhadap minat pasien dalam

Alternative of attractiveness tinggi (54,5%),, penelitian ini.

interpersonal relathionsip baik (60,6%), b. Aspek dari switching barrier yang

service recovery baik (69,7%) dan switching terkait dengan kualitas pelayanan

barrier tinggi (54,5%). keperawatan yang perlu ditingkatkan

Sebagian besar pasien yang cendrung adalah pemahaman perawat tentang

minat menggunakan kembali pelayanan manajemen mutu serta aplikasi dalam

keperawatan yaitu sebanyak 40 orang (60,6 %). manejemen ruangan dalam rangka

mengelola pelayanan keperawatan

Berdasarkan analisis didapatkan ada beserta ruang rawat yang berorientasi

korelasi antara jarak, sumber biaya dan pada kebutuhan pasien, dengan metode

pengalaman rawatan dengan Repurchase penugasan yang efektif maka kebutuhan

Intention. Terdapat korelasi antara Alternative pasien akan lebih terpenuhi.

of attractiveness dan interpersonal relationship c. Melakukan evaluasi secara berkala

dengan Repurchase Intention dimana korelasi sesuai standar yang ditetapkan rumah

yang paling kuat adalah interpersonal sakit mengenai interpersonal

relationship. relationship yaitu hubungan perawat

2. Saran pasien dalam pelayanan keperawatan

Bagi Manajemen Keperawatan di RSUD dan melakukan sistem keluhan dan saran

Kota Tanjungpinang dengan customer care secara rutin

a. Untuk menjaga minat responden yang dengan memberikan kesempatan seluas

sudah baik terhadap pelayanan luasnya pada pasien untuk memberikan

keperawatan, perlu dilakukan upaya saran, pendapat dan keluhan. Media

peningkatan Switching Barrier secara yang dapat digunakan meliputi kotak

terus menerus terutama dalam dimensi saran dengan menyedikan kartu

Interpersonal relationship terhadap komentar yang dapat diisi langsung.

423
Bagi peneliti selanjutnya Azwar, A, (1996), Pengantar Administrasi

Penelitian ini digunakan sebagai dasar Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta

penelitian berikutnya dengan menggunakan Asmuji (2012). Manajeman Keperawatan:

variabel lain yang berhubungan dengan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta,Ar-

minat pasien seperti word of smooth, minat Ruzz Media

mereferensikan, nilai pelangga, kepuasan Baroroh (2010). Bloemer. J., Ko de.R., Pascal

pasien, citra rumah sakit dan-lain sebagainya .P, (1998). Investigating Drivers of

dengan repurchase intention pasien. Bank Loyalty: The Complex

Pengumpulan data dapat lebih Relationship Between Image, Service

dikembangkan dengan menggunakan Quality, and Satisfaction,

kuesioner dan wawancara mendalam serta International Journal of Bank

dengan rancangan penelitian yang berbeda Marketing, Vol 16, Issue 7 Date.

agar data atau informasi yang didapatkan Borg and Gall. (1989). Educational Research,

dapat lebih akurat dan mendalam. New York :Pinancing. Washington:

The Word Bank


DAFTAR PUSTAKA
Baloglu, S. (2002). “Dimensions of Customer
Ahira, A. (2012) Rumah Sakit - Sejarah dan
Loyalty”, European Journal of
Jenis-jenis Rumah Sakit
Marketing, page 1372-1388.
http://www.anneahira.com/rumah-
Bungin, H.M. (2009). Metodologi Penelitian
sakit-20850.htm
Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Andreassen, T. W. and Bodil, L. 1998. The
dan Kebijakan Publik Serta Ilmu –
Impact of Corporate Image on Quality,
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Penerbit
customer Satisfaction and Loyalty for
Kencana
Customers with Varying degrees of
Budiastuti. (2002). Kepuasan Pasien Terhadap
Service Expertise. International
Pelayanan Rumah Sakit. Diakses
Journal of Service Industry
November 2009 dari
Management vol.9 No.1: 7-23.
http://www.\kepuasan-pasien-

terhadap-pelayanan rumahsakit «

424
ArtikelPsikologiKlinisPerkembangand Perilaku Konsumen, edisi pertama,

anSosial.htm cetakan keempat, BPFE, Yogyakarta

Cronin, J., Michael G. B. & Thomas M. (2000). Ferdinand, A. (2006), Metode Penelitian

“Assesing The Effects of Quality, Mannajemen, Edisi Kedua, Penerbit:

Value, and Customer Satisfaction on Badan Penerbit Universitas

Con-sumer Behavioral Intentions in Diponegoro, Semarang .

Service Envi-ronment”, Journal of Gillies. (1996). Manajemen Keperawatan: Suatu

Retailing, page 193-218. pendekatan sistem. (Edisi 2).

Dahlan,M.S. (2009) Statistik untuk kedokteran Penerjemah: Sukmana, Dika dan

dan kesehatan : deskriptif, bivariat, Sukmana Widya. Philadelphia: WB

dan multivariat, dilengkapi dengan Saunders. (Sumber asli diterbitkan

menggunakan SPSS, Jakarta : Salemba 1994)

Medika. Griffin, J. (2005). Customer Loyalty:

Destiana. (2006). Pengaruh Kualitas Pelayanan Menumbuhkan & Mempertahankan

Terhadap Loyalitas Pelanggan PT. POS Kesetiaan Pelanggan. Penerbit

INDONESIA (Persero) Kantor Pos Erlangga, Jakarta

Tasikmalaya. Tesis. Tasikmalaya. Goetsch, D.L & Davis, S, (1994). Introduction to

Fakultas Ekonomi Program Studi Total Quality, Quality, Productivity,

Manajemen. Competitiveness, Englewood Cliffs,

Depkes RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar NJ, Prentice Hall International Inc

(RISKESDAS) Nasional Tahun 2007. Guntur, M dan Bambang,S. (2001). Analisis

http://www.litbang.depkes.go.id/. Service Quality Terhadap Kepuasan

Dharma, K.K (2011), Metode Penelitian Pelanggan pada PDAM Kota Surakarta

Keperawatan: Panduan Melaksanakan Universitas Muhammadiyah. Surakarta

dan menerapkan Hasil Penelitian, Gunawan.A. ( 2013). Komunikasi Interpersonal

Jakarta, TIM dan Fasilitas Kesehatan: Pengaruhnya

Dharmestha, S dan Hani H., (2008), Terhadap Kepercayaan, Loyalitas dan

Manajemen Pemasaran : Analisa

425
WOM Rumah Sakit. Jurnal bisnis Jacobalis, S (1989). Menjaga Mutu Pelayanan

manajeme. Rumah Sakit. Citra Windu Satria,

Gunawan, Ketut. (2009). Kualitas Layanan dan Jakarta

Loyalitas Pasien (Studi pada Rumah Jackovist, D.S., (1999), Ambulatory Patient

Sakit Umum Swasta di Kota Singaraja– Satisfaction : A Systematic Approach

Bali). Jurnal ekonomi to Collecting and Reporting

Information, Journal for Healthcare

Haryono, E, Hari, K. & M. Syafril, N. (2006). Quality, November / December

Hubungan Persepsi terhadap Kualitas Jane et al. (2011). How satisfaction modifies
the strength of the influence of perceived
Pelayanan dengan Minat Pemanfaat- service quality on behavioral intentions.
Journal Leadership in Health Services 24.2 :
an Pelayanan Rawat Inap Puskesmas 91-105.
Kotler,P., dan Keller,L., (2008), Manajemen
dan Balai Pengobatan Swasta di
Pemasaran, edisi ketigabelas, jilid I
Kabupaten Tapanuli Tengah,
dan II, terjemahan Hendra Teguh,
Working Paper Series No.4,
Penerbit : Prenhalindo, Jakarta
Universitas Gadjah Mada.
Kotle,P. (2009). Manajemen Pemasara.,Edisi
Hasan Ali, (2008), Marketing, cetakan pertama,
13. Jakarta : Erlangga
Penerbit : Buku Kita, Yogyakarta
Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran,
Hutton, J. D and Lynne, R. 1995. Healthscapes:
Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: PT
The Role of Facility and Physical
Prenhalindo.
Environment on Consumer Attitudes,
Kotler, P. (1994), Marketing Management ;
Satisfaction, Quality assessments, and
Analysis, Planning, Implementation
Behaviors. Health Care Management
and Control (8th ed),
Review 20: 48-60.
International Edition, Englewood
Imbalo S. Pohan. (2007). Jaminan Mutu
Cliffs, Prentice Hall, New Jersey.
Layanan Kesehatan. Cetakan I,
Kozier, B et. al. (2009). Fundamentals of
Jakarta :EGC
nursing, concept, process, and

426
practice. New Jersey, U.S.A : Multi Munijaya, I.G.( 2004). Manajemen Kesehatan.

Media. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,

Leboeuf, M. (1992). Memenangkan dan EGC

Memelihara Pelanggan.Jakarta : M.Zid .(2013). Berobat keluar negeri tetap

Pustaka Tangga trend. Kliping Pusat Komunikasi

Lele, M.M, dan Sheth. (1995). Pelanggan Setjen Kementerian Kesehatan RI.

Kunci Keberhasilan. Jakarta, Mitra Jakarta : Kompas 7 Maret 2013 edisi

Utama . pagi hal : 13

Leebov, W & Scott, G .(1994). Service Quality Mabow, (2009). Minat Pembeli Dalam

Improvement : The Customer Psikologi

Satisfaction Strategy for Health Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010).

Care. American Hospital Publishing Kepemimpinan dan Manajemen

Inc,USA. Keperawatan: Teori dan Aplikasi.

Lestari, dkk (2000) Analisa Faktor Penentu Edisi keempat. Jakarta: EGC.

Tingkat Kepuasan Pasien Di Rumah Nguyen, N and Gaston L. 2002. Contact

Sakit Pku Muhammadiyah Bantul Personnel, Physical Environment and

Lim, C.P and Nelson K.H.Tang.2000. A Study Perceived Corporate Image of

of Patients Expectation and Intangible Services by New Clients.

Satisfaction in Singapore Hospital International Journal of Service

International. Journal of Health Care Industry Management 13: 242-262.

Quality Assurance 13 No.7: 290-299. Nordby, H (2004); Communicative challenges

Lupiyoadi, R dan A. Hamdani. (2013). for paramedics: language and

Manajemen Pemasaran. Jakarta: interpretation; Scand J Trauma Resusc

Salemba Empat Emerg Med 12; 178-181

Lovelock, C and Wright, L. (2005). Principles of Nursalam. (2011). Manajemen


Service Marketing and Managemen.
Mardalis.A.( 2005). Meraih Loyalitas Keperawatan.edisi 3. Jakarta :

Pelanggan. Jakarta : Balai Pustaka Salemba Medika.

427
Oliver, R.L. (1998). Whence Customer Loyalty Facilities; Vikalpa, Vol. 24, No. 4,

?, Journal Of Marketing. October- December 59-76 Singer et al

http://www.jstor.org/pss/1252099 (2009)

Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Shamdasani, P.N. & A.A. Balakrisnan (2000);

Tanjungpinang Tahun 2013 Determinants of Relationship Quality

Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota and Loyalty in Personalized Services;

Tanjungpinang Tahun 2013 Asia Pacific Journal of Management,

Pavarini, P, S. Sanders & M. Lindsay (2012); 17 (3), 399-422.

Health Care Reform Going Forward: Stewart, AL,et al,(2013) AE 12 ISSN: 2302 -

What’s the Impact on Providers? 4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

Becker’s Hospital Review, December. Journal of Business an

Peters, J. H, (1999). Service Management, Entrepreneurship

Jakarta, Trisakti University Jakarta Subihaini. 2002. “Analisis Konsekuensi

Peters, Thomas J & Waterman, Robert Keperilakuan Kualitas layanan: Suatu

H, 1984, In Search of Excellence : Penelitian Empiris.” USAHAWAN

Lessons from America’s Best-Run No. 02 Thn XXXI Februari 2002 : 29-

Companies, New York : Harper & 37.

Row, Pub. Suhanura, A. (2008). Analisis Loyalitas

Reichheld, F. F. (2001). Loyalty rules !. Pelanggan Poli Kebidanan dan

Harvard Business School Press, US. Kandungan Rumah Sakit Asri Tahun

Sangadji,E.M dan Sopiah (2013) perilaku 2008, Thesis. FKM UI.

konsumen pendekatan praktis. ANDI Suharno.M. dan Shihab.(2012). Pengaruh

Yogyakarta Dimensi Reliabilitas, Dimensi

Setiawan, S.( 2011). Loyalitas Pelanggan Jasa. Tangibel dan Dimensi Empati

IPB Press, Bogor. Terhadap Loyalitas Pasien (Studi

Sharma, R.D. & Hardeep,C (1999); A Study of Kasus: Pasien Rawat Jalan RS

Patient Satisfaction in Outdoor MRCCC Siloam Semanggi). Jurnal

Services of Private Health Care

428
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Tjiptono, F.(2001). Perspektif Manajemen dan

Vol.10 No.19 Juni 2012 Pemasaran Kontemporer, Penerbit

Sulni,dkk, (2013) . Hubungan Mutu Pelayanan Andi, Jogyakarta.

Kesehatan Dengan Loyalitas Pasien ------------------. (2007). Manajemen Jasa.

Di Puskesmas Baranti Kabupaten Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Sidrap Tahun 2013. Jurnal fakultas Tjiptono,F dan Gregorius,C, (2005), Service

kesehatan masyarakat Universitas Quality & Satisfaction, edisi pertama,

Hasanudin cetakan pertama, Andi, Yogyakarta

Supramono dan Haryanto.(2003). Desain Thomas, R.K. (2005). Marketing Health

Proposal Penelitian Studi Pemasaran. Service. Health Administration Press,

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Chicago.

Supriyanto, S dan Ernawaty. (2010). Trarintya,MAP. (2011). Pengaruh kualitas

Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. pelayanan terhadap kepuasan dan

ANDI, Yogyakarta. word of mouth ( studi kasus pasien

Swansburg. (2000). Pengantar kepemimpinan rawat jalan di wing amerta rsup

dan managemen keperawatan. sanglah denpasar ). Tesis Program

Jakarta: EGC Pasca Sarjana universitas udayana

Sarwono,J (2006). Metode Penelitian denpasar. (Tidak dipublikasikan)

Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta; Trisnantoro,L. (2005). Aspek stretegis

Graha Ilmu, 2006, Hal. 111) – SP manajemen rumah sakit

Sabihaini. (2002). “Analisis Konsekuensi Ulfa,R. (2011). Hubungan Karakteristik

Keperilakuan Kualitas Layanan: Pasien, Kualitas Layanan dan

Suatu Kajian Empirik”, Usahawan, Hambatan Pindah dengan Loyalitas

hal: 29-36. Pasien di Instalasi Rawat Jalan

Tjiptono, F. (1999). Prinsip-prinsip Total Rumah Sakit Tugu ibu Depok.(tidak

Quality Service, Yogyakarta: dipublikasikan)

Penerbit Andi. Westbrook, R.A. (1987),

"Product/Consumption-Based

429
Affective Responses and Post- Expectations, The free press, New

Purchase Processes," Journal of york.

Marketing Research, 24 (August),


1
pp. 258-270. Liza Wati, S.Kep, Ns, M.Kep : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
Watzlawick, P, J.B. Bavelas & D.D. Jackson 2
Ernawati, S.Psi, M.Si : Dosen
(2011); Pragmatics of Human STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
3
Communication: A study of Meily Nirnasari, S.Kep, Ns : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
interactional patterns, pathologies,

and paradoxes; jurnal of W.W.

Norton & Company

Winardi. 1991. Marketing dan Perilaku

Konsumen, Penerbit Mandar Maju,

Bandung.

Wloszczak, S, Anna, M.J. Jarost & M.

Goniewicz (2013); Professional

communication competences of

paramedicspractical and educational

perspectives; Annals of Agricultural

and Environmental Medicine, Vol

20, No 2, 366–372

Zolnierek, K.B.H. & M.R. Dimatteo (2009);

Physician Communication and

Patient Adherence to Treatment: A

Metaanalysis; Medical Care, August;

47 (8): 826-834.

Zeithaml, V.A., Parasuraman, A., Berry, L.L.,

(1990), Delivering Quality Service :

Balancing Customer Perception and

430
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT
INTERACTION (ATI) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG TAHUN 2015

Nur Meity Sulistia Ayu1

ABSTRAK
Mengakomodasi dan mengapresiasi perbedaan kemampuan individu dalam pembelajaran dibutuhkan suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar mahaiswa yang dikenal dengan metode pembelajaran
aptitude treatment interaction (ATI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
aptitude treatment interaction (ATI) terhadap peningkatan motivasi belajar mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain pre test post test without
control design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran aptitude treatment interaction
(ATI), sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa S1 semester 2 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang TA 2014/2015. Pengambilan sampel menggunakan
consecutive sampling sebanyak 36 responden. Uji paired sample t-test dengan p-value ≤ 0,05 menunjukkan bahwa
ada pengaruh metode pembelajaran ATI (p-value = 0,000 < 0,05) terhadap peningkatan motivasi belajar ilmu
keperawatan dasar mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015. Sedangkan hasil uji multivariat
melalui uji one way anova untuk data pre-test, post-test dengan p value 0,05 menunjukkan bahwa kelompok
kemampuan yang memiliki peningkatan motivasi belajar paling baik dibandingkan kelompok kemampuan lainnya
adalah kelompok kemampuan tinggi dan rendah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pembelajaran ATI
berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar dan kelompok kemampuan yang memiliki peningkatan
motivasi paling baik adalah kelompok tinggi dan rendah.

Kata kunci : Aptitude treatment interaction (ATI), motivasi belajar, mahasiswa

ABSTRACT
Accommodate and appreciate individual differences in learning ability required a learning model that can enhance
learning motivation mahaiswa known methods of learning aptitude treatment interaction (ATI). This study aimed
to determine the effect of learning model aptitude treatment interaction (ATI) to increase student motivation to
learn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. This research is a quasi-experimental design with pre test post test
without control design. The independent variables in this study is a model of learning aptitude treatment
interaction (ATI), while the dependent variable is the motivation to learn. The population in this study were all
students of STIKES Hang Tuah Tanjungpinang of Academic Year 2014/2015. Consecutive sampling was used for
36 respondent. Paired samples t-test with a p-value ≤ 0.05 indicates that there is influence learning methods ATI
(p-value = 0.000 <0.05) increased learning motivation. While the results of multivariate analysis through one way
aNOVA test 0.05 indicates that group has an increased ability to learn best motivation than among other
capabilities are high and low ability groups. The study concluded that the learning method ATI affect the increased
motivation to learn and the ability to have an increased motivation is best high and low groups.

Key words : Aptitude treatment interaction (ATI), motivation to learn, students

431
PENDAHULUAN 127 negara di dunia. Penurunan peringkat ini

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat menjadi cerminan bahwa kualitas pendidikan di

penting bagi manusia. Sehingga di Indonesia, Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi

pendidikan diatur dalam Undang-Undang (Kompas, 2011).

tersendiri mengenai sistem pendidikan Nasional Sesuai dengan masalah pendidikan tersebut

yang berbunyi : "Pendidikan Nasional berfungsi serta memperhatikan isu dan tantangan masa

mengembangkan kemampuan dan membentuk kini serta kecenderungan di masa depan, maka

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

dalam rangka mencerdaskan dalam kehidupan daya manusia (SDM), perlu diciptakan

bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan yang unggul. Pendidikan yang

potensi peserta didik agar menjadi manusia unggul yang dimaksud yaitu pendidikan yang

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dapat mengembangkan potensi dan kapasitas

Yang Maha Esa, yang berakhlak mulia, sehat, peserta didik secara optimal.

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Beberapa saat yang lalu, kurikulum

warga negara yang demokratis serta pendidikan 2013 secara resmi disosialisaikan

bertanggung jawab (UUSPN No. 20 tahun dan akan diimplementasikan ke seluruh

2003). Indonesia. Termasuk kurikulum 2013, dalam 10

Meninjau realitas saat ini, pendidikan di tahun terakhir, kurikulum pendidikan di

Indonesia berada dibawah standar pendidikan Indonesia berganti sebanyak 3 kali. Pertama,

internasional. Berdasarkan data laporan dalam tahun 2004 KBK (Kurikulum Berbasis

Education For All (EFA) Global Monitoring Kompetensi) digunakan sebagai acuan

Report 2011 yang dikeluarkan PBB bidang pendidikan, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

pendidikan, UNESCO, menunjukkan bahwa Pendidikan) pada tahun 2006. Yang menjadi

indeks pembangunan pendidikan (Education alasan pergantian KTSP ke Kurikulum 2013

Development Index/EDI) Indonesia menurut menurut kementrian pendidikan adalah karena

data tahun 2008 adalah 0,934. Indeks ini tuntutan zaman.

mengantarkan peringkat Indonesia dalam hal Karena zaman berubah, maka kurikulum

pendidikan menurun dari 65 menjadi 69 dari harus lebih berbasis pada penguatan penalaran,

432
bukan lagi hafalan semata. Hal ini mengacu dan model kelompok. Penerapan belajar tuntas

pada survei Trends in International Math and dalam KBK dapat menggunakan dengan teknik

Science oleh Global Institute pada tahun 2007 model pembelajaran aptitude treatment

yang menyimpulkan hanya 5 persen siswa interaction (ATI) (Nurdin, 2005).

Indonesia yang mampu mengerjakan soal Banyak peneliti yang mencoba

berkategori tinggi yang memerlukan penalaran mendiskripsikan dan menghubungkan gaya

dan 78 persen siswa Indonesia dapat belajar. Diantara penelitian yang mengangkat

mengerjakan soal berkategori rendah yang tema gaya belajar seperti; penelitian Adel, et.al.

hanya memerlukan hafalan (Rianto, 2013). (2003) yang bermaksud membandingkan

Meskipun sejak 2004 yang lalu kecenderungan gaya belajar menemukan bahwa

DEPDIKNAS telah mendeklarasikan mahasiswa program studi akuntansi cenderung

diberlakukannya pendidikan KBK diseluruh memiliki gaya belajar yang berbeda

lembaga pendidikan di Indonesia, namun model dibandingkan mahasiswa program studi

pembelajaran yang diterapkan disekolah- manajemen dan mahasiswa bisnis, sehingga

sekolah saat ini pada umumnya masih perbedaan gaya belajar tersebut mempengaruhi

berbentuk pembelajaran biasa yang bersifat strategi dosen pengampu dalam menyajikan

konvensional. Berbagai hasil penelitian mata kuliah. Menurut penelitian Pujiningsih

menyatakan bahwa model pembelajaran (2007) preferensi gaya belajar mahasiswa yang

konvensional belum mampu menjadikan semua bermaksud mengidentifikasi kecenderungan

mahasiswa dikelas bisa menguasai kompetensi gaya belajar dan perbedaan gaya belajar. Hasil

minimal yang telah ditetapkan. penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak

Dalam mengimplementasi KBK, kegiatan adanya perbedaan gaya belajar diantara

pembelajaran harus berpusat pada mahasiswa, mahasiswa ketiga prodi tersebut menunjukkan

berlangsung dalam suasana mendidik, kecenderungan gaya belajar yang sama yaitu

menyenangkan dan menantang dengan berbasis perceptive dan reflector. Penelitian tersebut

prinsip pedagogis dan andragogis.Dalam KBK tidak menghubungkan kecenderungan gaya

itu terdapat belajar tuntas, dalam belajar tuntas belajar terhadap hasil belajar.

itu terdapat dua model yakni : model individual

433
Namun penelitian sebagaimana diuraikan yang memotivasi mahasiswa belajar (Makmun,

diatas, cenderung hanya menganggap gaya 2012).

belajar sebagai suatu proses penerimaan Menyamaratakan pembelajaran bagi

pembelajaran saja tanpa adanya tindak lanjut. semua kelompok kemampuan mahasiswadirasa

Begitu juga dengan penelitian yang tidaklah adil, karena semestinya setiap

menghubungkan gaya belajar dengan variabel kelompok kemampuan mendapatkanlayanan

lain. Kita tahu bahwa gaya belajar merupakan pembelajaran yang berbeda sesuai dengan

cara yang dianggap paling efektif dalam kemampuan masing-masing(Nurdin, 2005).

menerima dan memperoses informasi yang Aptitude Treatment Interaction (ATI) mengarah

bersifat individual dan psikologis sehingga pada bagaimana interaksi atau hubungan antara

dalam pengkajian gaya belajar tidak cukup bakat dengan perlakuan pada masing-masing

dengan angket yang memuat indikator sifat- mahasiswa karena kemampuan awal atau bakat

sifat individu yang selanjutnya dikaitkan mahasiswa (aptitude) mencerminkan

dengan gaya belajar. karakteristik mahasiswa tersebut. Oleh karena

Setiap individu memiliki cara sendiri yang itu, perlu diberikan perlakuan (treatment) yang

dianggap paling mudah dalam belajar. Ada juga sesuai dengan karakteristiknya agar proses

pengaruh motivasi pada belajar sebagaimana pembelajaran mencapai keberhasilan. Sehingga

menurut (Makmun, 2012) motivasi timbul dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang

berkembang dengan jalan datang dari dalam diri menuntut kemampuan setiap individu sesuai

individu itu sendiri (intrinsik) dan datang dari pendidikan yang dijalani dapat termotivasi dan

lingkungan (ekstrinsik) sedangkan motif tercapai visi dan misi pendidikan saat ini

tumbuh dan berkembangnya motivasi dibagi (Nurdin, 2005). Sedangkan Kurikulum yang

atas motif primer dan motif skunder. diterapkan di STIKES Hang Tuah

Berkenaan dengan itu maka diperlukan suatu Tanjungpinang berbasis kompetensi baru

konsep dasar yang berkaitan dengan bagaimana dilaksanakan pada tahun ini. Dan ini

cara terbaik yang dapat diterapkan untuk menunjukkan bahwa suatu indikasi perlunya

membelajarkan siswa dan faktor pendukung perkembangan pendidikan dari sistem

pembelajarannya. Sistem KBK yang diterapkan

434
di STIKES Hang Tuah masih banyak rata dibawah standar dengan 4 mahasiswa

menggunakan metode ceramah dan diskusi kurang dari sebagian (57%) tidak memuaskan

yang kadang menyamaratakan kemampuan dan 3 mahasiswa kurang dari sebagian (43%).

mahasiswa untuk dituntut dapat memahami Hasil wawancara pada mahasiswa tersebut yang

pembelajaran serta bersifat aplikatif. Hal ini dikategorikan rendah ini didapatkan bahwa

tentunya kurang adil bagi kelompok mahasiswa mereka tidak bisa mengikuti cara belajar teman-

yang memiliki kemampuan yang rendah temannya, dan terkadang malu untuk bergabung

dibandingkan kemampuan diatasnya. Oleh seakan mereka tidak bisa. Sehingga mereka

karena itu, pendidikan dengan sistem KBK ini terbiasa mempelajari sendiri namun tidak

perlu didukung dengan suatu metode yang sepaham dengan kemampuan diatas mereka.

memperhatikan keragaman kemampuan Dari uraian di atas, penulis tertarik,

individu, dimana hal ini masih dalam lingkup berinisiatif, dan akhirnya mengadakan

KBK dengan pembagian kelompok dan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode

perlakuan yang berbeda tiap kelompok. pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

Berdasarkan hasil wawancara kepada (ATI) terhadap peningkatan motivasi belajar

19 orang responden mahasiswa program studi STIKES Hang TuahTanjungpinang tahun 2015.

S-1 keperawatan STIKES Hang Tuah BAHAN DAN METODE

Tanjungpinang Semester II didapatkan bahwa PENELITIAN

pada umumnya (100%) mengatakan metode Desain penelitian yang digunakan pada

pembelajaran ATI ini belum pernah diterapkan penelitian ini adalah Quasy Experiment Design,

di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang dan pre and post test without control group design.

mereka juga belum pernah mendengar istilah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

metode pembelajaran ATI. Dan mengatakan mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

bahwa sistem pengajaran di STIKES Hang dengan metode consecutive sampling pada 36

Tuah didominasi dengan ceramah konvensional responden. Penelitian ini dilaksanakan selama 6

dan penugasan jika pengajar berhalangan untuk bulan pada bulan Oktober 2014 s/d April 2015.

hadir. Dari 19 mahasiswa yang diwawancarai

terdapat 7 mahasiswa yang memiliki nilai rata-

435
HASIL PENELITIAN kelompok tinggi hanya didapatkan kurang dari

1. Karakteristik Responden Berdasarkan sebagianyaitu 6 orang responden (17%).

Kelompok Kemampuan (Aptitude). 2. Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan

Berdasarkan nilai aptitude testing Pembelajaran Dengan Metode ATI.

dengan caramenginventarisasi hasil belajar Dari hasil penelitian yang dilakukan

seluruh siswa di kelas. Hal ini dilakukan didapati hasil distribusi sebagai berikut :

dengan cara mengujisiswa dengan soal Tabel 2

pengetahuan satu tingkat dibawah Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Motivasi Sebelum Diberikan Pembelajaran ATI


pengetahuan mereka saat ini.
Tahun 2015
Tabel 1

Karakteristik Responden Berdasarkan

KelompokKemampauan (Aptitude) MOTIVASI


NO KRITERIA
Tahun 2015 FREKUENSI PERSENTASE

1 Baik 18 50%

NO KELOMPOK FREKUENSI PERSENTASE 2 Tidak Baik 18 50%

TOTAL 36 100%
1 Tinggi 6 17%

2 Sedang 16 44%

3 Rendah 14 39% Berdasarkan tabel 2 di atas,

karakteristik responden berdasarkan tingkat


TOTAL 36 100%
motivasi memiliki jumlah responden yang sama

lebih dari sebagian yaitu 18 responden (50%)


Berdasarkan tabel 1 diatas, karakteristik
memiliki tingkat motivasi baik dan tidak baik
responden berdasarkan kemampuan kurang dari
sebelum diberikan pembelajaran ATI.
sebagian yaitu 16 orang responden (44%)
Tabel 3
memiliki kemampuan sedang.Sementara
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
karakteristik responden berdasarkan
Motivasi Sesudah Diberikan Pembelajaran ATI
kemampuan rendahdidapatkan kurang dari
Tahun 2015
sebagian yaitu 14 orang responden (39%) dan

436
MOTIVASI
NO KRITERIA
FREKUENSI PERSENTASE

1 Baik 30 83%

2 Tidak Baik 6 17%

TOTAL 36 100%

3. Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan MOTIVASI

Pembelajaran Dengan Metode ATI. NO APTITUDE BAIK TIDAK BAIK

F % F %

Berdasarkan tabel 3 di atas, karakteristik 1 Tinggi 6 33% 0 0%

responden berdasarkan tingkat motivasi, 2 Sedang 10 56% 6 33%

sebagian besar yaitu 30 responden (83%) 3 Rendah 2 11% 12 67%

memiliki tingkat motivasi baik sedangkan TOTAL 18 100% 18 100%

karakteristik responden berdasarkan tingkat

motivasi kurang dari sebagian yaitu 6 Berdasarkan tabel 4 di atas, karakteristik

responden (17%) memiliki tingkat motivasi responden berdasarkan kemampuan (aptitude)

tidak baik setelah diberikan pembelajaran ATI. dan tingkat motivasi sebelum diberikan

4. Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan pembelajaran ATI lebih dari sebagian yaitu 12
Pembelajaran Dengan Metode ATI responden (67%) memiliki tingkat motivasi

Berdasarkan Kelompok Kemampuan tidak baik dan kurang dari sebagian yaitu 2

(Aptitude) Peserta Didik. responden 11%) memiliki tingkat motivasi baik

pada kelompok rendah. Sementarakurang dari


Tabel 4 sebagian yaitu 6 responden (33%) memiliki
Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan
tingkat motivasi tidak baik pada kelompok
Pembelajaran ATI Berdasarkan Kelompok
sedang dan lebih dari sebagian yaitu 10
Kemampuan (Aptitude) Peserta Didik
responden (56%) memiliki tingkat motivasi
Tahun 2015
baik pada kelompok sedang.

437
5. Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan tingkat motivasi tidak baik dan kurang dari

Pembelajaran Dengan Metode ATI sebagian yaitu 12 responden (33%) memiliki

Berdasarkan Kelompok Kemampuan tingkat motivasi baik pada kelompok sedang.

(Aptitude) Peserta Didik. Analisis bivariat pada penelitian ini

Tabel 5 menggunakan uji Paired Sample T-Test yang

Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan termasuk ke dalam uji statistik parametrik. Pada
Pembelajaran ATI Berdasarkan Kelompok
statistik parametrik, datanya berdistribusi
Kemampuan (Aptitude) Peserta Didik
normal dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
Tahun 2015
0,000 lebih kecil dari nilai ρ= 0,05 dan variasi
MOTIVASI
datanya homogen.
TIDAK
NO APTITUDE Tabel 6
BAIK BAIK
Tingkat Motivasi Sebelum dan Sesudah
F % F % Diberikan Pembelajaran ATI Peserta

1 Tinggi 6 17% 0 0% DidikTahun 2015

2 Sedang 12 33% 2 6% Variabel


Mean Min Maks ρvalue
3 Rendah 12 33% 4 11% SD

TOTAL 30 83% 6 17% Motivasi

Berdasarkan tabel 5 di atas, Pretest 3.7 0.3 3.7 4.2 0.000

karakteristik responden berdasarkan

kemampuan (aptitude) dan tingkat motivasi Posttest 4.4 0.5 3.8 5.0

sesudah diberikan pembelajaran ATI kurang

dari sebagian yaitu 4 responden (11%) Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa

memiliki tingkat motivasi tidak baik dan kurang untuk motivasi sebelum pembelajaran ATI,

dari sebagian yaitu 12 responden (33%) peserta didik mempunyai nilai motivasi rata-

memiliki tingkat motivasi baik pada rata 3,7. Sedangkan setelah pembelajaran ATI,

kemampuan rendah. Sementara kurang dari peserta didik mempunyai nilai motivasi rata-

sebagian yaitu 2 responden (6%) memiliki rata 4,4. Terlihat bahwa probabilitas atau ρ

438
value 0,000. Karena 0,000 < 0,05, maka H0 value, sebesar 0.001 < 0.05. Hal ini berarti H 0

ditolak. Dapat disimpulkan bahwa motivasi ditolak, kesimpulannya bahwa semua

sebelum dan sesudah pembelajaran ATI kelompok mempunyai rata-rata yang berbeda.

berbeda secara nyata.Atau, pembelajaran ATI Artinya terdapat perbedaan peningkatan

tersebut efektif dalam peningkatan motivasi motivasi belajar yang signifikan peserta didik

belajar secara bermakna. kemampuan tinggi, sedang dan rendah sebelum

Analisis multivariat dalam penelitian ini dilakukan perlakuan dengan peserta didik

menggunakan ujiOne Way Anova dimana uji kemampuan tinggi, sedang, dan rendah setelah

tersebut digunakan untuk mengetahui ada dilakukan perlakuan metode pembelajaran ATI.

tidaknya perbedaan rata-rata antara tiga Tabel 8

variabel bebas (independent) yang dalam hal ini Hasil Uji Post Hoc Data Normal Gain Angket

Motivasi Belajar
adalah metode pembelajaran ATI yang dibagi
Per Kelompok Kemampuan
menjadi tiga kelompok kemampuan dengan
MEAN
satu variabel terikat (dependent) sebagai
NO KLP ρvalue
DIF
motivasi belajar.

Tabel 7 SEDANG 0.8* 0.002


1 TINGGI
Hasil Uji ANOVA Data Normal Gain Angket RENDAH 0.3 0.372

Motivasi Belajar Per Kelompok Kemampuan TINGGI -0.8* 0.002


2 SEDANG
RENDAH -0.5* 0.004

MOTIVASI TINGGI -0.31 0.372


3 RENDAH
NO KLP ρ SEDANG 0.5* 0.004
MEAN SD MIN MAX
value Untuk melihat kelompok mana yang lebih

1 TINGGI 0.9 0.1 0.9 1.0 baik peningkatan motivasi belajar ilmu

2 SEDANG 0.2 0.3 0.1 0.8 0.001 keperawatan dasar, maka harus dilanjutkan

3 RENDAH 0.7 0.4 0.2 0.9 dengan uji Post Hoc.

TOTAL 1.8 0.8 1.22 2.76

Berdasarkan tabel 7 dari hasil pengujian

diperoleh output yang menunjukkan bahwa ρ

439
Dengan melihat ada tidaknya tanda berhubungan dengan hasrat, keinginan,

* pada kolom Mean Difference, terlihat dorongan dan tujuan (Notoatmodjo, 2010).

bahwa: Motivasi juga merupakan keseluruhan

1) Mean dari kelompok sedang berbeda secara daya penggerak baik dari dalam diri maupun

nyata dengan kelompok tinggi dan rendah dari luar dengan menciptakan serangkaian

2) Mean dari kelompok rendah berbeda secara usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi

nyata dengan kelompok sedang tertentu yang menjamin kelangsungan dan

3) Mean dari kelompok tinggi berbeda secara memberikan arah pada kegiatan sehingga

nyata dengan kelompok sedang. tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat

Dari tabel Post Hoc Testdi atas tercapai (Haryanto, 2010)

memperlihatkan bahwa kelompok yang Pendapat lain menurut John Elder dalam

menunjukan adanya perbedaan rata-rata Notoatmodjo (2010) mendefinisikan motivasi

motivasi belajar paling dominan (ditandai sebagai : interaksi antara perilaku dan

dengan tanda bintang "*") adalah Kelompok lingkungan sehingga dapat meningkatkan,

tinggi, sedang dan rendah. menurunkan atau mempertahankan perilaku.

PEMBAHASAN Definisi ini lebih menekankan pada hal-hal

Berdasarkan hasil penelitian, sebelum yang dapat diobservasi dari proses

dilakukan pembelajaran Aptitude Treatment motivasi.Sedangkan secara psikologi, berarti

Interaction (ATI)lebih dari sebagian yaitu usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau

18orang responden (50%) memiliki tingkat kelompok orang tergerak melakukan sesuatu

motivasi tidak baik dan baik yang berdasarkan karena ingin mencapai tujuan yang

hasil pengukuran dengan menggunakan lembar dikehendakinya, atau mendapat kepuasan

observasi dan kuesionerAttention, Confident, dengan perbuatannya.

Relevance, Satisfaction (ACRS). Seseorang mendapat dorongan untuk

Motivasi secara umum mengacu pada melakukan suatu aktivitas didasari atas adanya

adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan bioghenic theoriesdan sociogenic theories.

kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, Bioghenic theories yang menyangkut proses

dalam mempelajari motivasi kita akan biologis lebih menekankan pada mekanisme

440
pembawaan biologis. Sedang yang sociogenic pembelajaran ATI terhadap peningkatan

theories lebih menekankan adanya pengaruh motivasi belajar mahasiswa STIKES Hang

kebudayaan atau kehidupan masyarakat Tuah Tanjungpinang Tahun 2015.

(Haryanto, 2010). Hal ini berkelanjutan juga dengan hasil

Dengan demikian, dapatlah ditegaskan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

bahwa motivasi, akan selalu terkait dengan soal Agustina (2010) yang melakukan penelitian

kebutuhan. Sebab kebutuhan seseorang akan berjudul hubungan minat dan motivasi menjadi

terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada perawat dengan prestasi belajar pada

sesuatu kebutuhan. Kebutuhan tersebut timbul mahasiswa program studi DIII keperawatan

karena adanya keadaan yang tidak seimbang, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi

tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut Husada Tulungagung Tahun 2010, data

suatu kepuasan.Hal ini menunjukkan bahwa dianalisis dengan derajat kemaknaan α =

kebutuhan manusia bersifat dinamis, berubah- 0,01,ada hubungan yang signifikan antara minat

ubah sesuai dengan sifat kehidupan manusia itu dengan prestasi belajar karena diperoleh r

sendiri. hitung > r tabel yaitu 0,764 >0,159 (ρ= 0.0002)

Perlu ditegaskan, bahwa motivasi ada hubungan yang signifikan antara motivasi

bertalian dengan suatu tujuan. Dengan dengan prestasi belajar karena diperoleh r

demikian, motivasi mempengaruhi adanya hitung > r tabel yaitu 0,632 > 0,159 (ρ= 0.0003)

kegiatan. Sehubung dengan hal tersebut ada tiga ada hubungan yang signifikan antara minat dan

fungsi motivasi yaitu mendorong manusia motivasi secara bersama – sama dengan prestasi

untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, dan belajar dengan nilai F hitung > dari F tabel yaitu

menyeleksi perbuatan (Sardiman, 2011). 103,58> 4,78.

Responden yang memiliki tingkat


Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
motivasi tidak baik disebabkan karena
adanya pengaruh antara metode pembelajaran
kurangnya motivasi didalam dirinya atau
ATI dengan peningkatan motivasi belajar.
motivasi intrinsik yang merupakan produk dari
Dimana Ho ditolak yang berarti adanya
pemikiran, harapan dan tujuan seseorang.
pengaruh yang bermakna antara metode
Menurut Nurdin (2005) “Model pembelajaran

441
Aptitude-treatment Interaction (ATI) adalah sesudah pembelajaran ATI berbeda secara

suatu konsep atau pendekatan yang memiliki nyata.Atau, pembelajaran ATI tersebut efektif

sejumlahstrategi pembelajaran (treatment) yang dalam peningkatan motivasi belajar secara

efektif digunakan individu tertentu sesuai bermakna.

dengan kemampuan masing-masing”.


PENUTUP
Nurdin (2005) menyatakan “Model
A. Kesimpulan
pembelajaran Aptitude-Treatment Interaction
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa :
(ATI) bertujuan untuk menciptakan dan
1. Karakteristik responden berdasarkan
mengembangkan suatu model pembelajaran
kemampuankurang dari sebagian yaitu
yang betul-betul peduli dan memperhatikan
16orang responden (44%) memiliki
keterkaitan antara kemampuan (aptitude)
kemampuan sedang. Sementara
seseorang dengan pengalaman belajar atau
karakteristik responden berdasarkan
secara khas dengan model pembelajaran
kemampuan kurang dari sebagian yaitu 14
(treatment)”. Untuk mencapai tujuan tersebut
orang responden (39%) memiliki
model pembelajaran ATI berupaya menemukan
kemampuan rendah dan kurang dari
dan memilih sejumlah pendekatan, metode atau
sebagianyaitu 6 orang responden (17%)
cara, strategi yang akan digunakan sebagai
memiliki kemampuan tinggi.
perlakuan (treatment) yang tepat, yaitu
2. Karakteristik responden berdasarkan
perlakuan yang sesuai dengan perbedaan
tingkat motivasi sebagian besar yaitu 30
kemampuan siswa.
responden (83%) memiliki tingkat motivasi
Oleh sebab itu, motivasi sebelum
baik sedangkan karakteristik responden
pembelajaran ATI, peserta didik mempunyai
berdasarkan tingkat motivasikurang dari
nilai motivasi rata-rata 3,7306. Sedangkan
sebagian yaitu 6 responden (17%) memiliki
setelah pembelajaran ATI, peserta didik
tingkat motivasi tidak baik setelah
mempunyai nilai motivasi rata-rata
diberikan pembelajaran ATI.
4,3661dengan probabilitas atau p value 0,000.
3. Pada kelompok setelah dilakukan
Karena 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak. Dapat
pembelajaran ATI, hasil uji statistik
disimpulkan bahwa motivasi sebelum dan

442
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara sedang dan rendah sebelum diberikan

Pembelajaran dengan Metode Aptitude perlakuan dengan kelompok kemampuan

Treatment Interaction (ATI) Terhadap yang sudah diberikan perlakuan.

Peningkatan Motivasi Belajar Mahasiswa


B. Saran
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Hal
1. Karena telah terbukti terdapat pengaruh
ini dibuktikan oleh hasil ρ value= 0,000,
metode pembelajaran ATI terhadap
yang mana lebih kecil nilainya dari 0,05,
peningkatan motivasi belajar maka
maka keputusannya Ho Ditolak yang
diharapkan kepada tenaga pendidik dan
artinya ada pengaruh yang bermakna antara
tenaga kependidikan maupun pembaca
metode pembelajaran ATI terhadap
dapat menggunakan metode pembelajaran
peningkatan motivasi belajar STIKES
ATI yang memperhatikan keseragaman
Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015.
kemampuan individu dalam meningkatkan
4. Hasil uji statistik dengan uji One Way-
motivasi belajar peserta didik selain
ANOVA berdasarkan kelompok
pembelajaran konvesional.
kemampuan peserta didik bahwa semua
2. Selain sasarannya kepada individu
kelompok mempunyai rata-rata yang
diharapkan Dinas Pendidikan dan
berbeda. Artinya terdapat peningkatan
Kebudayaan (DIKBUD) dapat
motivasi belajar yang signifikan antara
mengembangkan informasi mengenai
peserta didik kemampuan tinggi, sedang
pembelajaran dengan metode Aptitude
dan rendah sebelum dilakukan perlakuan
Trearment Interaction (ATI) sebagai
dengan peserta didik kemampuan tinggi,
metode pembelajaran dalam meningkatkan
sedang, dan rendah setelah dilakukan
motivasi belajar peserta didik, sehingga
perlakuan metode pembelajaran ATI. Hal
peserta didik berpacu dalam meningkatkan
ini dibuktikan oleh hasil ρ value = 0.001,
kemampuan individu untuk menunjang
yang mana lebih kecil nilainya dari 0.05,
dunia pendidikan
maka keputusannya Ho Diterima yang
3. Diharapkan bagi peneliti lain agar terus
berarti ada perbedaan rata-rata terhadap
mengembangkan penelitian tentang
semua kelompok kemampuan tinggi,

443
penggunaan metode pembelajaran ATI Education Stanford Univercity

terhadap peningkatan motivasi belajar Standford

dengan membandingkan penggunaan Dharma, Kelana Kusuma, (2011). Metodologi

metode pembelajaran lain dalam Penelitian Keperawatan. Jakarta :

meningkatkan motivasi belajar. Trans Info Media

KEPUSTAKAAN Djamarah, B, S, (2010). Strategi Belajar

Agustiana, Sri, (2010). Hubungan Minat dan Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Motivasi menjadi Perawat dengan Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi

Prestasi Belajar pada Mahasiswa Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Program Studi D III Keperawatan di Cipta

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nursalam, (2003). Konsep dan penerapan

Hutama Abdi Husada Tulungagung. Metodologi Penelitian Ilmu

Skripsi tidak diterbitkan Sekolah Keperawatan. Edisi 1. Jakarta :

Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi Salemba Medika

Husada Tulungagung. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu

Arikunto, Suharsimi, (2010). Manajemen Keperawatan : Pendekatan Praktis.

Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Jakarta : Salemba.

Astuti, PD, (2013). Efektivitas Metode Oemar Hamalik. 2003. Proses belajar

Pembelajaran Aptitude Treatment Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara.

Interaction (ATI) Terhadap Rianto, (2013). Perubahan Kurikulum menjadi

Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kurikulum 2013.

Motivasi Belajar Matematika Peserta http://www.kurikulumindonesia.com/

Didik. Diakses: 20 April 2014.

Cronbach, L. J., Snow, R.1969. Final Report Santrock, J.W. (2008). Educational psychology,

Individual Differences in Learning (2nded.). Jakarta : Kencana.

Ability as a Function of Intructional

Variables. California: School of

444
Sardiman, AM. (2011). Interaksi dan Motivasi Winkel. W. S. (2007). Psikologi Pengajaran.

Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Yogyakarta : Media Abadi

Grafindo Persada Woolfolk, Anita. 2004. Educational

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor – Faktor Psychology (Ninth Edition). Boston:

Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Allyn and Bacon

Cipta Woolfolk, Anita. 2009. Educational

Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Psychology: Active Learning Edition

Teori dan Praktek (Edisi Kedelapan). (Edisi Sepuluh). Yogyakarta : Pustaka

Jakarta: PT Indeks Pelajar

Sutikno, S. (2007). Strategi Belajar Mengajar.


1
Bandung : PT. Refika Aditama Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns,

Syafruddin, N, (2005). Model Pembelajaran M. Kep, CWT : Dosen STIKES Hang Tuah

yang Memperhatikan Keragaman Tanjungpinang.

Individu Siswa Dalam Kurikulum

Berbasis Kompetensi. Ciputat :

Quantum Teaching

Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Pendidikan

dengan Pendekatan Baru. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

UNPAD. Diskusi Edufest 2011 Tentang Kritisi

Mutu Pendidikan. Artikel :

http://www.unpad.ac.id/archives/4623

3. Diakses : 10 Januari 2014

Wati, Lidya, (2013). Panduan Penyusunan

Metodologi Riset Keperawatan. Skripsi

Tidak Diterbitkan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Tanjungpinang

445
PEMBERIAN TEKNIK MULLIGAN DAN SOFT TISSUE
MOBILIZATION LEBIH BAIK DARIPADA HANYA SOFT TISSUE
MOBILIZATION DALAM MENINGKATKAN LINGKUP GERAK
SENDI EKSTENSI, ROTASI, LATERAL FLEKSI CERVICAL PADA
MECHANICAL NECK PAIN

Sudaryanto
Jl. Bendungan Bili-Bili No. 1 Karunrung (Akper Tidung), Makassar, Sulawesi Selatan
Fisioterapis-Poltekkes Negeri Makasar
sudaryanto_suyono@yahoo.com

ABSTRAK
Latar belakang: Mechanical neck pain merupakan kasus yang memiliki prevalensi yang sama tingginya dengan
low back pain, dan banyak dijumpai di berbagai lahan praktek fisioterapi. Kombinasi teknik Mulligan dan Soft
Tissue Mobilization merupakan salah satu teknik manual terapi yang sangat efektif dan efisien di dalam menangani
kasus mechanical neck pain namun masih sangat jarang digunakan oleh fisioterapis di lahan praktek. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas antara teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization dengan
hanya Soft Tissue Mobilization terhadap peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi
cervical pada mechanical neck pain. Metode: Desain penelitian ini adalah pre test – post test control group design
dengan menggunakan 2 kelompok sampel yaitu kelompok kontrol yang diberikan intervensi Soft Tissue
Mobilization dan kelompok perlakuan yang diberikan kombinasi teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization.
Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah goniometer, dimana goniometer digunakan untuk
mengukur lingkup gerak ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical baik sebelum intervensi maupun sesudah
intervensi. Sampel penelitian berjumlah 32 orang yang dibagi ke dalam 2 kelompok sampel yaitu 16 orang pada
kelompok kontrol dan 16 orang pada kelompok perlakuan. Sampel pada kelompok kontrol memiliki usia rata-rata
sebesar 35,69 dengan laki-laki sebanyak 7 orang (43,8%) dan perempuan sebanyak 9 orang (56,2%) serta arah
keterbatasan kanan sebanyak 12 orang (75%) dan keterbatasan kiri sebanyak 4 orang (25%). Sedangkan pada
kelompok perlakuan memiliki usia rata-rata sebesar 35,94 dengan laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%) dan
perempuan sebanyak 6 orang (37,5%) serta arah keterbatasan kanan sebanyak 11 orang (62,5%) dan keterbatasan
kiri sebanyak 5 orang (31,2%). Hasil: Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji independent sampel t-
test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan
lateral fleksi kelompok kontrol dan rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi kelompok
perlakuan, dengan nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization
menghasilkan peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical yang lebih besar
secara signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue Mobilization pada mechanical neck pain. Kesimpulan: Dengan
demikian dapat ditarik simpulan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization lebih baik daripada hanya
Soft Tissue Mobilization dalam meningkatkan lingkup gerak sendi ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada
mechanical neck pain.

Kata kunci : mechanical neck pain, teknik mulligan, soft tissue mobilization

ABSTRACT
Background: Mechanical neck pain has the same high prevalence with low back pain, and commonly found in
many of physiotherapy practice. Combination of Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization are one of
manual therapy technique highly effective and efficient to care the case of mechanical neck pain but still very
rarely used by physiotherapist in fields of practice. Objective: This study aimed to know the effectiveness between
Mulligan technique – Soft Tissue Mobilization and only Soft Tissue Mobilization to the increasing range of motion
extension, rotation and side flexion cervical on the mechanical neck pain. Method: The study design was a pre
test – post test control group design using two group of samples are control groups that given intervention Soft
Tissue Mobilization and treatment groups that given a combination of Mulligan technique and Soft Tissue
Mobilization. Measuring instrument used for data collection was goniometer, that the goniometer was used to
measure the range of motion extension, rotation and lateral flexion of the cervical either before the intervention
and after the intervention. Sample of this study was 32 people who divided into 2 groups of samples were 16 people

446
in the control group and 16 people in the treatment group. Samples in the control group had a mean age of 35,69
with male of 7 people (43,8%) and female of 9 people (56,2%) as well as limitations of the right direction were 12
people (75%) and left direction were 4 people (25%). Whereas in the treatment group had e mean age of 35,94
with male of 10 people (62,5%) and female of 6 people (37,5%) as well as limitations of the right direction were
11 people (62,5%) and left direction were 5 people (31,2%). Result: The results of hypothesis testing using
independent sampel t-test showed a significant difference between the mean post-intervention ROM extension,
rotation, lateral flexion of the control groups and the mean post-intervention ROM extension, rotation, lateral
flexion of the treatment groups, with value p < 0,05. It is suggests that the Mulligan technique and Soft Tissue
Mobilization resulting increase range of motion extension, rotation, and side flexion of the cervical that
significantly greater than only Soft Tissue Mobilization on the mechanical neck pain. Conclusion: Thus, it can be
concluded that the Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization better than only Soft Tissue Mobilization to
the increasing range of motion extension, rotation, and side flexion cervical on the mechanical neck pain.

Key words : mechanical neck pain, mulligan technique, soft tissue mobilization

PENDAHULUAN spesific neck pain yang biasa dinamakan secara


Secara mekanikal, cervical spine
sederhana dengan istilah “mechanical neck
merupakan regio yang paling mobile dan
pain”. Mechanical neck pain mencakup kondisi
memiliki peluang terjadinya perubahan beban
minor strain/sprain pada otot dan ligamen serta
mekanikal kaitannya dengan perubahan posisi
disfungsi facet joint. Kebiasaan postur yang
kepala dan perubahan postur cervicothoracal.
jelek merupakan faktor kontribusi dari
Perubahan biomekanik cervical spine dapat
mechanical neck pain.
mempengaruhi struktur cervical spine dimana
Dalam penelitian epidemiologi, insiden
cervical spine menerima beban kepala dengan
mechanical neck pain paling banyak dialami
distribusi yang tidak merata, dan hal ini lebih
populasi usia 18 – 30 tahun sampai usia
banyak mempengaruhi lower cervical karena
pertengahan. Mechanical neck pain merupakan
lower cervical menjadi paling besar menerima
problem klinis yang signifikan dengan
beban akibat perubahan biomekanik tersebut.
prevalensi yang sama tinggi dengan prevalensi
Keadaan ini dapat memicu terjadinya nyeri
low back pain. Suatu evidence synthesis di
tengkuk.
Amerika Serikat menunjukkan bahwa penderita
Nyeri tengkuk merupakan kondisi yang
mechanical neck pain yang melapor sendiri
umum terjadi dimana sekitar 60% orang di
pada populasi umum berkisar antara 146 dan
dunia dapat mengalami nyeri tengkuk pada
213 per 1000 pasien per tahun. Hasil penelitian
setiap waktu dalam kehidupannya. Tipe nyeri
multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah
tengkuk yang paling sering terjadi adalah non-
sakit di Indonesia diperoleh prevalensi nyeri

447
leher disertai dengan nyeri kepala sebesar 24% penelitian menunjukkan hubungan yang sangat

dari populasi umum. kuat antara mechanical neck pain dengan

Mechanical neck pain, secara khas pekerjaan dalam postur statik seperti pengetik,

digambarkan sebagai nyeri lokal atau non- penjahit, pengrajin. Kerja yang berat, kerja

radikular pain dengan intensitas nyeri yang berulang, gaya dan fleksi leher yang statik

meningkat saat terjadi gerakan pada cervical. dalam posisi duduk, semuanya berhubungan

Suatu riwayat penyakit yang jelas dan dengan kejadian mechanical neck pain.7 Posisi

pemeriksaan fisik yang teliti dapat membantu duduk dengan postur yang jelek merupakan

jika nyeri tengkuk tergolong ke dalam posisi yang paling sering menyebabkan stress

mechanical neck pain dengan memperhatikan postural pada cervical, dimana sering terjadi

ada tidaknya tanda-tanda atau gejala-gejala duduk dengan kepala dalam posisi protrude.

patologi major seperti fraktur, myelopathy, Sumber gejala dari mechanical neck

neoplasma, atau penyakit sistemik, dan ada pain khususnya berasal dari zygapophyseal

tidaknya tanda-tanda neurologis (refleks joint atau uncovertebral joint pada cervical, dan

tendon, gangguan sensorik/motorik). umumnya menyebabkan keterbatasan gerak ke

Mechanical neck pain merupakan nyeri segala arah terutama gerak rotasi, lateral fleksi

leher yang tidak beradiasi ke lengan atau upper dan ekstensi cervical.9 Hilangnya lingkup gerak

extremitas, dimana nyeri tejadi pada area leher, cervical pada mechanical neck pain sangat

occipital, dan punggung bagian atas. Sesuai berhubungan dengan nyeri yang diikuti oleh

dengan namanya “mechanical” maka kondisi minor positional fault pada facet joint dan

ini sangat berhubungan dengan mekanik muscle guarding/splinting pada otot-otot

gerakan. paravertebralis cervical, levator scapulae, dan

Mechanical neck pain sering upper trapezius.

berhubungan dengan kebiasaan postur yang Beberapa intervensi dapat diterima

jelek terutama dalam aktivitas pekerjaan. sebagai standar penatalaksanaan untuk

Pekerjaan yang secara fisik menuntut postur mechanical neck pain seperti traksi, latihan

statik yang repetitif memberikan peluang aktif dan pasif, ultrasound, transcutaneous

terjadinya mechanical neck pain. Beberapa electrical nerve stimulation (TENS), edukasi

448
pasien, dan obat-obatan antiinflamasi non- Metode Muscle Energy memiliki aplikasi yang

steroid, tetapi bukti penelitian yang substansial ditujukan pada normalisasi struktur-struktur

menyangkut efektifitasnya masih kurang. jaringan lunak seperti otot-otot yang memendek

Manual terapi dan/atau mobilisasi spine (tension/hipertonus), namun secara tidak

umumnya digunakan dalam penatalaksanaan langsung memberikan implikasi pada sendi

mechanical neck pain. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan otot yang memendek,

menunjukkan bahwa penggunaan manual terapi sehingga metode ini dapat juga digunakan

spine pada cervical spine merupakan intervensi untuk membantu memperbaiki mobilitas sendi

yang efektif dan efisiensi biaya pengobatan melalui efeknya pada jaringan lunak yang

untuk pasien-pasien mechanical neck pain. disfungsi.

Meskipun demikian, beberapa pengamatan Myofascial Release Technique

peneliti di beberapa Rumah Sakit dan lahan merupakan salah satu metode Soft tissue

praktek (klinik mandiri) daerah Denpasar masih mobilization yang memfokuskan pada jaringan

jarang sekali menggunakan intervensi manual lunak yaitu fascia dan otot, berperan untuk

terapi spine. memberikan regangan atau elongasi pada

Manual terapi spine memiliki beberapa struktur otot dan fascia dengan tujuan akhir

metode, antara lain adalah Soft Tissue adalah mengembalikan kualitas cairan atau

Mobilization dan teknik Mulligan. Soft tissue lubrikasi pada jaringan fascia, mobilitas

mobilization merupakan salah satu metode jaringan fascia dan otot, dan fungsi sendi

manual terapi yang efektif untuk kasus-kasus normal.

vertebra khususnya mechanical neck pain. Kedua metode Soft tissue mobilization

Muscle Energy Technique merupakan salah di atas sangat berperan di dalam menurunkan

satu metode Soft tissue mobilization yang biasa ketegangan otot dan taut band yang akhirnya

dikenal sebagai metode manipulasi osteopathic berimplikasi pada peningkatan lingkup gerak

soft tissue yang menggabungkan arah dan sendi cervical. Penelitian Nayak (2012), dengan

kontrol yang tepat dari pasien, kontraksi topik “Combined Effect of Myofascial Release

isometrik, yang didesain untuk memperbaiki And Muscle Energy Technique In Subjects With

fungsi muskuloskeletal dan menurunkan nyeri. Mechanical Neck Pain” menunjukkan adanya

449
penurunan nyeri dan perbaikan lingkup gerak A Randomised Controlled Trial” menunjukkan

sendi cervical yang bermakna pada pasien- hasil adanya perbaikan lingkup gerak cervical

pasien mechanical neck pain. dan penurunan nyeri yang signifikan pada

Problem keterbatasan gerak yang pasien-pasien mechanical neck pain.

ditimbulkan oleh zygapophyseal joint (facet Berdasarkan hal tersebut di atas yang didukung

joint) tidak dapat secara efektif dan efisien dengan hasil penelitian sebelumnya maka

diatasi oleh Soft Tissue Mobilization karena peneliti mencoba mengambil topik tentang

target jaringan dari metode ini adalah jaringan “Pemberian teknik Mulligan dan Soft Tissue

lunak di sekitar sendi, meskipun memiliki Mobilization lebih baik daripada Soft Tissue

dampak secara tidak langsung pada facet joint. Mobilization dalam meningkatkan lingkup

Penambahan teknik Mulligan pada intervensi gerak sendi cervical pada mechanical neck

soft tissue mobilization dapat menghasilkan pain”.

peningkatan lingkup gerak sendi cervical yang

lebih efektif dan efisien dimana problem sendi Metode Penelitian

akan terlepas secara maksimal. Secara khas, Ruang Lingkup Penelitian

konsep Mulligan adalah mobilisasi spine dalam Penelitian ini dilaksanakan di Poliklnik

posisi weight bearing dan arah mobilisasi Fisioterapi RS. Bali Royal Hospital, Jalan

paralel terhadap bidang gerak facet spinal. Tantular No. 6 Renon Denpasar, yang

Passive oscillatory mobilization yang dilaksanakan selama 12 minggu mulai tanggal

dinamakan dengan “NAGs” (Natural 1 April sampai tanggal 22 Juni 2013. Jenis

Apophyseal Glides) dan sustained mobilization penelitian ini adalah penelitian eksperimen

dengan gerakan aktif yang dinamakan dengan pre test – post test control group design.

“SNAGs” (Sustained Natural Apophyseal Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Glides) merupakan teknik utama dari konsep efektifitas dari penambahan teknik Mulligan

pengobatan pada spine. pada intervensi soft tissue mobilization terhadap

Penelitian Kumar et al. (2011), dengan peningkatan lingkup gerak sendi cervical pada

topik “Efficacy of Mulligan Concept (NAGs) on mechanical neck pain.

Pain at available end range in Cervical Spine: Populasi dan Sampel

450
Populasi dalam penelitian ini adalah 3 kali seminggu dengan interval waktu 1 hari,

sejumlah pasien yang datang berkunjung di jumlah terapi sebanyak 4 kali terapi.

Poliklinik Fisioterapi RS. Bali Royal Hospital Kelompok perlakuan

dengan keluhan nyeri dan kaku pada leher Kelompok perlakuan diberikan

selama penelitian berlangsung. Sampel intervensi teknik Mulligan dan soft tissue

penelitian adalah sejumlah sampel yang diambil mobilization. Penambahan teknik Mulligan

dari populasi terjangkau dan sesuai dengan dilakukan 6 kali repetisi dengan 2 set latihan

kriteria inklusi dalam pengambilan sampel. setiap kali kunjungan, frekuensi terapi 3 kali

Berdasarkan hasil rumus Pocock diperoleh seminggu dengan interval waktu 1 hari, jumlah

jumlah sampel sebanyak 17 orang (16,8 terapi sebanyak 4 kali setiap sampel.

dibulatkan menjadi 17) pada setiap kelompok

sampel sehingga total sampel sebanyak 34 Cara Pengumpulan Data

orang. Namun selama penelitian berlangsung, Sebelum diberikan intervensi pertama

terdapat 1 orang yang drop out pada kelompok maka sampel terlebih dahulu diukur lingkup

kontrol dan 1 orang yang drop out pada gerak sendi cervical-nya yang meliputi lingkup

kelompok perlakuan, sehingga jumlah sampel gerak ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi dengan

pada setiap kelompok adalah 16 orang dan total menggunakan goniometer. Pada akhir

sampel sebanyak 32 orang. intervensi keempat yaitu sesudah intervensi

Kelompok kontrol dilakukan kembali pengukuran lingkup gerak

Kelompok kontrol diberikan intervensi sendi cervical dengan menggunakan

soft tissue mobilization, terdiri atas Muscle goniometer yang sama.

Energy Technique (MET) dan Myofascial Prosedur pengukuran lingkup gerak

Release Technique (MRT). MET dilakukan sendi cervical:

sebanyak 3 kali repetisi setiap kali kunjungan, 1. Pengukuran LGS ekstensi cervical

frekuensi terapi 3 kali seminggu dengan interval a. Center fulcrum dari goniometer

waktu 1 hari, jumlah terapi sebanyak 4 kali diletakkan pada external auditory

terapi. MRT dilakukan 30 kali stroking pada meatus.

jaringan lunak setiap kali kunjungan, frekuensi

451
b. Lengan proksimal goniometer harus a. Center fulcrum dari goniometer

tegak lurus atau paralel dengan lantai. diletakkan diatas processus spinosus

c. Lengan distal goniometer harus segaris vertebra C7.

dengan base of the nares. b. Lengan proksimal harus segaris dengan

d. Selama pengukuran, lengan proksimal vertebra thoracal sehingga tegak lurus

goniometer dipertahankan tetap tegak dengan lantai.

lurus dengan lantai sedangkan lengan c. Lengan distal harus segaris dengan

distal tetap dipertahankan mengikuti midline dorsal kepala, patokan

gerakan dan segaris dengan base of the menggunakan occipital protube-rance

nares. external.

2. Pengukuran LGS rotasi cervical d. Selama pengukuran, lengan proksimal

a. Center fulcrum dari goniometer dipertahankan tetap segaris dengan

diletakkan diatas pusat os cranial dari vertebra thoracal sedangkan lengan

kepala distal tetap dipertahankan mengikuti

b. Lengan proksimal harus paralel dengan gerakan dan segaris dengan occipital

garis imajinasi antara kedua processus protuberance external.

acromion. Analisis data

c. Lengan distal harus segaris dengan Dalam menganalisis data penelitian

ujung hidung. yang telah diperoleh, maka peneliti

d. Selama pengukuran, lengan proksimal menggunakan beberapa uji statistik sebagai

dipertahankan tetap paralel dengan berikut:

garis imajinasi antara kedua processus 1. Uji statistik deskriptif, untuk memaparkan

acromion sedangkan lengan distal tetap karakteristik sampel berdasarkan usia,

dipertahankan mengikuti gerakan dan jenis kelamin dan arah keterbatasan gerak.

segaris dengan ujung hidung. 2. Uji Persyaratan Analisis, menggunakan uji

3. Pengukuran LGS lateral fleksi cervical Shapiro Wilk untuk mengetahui apakah

data berdistribusi normal (p>0,05) atau

tidak berdistribusi normal (p<0,05), dan

452
menggunakan uji Levene’s test untuk Karakteristik (%) Kontrol Perlakuan

mengetahui apakah sampel homogen sampel

(p>0,05) atau sampel tidak homogen Umur 16 35,69±7, 35,94±6,

(p<0,05). (tahun) 525 952

3. Uji analisis komparatif, menggunakan uji J.K :

statistik parametrik atau non-parametrik. Laki – laki 7 (43,8) - -

Hasil uji persyaratan analisis menunjukkan Perempuan 9 (56,2) - -

data berdistribusi normal maka digunakan A.K :

uji statistik parametrik yaitu uji paired Kanan 12 (75) - -

sample t dan uji independent sample t. Kiri 4 (25) - -

4. Uji paired sample t digunakan untuk

menganalisis data pre test dan post test Keterangan :

pada setiap kelompok sampel dengan J.K = jenis kelamin

hipotesis statistik yaitu taraf signifikansi A.K = arah keterbatasan

95% (nilai p < 0,05). (5) Uji independent Tabel di atas menunjukkan nilai rerata

sample t digunakan untuk menganalisis dan persentase sampel berdasarkan

data post test antara kelompok kontrol dan karakteristik sampel. Dilihat dari umur

kelompok perlakuan dengan tujuan untuk diperoleh nilai 35,69 ± 7,525 tahun untuk

membuktikan efektifitas dari penambahan kelompok kontrol dan diperoleh nilai 35,94 ±

teknik Mulligan, dengan hipotesis statistik 6,952 tahun untuk kelompok perlakuan. Hal ini

yaitu taraf signifikansi 95% (nilai p < menunjukkan bahwa rata-rata sampel tergolong

0,05). ke dalam usia dewasa baik pada kelompok

Hasil dan Pembahasan kontrol maupun kelompok perlakuan.

Tabel 1 Kemudian, dilihat dari jenis kelamin pada


Rerata dan Persentase Sampel kelompok kontrol diperoleh sampel laki-laki
berdasarkan karakteristik Sampel
sebanyak 7 orang (43,8%) dan sampel
n Rerata ± SB
perempuan sebanyak 9 orang (56,2%).

Sedangkan pada kelompok perlakuan diperoleh

453
sampel laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%) Tabel di atas menunjukkan nilai rerata

dan sampel perempuan sebanyak 6 orang sampel berdasarkan nilai LGS pre test, post test

(37,5%). Dilihat dari arah keterbatasan, pada dan selisih. Pada kelompok kontrol, dilihat dari

kelompok kontrol diperoleh data bahwa LGS ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar

keterbatasan kearah kanan sebanyak 12 orang 53,31o ± 5,606 dan rerata post test sebesar

(75%) dan keterbatasan kearah kiri sebanyak 4 67,25o ± 4,041 dengan selisih rerata sebesar

orang (25%). Sedangkan pada kelompok 13,94o ± 4,419. Dilihat dari LGS rotasi,

perlakuan diperoleh data bahwa keterbatasan diperoleh rerata pre test sebesar 56,69 o ± 3,478

kearah kanan sebanyak 11 orang (68,8%) dan dan rerata post test sebesar 69,25o ± 2,176

keterbatasan kearah kiri sebanyak 5 orang dengan selisih rerata sebesar 12,56o ± 3,366.

(31,2%). Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi

diperoleh rerata pre test sebesar 32,50 o ± 2,066

Tabel 2 dan rerata post test sebesar 42,38o ± 2,527

Rerata LGS (derajat) berdasarkan nilai dengan selisih rerata sebesar 9,88o ± 1,544.
pre test, post test dan selisih
Pada kelompok perlakuan, dilihat dari LGS
Klp Rerata LGS dan Simpang Baku
ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar 49,12 o
sampel Pre test Post test Selisih
± 6,386 dan rerata post test sebesar 71,19 o ±
Ekstensi : 4,651 dengan selisih rerata sebesar 22,06 o ±
Kontrol 53,31±5,606 67,25±4,041 13,94±4,419 5,483. Dilihat dari LGS rotasi, diperoleh rerata
Perlakuan 49,12±6,386 71,19±4,651 22,06±5,483 pre test sebesar 56,00o ± 3,882 dan rerata post
Rotasi : test sebesar 72,94o ± 2,265 dengan selisih rerata
Kontrol 56,69±3,478 69,25±2,176 12,56±3,366 sebesar 16,94o ± 3,872. Kemudian, dilihat dari
Perlakuan 56,00±3,882 72,94±2,265 16,94±3,872 LGS lateral fleksi diperoleh rerata pre test
Lat.fleksi sebesar 32,44o ± 2,128 dan rerata post test
Kontrol 32,50±2,066 42,38±2,527 9,88±1,544 sebesar 45,13o ± 1,455 dengan selisih rerata
Perlakuan 32,44±2,128 45,13±1,455 12,69±2,243 sebesar 12,69o ± 2,243.

Uji Normalitas Data dan

Homogenitas Varian

454
Tabel 3 Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah

Uji normalitas data dan homogenitas varian intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
p uji normalitas Homogenitas kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu
(Shapiro Wilk) dengan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data
Kelompok
Levene’s test berdistribusi normal. Dilihat dari LGS rotasi,
data
Kontrol Perlakua
hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol
n
sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
Ekstensi :
kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu
Sebelum 0,248 0,375 0,447
nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data
Sesudah 0,158 0,480 0,502
berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji

Rotasi : Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah

Sebelum 0,580 0,542 0,485 intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada

Sesudah 0,093 0,069 0,876 kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu

nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data


Lat.fleksi :
berdistribusi normal. Dilihat dari LGS lateral
Sebelum 0,055 0,521 0,451
fleksi, hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok
Sesudah 0,129 0,254 0,010
kontrol sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05

dan pada kelompok perlakuan sebelum

intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini


Tabel di atas menunjukkan hasil uji
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
normalitas dengan Shapiro-Wilk test dan uji
Kemudian, hasil uji Shapiro-Wilk pada
homogenitas varian dengan Levene’s test.
kelompok kontrol sesudah intervensi yaitu nilai
Dilihat dari LGS ekstensi diperoleh hasil uji
p > 0,05 dan pada kelompok perlakuan sesudah
Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sebelum
intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini
intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu
Berdasarkan uji homogenitas dengan
nilai p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data
Levene’s test diperoleh data untuk LGS ekstensi
berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji
sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang

455
berarti data bersifat homogen dan sesudah Kelompok
Sebelum Sesudah p
intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data data

bersifat homogen. Dilihat dari LGS rotasi, hasil Ekstensi :

uji Levene’s test sebelum intervensi yaitu nilai Rerata 53,31 67,25 0,0001

p > 0,05 yang berarti data bersifat homogen dan SB 5,606 4,041

sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang Rotasi :

berarti data bersifat homogen. Dilihat dari LGS Rerata 55,75 69,25 0,0001

lateral fleksi, hasil uji Levene’s test sebelum SB 3,022 2,176

intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data Lat.fleksi :

bersifat homogen dan sesudah intervensi yaitu Rerata 32,19 42,38 0,0001

nilai p < 0,05 yang berarti data tidak bersifat SB 2,455 2,527

homogen.

Melihat keseluruhan hasil uji Tabel diatas menunjukkan hasil

persyaratan analisis diatas maka peneliti dapat pengujian hipotesis menggunakan uji paired

mengambil keputusan untuk menggunakan uji sample t untuk kelompok kontrol. Dilihat dari

statistik parametrik (uji paired sample t) untuk LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang

masing-masing kelompok sampel (kontrol dan berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS

perlakuan) dan uji statistik parametrik (uji ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah

independent sample t) untuk membuktikan intervensi. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh

efektifitas antara kedua kelompok sampel, nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan

sebagai pilihan pengujian statistik rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum

dan sesudah intervensi. Kemudian, dilihat dari

Uji Beda Rerata LGS cervical LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang

sebelum dan sesudah intervensi pada berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan lateral fleksi yang bermakna sebelum dan

Tabel 4 sesudah intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa


Uji beda rerata LGS (derajat) sebelum dan intervensi Soft Tissue Mobilization dapat
sesudah intervensi pada kelompok kontrol
memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi

456
dan lateral fleksi cervical yang bermakna pada LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang

kondisi mechanical neck pain. berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS

Tabel 5 lateral fleksi yang bermakna sebelum dan

Uji beda rerata LGS (derajat) sebelum dan sesudah intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa
sesudah intervensi pada kelompok perlakuan
intervensi teknik Mulligan dan Soft Tissue
Kelompok
Mobilization dapat memberikan peningkatan
Sebelum Sesudah p
data
LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical
Ekstensi :
yang bermakna pada kondisi mechanical neck
Rerata 49,12 71,19 0,0001
pain.
SB 6,386 4,651
Uji Beda Rerata LGS cervical
Rotasi :
sesudah intervensi antara kelompok kontrol
Rerata 54,94 72,69 0,0001
dan kelompok perlakuan
SB 3,623 2,358

Lat.fleksi : Tabel 6

Rerata 30,94 45,00 0,0001 Uji beda rerata LGS (derajat) sesudah

SB 2,144 1,549 intervensi antara kontrol dan perlakuan

Kelompok
Kontrol Perlakuan p
Tabel diatas menunjukkan hasil data

pengujian hipotesis menggunakan uji paired Ekstensi :

sample t untuk kelompok perlakuan. Dilihat Rerata 67,25 71,19 0,016

dari LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang SB 4,041 4,651

berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS Rotasi :

ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah Rerata 69,25 72,69 0,0001

intervensi. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh SB 2,176 2,358

nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan Lat.fleksi

rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum : 42,38 45,00 0,002

dan sesudah intervensi. Kemudian, dilihat dari

457
Rerata 2,527 1,549 Mobilization lebih baik daripada hanya Soft

SB Tissue Mobilization dalam meningkatkan

lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan

Tabel diatas menunjukkan hasil uji lateral fleksi cervical pada mechanical neck

independent sample t untuk pengujian hipotesis pain”.

diatas, mulai dari LGS ekstensi, rotasi dan

lateral fleksi. Dilihat dari LGS ekstensi Efek teknik Mulligan dan Soft Tissue

diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada Mobilization serta hanya Soft tissue

perbedaan rerata sesudah intervensi LGS Mobilization terhadap peningkatan LGS

ekstensi yang bermakna antara kelompok ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada

kontrol dan kelompok perlakuan. Dilihat dari mechanical neck pain

LGS rotasi diperoleh nilai nilai p < 0,05 yang Mechanical neck pain merupakan

berarti bahwa ada perbedaan rerata sesudah kondisi kronik nyeri leher yang melibatkan lesi

intervensi LGS rotasi yang bermakna antara facet joint cervical dan muscle spasm atau

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. muscle tightness disekitar leher, sehingga

Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi kondisi ini menyebabkan keterbatasan gerak

diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada pada cervical terutama gerak ekstensi, rotasi

perbedaan rerata sesudah intervensi LGS lateral dan lateral fleksi cervical.

fleksi yang bermakna antara kelompok kontrol Problem keterbatasan gerak ekstensi,

dan kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan rotasi dan lateral fleksi umumnya ditemukan

bahwa Teknik Mulligan dan Soft Tissue oleh peneliti pada setiap sampel, dan rasa nyeri

Mobilization menghasilkan peningkatan umumnya dirasakan pada akhir

lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan keterbatasannya. Berdasarkan pengamatan dan

lateral fleksi cervical yang lebih besar secara penulusuran peneliti dari hasil pemeriksaan

signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue menunjukkan bahwa problem keterbatasan

Mobilization pada mechanical neck pain. Hasil ekstensi umumnya disebabkan oleh lesi facet

pengujian hipotesis diatas telah membuktikan joint cervical, sedangkan problem keterbatasan

bahwa “Teknik Mulligan dan Soft Tissue rotasi dan lateral fleksi umumnya disebabkan

458
oleh muscle spasm atau muscle tightness pada (Chaitow, 2006). Adanya penurunan tonus otot

otot-otot leher terutama splenius capitis, yang dihasilkan oleh Muscle Energy Technique

semispinalis cervicis dan upper trapezius. dapat mengeliminir penghambat restriktif

Soft Tissue Mobilization dapat sehingga akan terjadi peningkatan lingkup

memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi gerak sendi. Disamping itu, efek elongasi

dan lateral fleksi cervical yang bermakna, serabut otot yang dihasilkan oleh Myofascial

dimana peningkatan LGS cervical dihasilkan Release Technique juga dapat mengaktivasi

oleh adanya efek post isometric relaxasi (PIR) golgi tendon organ (GTO) pada

dan reciprocal inhibition (RI) serta efek musculotendinogen junction. Menurut Kisner

elongasi serabut otot. Efek PIR dan RI and Colby (2007), adanya stretch pada serabut

dihasilkan oleh intervensi Muscle Energy otot akan mengaktivasi GTO, dimana aktivitas

Technique, sedangkan efek elongasi serabut GTO akan menghasilkan efek inhibitory pada

otot dihasilkan oleh intervensi Myofascial level otot yang mengalami ketegangan

Release Technique. Menurut Chaitow (2006), khususnya jika gaya stretch dipertahankan

efek PIR dan RI dapat menghasilkan refleks dalam waktu yang lama. Inhibisi dari

relaksasi dan perubahan otot terhadap toleransi komponen kontraktile otot oleh GTO dapat

stretch, karena Efek PIR dapat mengaktivasi memberikan kontribusi terhadap refleks

golgi tendon organ (GTO) pada otot yang relaksasi otot sehingga memungkinkan

bersangkutan dimana GTO memiliki sifat terjadinya peningkatan lingkup gerak sendi.

inhibitor yang dapat mempengaruhi Menurut Mulligan, lesi pada facet joint

sekumpulan motor neuron sehingga efek cervical umumnya menyebabkan minor

tersebut dapat menyebabkan penurunan tonus positional fault didalam permukaan facet joint

atau ketegangan otot. Kemudian, efek RI yang sehingga terjadi keterbatasan gerak fisiologis

dihasilkan oleh MET dengan mengaktivasi pada cervical. Minor positional fault atau minor

kontraksi otot antagonist (otot yang sehat) dapat subluksasi tersebut dapat dikoreksi dengan

menginhibisi tonus otot agonis yang teknik Mulligan. Secara khas, teknik Mulligan

spasme/tightness sehingga akan menunjukkan adalah mengombinasikan mobilisasi gerak

penurunan tonus dengan cepat setelah kontraksi asesori dengan gerak fisiologis secara aktif

459
dan/atau pasif, dimana mobilisasi gerak asesoris Mobilization. Hal ini disebabkan karena teknik

selalu diaplikasikan pada sudut perpendicular Mulligan dapat mengoreksi adanya faulty minor

atau paralel terhadap bidang facet joint (bidang positional dari facet joint. Menurut Exelby

pengobatan Kaltenborn).14 Teknik SNAGs yang (2002), keterbatasan gerak cervical dapat

merupakan salah satu metode Mulligan dapat disebabkan oleh adanya kesalahan kecil dari

mengembalikan minor positional fault posisi permukaan sendi facet atau dapat

permukaan sendi facet dan mengembalikan dikatakan terjadi minor subluksasi didalam

keluasan gerak asesoris sendi facet sehingga sendi facet. Aplikasi teknik SNAGs yang

efek tersebut dapat mengembalikan kebebasan berulang dan kontinyu dapat mengoreksi

gerak fisiologis pada cervical. Aplikasi teknik adanya minor subluksasi didalam sendi facet

SNAGs dapat dengan mudah diterapkan pada sehingga terjadi keluasan gerak asesoris sendi

regio cervical karena adanya efek sebelumnya facet yang akhirnya terjadi peningkatan lingkup

dari Soft Tissue Mobilization yang gerak sendi cervical yang cepat dan bebas nyeri.

menghasilkan penurunan tonus atau ketegangan Pemberian Soft Tissue Mobilization sebelum

otot regio cervical. Hal ini dapat memberikan aplikasi teknik SNAGs sangat besar

kontribusi yang besar terhadap peningkatan manfaatnya didalam memfasilitasi prosedur dan

lingkup gerak sendi cervical. efek dari teknik SNAGs, hal ini karena

intervensi Soft Tissue Mobilization dapat

Efektifitas antara teknik Mulligan memberikan penurunan tonus otot-otot leher

dan Soft Tissue Mobilization dengan hanya secara signifikan sehingga memudahkan

Soft Tissue Mobilization terhadap pelaksanaan teknik SNAGs dan menghasilkan

peningkatan LGS ekstensi, rotasi, lateral efek yang lebih besar yaitu peningkatan lingkup

fleksi cervical pada mechanical neck pain gerak sendi cervical dan bebas nyeri.

Penambahan teknik Mulligan pada Kesimpulan

intervensi Soft Tissue Mobilization dapat Berdasarkan analisis hasil penelitian dan

menghasilkan peningkatan LGS ekstensi, pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

rotasi, dan lateral fleksi yang lebih besar secara “Teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization

signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue lebih baik daripada hanya Soft Tissue

460
Mobilization dalam meningkatkan lingkup mechanical neck pain in a military

gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral aviator”, The Journal of the Canadian

fleksi cervical pada mechanical neck pain”. Chiropractic Association, Vol. 8: 676–

Daftar Pustaka 680, 2004

Chaitow, L, “Muscle Energy Technique. Third Kenny, T., Kenny, B, “Non-spesific Neck

Edition”, Churchill Livingstone, Pain”, 2010. Available from

Edinburgh, 2006 www.patient.co.uk/ health/non-

De-las-Penas, C.F., del-Cerro, L.P., Blanco, specific-neck-pain, diakses tanggal 12

C.R., Conesa, A.G., Page, J.C., Desember 2012.

Miangolarra, “Changes in Neck Pain Kisner, C., Colby, L.A, “Therapeutic Exercise

and Active Range of Motion After A Foundations And Techniques”, Fifth

Single Thoracic Spine Manipulation in Edition, F.A. Davis Company,

Subjects Presenting with Mechanical Philadelphia, 2007

Neck Pain : A Case Series”, Journal of Kumar, D., Sandhu, J.S., Broota, A, “Efficacy

Manipulative and Physiological of Mulligan Concept (NAGs) on Pain at

Therapeutics, Vol 30: Number 4, 2007 available end range in Cervical Spine:

Donatelli, R.A., Wooden, M.J, “Orthopaedic A Randomised Controlled Trial”,

Pysical Therapy. Third Edition”, Indian Journal of Physiotherapy and

Churchill Livingstone, New York, 2001 Occupational Therapy, Vol 5: 154-158,

Exelby, L, “The eMulligan concept: Its 2011

application in the management of Makofsky, H.W, “Spinal Manual Therapy”,

spinal conditions”, Manual Therapy, Slack Incorporated, USA, 2010

Vol 7: 64-70, 2002 McKenzie, R., Kubey, C, “7 Steps To A Pain-

Grant, K.E., Riggs, A, “Myofascial Release”, Free Life”, Penguin Group Inc, New

Wiley Interscience, New York, 2009 York, 2000

Green, B.N., Dunn, A.S., Pearce, S.M., McKenzie, R., May, S, “The Cervical &

Johnson, C.D, “Conservative Thoracic Spine Mechanical Diagnosis

management of uncomplicated

461
& Therapy”, Volume One, Spinal Neck Pain : A Randomized Clinical

Publications, New Zealand, 2008 Trial”, SPINE, Vol 33: Number 22:

Nayak, S.K, “Combined Effect of Myofascial 2371–2378, 2008

Release And Muscle Energy Technique

In Subjects With Mechanical Neck

Pain”, dissertation, Rajiv Gandhi

University Of Health Sciences

Karnataka, Bangalore, 2012

Sjahrir, “Nyeri Leher dan Nyeri Kepala”, tesis,

Universitas Sumatera Utara, Medan,

2004

Steve, “Mechanical Neck Pain is also cal led

Axial Neck Pain”, 2005. Available

from

www.necksolutions.com/mechanical-

neck-pain.html, diakses tanggal 12

Desember 2012

Touche, R.L., de-las-Penas, C.F., Carnero, J.F.,

Parreno, S.D., Alemany, A.P., Nielsen,

L.A, “Bilateral Mechanical-Pain

Sensitivity Over the Trigeminal Region

in Patients With Chronic Mechanical

Neck Pain”, The Journal of Pain, Vol

11: No 3, 256-263, 2010

Walker, M.J., Boyles, R.E., Young, B.A.,

Strunce, J.B., Garber, M.B, “The

Effectiveness of Manual Physical

Therapy and Exercise for Mechanical

462
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENSTRUASI
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE
PADA SISWI SDN 011 KELAS V DAN VI TANJUNGPINANG BARAT

Wasis Pujiati1, Ernawati2, Daratullaila3

ABSTRAK
Menarche menjadi tanda seorang remaja putri sudah memasuki tahap kedewasaan khususnya organ tubuh sistem
reproduksi merupakan masa penting dalam siklus kehidupan perempuan. Kecemasan menghadapi menarche dapat
terjadi karena kurangnya informasi tentang menstruasi dan pendidikan kesehatan dari orang tua yang
kurang.Pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat
dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat
kecemasan menghadapi menarche. Berdasarkan uji stastistik menggunakan uji wilcoson pada kelompok
eksperimen, menunjukkan bahwa hasil p value=0,000 dapat disimpulkan ada pengaruh yang bermakna antara
pendidikan kesehatan tentang menstruasi dalam penurunan kecemasan menghadapi menarche pada siswi SDN
011 kelas V dan VI Tanjungpinang Barat.

Kata kunci: Menarche, Kecemasan, Pendidikan kesehatan

PENDAHULUAN penduduk dunia dari remaja berumur 10-19

Remaja merupakan tahapan antara fase tahun.Sekitar sembilan ratus juta berada di

anak dan dewasa yang ditandai dengan negara sedang berkembang. Sementara di

perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan Indonesia dari hasil sensus penduduk, dari total

emosi. Dari beberapa literature usia remaja 237,6 juta jiwa penduduk Indonesia 26,67%

antara 12-24 tahun dan 15-24 tahun (WHO, yaitu 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja,

2007 cit Efendi dan Makhfudli, 2009). Masa 49,30% dari total remaja tersebut berjenis

remaja merupakan masa peralihan antara masa kelamin perempuan. Wilayah Pekanbaru

anak-anak, dimulai saat terjadinya kematangan memiliki populasi remaja usia 10-14 tahun

seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sebanyak 82.050 jiwa, untuk remaja putri

sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang berjumlah 39.821 jiwa (Safitri et al., 2013).

dewasa muda (Soetjiningsih, 2004).Data Pada tahun 2013 terdapat jumlah remaja pada

demografi menunjukkan bahwa penduduk usia 10-14 tahun sebanyak 170.056 orang atau

dunia jumlah populasi remaja merupakan 8,0% dan jumlah remaja pada usia 15-19 tahun

populasi yang besar. Menurut World Health 139.143 orang atau 6,5%. Sedangkan untuk

Organization (WHO) sekitar seperlima dari wilayah Kota Tanjungpinang berdasarkan data

463
yang diperoleh dari Dinas Kependudukan Kota menarche dapat terjadi karena kurangnya

Tanjungpinang tahun 2015 terdapat jumlah informasi tentang menstruasi dan pendidikan

remaja pada usia 10-14 tahun 22.687 orang, dari orang tua yang kurang. Orang tua

untuk remaja putri berjumlah 10.943 orang atau menganggap bahwa hal ini merupakan hal yang

48% dan jumlah remaja pada usia 15-19 tahun tabu untuk dibicarakan dan berfikir bahwa anak

sebanyak 19.187 orang, untuk remaja putri akan tahu dengan sendirinya, kondisi ini akan

sebanyak 9.375 orang atau 49% (Dinas menimbulkan kecemasan pada anak tersebut.

Kependudukan Kota Tanjungpinang). Hal yang harus dilakukan untuk mengurangi

Menarche yang menjadi tanda seorang kecemasan tersebut salah satunya adalah

remaja putri sudah memasuki tahap dengan meningkatkan pengetahuan remaja putri

kedewasaan khususnya organ tubuh sistem tentang menstruasi sejak dini dengan cara

reproduksi merupakan masa penting pemberian informasi kesehatan reproduksi

dalamsiklus kehidupan perempuan remaja melalui pendidikan kesehatan

(Soetjiningsih, 2004).Masa ini juga menjadi khususnya tentang menstruasi (Proverawati,

pertanda berbagai perubahan yang terjadi dalam 2009).

siklus kehidupan seorang anak. Perubahan tidak Pendidikan kesehatan merupakan

hanya terbatas pada aspek fisik tetapi juga kegiatan untuk membantu individu, kelompok

meliputi perubahan dalam status sosial, dan masyarakat dalam meningkatkan

psikologis, ekonomi, bahkan juga spiritual pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk

(Triyanto, 2013). Kecemasan adalah rasa mencapai hidup sehat secara optimal

khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. (Triwibowo et al., 2013). Pendidikan kesehatan

Kecemasan merupakan kekuatan yang besar tentang reproduksi remaja khususnya tentang

untuk menggerakkan tingkah laku baik tingkah menstruasi merupakan masalah penting yang

laku normal maupun tingkah laku yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak.

menyimpang, yang terganggu dan kedua- Apabila kecemasan tidak dapat diatasi, disini

duanya merupakan pernyataan, penampilan dari peran dari orang tua sangat penting dimana baik

pertahanan terhadap kecemasan (Gunarso, orang tua ataupun remaja putri itu sendiri harus

2003). Kecemasan dalam menghadapi lebih terbuka tentang masalah kesehatan

464
terutama kesehatan reproduksi (Proverawati, Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi

2009). Orang tua berusaha menjalin komunikasi SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang

dengan anak sehingga setiap permasalahan Barat”.

yang terjadi, dapat diketahui termasuk pada saat Tinjauan Pustaka

anak mendapatkan menstruasi pertama kali Kesehatan reproduksi merupakan

(menarche). Sebaiknya, orang tua dapat bagian kesehatan yang sangat penting yang

menempatkan diri sebagai teman curhat, kurang mendapat perhatian.Pada wanita

sehingga akan menjadi orang pertama yang biasanya pertama kali mengalami menstruasi

mendengar segala permasalahan anaknya (menarche) pada umur 12-16 tahun (Kusmiran,

(Somendawai, 2010). 2012). Usia 12-16 termasuk fase remaja awal,

Berdasarkan studi pendahuluan di SDN dimana fase ini terdapat pada usia Sekolah

011 Tanjungpinang Barat kepada 20 siswi kelas Dasar. Perubahan fisik yang cepat di masa

V dan VI didapatkan 9 siswi (40%) telah pubertas terjadi beriringan dengan emosi yang

mengalami menstruasi, dan 11 siswi (60%) tidak stabil dan pertumbuhan psikis pada

belum mengalami menstruasi mengatakan remaja. Hal tersebut dapat menimbulkan

merasa takut saat menghadapi menstruasi. Dari perasaan bingung, berbagai pertanyaan,

9 siswi yang mengalami menstruasi ketakutan dan kecemasan.Remaja putri akan

mengatakan timbul perasaan takut karena tidak kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang

mendapatkan pengetahuan tentang menstruasi pertama (menarche) jika sebelumnya ia belum

sebelumnya. Sedangkan, 11 siswi yang belum pernah mengetahui atau membicarakannya

mengalami menstruasi merasa cemas. dengan teman sebaya maupun ibu mereka.

Berdasarkan wawancara dari ke empat SD Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi

tersebut, SDN 011 paling banyak mengalami pada remaja putri akan berdampak terhadap

kecemasan dalam menghadapimenarche. kesiapan dalam menghadapi menarche.

Berdasarkan data yang diperoleh diatas, Sebelum menghadapi menstruasi pertama

penulis tertarik untuk melakukan penelitian (menarche) kesiapan mental sangat diperlukan

tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan karena akan timbul perasaan cemas dan takut

Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat (Proverawati, 2009).

465
Usia remaja sering dicirikan sebagai di SDN 011 Tanjungpinang Barat dan aktif

masa pubertas. pubertas dapat diartikan sebagai mengikuti belajar mengajar

tahap ketika seorang remaja memasuki masa 2) Siswi yang belum mengalami menarche

kematangan seksual dan mulai berfungsi organ- Pada penelitian ini sampel di bagi

organ reproduksi (Khuzaiyah, 2015). Ciri-ciri menjadi dua kelompok yaitu kelompok

pubertas pada laki-laki antara lain pertumbuhan eksperimen dan kelompok kontrol, dimana

bulu-bulu badan dan suara berubah menjadi terdiri dari 32 orang kelompok eksperimen dan

lebih dalam. Sedangkan ciri-ciri pubertas pada 32 orang kelompok kontrol. Dalam pembagian

perempuan, antara lain pertumbuhan payudara kelompok ini peneliti menggunakan teknik

dan kedatangan menstruasi yang pertama yang pengambilan sampel yang digunakan adalah

disebut dengan menarche (Khuzaiyah, 2015). sistematik random sampling. Pemilihan sampel

Metode Penelitian menggunakan nama abjad siswi kelas V dan VI

Penelitian ini merupakan jenis penelitian (enam), dimana untuk nama abjad bernomor

kuantitatif dengan menggunakan rancangan ganjil, siswi di tempatkan pada kelompok

penelitian eksperimen semu (quasi experiment). eksperimen dan untuk nama abjad bernomor

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh genap dimasukkan ke dalam kelompok kontrol.

siswi kelas V dan VI (enam) di SDN 011 Responden dengan 2 kelompok eksperimen dan

Tanjungpinang Barat dengan jumlah 64 orang kontrol sesuai dengan kriteria inklusi dan

yang terdiri dari 4 kelas. Sampel yang bersedia menjadi responden, melakukan pretest

digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pada kedua kelompok selama 15 menit dengan

siswi SDN 011 Tanjungpinang Barat kelas V menggunakan kuesioner, memberikan

dan VI (enam) yang belum mengalami pendidikan kesehatan kepada kelompok

menstruasi (menarche). Jumlah sampel dalam eksperimen dengan metode ceramah

penelitian ini adalah 64 siswi. Sebagai berikut: menggunakan media film dan leaflet selama 30

Kriteria Inklusi menit, dan memberikan leaflet kepada

1) Responden terdaftar sebagai siswi kelas V kelompok kontrol, melakukan posttest pada

dan VI (enam) kelompok eksperimen dan kontrol selama 15

menit. Sebelum dilakukan pendidikan

466
kesehatan responden dibagi menjadi 2 dengan beberapa pilihan jawaban kepada

kelompok yaitu kelompok eksperimen dan responden. Dalam penelitian ini alat ukur yang

kontrol.Masing-masing kelompok terdiri dari digunakan untuk mengumpulkan data berupa

30 orang.Peneliti melakukan penelitian dengan instrument HARS (Hamilton Anxiety Rating

menggunakan kuesioner dan peneliti juga Scale).

membuat jadwal penyampaian pendidikan


Hasil Penelitian dan pembahasan
kesehatan tentang menstruasi dengan metode
1. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan
ceramah kepada kelompok
Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap
eksperimen.Sebelum diberikan pendidikan
Tingkat Kecemasan Menghadapi
kesehatan, peneliti melakukan pretest atau tes
Menarche Pada Kelompok Eksperimen.
awal pada kelompok eksperimen dan kontrol
Tabel 1. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan
dalam waktu 15 menit, kemudian setelah itu
Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap
peneliti memberikan pendidikan kesehatan Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche

tentang menstruasi kepada kelompok Pada Kelompok Eksperimen

eksperimen dengan metode ceramah dengan Tingkat Pre (%) Post (%) P

menggunakan LCD dan leaflet dilakukan satu Kecemasan Test Test value

kali pertemuan dalam waktu 30 menit kepada (n=30) (n=30)

responden. Pada kelompok kontrol diberikan Ringan 1 3,1 3 9,4

leaflet kepada responden. Selanjutnya setelah Sedang 6 18,75 14 43,8 0,000

diberikan pendidikan kesehatan kepada Berat 17 53,1 15 46,9

kelompok eksperimen dan pemberian leaflet Berat 8 25 0 0

kepada kelompok kontrol dilakukan posttest Sekali

atautes akhir pada kelompok eksperimen dan

kontrol dalam waktu 15 menit.Instrument yang Tabel 1 menunjukkan bahwa

digunakan pada penelitian ini adalah dengan mayoritas responden pada kelompok

menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan eksperimen sebelum diberikan pendidikan

metode pengumpulan data dengan cara kesehatan tingkat kecemasan sebanyak 17

memberikan pertanyaan/pernyataan tertulis responden (53,1%) mengalami kecemasan

467
berat. Sesudah diberikan pendidikan Berat 1 3,1 0 0

kesehatan tingkat kecemasan berat yang Sekali

dialami oleh responden menurun sebanyak 15

responden (46,9%). Hasil p value = 0,000 (p Tabel 2 menunjukkan bahwa

value< α= 0,05) tingkat kecemasan, dapat mayoritas responden pada kelompok kontrol

disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya tingkat kecemasan sebanyak 17 responden

ada pengaruh yang bermakna antara (53,1%) mengalami kecemasan sedang. Sama

pendidikan kesehatan tentang menstruasi sebelum dan sesudah tanpa diberikan

terhadap tingkat kecemasan menghadapi perlakuan tingkat kecemasan responden

menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan VI meningkat menjadi 17 responden (53,1%)

Tanjungpinang Barat. mengalami kecemasan berat. Hasil p value=

2. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan 0,487 (p value>α= 0,05) tingkat kecemasan,

Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak

Kecemasan Menghadapi Menarche Pada yang artinya tidak ada pengaruh yang

Kelompok Kontrol. bermakna antara pendidikan kesehatan

tentang menstruasi terhadap tingkat

Tabel 2. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan kecemasan menghadapi menarche pada siswi
Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang
Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche
Barat.
Pada Kelompok Kontrol
Pembahasan

1. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi

Menarche Sebelum Diberikan Pendidikan


Tingkat Pre (%) Post (%) P
Kesehatan Pada Kelompok Eksperimen.
Kecemasan Test Test value
Menstruasi merupakan siklus
(n=30) (n=30)
masa subur telah dimulai dan terjadi saat
Ringan 2 6,3 1 3,1
lapisan dalam dinding rahim luruh dan
Sedang 17 53,1 14 43,8 0,487
keluar dalam bentuk kumpulan darah
Berat 12 37,5 17 53,1
(Pudiastuti, 2012). Walaupun menstruasi

468
adalah hal yang wajar dan pasti dialami oleh menyatakan bahwa pengetahuan adalah

setiap perempuan normal hal ini akan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

menjadi masalah apabila remaja putri belum seseorang terhadap objek melalui indera

pernah mengetahui tentang menstruasi. yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi sebagainya).Dengan sendirinya, pada waktu

pada remaja putri akan berdampak terhadap penginderaan sampai menghasilkan

kesiapan dan mengalami kecemasan dalam pengetahuan tersebut sangat mempengaruhi

menghadapi menarche (Proverawati, 2009). persepsi individu terhadap objek.

Berdasarkan teori Pieter et al 2. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi

(2011), menyatakan bahwa kecemasan Menarche Sesudah Diberikan Pendidikan

merupakan pengalaman emosi dan suatu Kesehatan Pada Kelompok Eksperimen.

anggapan tanpa ada objek yang spesifik Dalam penelitian ini dapat

sehingga orang merasakan suatu perasaan dilihat bahwa sesudah siswi SDN 011

yang was-was (khawatir) seperti ada sesuatu Tanjungpinang Baratdiberikan pendidikan

yang buruk akan terjadi dan pada umumnya kesehatan tentang menstruasi ternyata ada

disertai gejala otonomik yang berlangsung pengaruh terhadap penurunan tingkat

beberapa waktu. kecemasan kearah yang lebih baik, yang

Hasil penelitian menunjukkan awalnya sebelum diberikan pendidikan

bahwa tingkat kecemasan siswi SDN 011 kesehatan responden mengalami kecemasan

Tanjungpinang Barat sebelum diberikan berat sekali sebanyak 8 responden (25%)

pendidikan kesehatan sebagian besar dan kecemasan berat sebanyak 17 responden

memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak (53,1%) dan sesudah diberikan pendidikan

17 responden (53,1%) dan kecemasan berat kesehatan, kecemasan berat sekali yang

sekali sebanyak 8 responden (25%) hal ini dialami oleh responden menjadi kecemasan

disebabkan karena ketidaktahuan responden berat sebanyak 0 responden (0%) dan terjadi

mengenai apa itu menstruasi dan cemas peningkatan yang awalnya responden

menghadapi menarche. Hal ini sesuai mengalami kecemasan sedang sebanyak 6

dengan teori Notoatmodjo (2010), yang responden (18,75%) meningkat menjadi 14

469
responden (43,%) dan kecemasan ringan Tanjungpinang Baratsetelah dilakukan

sebanyak 1 responden (3,1%) meningkat pretest pada kelompok kontrol sebagian

menjadi 3 responden (9,4%). besar memiliki tingkat kecemasan sedang

Pada penelitian ini peneliti sebanyak 17 responden (53,1%), kecemasan

menggunakan metode ceramah dalam berat sebanyak 12 responden (37,5%)dan

memberikan pendidikan kesehatan tentang kecemasan berat sekali sebanyak 1

menstruasi. Menurut teori Widyanto (2014), responden (3,1%). Distribusi tingkat

metode ceramah merupakan penyampaian kecemasan menghadapi menarche pada

pesan/informasi secara verbal atau lisan awal penelitian (pretest) menunjukkan

yang meliputi tanya jawab, dan memberikan sebagian besar responden baik pada

gambar salah satunya dengan menggunakan kelompok eksperimen maupun kelompok

media film sebagai alat dalam memberikan kontrol memiliki tingkat kecemasan dalam

pendidikan kesehatan tentang menstruasi. kategori sedang dan berat. Kondisi ini

3. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi menunjukkan bahwa sebagian besar siswi

Menarche Sebelum Diberikan memiliki perasaan cemas akan datangnya

Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok menstruasi pertama (menarche).

Kontrol. 4. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi

Menurut teori Proverawati (2009), Menarche Sesudah Diberikan

yang menyatakan bahwa perasaan bingung, Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok

cemas, gelisah, dan tidak nyaman selalu Kontrol.

menyelimuti perasaan seorang wanita yang Menurut Pieter et al (2011), tingkat

mengalami menstruasi pertama (menarche). kecemasan atau ansietas terdapat empat

Namun hal ini akan semakin parah apabila tingkatan yaitu ringan, sedang, berat, berat

pengetahuan remaja mengenai menstruasi sekali (panik). Dari hasil penelitian setelah

ini sangat kurang dan pendidikan dari orang dilakukan posttest pada kelompok kontrol

tua yang kurang. Hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah responden yang

menunjukkan bahwa tingkat kecemasan mengalami cemas ringan sebanyak 2

siswi SDN 011 kelas V dan VI responden (6,3%), cemas sedang 17

470
responden (53,1%), cemas berat 12 Kecemasan Pada Siswi SDN 011 Kelas

responden (37,5%). Dalam hal ini bahwa V dan VI Tanjungpinang Barat.

tingkat kecemasan pada kelompok kontrol Pada penelitian ini responden dibagi

tidak mengalami perubahan kearah yang menjadi 2 kelompok yaitu kelompok

lebih baik.Hal ini dibuktikan dari hasil yang eksperimen dan kelompok kontrol. Pada

didapat yaitu pada tingkat kecemasan kelompok eksperimen didapatkan bahwa

sebelum dan sesudah tanpa diberikan tingkat kecemasan siswi SDN 011

perlakuan pendidikan kesehatan tentang Tanjungpinang Barat mengalami penurunan

menstruasi. Didapatkan pretest kelompok yang lebih baik karena kelompok

kontrol 2 responden (6,3%) yang mengalami eksperimen diberikan pendidikan kesehatan

cemas ringan dan cemas berat sebanyak 12 tentang menstruasi menggunakan media

responden (37,5%), selanjutnya pada visual yang singkat yang mudah dimengerti

posttest responden yang mengalami cemas oleh responden. Dari hasil penelitian pada

ringan menurun menjadi 1 responden (3,1%) kelompok eksperimen didapatkan hasil p

dan 17 responden yang mengalami value=0,000 (p value<α=0,05) dapat

peningkatan menjadi cemas berat (53,1%). disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya

Meningkatnya tingkat kecemasan ada pengaruh yang bermakna antara

siswi pada kelompok kontrol tersebut pendidikan kesehatan tentang menstruasi

disebabkan dari lingkungan sekolah maupun terhadap tingkat kecemasan menghadapi

di lingkungan keluarga itu sendiri karena menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan

remaja putri tidak diberikan atau penjelasan VI Tanjungpinang Barat.

mengenai menstruasi disekolah belum Hal ini sesuai dengan teori

pernah diadakan penyuluhan kesehatan atau Widyanto (2014), yang menyatakan bahwa

pun materi pelajaran mengenai kesehatan pendidikan kesehatan merupakan proses

reproduksi. mekanisme dan interaksi yang terjadi

5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang terhadap perubahan kemampuan (perilaku)

Menstruasi Terhadap Tingkat pada diri subjek tersebut sehingga hasil yang

diharapkan dapat merubah perilaku maupun

471
persepsi dari subjek belajar. Dalam gagal ditolak yang artinya tidak ada

penelitian Perestroika (2011), mengatakan pengaruh yang bermakna antara pendidikan

bahwa pemberian pendidikan kesehatan kesehatan tentang menstruasi terhadap

reproduksi remaja khususnya tentang tingkat kecemasan menghadapi menarche

menstruasi dapat diberikan melalui pada siswi SDN 011 kelas V dan VI

penyuluhan, sehingga kecemasan remaja Tanjungpinang Barat

putri terhadap menarche dapat berkurang Dalam penelitian ini kelompok

atau bahkan tidak ada. kontrol tidak diberikan perlakuan

Pada hasil penelitian oleh Fajria pendidikan kesehatan tentang

(2010), yang menyimpulkan adanya menstruasi.Selain itu, informasi yang masih

pengaruh pengetahuan menstruasi terhadap kurang khususnya kesehatan tentang

kecemasan menghadapi menstruasi pada menstruasi serta pendidikan pada responden

siswi kelas V dan VI SDN Ardimulyo 3 yang masih tingkat dasar sehingga

Singosari tahun 2010. Dengan hasil p mempengaruhi pengetahuan dan emosional

value=0,000. Dengan demikian maka mereka dan mudah mengalami kecemasan.

pendidikan kesehatan tentang menstruasi Kecemasan tersebut disebabkan oleh

terbukti bahwa ada pengaruh yang ketidaktahuan remaja putri tentang

signifikan terhadap penurunan tingkat perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi

kecemasan menghadapi menarche pada saat remaja sehingga menstruasi dianggap

siswi SDN 011 Kelas V dan VI sebagai hal yang tidak baik.

Tanjungpinang Barat mengenai menstruasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Sedangkan pada kelompok kontrol Fajria (2010), yang mengatakan bahwa

dapat disimpulkan bahwa tidak ada pendidikan kesehatan adalah suatu

perubahan pada tingkat kecemasan kearah pendidikan yang dilakukan dengan cara

yang lebih baik pada pretest dan posttest. menyebarkan pesan menanamkan keyakinan

Hal ini terbukti dengan didapatkannya hasil sehingga sadar, tahu, dan mengerti, tetapi

p value=0,487 (p value>α=0,05) tingkat juga mau serta bisa melakukan suatu

kecemasan, dapat disimpulkan bahwa Ho tindakan yang ada hubungannya dengan

472
kesehatan. Pendidikan kesehatan tentang kesehatan khususnya tentang kesehatan

menarche bertujuan untuk memberikan reproduksi ke berbagai sekolah, terutama pada

informasi kepada siswi SD tentang sekolah dasar (SD) dimana pada tingkat ini

pengertian, tanda dan gejala menarche. remaja akan menghadapi masa pubertas. kepada

Dengan pemberian informasi tersebut remaja putri dapat membicarakan atau lebih

diharapkan pengetahuan siswi tentang terbuka tentang kesehatan reproduksi kepada

menarche meningkat dan dapat mengurangi orang tua, agar mendapatkan informasi yang

kecemasan yang dialami oleh siswi. Dalam tepat.

hal ini peneliti dapat menarik kesimpulan Daftar Pustaka

bahwa pendidikan kesehatan tentang Abrahams, Peter. (2010). Panduan Kesehatan

menstruasi sangat bermanfaat dan berguna Dalam Kehamilan. Tangerang:

jika diberikan kepada remaja putri untuk Karisma Publishing Group

dapat meningkatkan pengetahuan dan American Academy of Child and Adolescent’s

menurunkan tingkat kecemasan remaja putri Facts for Families.(2008). Stage of

mengenai menstruasi karena dapat Adolescent Development.

mempengaruhi persepsi remaja putri untuk Anwar, M. B, A., & Prabowo, P. (2011).Ilmu

menghadapi menarche. Kandungan Edisi 3. Jakarta: PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Dharma, Kelana Kusuma, (2011).Metodologi


Kesimpulan dan Saran
Penelitian Keperawatan (Panduan
Ada pengaruh yang bermakna antara
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil
pendidikan kesehatan tentang menstruasi
Penelitian). Jakarta: Trans Info Media
terhadap penurunan tingkat kecemasan
Dinas Kependudukan Kota Tanjungpinang
menghadapi menarche pada siswi SDN 011
2015
kelas V dan VI Tanjungpinang Barat
Efendi, F., Makhfudli.(2009). Keperawatan
dinyatakan dengan hasil p value= 0,000 (p
Kesehatan Komunitas (teori dan
value<α=0,05). Untuk itu kepada pihak terkait
praktik dalam keperawatan).Jakarta:
Diharapkan dapat memberikan pendidikan
Salemba Medika.

473
Efendi, Ferry & Makhfudli. (2013). Laila, Nur Najmi. (2011). Buku Pintar

Keperawatan Kesehatan Komunitas Menstruasi (Solusi Atasi Segala

(Teori dan Praktik dalam Keluhannya). Yogyakarta: Buku Biru

Keperawatan). Jakarta: Salemba Lowdermilk, Perry, Cashion. (2013). Buku

Medika Keperawatan Maternitas (Edisi 8),

Ersiana.(2014). Hubungan Obesitas Dengan Alih Bahasa dr. Felici Sidartha dan dr.

Gangguan Siklus Menstruasi Pada Anesia Tania. Jakarta : Salemba

Remaja Di SMK Mahardika Dabo Medika

Singkep. Tanjungpinang: STIKES Naviati, Elsa. (2011). Hubungan Dukungan

Hang Tuah Perawat Dengan Tingkat Kecemasan

Fajria.(2010). Pengaruh Pengetahuan Orang Tua di Ruang Rawat Anak.

Menstruasi Terhadap Kecemasan Depok: Universitas Indonesia

Menghadapi Menstruasi Pada Siswi Notoatmodjo, S. (2007).Promosi Kesehatan

Kelas V Dan VI SDN Ardimulyo 3 Teori dan Aplikasinya.Jakarta : Rineka

Singosari. Cipta

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian

Penelitian Keperawatan dan Teknik Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Analisis Data. Jakarta: Salemba Nursalam, (2013).Metodologi Penelitian Ilmu

Medika Keperawatan: Pendekatan Praktis

Khuzaiyah, Siti. (2015). The Secret Of Teens Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Guide Book For Teen Mengatasi Masa Perestroika, Grhasta Dian.(2011). Pengaruh

Pubertas Seksualitas dan Pergaulan. Penyuluhan Menstruasi Terhadap

Yogyakarta: Andi Publisher kecemasan Menghadapi Menarche

Kusmiran, Eny, (2012). Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Putri Kelas VII SMPN 2

Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Punggelan Banjarnegara. Surakarta:

Medika Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pertiwi, A. (2014). Hubungan antara usia

menarche dan depresi pada remaja

474
dengan mengontrol pengaruh variabel Soetjiningsih.(2004). Tumbuh Kembang

perancu lainnya. Surakarta Remaja Dan Permasalahannya.

Pieter, Herri Z. J.B., & Saragih, M. Jakarta: Sagung Seto.

(2011).Pengantar Psikopatologi untuk


Somendawai.(2010). Panik Saat Puber? Say
Keperawatan. Jakarta: Kencana
No!!. Jakarta: PT. Dian Rakyat
Priyono, Dewi. (2010). Paham Analisis Statistik
Syarifudin.(2010). Panduan TA Keperawatan
Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Dan Kebidanan Dengan SPSS.
MediaKom
Yogyakarta: Grafindo Litera Media
Proverawati, Atikah. (2009). Menarche
Triwibowo, Cecep & Pusphandani, M.
(Menstruasi Pertama Penuh Makna).
(2013).Kesehatan Lingkungan dan K3.
Yogyakarta: Nuha Medika
Yogyakarta: Nuha Media
Pudiastuti, Ratna Dewi. (2012). 3 Fase Penting
Videbeck, Sheila L. (2012). Buku Ajar
Pada Wanita. Jakarta: Gramedia
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Rifrianti, Destri. (2013). Tingkat Kecemasan
Widyanto, Faisalado Candra. (2014).
Siswi Kelas VII Dalam Menghadapi
Keperawatan Komunitas dengan
Menarche Di SMP Warga Surakarta.
Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Nuha
Surakarta: STIKES Kusuma Husada
Medika
Surakarta

Safitri, Arneliwati, Erwin. (2013). Analisis

Indikator Gaya Hidup Yang

Berhubungan Dengan Usia Menarche

Remaja Putri. Pekanbaru: Universitas

Riau

Siswosudarmo, R., Emilia, O. (2008). Obstetri

fisiologi. Bagian Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran UGM.

Pustaka Cendikia Press: Yogyakarta.

475
PENGARUH REBUSAN BELIMBING WULUH TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI POSYANDU LANSIA CAMAR PUSKESMAS SEI JANG
TANJUNGPINANG

Zurrahman¹, Lidia Wati², Komala Sari³

ABSTRAK
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut
DEPKES hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis. Di KEPRI khususnya
di Tanjungpinang hipertensi merupakan penyakit terbesar ke-2. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
rebusan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap penurunan tekanan darah, dengan metode Quasi Experimen
menggunakan rancangan Non Equivalent Control Group. Sample dalam penelitian ini sebanyak 18 responden
wanita yang dibagi menjadi dua kelompok: 9 responden eksperimen dan 9 responden kontrol. Rebusan belimbing
wuluh diberikan 1kali sehari sebanyak 200 ml selama 7 hari. Hasil yang diperoleh menunjukan adanya pengaruh
rebusan belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah, dengan menggunakan uji Wilcoxon Test
.menunjukan nilai 𝜌 responden eksperimen = 0,025 (< 0,05), nilai 𝜌 responden kontrol = 0,317 (> 0,05).
Disimpulkan bahwa rebusan belimbing wuluh berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah.

Kata Kunci : Rebusan Belimbing Wuluh, Tekanan Darah Tinggi.

ABSTRACT
Hypertension is increase in systolic blood pressure 140 mm Hg or diastolic blood pressure of 90 mmHg .
According the Department of Health hypertension is a leading cause of death after stroke and tuberculosis 3 . In
KEPRI especially Tanjungpinang hypertension is a disease of the 2nd largest . This study aims to determine the
effect of stew starfruit ( Averrhoa bilimbi ) to decrease blood pressure , with Quasi Experiment method using a
design Non Equivalent Control Group. Samples in this study were 18 female respondents divided into two groups
: 9 respondents experimental and 9 respondents control . Starfruit decoction is given once a day as much as 2oo
ml for 7 days. The results obtained show the influence of starfruit stew to decrease blood pressure , using the
Wilcoxon test . Shows the experimental value of ρ = 0.025 respondents ( < 0.05 ) , the value ρ = 0.317 control
respondents ( > 0.05 ) . It was concluded that the decoction starfruit effect on blood pressure reduction

Keywords : Stew starfruit , High Blood Pressure

PENDAHULUAN dari140/90 mmHg dinyatakan hipertensi,


Hipertensi atau yang lebih dikenal
batasan tersebut untuk orang dewasa diatas 18
dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
tahun (Adib dalam Ramadi, 2012).
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
Hipertensi merupakan penyebab
darah diatas ambang batas normal yaitu 120/80
kematian nomor 3 setelah stroke dan
mmHg. Menurut World Health Organization
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari
(WHO), batas tekanan darah yang masih
populasi kematian pada semua umur di
dianggap normal adalah kurang dari 130/85
Indonesia. Hal itu disampaikan Menkes dr.
mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih

476
Endang R. Sedyaningsih, Dr. PH, ketika psikologis, stress dan ketegangan bisa

membuka The 4th Scientific Meeting on menyebabkan hipertensi (Tambayong, 2000).

Hypertension pada hari ini, Sabtu, 13 Februari Pemerintah Indonesia telah memberikan

2010 di Jakarta (DEPKES, 2010). perhatian serius dalam pencegahan dan

Pada umumnya peningkatan tekanan penanggulangan penyakit tidak menular

darah (hipertensi) terjadi seiring bertambahnya termasuk hipertensi. Hal ini dapat dilihat

umur terutama setelah umur 40 tahun (Depkes, dengan dibentuknya Direktorat Pengendalian

2006). Sejalan dengan proses pertambahan Penyakit Tidak Menular berdasarkan Peraturan

umur, resiko seseorang terkena penyakit Menteri Kesehatan No. 1575 Tahun

kardiovaskuler meningkat. Hal ini dikarenakan 2005 dalam melaksanakan pencegahan dan

efisiensi sistem kardiovaskuler mengalami penanggulangan penyakit jantung dan

penurunan dan masalah-masalah yang pembuluh darah termasuk hipertensi, diabetes

berhubungan dengan fungsi sistem tersebut mellitus dan penyakit metabolik, kanker,

(Pattel dalam Kartikawati, 2008). Survei penyakit kronik dan penyakit generatif lainnya

epidemiologi menunjukan bahwa umur serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.

merupakan satu dari prediktor terkuat Dalam pencegahan dan penanggulangan

terjadinya penyakit kardiovaskuler termasuk hipertensi berbagai upaya telah dilakukan, yaitu

hipertensi. Faktor resiko penyakit hipertensi penyusunan berbagai kebijakan berupa

berkembang setelah umur mencapai 45 tahun pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian

(Black dalam Kartikawati, (2008). hipertensi. Pencegahan dan penanggulangan

Penyebab penyakit hipertensi secara hipertensi sesuai dengan kemajuan teknologi

umum diantaranya aterosklerosis (penebalan dan kondisi daerah (local area

dinding arteri yang menyebabkan hilangnya specific). Memperkuat logistik dan distribusi

elastisitas pembuluh darah), keturunan, untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung

bertambahnya jumlah darah yang dipompa dan pembuluh darah termasuk hipertens.

kejantung, penyakit ginjal, kelenjer adrenal dan Meningkatkan surveilans epidemiologi dan

sistem saraf simpatis, obesitas, tekanan sistem informasi pengendalian hipertensi.

Mengembangkan SDM dan sistem pembiayaan

477
serta memperkuat jejaring serta monitoring dan Jawa dan Bali sebesar 22,24% dan Sumatra

evaluasi pelaksanaan (DEPKES, 2010). sebesar 9,17%.

Penyakit hipertensi tahun demi tahun Berdasarkan data dari penelitian

terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di terdahulu pada tahun 2012, di dapatkan data

Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak satu dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

milyar orang didunia atau satu dari empat orang yang berbasis puskesmas sentinel pada tahun

dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, 2009-2010 terjadi penurunan signifikan. Pada

diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan tahun 2009 penderita hipertensi masih

meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun menduduki peringkat pertama untuk penyakit

2025. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa tidak menular yang banyak diderita oleh

dihampir semua Negara mengalami penyakit penduduk Kepulauan Riau dengan persentase

hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk 64%. Namun data pada 2010 terjadi penurunan

dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas jumlah persentase dimana untuk tahun 2010

utama yang status kesehatannya akan menjadi menjadi 54,7% (P2PL, Dinkes Provinsi KEPRI,

lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya 2010). Menurut data IPKM DINKES Provinsi

(Adib dalam Ramadi, 2012). Kepri tahun 2010, Kota Tanjungpinang

Di Amerika, prevalensi tahun 2005 menduduki peringkat pertama dengan jumlah

adalah 21,7%. Prevalensi di Vietnam pada 13,04%, Kabupaten Lingga kedua denga

tahun 2004 mencapai 34,5%. Thailand (1989) persentase 10,04%, dan peringkat terakhir Kota

17%. Malaysia (1996) 29, 9 %. Filipina (1993) Batam dengan 5,47% (DINKES KEPRI dalam

22%, dan Singapura (2004) 24,9% (Dinkes Hidayatullah, 2012).

Kota Semarang, 2007) Berdasarkan data yang didapatkan

Berdasarkan analisis prevalensi yang peneliti dari Dinas Kesehatan Kota

dilakukan oleh Puslitbang dan Kebijakan Tanjungpinang pada tahun 2011 hipertensi

Kesehatan (2008), hasilnya menunjukan bahwa menduduki peringkat kedua dari daftar penyakit

34,9% penduduk Indonesia terkena hipertensi. paling sering terjadi dengan jumlah kejadian

Prevalensi terbesar terdapat propinsi Kepulauan 11.448 kejadian. Pada tahun 2012 terjadi

Riau sebesar 45,0%. Papua sebesar 24,7%. penurunan jumlah kejadian menjadi 8.718

478
kejadian, namun hipertensi masih menduduki dimasyarakat dengan benar akan dapat

peringkat kedua dari daftar penyakit paling menurunkan efek lebih lanjut, seperti penyakit

sering terjadi di Kota Tanjungpinang. Menurut jantung koroner, karena hipertensi merupakan

data bulanan kesakitan Dinas Kesehatan Kota faktor resiko penting penyebab penyakit

Tanjungpinang tahun 2012, Puskesmas Sei jang jantung koroner. Tujuan pengobatan hipertensi

menduduki peringkat pertama dengan jumlah saat ini adalah untuk menurunkan tekanan

kejadian 1.769 kejadian, Puskesmas darah, juga ditujukan untuk menurunkan

Tanjungpinang kedua dengan jumlah kejadian komplikasi kardiovaskuler. Menurut konsensus

1.389 kejadian. dan Puskesmas Kampung Bugis JNCV12 pengobatan non farmakologik

menduduki peringkat ketiga dengan jumlah didahulukan, jika gagal penderita hipertensi

kejadian 639 kejadian. Dari 1.769 kejadian harus menelan obat-obatan farmakologi seumur

hipertensi yang terjadi di Puskesmas Sei Jang hidup (Penerbit Buku Kompas, 2006)

1.479 kasus terjadi pada usia 45 tahun ke atas, Salah satu dari penanganan

dan 290 kasus terjadi pada usia di bawah 45 nonfarmakologis dalam menyembuhkan

tahun. (DINKES Kota Tanjungpinang, 2012). penyakit hipertensi yaitu terapi komplementer.

Berdasarkan data yang didapat peniliti Terapi komplementer bersifat terapi

dari Puskesmas Sei Jang Kota Tanjugpinang pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan

dari tujuh posyandu lansia yang berada di terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif,

wilayah kerja Puskesmas Seijang, posyandu meditasi, terapi tawa, akupuntur, aroma terapi

lansia “Camar” yang memilki jumlah penderita dan refleksologi. Terapi herbal banyak

hipertensi terbanyak yaitu 24 orang, posyandu digunakan oleh masyarakat dalam menangani

lansia “Ananda” di peringkat kedua dengan 12 penyakit hipertensi dikarenakan memiliki efek

orang dan posyandu lansia “Asoka” diperingkat samping yang sedikit (Sustrani dalam

ketiga dengan delapan orang penderita. Hidayatullah, 2012).

(Puskesmas Sei Jang, 2012). Banyak tumbuh-tumbuhan yang dapat

Beberapa penelitian di Indonesia digunakan untuk terapi herbal dalam

menjelaskan prevalensi hipertensi berkisar pengobatan hipertensi, diantaranya adalah

antara 17-22 persen, jadi mengobati hipertensi bawang putih, seledri, bunga rosella, belimbing

479
wuluh dan daun alpukat. Bawang putih dan BAHAN DAN METODE

seledri kurang disukai oleh masyarakat karena PENELITIAN

rasanya yang kurang enak untuk dijadikan obat.

Sedangkan bunga rosella dan belimbing wuluh Desain : Desain penelitian yang

memiliki rasa asam yang pada umumnya digunkan adalah Quasy Exsperiment dengan

kurang disukai oleh masyarakat. Daun alpukat rancangan penelitian Non Equivalent Control

memiliki rasa yang sedikit pahit jika diseduh Group.

(Rachdian dalam Hidayatullah, 2012). Namun Tempat dan Waktu : Penelitian ini dilakukan

Belimbing Wuluh jika di konsumsi dalam pada minggu ketiga bulan Juni tahun 2013

bentuk air rebusan dapat mengurangi rasa asam selama satu minggu yaitu dari tanggal 17

yang dikandungnya. sampai dengan tanggal 23, dan dilaksanakan di

Yuni Herlinawati (2006), mengatakan Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang

dibalik rasanya yang asam, Belimbing Wuluh Kota Tanjungpinang.

memiliki khasiat kesehatan luar biasa, penyakit Sampel : Sampel yang digunakan diambil

yang bisa diatasi oleh Belimbing Wuluh menggunakan tehnik Purposive Sampling

meliputi diabetes mellitus, rematik, hipertensi, dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang

gondongan, cacar air, wasir, penurunan dengan rincian 10 orang sebagai kelompok

kolesterol, pencegahan kanker dan pelancar eksperimen dan 10 orang sebagai kelompok

pencernaan. Kandungan kalium membuat kontrol. Keseluruhan sampel merupakan

Belimbing Wuluh menstabilkan tekanan darah. penderita hipertensi yang berada di wilayah

Berdasarkan uraian di atas peneliti kerja posyandu lansia camar puskesmas sei jang

tertarik untuk melakukan penelitian secara tanjungpinang, yang berjenis kelamin

langsung untuk mengetahui pengaruh rebusan perempuan dan yang menderita hipertensi

belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap ringan, sedang dan berat.

penurunan tekanan darah pada penderita Alat ukur : Alat ukur pada penelitian ini yaitu

hipertensi di wilayah kerja Posyandu Lansia sphygmomanometer dan lembar obserbvasi.

Camar Puskesamas Sei Jang Kota Sphygmomanometer adalah alat mekanik yang

Tanjungpinang. digunkan untuk mengukur tekanan darah.

480
Tekanan responden pada kelompok eksperimen No Kategori F (%)

diukur sebelum dan sesudah diberikan rebusan 1 Usia :

belimbing wuluh setiap dua hari sekali selama • 45-59 Tahun 4 44,4%

satu minggu, sedangkan tekanan darah (Middle Age) 5 55,6%

responden pada kelompok kontrol diukur tanpa • 60-69 Tahun 0 0%

pemberian perlakuan kemudian hasilnya dicatat (Elderly)

pada lembar obserbvasi. • >70 Tahun (Old)

Prosedur : Responden dibagi menjadi dua Jumlah 9 100%


kelompok yaitu kelompok eksperimen dan 2 Derajat Hipertensi :

kelopok kontrol. Kelompok eksperimen diberi • Ringan 4 44,4%


perlakuan berupa terapi rebusan belimbing • Sedang 4 44,4%
wuluh 1 kali sehari (per 200ml) selama
• Berat 1 11,2%
seminggu dimana sebelum dan sesudah
Jumlah 9 100%
perlakuan dilakukan pengukuran tekanan darah

rseponden. Sedangkan pada kelompok kontrol


Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
hanya dilakukan pengukuran tekanan darah saja
karakteristik responden kelompok eksperimen
tanpa perlakuan berupa pemberian terapi
sebagian besar berusia 45-59 tahun (Middle
rebusan belimbing wuluh.
Age) sebanyak empat orang (44,5%), dan

sebagian besar responden menderita hipertensi


Karakteristik Responden
sedang sebanyak lima orang (55,6%).
Merupakan ciri-ciri dari responden yang Tabel 2. Karakteristik Kelompok

terdapat didalam penelitian ini yang meliputi Kontrol

usia dan derajat hipertensi yang diderita. No Kategori F (%)

Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1 Usia :

berikut: • 45-59 Tahun 4 44,4%

Tabel 1. Karakteristik Kelompok (Middle Age) 5 55,6%


Eksperimen
0 0%

481
• 60-69 Tahun akhir (post test) yang dilakukan uji kemaknaan

(Elderly) menggunakan uji Mann-Whitney.

• >70 Tahun (Old)

Jumlah 9 100% Tabel 3. Analisa Perbedaan Tekanan

Darah Kelompok Eksperimen dan Kelompok


2 Derajat Hipertensi :
Kontrol pada Pengukuran Awal (Pre Test)
• Ringan 4 44,4%

• Sedang 4 44,4%
Tekanan Kelompok Kelompok Stati
• Berat 1 11,2%
darah Eksperime Kontrol stik
Jumlah 9 100%
n

F % F % 𝝆
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
Normal 0 0% 0 0% 0,80
karakteristik responden kelompok control
Tinggi 4
sebagian besar berumur 60-69 tahun sebanyak

lima orang (55,6%), dan sebagian besar


Hipertens 4 44,4% 4 44,4%
responden menderita hipertensi ringan
i Ringan
sebanyak empat orang (44,4%) dan menderita

hipertensi sedang sebanyak empat orang


Hipertens 5 55,6% 4 44,4%
(44,4%).
i Sedang

1
HASIL
Hipertens 0 0% 11,2%
Analisa Perbedaan Tekanan Darah
i Berat
Dalam analisa ini bertujuan untuk
Jumlah 9 100% 9 100%
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

distribusi tekanan darah pada kelompok


Pada tabel di atas dapat diketahui
eksperimen dan kelompok kontrol pada
sebagian besar tekanan darah kelompok
pemeriksaan awal (pre test) dan pemeriksaan
eksperimen pada pemeriksaan awal (pre test)

adalah hipertensi sedang sebanyak lima orang

482
(55,6%), sedangkan sebagian besar tekanan Berdasarkan table di atas dapat diketahui

darah kelompok kontrol pada pemeriksaan awal sebagian besar tekanan darah kelompok

(pre test) adalah hipertensi ringan sebanyak eksperimen pada pemeriksaan akhir (post test)

empat orang (44,4%) dan hipetensi berat adalah hipertensi ringan yaitu sebanyak enam

sebanyak empat orang (44,4%), kemudian orang (66,7%), sedangkan sebagian besar

didapat hasil uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,804. tekanan darah kelompok kontrol pada

Tabel 4. Analisa Perbedaan Tekanan pemeriksaan akhir (post test) adalah hipertensi

Darah Kelompok Eksperimen dan Kelompok ringan sebanyak lima orang (55,6%), kemudian
Kontrol pada Pengukuran Akhir (Post Test)
didapat uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,203.

Tekanan Kelompok Kelompok Stati


Analisa Pengaruh Rebusan
darah Eksperime Kontrol stik
Belimbing Wuluh
n
Dalam analisa ini bertujuan untuk
F % F % 𝝆
menterhui ada atau tidak pengaruh rebusan
Normal 1 11,1% 0 0% 0,20 belimbing wuluh (variabel independen)
Tinggi 3 terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi (variabel dependen) yang


Hipertensi 6 66,7% 5 55,6% dilakukan uji kemaknaan menggunakan uji
Ringan Wilcoxon Test.

Hipertensi 2 22,2% 3 33,3% Tabel 5. Analisis Pengaruh Rebusan

Sedang Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan

Darah pada kelompok eksperimen

Hipertensi 0 0% 1 11,1%

Berat Tekanan Sebelum Setelah Stati

Jumlah 9 100% 9 100% darah Terapi Terapi stik

F % F % 𝝆

483
Normal 0 0% 1 11,1% 0,04 Tekanan Sebelum Setelah Stati

Tinggi 6 darah Terapi Terapi stik

F % F % 𝝆

Hipertensi 4 44,4% 6 66,7% Normal 0 0% 0 0% 0,31

Ringan Tinggi 7

Hipertensi 5 55,6% 2 22,2% Hiperten 4 44,4% 5 55,6%

Sedang si Ringan

Hipertensi 0 0% 0 0% Hiperten 4 44,4% 3 33,3%

Berat si Sedang

Jumlah 9 100% 9 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui Hiperten 1 11,2% 1 11,1%

tekanan darah kelompok eksperimen pada si Berat

pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post Jumlah 9 100% 9 100%

test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test)

terdapat empat orang (44,4%) yang menderita Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui

hipertensi ringan dan lima orang (55,6%) yang tekanan darah kelompok kontrol pada

menderita hipertensi sedang, sedangkan pada pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post

pemeriksaan akhir (post test) terdapat satu test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test)

orang (11,1%) memiliki tekanan darah normal terdapat empat orang (44,4%) yang menderita

tinggi, enam orang (66,7%) menderita hipertensi ringan, empat orang (44,4%)

hipertensi ringan dan dua orang (22,2%) menderita hipertensi sedang dan satu orang

menderita hipertensi sedang, kemudian didapat (11,2%) menderita hipertensi berat, sedangkan

hasil uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,046. pada pemeriksaan akhir (post test) terdapat lima

Tabel 6. Analisis Pengaruh Rebusan orang (55,6%) menderita hipertensi ringan, tiga
Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan orang (33,3%) hipertensi sedang, dan satu orang
Darah pada Kelompok Kontrol
(11,2%) menderita hipertensi berat, kemudian

484
didapat hasil uji statistik kemaknaan dengan Analisa Perbedaan Tekanan Darah

nilai 𝜌 = 0,317. Pada tabel 3 dapat diketahui hasil analisa

PEMBAHASAN perbedaan tekanan darah kelompok eksperimen

Karakteristik Responden dan kelompok kontrol pada pemeriksaan awal

Responden pada penelitian ini termasuk (pre test) yang didapat nilai 𝜌 > 0,05 yaitu =

dalam batasan usia pertengahan (middle age = 0,804, membuktikan tidak terdapat perbedaan

45-59 tahun), lanjut usia (elderly = 60-69 yang signifikan tekanan darah kelompok

tahun), dan usia lanjut tua (old = >70 tahun) eksperimen dan kontrol pada pemeriksaan awal

karna pada batasan usia tersebut seseorang (pre test).

sangat rentan untuk terkena penyakit hipertensi. Pada tabel 4 dapat diketahui hasil analisa

Pada umumnya peningkatan tekanan darah perbedaan tekanan darah kelompok eksperimen

(hipertensi) terjadi seiring bertambahnya umur dan kontrol pada pemeriksaan akhir (post test)

terutama setelah umur 40 tahun (Depkes, 2006). yang didapat nilai 𝜌 > 0,05 yaitu = 0,203,

Sejalan dengan proses pertambahan umur, membuktikan tidak terdapat perbedaan yang

resiko seseorang terkena penyakit signifikan terhadap tekanan darah kelompok

kardiovaskuler meningkat, hal ini dikarenakan eksperimen dan kelompok kontrol pada

efisiensi sistem kardiovaskuler mengalami pemeriksaan akhir (post test).

penurunan dan masalah-masalah yang Berdasarkan keterangan dari tabel 3 dan

berhubungan dengan fungsi sistem tersebut 4 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

(Pattel dalam Kartikawati, 2008). perbedaan yang signifikan terhadap tekanan

Berdasarkan keterangan tabel 1 dan 2 darah kelompok eksperimen dan kelompok

menunjukan adanya kesesuaian dengan survei kontrol pada pemeriksaan awal (pre test) dan

epidemiologi yang menunjukan bahwa umur pemeriksaan akhir (post test) . Tidak

merupakan satu dari prediktor terkuat terdapatnya hasil perbedaan tekanan darah

terjadinya penyakit kardiovaskuler termasuk yang besar (signifikan) dapat dikaitkan dengan

hipertensi. Faktor resiko penyakit hipertensi teori yang mengatakan bahwa terapi herbal

berkembang setelah umur mencapai 45 tahun akan memberikan efek atau manfaat yang besar

(Black dalam Kartikawati, 2008). jika diberikan dalam jangka waktu yang

485
panjang panjang (Astawan dalam Hidayatullah, tekanan darah yang signifikan terhadap

2012). kelompok eksperimen pada pemeriksaan awal

Analisa Pengaruh Rebusan (pre test) dan pemeriksaan akhir (post test), dan

Belimbing Wuluh tidak ada perbedaan tekanan darah yang

Pada tabel 5 dapat diketahui hasil analisa signifikan terhadap kelompok kontrol pada

pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap pemeriksan awal (pre test) dan pemeriksaan

penurunan tekanan darah pada penderita akhir (post test), yang telah dibuktikan dengan

hipertensi di Posyandu Lansia Camar menggunakan uji statistik Wilcoxon Test

Puskesmas Sei Jang terhadap responden dimana didapat nilai 𝜌 pada kelompok

kelompok eksperimen (responden yang eksperimen lebih kecil (<) dari 0,05 dan nilai

diberikan terapi rebusan belimbing wuluh) yang lebih 𝜌 pada kelompok kontrol lebih besar (>)

didapat nilai 𝜌 < 0,05 yaitu = 0,046, dari 0,05, hasil ini sesuai dengan teori yang

membuktikan adanya perbedaan tekanan darah mengatakan bahwa penderita penyakit darah

yang signifikan pada pemeriksaan awal (pre tinggi pada umumnya kekurangan kalium,

test) dan pemeriksan akhir (post test). potassium, dan kalsium. Oleh karena itu,

Pada tabel 6 dapat diketahui analisa mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran

pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap yang mengandung kalium, potasium, dan

penurunan tekanan darah pada penderita kalsium seperti yang tekandung dalam

hipertensi di Posyandu Lansia Camar belimbing wuluh merupakan cara yang tepat

Puskesmas Sei Jang pada responden kontrol untuk menurunkan tekanan darah tinggi (Nisa

(responden yang tidak diberikan terapi rebusan 2012).

belimbing wuluh) yang didapat nilai 𝜌 > 0,05

yaitu = 0,317 yang membuktikan bahwa tidak Keterbatasa Penelitian

adanya perbedaan tekanan darah yang Dalam penelitian ini peneliti menemukan

signifakan pada pemeriksaan awal (pre test) dan berbagai macam bentuk keterbatasan ketika

pemeriksaan akhir (post test). melakukan penelitian, sehingga dengan

Berdasarkan keterangan dari tabel 5 dan berbagai keterbatasan tersebut menjadikan

6 dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan penelitian ini tidak mendapatkan hasil yang

486
maksimal. Adapun keterbatasan tersebut adalah Kesimpulan

sebagai berikut: Pemberian terapi rebusan belimbing

1. Dalam penelitian ini objek yang digunakan wuluh pada penderita hipertensi menunjukan

sebagai sampel adalah manusia sehingga adanya pengaruh terhadap penurunan tekanan

sangat sulit untuk melakukan kontrol yang darah pada penderita hipertensi, yaitu dapat

ketat terhadap faktor-faktor yang dapat dilihat dalam analisa uji kemaknaan yang

meningkatkan tekanan darah khususnya menunjukan adanya pengaruh rebusan

faktor pola makan. belimbimg wuluh terhadap menurunkan

2. Penelitian ini merupakan penelitian herbal tekanan darah. Tekanan darah pada responden

atau alami yaitu salah satu cara mengontrol yang menderita hipertensi ringan, sedang, dan

tekanan darah tanpa mengunakan obat- berat mengalami penurunan. Hal ini di buktikan

obatan kimia, selain tidak memiliki efek dari hasil pengukuran tekanan darah responden

samping yang besar pengobatan herbal eksperimen yang diberikan terapi rebusan

merupakan pengobatan yang dapat member belimbing wuluh dan responden kontrol yang

efek yang besar dalam waktu yang lama, tidak diberikan terapi rebusan belimbing wuluh.

maka dalam penelitian ini kurang lamanya Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah

waktu pemberian terapi sehingga tidak terapi, dimana didapat hasil sebagai berikut:

menimbulkan efek yang begitu besar. a. Pada pengukuran awal (pre test) terhadap

3. Pada penelitian ini desain penelitian yang responden eksperimen dari sembilan orang

digunakan kurang tepat karna itu terdapat (100%) responden terdapat empat orang

beberapa kerancuan dari hasil penelitian ini. (44,4%) yang menderita hipertensi ringan

4. Pada penelitian tidak dilakukannya validitas dan lima orang (55,6%) yang menderita

alat yang digunakan (sphygmomanometer) hipertensi sedang. Pada pengukuran akhir

sehingga dapat memunculkan keraguan (post test) terhadap responden eksperimen

pada akurasi alat ketika digunakan pada saat terjadi penurunan tekanan darah, yaitu

melakukan pengukuran. dimana penderita hiperte si ringan menjadi

enam orang (66,7%), hipertensi sedang

PENUTUP turun menjadi dua orang (22,2%) dan

487
terdapat satu orang (11,1%) memiliki d. Berdasarkan analisa perbedaan tekanan

tekanan darah normal tinggi. darah kelompok eksperimen dan kelompok

b. Pada pengukuran awal (pre test) terhadap kontrol dengan menggunakan uji statistic

responden kontrol dari sembilan orang Mann-Whitney didapat nilai 𝜌 pada

(100%) responden terdapat empat orang pemeriksaan awal (pre test) = 0,804 (> 0,05)

(44,4%) yang menderita hipertensi ringan, dan nilai 𝜌 pada pemeriksaan akhir (post

empat orang (44,4%) yang menderita test) = 0,203, hal ini menunjukkan tidak

hipertensi sedang dan terdapat satu orang terdapat perbedaan yang signifikan terhadap

(11,2%) yang menderita hipertensi berat. tekanan darah kelompok eksperimen dan

Pada pengukuran akhir (post test) tidak kontrol pada pemeriksaan awal (pre test) dan

terdapat perbedaan tekanan darah yang pemeriksaan akhir (post test)

berarti yaitu yang menderita hipertensi


Saran
ringan menjadi lima orang (55,6%),
a. Diharapkan masyarakat lebih memberikan
hipertensi sedang menjadi tiga orang
perhatian yang serius terhadap pengobatan
(33,3%), dan hipertensi berat masih satu
herbal dalam mengontrol tekanan darah
orang (11,1%).
pada penderita hipertensi. Pengobatan
c. Pada analisa pengaruh rebusan belimbing
herbal seperti rebusan belimbing wuluh
wuluh terhadap penurunan tekanan darah
selain mudah didapat dan tidak memberikan
dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon
efek samping yang berbahaya juga tergolong
Test didapat nilai 𝜌 pada kelompok
ekonomis (murah). Dengan demikian
eksperimen = 0,046 (< 0,05) dan nilai 𝜌 pada
penderita hipertensi dapat mengontrol
kelompok kontrol = 0,317 (> 0,05), hal
tekanan darahnya tanpa harus
menunjukkan bahwa berdasarkan uji
mengkonsumsi obat-obatan yang pastinya
statistik bahwa terdapat pengaruh rebusan
akan memberikan efek samping yang kurang
belimbing wuluh terhadap penurunan
baik bila dikonsumsi secara terus-menerus.
tekanan darah pada penderita hipertensi di
b. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk
Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang
dapat ikut berperan dalam
Tanjungpinang.

488
mensosialisasikan atau memberikan http://www.depkes.go.id. Di akses: 5 April

pengetahuan kepada masyarakat untuk lebih 2013.

mengenal obat-obatan herbal dalam Freyanti, Veni Aznur. (2012). Faktor-Faktor

mengontrol tekanan darah terhadap Yang Berhubungan Dengan Kunjungan

penderita hipertensi. Lansia Ke Posyandu Lansia Di Wilayah

c. Diharapkan adanya pengembangan Kerja Puskesmas Sei Jang Kota

penelitian yang serupa mengenai Tanjungpinang Tahun 2012. Skripsi

pengobatan herbal dari jenis dan desain yang Tidak diterbitkan. STIKES Hang Tuah.

berbeda serta waktu penelitian yang lebih hal: 10-37

lama untuk dapat melihat pengaruh secara Guyton, Arthur C, (1990). Fisiologi Manusia

signifikan sehingga akan terus didapat hasil dan Mekanisme Penyakit Edisi 3.

penelitian yang lebih baik. Jakarta: EGC, hal:

d. Karna sudah terdapat beberapa penelitian Hariana, Arief, (2004). Tumbuhan Obat &

pengobatan herbal dalam mengontrol Khasiatnya, Seri 1 .Depok: Penebar

hipertensi seperti jus timun, air putih, pisang Swadaya, hal: 36-38.

dan termasuk rebusan belimbing wuluh, Herlinawati, Yuni , (2006). Terapi Jus Untuk

maka peneliti berharap adanya Kolesterol Plus Ramuan Herbal. Jakarta:

pengembangan penelitian dalam hal Puspa Swara, hal: 61.

membanding keefektifan terhadap Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008). Metode

penurunan tekanan darah dari beberapa Penelitian Keperawatan dan Tehnik

pengobatan herbal di atas. Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

hal: 76.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayatullah, M Redha. (2012). Pengaruh Jus
Dharma, Kelana Kusuma, (2011). Metodelogi
Timun Terhadap Penurunan Tekanan
Penelitian Keperawatan. CV. Trans Info
Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Media: Jakarta Timur. hal: 197-204
Wilayah Kerja Puskesmas Panncur.
Depkes. (2010). Hipertensi Penyebab
Skripsi Tidak diterbitkan.
Kematian Nomor Tiga.

489
Tanjungpinang. STIKES Hang Tuah. Purwaningsih, Eko, (2007). Multiguna

Hal: 9 dan 39-45 Belimbing Wuluh. Jakarta: Ganeca Exact,

Kusnul, Zauhani & Munir, Zainal (2012). Efek Hal: 1-3.

Pemberian Jus Mentimun Terhadap Ramadi, Afdhal, (2012). Perbedaan Pengaruh

Penurunan Tekanan Darah. Skripsi Pemberian Seduhan Daun Alpukat

Tidak diterbitkan. Stikes Bahrul Ulum. (PerseagratissimaGaerth) Terhadap

Hal: Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi

Lathifah, Qurrotu A, (2008). Uji Efektifitas Laki-Laki Yang Perokok Dengan Bukan

Ekstrak Kasar Senyawa Anti Bakteri Perokok Di Wilayah Kerja Puskesma

Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Padang Pasir Kota Padang Tahun 2012.

Bilimbi L.) Dengan Variasi Pelarut. Skripsi Tidak diterbitkan. Fakultas

Skripsi Tidak diterbitkan. Fakultas Sains Keperawatan Universitas Andalas.

dan TeknologiI. Universitas Islam Negeri Diakses 5 Maret 2013. Hal: 1-2

(UIN) Malang. Diakses 5 Maret 2013. Riyanto, (2009). Pengolahan dan Analisi Data

Hal: 20-24. Kesehatan. Yogjakarta: Ruha Medika,

M. Wijoyo, Padmiarso, (2011). Rahasia hal:

Penyembuhan Hipertensi Secara Alami. Sari, Wening, et al, (2008). Care youself,

Bogor: Bee Media AGRO, Hal: 9-19. hepatitis. Jakarta: Penebar Plus+, hal: 74.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi Shinta, (2012). Hubungan Peran Keluarga

Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Dalam Perawatan Kesehatan Lansia

Rineka Cipta, hal: Dengan Kejadian Hipertensi Di

Penerbit Buku Kompas, (2006). Rahasia Sehat Puskesmas Sei Jang Tahun 2012. Skripsi

dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: Tidak diterbitkan. STIKES Hang Tuah.

PT. Kompas Media Nusantara, hal: 199- hal:

200. Smeltzer & Bare, (2001). Buku Asuhan

Permadi, Adi, (2006). Tanaman Obat Pelancar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.

Air Seni. Jakarta: Penebar Sebaya, hal: Jakarta: EGC, hal:

24.

490
Soenanto, Hardi, (2009). 100 Resep Sembuhkan

Hipertensi, Asam urat, dan Obesitas.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

hal: 52-53.

Sutanto, (2010). Cekal (Cegah & Tangkal)

Penyakit Modern. Yogyakarta: CV. Andi

Offset, hal: 1-34.

Syarifudin, (2010). Panduan TA Keperawatan

dan Kebidanan dengan SPSS.

Yogyakarta: Grafindo Litera Media, hal:

Stanley, Mickey & Beare, Gauntlett Patricia,

(2002). Buku Ajar Keperawatan

Gerontik Edisi 2. Jakarta; EGC. hal: 11.

Wati, Lidia, (2013). Panduan Penyusunan

Metodologi Riset Keperawatan.

Tanjungpinang : STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang, hal:1-61.

Widharto, (2009). Bahaya Hipertensi. Klaten:

PT Sunda Kelapa Pustaka, hal: 3-36.

1
Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah

Tanjungpinang.
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.


3
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

491
PENGARUH AIR REBUSAN LIDAH BUAYA TERHADAP
PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI JANG
TANJUNGPINANG TAHUN 2014

Urai Muhamad Bawadi1, Soni Hendra Sitindaon2, Komalasari3

ABSTRAK
Diabetes Mellitus berasal dari kata Yunani diabainein yang berarti “tembus” atau “pancuran air”, mellitus yang
berarti “rasa manis”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air rebusan lidah buaya terhadap
penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tahun 2014.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode Pra eksperimen dan jenis pendekatan
yang digunakan adalah one group pretest postest tanpa kelompok kontrol. Jumlah populasi sebanyak 1393 orang
penderita Diabetes Mellitus dan sampel dengan teknik Purposive Sampling berjumlah 12 orang. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Wilcoxon. Hasil Penelitian yang
diperoleh yaitu kadar gula darah sebelum diberikan air rebusan lidah buaya didapatkan semua responden kadar
gula darah >200mg/dL sebanyak 12 orang (100%). Kadar gula darah sesudah diberikan air rebusan lidah buaya
didapatkan sebagian besar responden kadar gula darah <150mg/dL sebanyak 6 orang (50%).

Kata Kunci : Lidah buaya, Diabetes Mellitus

ABSTRACT
Diabetes Mellitus comes from the Greek diabainein which means "hit" or "fountain ", mellitus which means
"sweet taste ". The aim of this research is to find out the influence decoction aloe vera to experienced the blood
sugar at patients with diabetes mellitus in the Community Health Center Sei Jang in 2014. Types of research that
is quantitative research with the method Pre experiments and type of approach that is used is one group pretest
postest without controls. Number of population as many as 1393 people with Diabetes Mellitus and samples with
Purposive sampling techniques %12 people. Instruments that used is sheets observation. Hypothesis test is trial
Wilcoxon. Results of research, the blood sugar level before given decoction aloe vera obtained all respondents
blood sugar level >200mg/dl as many as 12 people (100%). Blood sugar level after given decoction aloe vera
found most respondents blood sugar level <150mg/dl as much as 6 people (50%).

Keyword : Sweet Star Fruit and, Cucumber Therapy, The Decrease Blood Pressure of Hypertensive

PENDAHULUAN additive (bahan tambahan makanan) dalam


Berkembangnya suatu negara menjadi
makanan ataupun bahan baku makanan maka
salah satu faktor permasalahan baru
semakin tinggi pula penyakit-penyakit yang
terutama permasalahan tentang gaya hidup
ditimbulkan sebagai akibat kurang
masyarakat di dunia. Dengan meningkatnya
seimbangnya pola hidup dan pola makan yang
beban kerja
dilakukan. Salah satu penyakit yang disebabkan
masyarakat khususnya masyarakat perkotaan,
oleh buruknya pola hidup dan pola makan ini
serta semakin tinggi penggunaan bahan-bahan

492
adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus Meksiko 10,6 juta jiwa, dan Indonesia dengan

(DM) adalah hiperglikemia kronik disertai jumlah penderita DM sebanyak 7,6 juta jiwa,

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan saat ini Indonesia menempati peringkat ketujuh

hormonal yang menimbulkan berbagai dalam daftar negara dengan penderita DM

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan terbanyak di dunia, lebih buruk dibanding tahun lalu

pembuluh darah, disertai lesi pada membran dimana Indonesia berada pada peringkat kesepuluh.

basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati

elektron (Mansjoer, 2001). urutan ke-7 penyebab kematian dunia.

Ketua Umum Persatuan Diabetes Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan

Indonesia (PERSADIA, 2013) Prof. Sidartawan pada tahun

Soegondo menjelaskan, jika tidak diintervensi 2030 akan memiliki penyandang DM (diabetisi)

dengan baik DM menimbulkan komplikasi dan sebanyak 21,3 juta jiwa (Depkes, 2010).

mengakibatkan kecacatan, bahkan kematian. Di Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

antaranya luka yang sulit sembuh, bahkan bisa 2013 menunjukan tren penderita DM

terjadi pembusukan pada kaki dan berakibat meningkat. Ini seiring dengan juga

diamputasi. Juga menyebabkan kebutaan dan meningkatnya proporsi obesitas atau

katarak dini, gagal ginjal, penyumbatan kegemukan yang juga terus meningkat yaitu

pembuluh darah jantung yang mengakibatkan dari 18,8% tahun 2007 menjadi 26.6% di 2013.

penyakit jantung koroner. Terjadi gangguan Obesitas pada perempuan cenderung lebih

saraf berupa kesemutan, baal, stroke, dan tinggi dibanding laki-laki. Perempuan

impotensi (Sukmasari, 2014). meningkat dari 14,8% (2007) menjadi 32,9%

Studi terbaru dari International (2013), sedangkan laki-laki hanya 13,9%

Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2012 menjadi 19,7%. Kenaikan DM pun lebih tinggi

mengatakan penderita DM di seluruh dunia pada perempuan yaitu 7,7% sedangkan laki-laki

mencapai 371 juta orang. Posisi pertama adalah 5,6%. ( Depkes, 2013).

Cina dengan 92,3 juta penderita, India sebanyak Angka kejadian DM di provinsi

63 juta jiwa, Amerika Serikat 24,1 juta jiwa, Kepulauan Riau pada tahun 2011 menduduki

Brasil 13,4 juta jiwa, Rusia 12,7 juta jiwa, posisi ke 3 dengan jumlah angka kejadian

493
mencapai 2121, setelah Hipertensi dan Asma. jumlah kunjungan sebanyak 1393 (DINKES

Berikut prevalensi data DM di setiap Kota Tanjungpinang, 2013).

kabupaten/kota berdasarkan kunjungan : Beberapa upaya untuk penyembuhan

Lingga 62 kasus, Natuna 230 kasus, Karimun dilakukan, mulai dari penanganan secara medis,

489 kasus, Bintan 337 kasus, dan pengaturan pola makan dan perbaikan pola

Tanjungpinang 1649 kasus (Dinkes Provinsi hidup dengan olahraga yang teratur, akupuntur,

Kepri, 2011). ataupun dengan penggunaan tanaman obat-

Angka penderita DM di Tanjungpinang obatan yang lebih dikenal dengan pengobatan

setiap tahunnya meningkat dari tahun 2012 herbal. Penggunaan tanaman herbal di percaya

hingga tahun 2013. Penderita DM pada tahun dapat memperbaiki kondisi pasien DM dengan

2012 mencapai angka 1.785 orang, sementara konsumsi herbal yang teratur dibantu dengan

jumlah penderita DM pada tahun 2013 pola makan dan pola hidup yang teratur juga

meningkat sebanyak 1904 orang (106%) (Suryo, 2010).

penderita dan jumlah keseluruhan penderita Sifat pengobatan herbal adalah

pada tahun 2013 mencapai 3689. Berikut memperbaiki sistem tubuh yang rusak, yang

Prevalensi angka kunjungan penderita DM menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan,

tahun 2013 di setiap Puskesmas di kota maka kesembuhan suatu penyakit termasuk DM

Tanjungpinang : Puskesmas Mekar Baru bukanlah hal yang tidak masuk akal. Saat ini

terdapat 150 kunjungan, Puskesmas Kampung sudah banyak tanaman bermanfaat untuk

Bugis 232 kunjungan, Puskesmas Melayu Kota melawan DM. Khasiat anti diabetik pada

Piring 294 kunjungan, Puskesmas Batu 10 tanaman tersebut telah dibuktikan secara ilmiah

sebanyak 371 kunjungan, Puskesmas Sei Jang maupun empiris. Beberapa herbal yang

1393 kunjungan, dan Puskesmas digunakan sebagai sediaan untuk mengobati

Tanjungpinang Kota 1249 kunjungan. Dari data DM mulai fase penurunan kadar gula darah,

tersebut diketahui angka kunjungan tertinggi pengganti insulin, penyembuh luka atau

pada penderita DM di Kota Tanjungpinang gangren yang biasanya diderita oleh penderita

terdapat pada Puskesmas Sei Jang dengan DM ataupun untuk memperbaiki fungsi

pangkreas

494
diantaranya adalah mimba, lidah buaya, bradykininase, aloctin A. Aloe-emodin dan

ciplukan, daun sendok, tapak liman, mengkudu, rhein, serta polifenol berkhasiat sebagai laksatif

buncis, pare, bungur, duwet, kacang panjang, (pencahar/ urus-urus). Polisakarida sebagai

taoge, sambiloto, daun anting-anting, dan penyembuh luka dan dapat mengurangi reaksi

beberapa tanaman lainnya (Suryo, 2010). peradangan (Putra, 2013)

Salah satu tanaman herbal yang sangat Kandungan dari lidah buaya yang

bermanfaat dan berkhasiat dalam menurunkan dianggap mampu menurunkan kadar gula darah

kadar gula darah pada penderita DM dan adalah kromium, inositol, vitamin A, dan getah

komplikasinya adalah lidah buaya atau Aloe kering lidah buaya yang mengandung

Vera. hypoglycemic (Jatnika & Saptoningsih, 2009).

Lidah buaya menurut sejarahnya di bawa Berdasarkan uraian permasalahan di

ke Indonesia oleh bangsa Cina pada abad ke-17. atas, peneliti tertarik untuk melakukan

Semula pemanfaatan tanaman tersebut terbatas penelitian mengenai “ Apakah Ada Pengaruh

sebagai tanaman hias, ramuan obat-obat Air Rebusan Lidah Buaya terhadap Penurunan

tradisional, dan bahan kecantikan. Budidaya Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes

komersial dan perluasan penggunaan untuk Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sei Jang

bahan baku produk minuman dimulai pada tahun 2014?”

tahun 900-an, ditandai dengan dibukanya lahan


BAHAN DAN METODE
lidah buaya di Kalimantan Barat tepatnya di
PENELITIAN
kota Pontianak. Beberapa daerah lainnya seperti
Desain penelitian adalah model atau
Palembang, Malang, dan Jawa Barat juga
metode yang digunakan peneliti untuk
memiliki lahan perkebunan lidah buaya
melakukan suatu penelitian yang memberikan
(Kristianto,2005).
arah terhadap jalannya penelitian. Desain

Berdasarkan hasil penelitian, lidah buaya penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan

mngandung bahan kimia seperti aloin, hipotesis penelitian.

barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, Penelitian ini menggunakan metode

aloesin, rhein, homonatolin, aloidoside A, B; penitian pra-eksperimen dengan rancangan one

495
group pretest posttest yaitu rancangan tanpa lainnya. Alat pengumpulan data menggunakan

kelompok pembanding (kontrol) tetapi sudah lembar observasi yang di dapatkan dari hasil

dilakukan observasi pertama (Pretest) yang pengecekkan Glukometer.

memungkinkan menguji perubahan-perubahan

yang terjadi setelah adanya eksperimen HASIL PENELITIAN

(Notoatmojo, 2010). A. Analisis Univariat

Populasi penderita Diabetes Mellitus di Merupakan analisa yang dilakukan pada

Wilayah kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014 tiap variabel dalam hasil penelitian. Pada

berjumlah 1393 orang. Teknik sampling yang umumnya analisa ini hanya menghasilkan

digunakan pada penelitian ini adalah dengan distribusi dan presentasi tiap variabel yang

menggunakan teknik purposive sampling yaitu disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

dengan sampel pada penelitian ini berjumlah 12 1. Data gula darah sewaktu sebelum perlakuan

orang responden penderita Diabetes Mellitus.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Mei Tabel 1. Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu

sampai 10 Juni tahun 2014. Tempat penelitian Sebelum Perlakuan Pada Penderita Diabetes

Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang


ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei
No Responden Jumlah GDS
Jang Tanjungpinang.

Pemilihan responden berdasarkan kriteria 01 255 mg/dl


inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Pada
02 482 mg/dl
setiap responden diberikan perlakuan berupa air

rebusan lidah buaya yang diminum pagi dan 03 317 mg/dl

sore hari sebanyak 300 ml selama 14 hari secara


04 414 mg/dl
teratur tanpa putus dan di cek nilai gula darah

sewaktu sebelum diberikan minum air rebusan, 05 303 mg/dl

hari ke tujuh dan hari ke lima belas, jika


06 452 mg/dl
responden tidak minum secara teratur maka
07 386 mg/dl
responden tersebut harus mengulang dari awal

atau mengganti dengan responden yang

496
08 253 mg/dl 04 169 mg/dl

05 144 mg/dl
09 465 mg/dl
06 207 mg/dl
10 378 mg/dl
07 132 mg/dl

11 237 mg/dl 08 87 mg/dl

09 210 mg/dl
12 349 mg/dl
10 153 mg/dl

11 92 mg/dl

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat 12 138 mg/dl

diketahui bahwa dari 12 orang penderita

Diabetes Mellitus dengan kadar gula darah Dari tabel 2 diatas, diketahui bahwa dari

sewaktu sebelum diberikan perlakuan diatas 12 orang penderita diabetes mellitus, dengan

normal (70-140 mg/dl). Kadar gula darah kadar gula darah sewaktu sesudah diberikan

sewaktu paling tinggi dari data tersebut adalah perlakuan. Kadar gula darah tertinggi yaitu

responden nomor 02 yaitu 482 mg/dl dan yang pada nomor responden 02 (219 mg/dl) dan

paling rendah adalah responden nomor 11 yaitu kadar gula darah terendah yaitu pada nomor 08

237 mg/dl. (87 mg/dl).

2. Data gula darah sewaktu sesudah perlakuan B. Hasil Analisis Bivariat

Untuk melihat hubungan antara variabel


Tabel 2. Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu dependen (kadar gula darah pada penderita
Sesudah Perlakuan Pada Penderita Diabetes
diabetes mellitus) dan variabel independen (air
Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang
rebusan lidah buaya). Uji kemaknaan

No Jumlah menggunakan Uji Wilcoxon Test, untuk

Responden GDS mengetahui nilai rata-rata antar satu kelompok

01 125 mg/dl dengan kelompok lain, dimana antara suatu

02 219 mg/dl kelompok lain tidak saling berhubungan yang

03 137 mg/dl menghasilkan ρ, dengan α = 0,05.

497
Berdasarkan data dari tabel 2 dan 3, 06 452 mg/dl 207 245

dilakukan analisa data dengan menggunakan mg/dl mg/dl

Uji Wilcoxon Test yang merupakan uji beda dua 07 386 mg/dl 132 254

sampel berpasangan. Berikut ini dalam tabel 5.5 mg/dl mg/dl

hasil penelitian yang telah dilakukan : 08 253 mg/dl 287 166

mg/dl mg/dl

09 465 mg/dl 210 255

mg/dl mg/dl
Tabel 3. Distribusi adar Gula Darah

Sewaktu Sebelum Perlakuan Pada Penderita 10 378 mg/dl 153 225

Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas mg/dl mg/dl

Sei Jang 11 237 mg/dl 92 145

mg/dl mg/dl

12 349 mg/dl 138 211


No Jumlah Jumlah Rentang P
mg/dl mg/dl
Reponden GDS GDS Penuruna Value
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat terjadi
Pretest Posttest n
penurunan dari rentang GDS yang sebelumnya
01 255 mg/dl 125 130
responden merupakan penderita diabetes
mg/dl mg/dl
mellitus yang kadar gula darah diatas normal
02 482 mg/dl 219 263
yaitu > 140 mg/dl setelah pemberian air rebusan
mg/dl mg/dl
lidah buaya. Saat ini terdapat 6 orang dari
03 317 mg/dl 137 180
responden mengalami penurunan mencapai
mg/dl mg/dl
kadar gula darah normal yaitu berkisar antara 70
04 414 mg/dl 169 245 mgdl – 140 mg/dl dan pada responden yang lain
mg/dl mengalami penurunan yang sangat drastis,
05 303 mg/dl 144 159 sebanyak 2 kali lipat seperti yang terjadi pada
mg/dl mg/dl 0,002
responden 02, 04, 06, 09, 10, 12.

Hasil uji statistik dengan menggunakan

uji Wilcoxon Test diperoleh ρ value 0,002 <


498
0,05, dengan demikian Ho ditolak. Maka dapat Pada nomor responden 01 jumlah GDS

disimpulkan ada pengaruh air rebusan lidah 255 mg/dl, responden 02 jumlah GDS 482

buaya terhadap penurunan kadar gula darah mg/dl, responden 03 jumlah GDS 317 mg/dl,

pada penderita diabetes mellitus di wilayah responden 04 jumlah GDS 414 mg/dl,

kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014. responden 05 jumlah GDS 303 mg/dl,

PEMBAHASAN responden 06 jumlah GDS 452 mg/dl,

Setelah dilakukan penelitian awal pada responden 07 jumlah GDS 386 mg/dl,

penderita Diabetes Mellitus di Wilayah kerja responden 08 jumlah GDS 253 mg/dl,

Puskesmas Sei Jang terdapat 1393 jumlah responden 09 jumlah GDS 465 mg/dl,

kunjungan penderita Diabetes Mellitus. Dalam responden 10 jumlah GDS 378 mg/dl,

penelitian ini peneliti mengambil sampel responden 11 jumlah GDS 237 mg/dl,

sebanyak 12 orang yang berusia 45 – 65 tahun responden 12 jumlah GDS 349 mg/dl.

sebagai kelompok eksperimen dengan Saat dilakukan pemberian terapi air

menggunakan desain one group pretest-postest, rebusan lidah buaya secara rutin pagi dan sore,

yaitu menjadikan perbandingan awal (pretest) dilakukan pengecekkan gula darah untuk

sebagai acuan perubahan setelah dilakukan melihat sudah sampai sejauh mana penurunan

penelitian (posttest). kadar gula darah, di hari ke 4 dan ke 8 yang

Sebelum memberikan terapi air rebusan bertujuan untuk mengurangi resiko yang

lidah buaya peneliti melakukan pengecekkan mungkin terjadi seperti penurunan kadar gula

awal, ditemukan hasil kadar gula darah darah yang berlebihan, dan dapat menyebabkan

responden secara keseluruhan berada di atas hipoglikemia sehingga terjadi ketidaksadaran

nilai normal yaitu >140 mg/dl. Menurut ADA diri, mual dan muntah-muntah.

(2009) terlepas dari waktu setelah makan, kadar Pada pengecekkan terakhir hari ke 15

gula darah sewaktu 200 mg/dl (11,1 mmol/L) terjadi penurunan kadar gula darah, dari 12

atau lebih tinggi menunjukkan diabetes, responden yang telah berhasil mengalami

terutama bila digabungkan dengan salah satu penurunan yang diharapkan, didapati 6

tanda dan gejala diabetes, seperti sering kencing responden dari 12 responden yang

dan haus yang ekstrim. penurunannya mencapai angka normal yaitu 70

499
– 140 mg/ dl. Pada nomor responden 01 jumlah Dari distribusi sebelum dan sesudah

GDS 255 menjadi 125 mg/dl, responden 02 pemberian air rebusan lidah buaya dapat dilihat

jumlah GDS 482 menjadi 219 mg/dl, responden perbedaan penurunan yang signifikan hal ini

03 jumlah GDS 317 menjadi 137 mg/dl, sesuai dengan teori yang dijelaskan dalam buku

responden 04 jumlah GDS 414 menjadi 169 Wijoyo (2012) bahwa lidah buaya merupakan

mg/dl, responden 05 jumlah GDS 303 menjadi obat tradisional dalam mengobati diabetes

144 mg/dl, responden 06 jumlah GDS 452 mellitus. Sedangkan menurut Duke (2002)

menjadi 207 mg/dl, responden 07 jumlah GDS kandungan yang dimiliki lidah buaya yaitu

386 menjadi 132 mg/dl, responden 08 jumlah saponin yang bersifat anti bakteri dan jamur

GDS 253 menjadi 87 mg/dl, responden 09 serta mengurangi penyerapan glukosa pada

jumlah GDS 465 menjadi 210 mg/dl, responden tubuh, flavonoid untuk meningkatkan produksi

10 jumlah GDS 378 menjadi 153 mg/dl, insulin dan meregenerasi pulau Langerhans

responden 11 jumlah GDS 237 menjadi 92 Pankreas terutama sel β, polifenol sebagai anti

mg/dl, responden 12 jumlah GDS 349 menjadi histamine atau anti alergi.

138 mg/dl. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan tabel 5.5 di uji Pemberian air rebusan lidah buaya

menggunakan uji Wilcoxon Test didapatkan terhadap penderita diabetes mellitus

hasil yang sangat baik dengan jumlah ρ Value mendapatkan hasil yang diharapkan, dimana

adalah 0.02, jika ρ lebih kecil maka Ho ditolak. telah terjadi penurunan kadar gula darah,

Dengan demikian ada pengaruh air rebusan sehingga ada pengaruh dari air rebusan lidah

lidah buaya terhadap penurunan kadar gula buaya. Dari 12 responden yang telah berhasil

darah pada penderita diabetes mellitus di mengalami penurunan yang diharapkan,

wilayah kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014. didapati 6 responden dari 12 responden yang

Hasil penelitian di atas sejalan dengan penurunannya mencapai angka normal yaitu 70

penilitian yang telah dilakukan oleh Mustofa – 140 mg/dl dan 6 orang responden berhasil

(2012) dan Endang (2006) bahwa lidah buaya mengalami penurunan kadar gula darah

berpengaruh untuk menurunkan kadar gula meskipun tidak mencapai angka normal.

darah. Namun penelitian ini telah mencapai hasil yang

500
diharapkan serta maksimal karena air rebusan Perlu dikembangkan penelitian yang

lidah buaya telah mampu menurunkan kadar serupa untuk mengetahui dosis pasti untuk

gula darah pada 12 responden. Hal ini dapat di menentukan seberapa besar dosis yang

buktikan berdasarkan hasil penelitian : diberikan untuk pasien dengan jumlah kadar

1. Sebelum diberikan air rebusan lidah buaya gula darah yang berbeda untuk mencapai hasil

terdapat jumlah kadar gula darah yang yang optimal.

tinggi berkisar antara 237 mg/dl hingga 482 KEPUSTAKAAN

mg/dl dari 12 orang responden. Andrianto, Tuhana Taufiq, (2011). Ampuhnya

2. Setelah diberikan air rebusan lidah buaya Terapi Herbal Berantas Berbagai

terjadi penurunan pada penderita kadar gula Penyakit Berat. Yogyakarta: Najah.

darah tinggi, berkisar antara 87 mg/dl Anonim, (2001). Plant Remidies Aloe Vera

hingga 219 mg/dl dari 12 orang responden. Research.

3. Ada pengaruh air rebusan lidah buaya www.internethealthlibrary.com. Di

terhadap penurunan kadar gula darah pada akses: 13 Maret 2014.

12 orang responden penderita diabete Chan, Arifin, (2013). Pengaruh Air Rebusan

mellitus dengan ρ Value 0,005. Buah Mahkota Dewa Terhadap

Untuk masyarakat diharapkan mampu Penurunan Kadar Gula Darah pada

memahami fungsi Toga, khususnya tanaman Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah

lidah buaya yang sebenarnya terdapat banyak di Kerja Puskesmas Tanjungpinang

sekitar lingkungan masyarakat dengan Tahun 2013. Skripsi Tidak diterbitkan.

demikian angka penderita DM akan menurun Tanjungpinang. STIKES Hangtuah.

jika masyarakat tahu cara pengolahannya. Depkes. (2013). Wanita Lebih cenderung

Diharapkan adanya sosialisasi Diabetes Dibanding Pria.

penggunaan Toga khususnya tanaman lidah www.depkes.go.id. Di akses: 16 Maret

buaya yang berguna menurunkan kadar gula 2014.

darah pada penderita diabetes mellitus pada saat DetikHealth, (2014). Waspada Sering Lapar,

Keperawatan Komunitas. Haus, dan Pipis Bisa jadi Gejala

501
Diabetes. www.detik.com. Di akses: 10 Misnadiarly, (2006). Diabetes Mellitus

maret 2014. Gangren, Ulcer, Infeksi. Jakarta:

Dharma, Kelana Kusama, (2011). Metodologi Pustaka Populer Obor.

Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV. Ningsih, Widarti, (2012). Pengaruh Senam

Trans Info Media. Diabetes Mellitus (DM) Terhadap

Djubaedah, E. (2003). Pengolahan lidah buaya Penurunan Kadar Glukosa Darah pada

dalam sirup. Pra-Forum Apre2siasi dan Penderita DM Tipe II di Unit

Komersialisasi Hasil Riset. Balai Besar PERSADIA Cabang Kota

Industri Agro, Bogor. Tanjungpinang Tahun 2012. Skripsi

Duke, (2002). Plant Contituent and Biological Tidak diterbitkan: Tanjungpinang.

Effect Databases : Chemicals and their STIKES Hangtuah.

Biological Activities in : Aloe vera Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi

(L).www.ars-grin.gov/cgi- Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

bin/duke/farmacy-scroll3.pl. Di akses: Cipta.

15 Maret 2014. Oci, Yonita .M, (2013). Khasiat Sakti Tanaman

Furnawanthi, Irni, (2002). Khasiat dan Manfaat Obat untuk Diabetes. Jakarta: Dunia

Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Sehat.

Jakarta: Gramedia Pustaka. Putra, Winkanda Satria, (2013). Sehat dengan

Jatnika, Ajat & Saptoningsih. (2009). 1001 Herbal tanpa Dokter. Yogyakarta:

Obat Herbal, cet. 1. Jakarta: Agro Citra Media.

Media Pustaka. Riyanto, Agus, (2011). Aplikasi Metodologi

Kristianto, Yohanes, (2005). Olahan Lidah Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Buaya, Cet.1. Surabaya: Trubus Nuha Medika.

Agrisarana. Saraswati, Sylvia, (2009). Diet Sehat Untuk

Mansjoer, Arif, dkk, (2001). Kapita Selekta Penyakit Asamurat Diabetes

Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Hipertensi Dan Stroke. Yogyakarta: A

Media Aesculapius. Plus.

502
Sari, Kumala Ruma, O.L, (2006). Pemanfaatan

Obat Tradisional Dengan

Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya. Jurnal Ilmu Farmasi

vol. III, no. 1 (hal. 1)

Sunaryati, Sinta Septi, (2011). 14 Penyakit

Paling Sering Menyerang dan Sangat

Mematikan. Yogyakarta: Flashbooks.

Suryo, Joko, (2010). Rahasia Herbal

Penyembuh Diabetes Edisi 2.

Yogyakarta: B First.

Wati, Lidia, (2014). Panduan Penyusunan

Metodologi Riset

Keperawatan.Tanjungpinang: STIKES

Hang Tuah.

Wijoyo, Padmiarso M, (2012). Cara Tuntas

Menyembuhkan Diabetes dengan

Herbal. Jakarta: Pustaka Agro

Indonesia

1.
Mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang Prodi S1 Keperawatan.


2.
Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
3.
Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

503
PENGARUH JUS TOMAT PLUM TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA POSYANDU LANSIA CAMAR TANJUNGPINANG

Ivana Arleni 1, Nur Meity 2, Zakiah Rahman3

ABSTRAK
Hipertensi tidak dapat diremehkan, karena dampaknya dapat mengancam keselamatan jiwa. Tomat merupakan
bahan makanan tinggi asam folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan kalium dalam 100 gram tomat adalah 360
mg. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jus tomat plum terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia camar Tanjungpinang. Jenis penelitian ini adalah eksperimen
semu dengan rancangan non equivalent control group. Jumlah populasi sebanyak 20 orang dan sampel dipilih 10
orang menggunakan purposive sampling dengan tekanan darah 140-160 mmHg. Analisis data menggunakan uji
wilcoxon dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai z hitung sebesar -2.000 dengan
signifikansi 0,046 < 0,05. Data ini menunjukkan bahwa ada pengaruh jus tomat plum terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Disarankan agar penggunaan jus tomat plum dapat lebih dikenalkan lagi kepada
penderita hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia camar Tanjungpinang.

Kata Kunci : Jus Tomat plum, Penurunan Tekanan Darah, Hipertensi

ABSTRACT
Hypertension can not be underestimated, because the impact can be life threatening. Tomato is a food ingredient
with high folic acid, vitamin c, and potassium. The potassium content in 100 gram tomato is 360 mg. Objective
this studi is to know the effect of tomato juice to the decrease blood pressure in patient with hypertension at
working area of Camar elderly service post Tanjungpinang. This studi is an quasi experiment with non equivalent
control group design. Total Population is 20 people, and sample choise 10 people use purposive sampling with
blood pressure 140-160 mmHg. Analysis of data using a wilcoxon test with significance level 0,05. Based on
analysis resulting z observation -2.000 with significance of 0,046 < 0,05. These data show there is influence of
tomato juice to the decrease blood pressure in patient with hypertension. It is recommended to use more tomato
juice was introduced again to the patient with hypertension at working area Camar elderly service Post
Tanjungpinang.

Keyword : Plum Tomato Juice, Blood Pressure, Hypertension

PENDAHULUAN dapat menyebabkan kematian yang utama di


Hipertensi tidak dapat diremehkan.
negara-negara maju maupun negara
Penyakit kardiovaskuler ini perlu mendapat
berkembang.
perhatian yang serius karena dampaknya
WHO (2010) menyebutkan bahwa
membahayakan kesalamatan jiwa. Hipertensi
berdasarkan Data Global Status Report on
yang tidak tertangani dengan baik dapat
Noncommunicable Disesases, 40 % negara
berujung pada kematian. Oleh karena itu
ekonomi berkembang memiliki penderita
hipertensi menjadi masalah kesehatan global
hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35
yang memerlukan perhatian khusus karena

504
%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak gaya hidup masyarakat seperti merokok,

penderita hipertensi sebanyak 46 %. konsumsi alkohol yang berlebih, makanan

Sementara kawasan Amerika menempati posisi tinggi kadar lemak, asupan natrium yang tinggi,

buncit dengan 35 %. Di kawasan Asia kurangnya asupan kalium dan serat. Selain

Tenggara sendiri, 36 % orang dewasa mengkonsumsi obat-obatan, penyakit darah

menderita hipertensi. Kemudian menurut tinggi juga dapat di obati secara herbal, dimana

Khancit (perwakilan WHO untuk Indonesia) yang dibutuhkan adalah buah-buahan, sayur-

pada tahun 2011 mencatat ada satu miliar sayuran, daun-daunan, dan akar-akaran yang

orang yang terkena hipertensi mengandung kalium, potassium, dan kalsium.

Penderita hipertensi di Indonesia sendiri Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam

prevalensinya terus terjadi peningkatan. Hasil folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) kalium dalam 100 gram tomat adalah 360 mg.

pada tahun 2004 27,5 % tercatat menderita Kalium dapat menurunkan tekanan darah

hipertensi. Selanjutnya hasil Riset Kesehatan dengan mengurangi natrium dalam urine dan

Dasar (RISKESDAS) yang dilakukan Badan air dengan cara yang sama seperti deuretic.

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Hasil penelitian tahun 2004 pada pasien

(Balitbangkes) tahun 2007 menunjukkan hipertensi rawat jalan di Bandung menunjukkan

prevelensi hipertensi secara nasional mencapai penurunan tekanan sistolik 10,28 mmHg dan

31,7%. Diperkirakan meningkat lagi menjadi diastolik 3,49 mmHg dengan melakukan

37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada intervensi menggunakan jus tomat yang terbuat

tahun 2025. Data Kementrian Kesehatan RI dari 150 gram tomat buah dan 5 gram gula pasir

menunjukkan pada tahun 2009 prevalensi dengan lama intervensi 2 hari berturut-turut

hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat (Gunawan IZ et al, 2005). Sementara itu,

menjadi 34,1% pada tahun 2010. penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan

Tekanan darah sangat bervariasi Ningsih (2010) menunjukkan hasil bahwa

tergantung pada keadaan, akan meningkat saat pemberian 200 ml jus tomat (lycopersium

aktivitas fisik, emosi, dan stres, dan turun commune) sebanyak satu kali dalam sehari

selama tidur. Hipertensi juga berkaitan dengan selama 7 hari berpengaruh terhadap penurunan

505
tekanan darah sistolik sebesar 11.76 mmHg METODE

(84%) dan tekanan darah diastolik sebesar 8.82 Desain penelitian yang digunakan pada

mmHg (96%) pada wanita postmenopause penelitian ini berupa desain penelitian

hipertensif. kuantitatif yang berbentuk eksperimen semu (

Pada tahun 2011 jumlah penderita quasi eksperiment ) dimana desain penelitian ini

hipertensi di wilayah Provinsi Kepri yakni merupakan suatu metode penelitian yang

sebanyak, Bintan 13%, Karimun 12%, Lingga menguji coba suatu intervensi pada sekelompok

6%, Batam 7%, Natuna 15% dan subjek dengan atau kelompok pembanding

Tanjungpinang memiliki penderita hipertensi namun tidak dilakukan randomisasi untuk

sebanyak 47%. Berdasarkan data dinas memasukkan subjek kedalam kelompok

kesehatan kota Tanjungpinang pada tahun perlakuan atau kontrol ( Dharma, 2011).

2012, hipertensi menempati urutan kedua dalam Rancangan penelitian ini menggunakan

daftar 10 penyakit terbesar yang ada di wilayah rancangan non equivalent control group yaitu

kerja puskesmas diantaranya puskesmas KM. dalam rancangan ini, pengelompokan anggota

10 sebanyak 11%, puskesmas Kp. Bugis 13%, sampel pada kelompok eksperimen dan

puskesmas Mekar Baru 3%, Puskesmas Kota kelompok kontrol tidak dilakukan secara

Piring 10 %, Puskesmas Pancur 28% dan random atau acak ( Notoatmodjo, 2010).

puskesmas Sei jang memiliki jumlah warga Populasi, sampel dan teknik

terbanyak yang menderita hipertensi yaitu sampling

sebesar 35%. Sedangkan, data penderita Populasi dalam penilitian ini mencakup

hipertensi di puskesmas Sei Jang tahun 2013 semua Lansia yang terdaftar di posyandu lansia

periode bulan Januari yakni sebanyak 154 CAMAR Tanjungpinang, yang berjumlah 20

orang, terdiri dari 64 orang laki-laki dan 90 lansia.

orang perempuan. Berdasarkan penjelasan Pemilihan sempel menggunakan tehnik

diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan purposive sampling yang merupakan pemilihan

penelitian tentang “ Pengaruh Jus Tomat Plum sampel yang di kehendaki peneliti sehingga

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada sempel tersebut dapat mewakili karakteristik

Penderita Hipertensi”. populasi yang telah dikenal sebelumnya

506
(Notoatmodjo, 2010). Sampel berjumlah 10, diberi terapi jus tomat plum. Dari tabel tersebut

dimana 5 sampel sebagai kelompok eksperimen dapat dilihat bahwa sebelum diberi terapi jus

dan 5 orang sebagai kelompok kontrol. tomat plum dari 5 orang responden seluruhnya

menderita hipertensi katagori tinggi.


HASIL

Penelitian tentang “Pengaruh Jus Tabel 2

Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Distribusi Tekanan Darah Pre Test Terapi Jus

Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi


Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah
Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja
Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang
Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun
Tahun 2013 “ telah dilaksanakan pada tanggal
2013
24 Juni 2013 sampai dengan 30 Juni 2013 di
No Kriteria F %
wilayah kerja posyandu lansia camar
1 normal 0 0
Tanjungpinang tahun 2013.
2 tinggi 5 5
A. Analisa Univariat
Jumlah keseluruhan 5 50%
Tabel 1

Distribusi Tekanan Darah Pre Test Terapi Jus

Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi Pada tabel 2 menunjukkan data

Kelompok Eksperimen Di Wilayah Kerja mengenai tekanan darah pada penderita

Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun hipertensi pada kelompok kontrol saat pretest.

2013 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada saat

dilakukan pre test dari 5 orang responden

No Kriteria F % seluruhnya menderita hipertensi katagori tinggi.

1 normal 0 0 Tabel 3

2 tinggi 5 50 Distribusi Tekanan Darah Post Test Terapi Jus

Jumlah keseluruhan 5 50% Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi

Kelompok Eksperimen Di Wilayah Kerja

Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun


Berdasarkan tabel 1 menunjukkan data
2013
mengenai tekanan darah pada penderita

hipertensi pada kelompok eksperimen pretest

507
No Kriteria F % dilakukan post test dari 5 orang responden 40%

1 normal 4 40 menderita hipertensi tinggi.

2 tinggi 1 10 B. Analisa Bivariat

Jumlah 5 50% Tabel 5

keseluruhan Analisis Pengaruh Jus Tomat Plum

TerhadapTekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Kelompok eksperimen Di Wilayah


Berdasarkan tabel 3 menunjukkan data
Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang
mengenai tekanan darah pada penderita
Tahun 2013
hipertensi pada kelompok eksperimen posttest

diberi terapi jus tomat plum. Dari tabel tersebut


Pre Post statistik
dapat dilihat bahwa setelah diberi terapi jus No Kriteria
test test
tomat plum dari 5 orang responden sebagian
1 normal 0 4 0,046
besar mengalami penurunan tekanan darah.
2 tinggi 5 1
Tabel 4

Distribusi Tekanan Darah Post Test Pada


Hasil perhitungan yang diperoleh dari
Penderita Hipertensi Kelompok Kontrol Di
pengolahan data dari 5 orang responden
Wilayah KerjaPosyandu Lansia Camar

Tanjungpinang Tahun 2013 menunjukkan bahwa hasil uji wilcoxon dapat

dilihat nilai p value yang diperoleh adalah

No Kriteria F % 0,046. Keputusannya adalah jika p ≤ 0,05 maka

1 normal 1 10 Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

2 tinggi 4 40 ditolak artinya ada pengaruh pemberian jus

Jumlah keseluruhan 5 50% tomat plum terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Pada tabel 4 menunjukkan data mengenai posyandu lansia camar Tanjungpinang.

Tabel 6
tekanan darah pada penderita hipertensi pada
Analisis Pengaruh Jus Tomat Plum
kelompok kontrol saat post test. Dari tabel
TerhadapTekanan Darah Pada Penderita
tersebut dapat dilihat bahwa pada saat

508
Hipertensi Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja responden mengalami hipertensi katagori tinggi

Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun (≥140 mmHg).


2013
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Pre Post statistik
berarti ada tekanan tinggi di dalam pembuluh
No Kriteria
test test
darah arteri. Tekanan darah dikatakan normal
1 normal 0 1 0,317
pada angka 120/80 mmHg. Tekanan darah
2 tinggi 5 4
antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg

disebut prehipertensi. Lebih dari 140/90 mmHg


Hasil perhitungan pengolahan data dari sudah tergolong hipertensi.
5 orang responden menunjukkan bahwa hasil Menurut Najammudin (2010) gangguan
uji wilcoxon dapat dilihat nilai p value yang kardiovaskuler sangat dipengaruhi juga dengan
diperoleh adalah 0,317. Keputusannya adalah proses menua. Hal ini pada akhirnya juga akan
jika p > 0,05 maka Ho gagal ditolak. Hal ini menyebabkan perubahan pada fisiologi jantung.
menunjukkan bahwa Ho gagal ditolak artinya perubahan-perubahan normal pada jantung
tidak ada pengaruh pemberian jus tomat plum meliputi kekuatan otot jantung berkurang,
terhadap penurunan tekanan darah pada elastisitas dinding pembuluh darah berkurang
penderita hipertensi kelompok kontrol di dan kemampuan memompa dari jantung harus
wilayah kerja posyandu lansia camar bekerja lebih keras sehingga terjadi hipertensi.
Tanjungpinang. B. Tekanan Darah Kelompok Eksperimen
PEMBAHASAN Setelah Diberi Terapi Jus Tomat Plum
A. Tekanan Darah Pre Test Pada Penderita Tekanan darah responden yang awalnya
Hipertensi Kelompok Eksperimen dan dengan katagori tinggi, setelah diberi terapi jus
Kelompok Kontrol tomat sebagian besar mengalami penurunan
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan tekanan darah menjadi katagori rendah
darah sebelum diberi terapi jus tomat plum pada (normal). Dapat disimpulkan bahwa terapi jus
penderita hipertensi kelompok eksperimen dan tomat plum yang diberikan memberi pengaruh
kontrol dapat disimpulkan bahwa keseluruhan terhadap penurunan tekanan darah.

509
Tomat dapat menurunkan tekanan darah normal dengan melakukan berbagai macam

tinggi secara alami karena mengandung cara. Contohnya, dengan mengonsumsi obat-

magnesium dan kalsium yang tinggi. Selain itu, obatan yang diresepkan dokter, dengan cara

tomat juga merupakan sumber likopen handal mengonsumsi buah-buhan dan sayuran yang

yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan dapat menurunkan tekanan darah, menerapkan

darah. Likopen adalah karotenoid yang tidak pola pikir seimbang, menerapkan pola hidup

memiliki efektivitas sebagai pro vitamin A, sehat dan lain-lain (Nisa, 2012).

tetapi memiliki khasiat lain yang bermanfaat

bagi kesehatan. Pigmen merah-jingga ini D. Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap

merupakan antioksidan yang sangat baik untuk Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

melindungi sel dari radikal bebas yang larut Hipertensi Kelompok Eksperimen Di

dalam lemak, termasuk peroksida lipid yang Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar

menyebabkan kerusakan arteri sehingga dapat Tanjungpinang Tahun 2013

mencegah hipertensi (Sutomo, 2009). Hasil yang diperoleh dari pengolahan

C. Tekanan Darah Post Test Pada Penderita data didapat hasil 0,046 (p < 0,05), ini

Hipertensi Kelompok Kontrol menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian

Tekanan darah pada penderita hipertensi jus tomat plum terhadap penurunan tekanan

kelompok kontrol saat pos test mayoritas masih darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja

bertekanan darah katagori tinggi, dikarenakan posyandu lansia camar Tanjungpinang tahun

pada kelompok ini tidak diberikan perlakuan. 2013.

Pengobatan pada penderita hipertensi Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan

memang dilakukan secara teratur dan diberikan ada pengaruh positif pemberian jus tomat plum

selama hidupnya. Bila tidak diobati, dalam terhadap penurunan tekanan darah. Tomat yang

jangka waktu yang lama bisa mengakibatkan diberikan untuk terapi adalah tomat jenis plum.

komplikasi atau sakit yang lebih parah Tomat plum dipilih karena umumnya tomat

(Sudarmoko, 2010). jenis ini dipakai untuk tumisan dan masakan

Penderita penyakit darah tinggi dapat yang membutuhkan waktu memasak yang

menurunkan tekanan darahnya pada keadaaan relatif lama seperti membuat saos tomat dan

510
diolah sebagai jus tomat. Jus tomat yang Penelitian serupa juga dilakukan di

diberikan yaitu sebanyak 200ml dengan Wonorejo. Penelitian ini dilakukan selama 2

kekentalan 60% selama 7 hari sekali satu kali. hari dan responden diukur tekanan darahnya 5

Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa menit sebelum konsumsi jus tomat, dan 30, 60,

Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam 90 menit setelah konsumsi jus tomat. Hasil uji

folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan kalium analisa statistik menunjukkan ada pengaruh

dalam 100 gram tomat adalah 360 mg. Kalium pemberian jus tomat terhadap penurunan

dapat menurunkan tekanan darah dengan tekanan darah sistolik dan diastolik dan

mengurangi natrium dalam urine dan air dengan penurunan terbesar pada 30 menit setelah

cara yang sama seperti deuretic ( Nisa, 2012). pemberian jus tomat (Raharjo, 2007).

Hasil penelitian ini didukung oleh E. Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap

penelitian lainnya seperti penelitian pada tahun Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

2004 pada pasien hipertensi rawat jalan di Hipertensi Kelompok kontrol Di Wilayah

Bandung menunjukkan penurunan tekanan Kerja Posyandu Lansia Camar

sistolik 10,28 mmHg dan diastolik 3,49 mmHg Tanjungpinang Tahun 2013

dengan melakukan intervensi menggunakan jus Hasil yang diperoleh dari pengolahan

tomat yang terbuat dari 150 gram tomat buah data kelompok kontrol didapat hasil 0,317 (p <

dan 5 gram gula pasir dengan lama intervensi 2 0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada

hari berturut-turut (Gunawan IZ et al, 2005). pengaruh pemberian jus tomat plum terhadap

Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh penurunan tekanan darah pada penderita

Lestari dan Ningsih (2010) menunjukkan hasil hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia

bahwa pemberian 200 ml jus tomat camar Tanjungpinang tahun 2013. Tidak

(lycopersium commune) sebanyak satu kali adanya pengaruh pemberian jus tomat plum

dalam sehari selama 7 hari berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada

terhadap penurunan tekanan darah sistolik penderita hipertensi kelompok kontrol

sebesar 11.76 mmHg (84%) dan tekanan darah dikarenakan pada kelompok ini tidak diberikan

diastolik sebesar 8.82 mmHg (96%) pada perlakuan (terapi jus tomat plum) kelompok ini

wanita postmenopause hipertensif. hanya sebagai pembanding.

511
KESIMPULAN DAN SARAN Dahlan M Sopiyudin, (2009). Statistik

Dari hasil penelitian mengenai pengaruh untuk Kedokteran dan Kesehatan.


Jakarta : Salemba Medika
jus tomat terhadap penurunan tekanan darah

dapat disimpulkan bahwa mayoritas penderita


Dharma kelana kusama, (2011).
hipertensi yang ada di wilayah kerja posyandu Metodologi Penelitian
lansia camar mengalami penurunan tekanan Keperawatan. Jakarta : Trans Info

darah setelah diberi terapi selama 7 hari sekali.


Media

Maka disarankan jus tomat plum dapat lebih


Dr. Setiawan Dalimarta. (2005). Atlas
dikenalkan sebagai obat nonfarmakologis
Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3.
dalam pengobatan tekanan darah tinggi. Jakarta: Puspa Swara

DAFTAR PUSTAKA Gray Huan H, Dawkind Keith D, Simpson


Iain A, & Morgan Jhon M. (2005).
Anjdati Soeria, (2013). 101 Resep Ampuh
Lecture Notes Kardiologi. Jakarta :
Sembuhkan Asam Urat, Hipertensi
Erlangga
dan Obesitas. Yogjakarta: Aroska

Intan Nisa, (2012). Ajaibnya Terapi Herbal


Anne Selby, (2005). Makanan Berkhasiat :
Tumpas Penyakit Darah Tinggi.
25 Makanan Bergizi Super untuk
Jakarta: Dunia Sehat
Kesehatan Prima. Jakarta: Erlangga

Julianti D.E , S.P, Nunung Nurjanah, S.P, &


Apriany Rista Emiria Afrida, Tatik Mulyati
Soetrisno Uken S.S, PhD. (2005).
(2012). Asupan Protein, Lemak
Bebas Hipertensi dengan Terapi
Jenuh, Natrium, Serat dan IMT
Jus. Jakarta: Puspa Swara
Terkait dengan Tekanan Darah
Pasien Hipertensi. Jurnal of
Lestari A.P, Rahayuningsih (2012).
Nutrition College vol. 1, no. 1 (hal
Pengaruh Pemberian Jus Tomat
700-714)
(Lycopersicum commune) terhadap
Tekanan Darah Wanita
Budi Sutomo, (2009). Menu Sehat Penakluk
Postmenopause Hipertensif. Jurnal
Hipertensi. Jakarta: Demedia
of Nutrition College vol. 1, no. 1
Pustaka
(hal 26-37)

512
3
Lidia Wati, S.Kep, Ns, Soni Hendra S.Kep, Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn
Ns, & Nur Meity S.A, S.Kep, Ns, STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
M.Kep, CWT (2013). Panduan
Penyusunan Metodologi Riset
Keperawatan. Tanjungpinang.
Stikes Hang Tuah.

Lingga Lanny Phd, (2012). Bebas


Hipertensi tanpa Obat. Jakarta:
Agro Media Pustaka

Muhammad Najamuddin, (2010). 100


Tanya-Jawab Kesehatan Harian
untuk Lansia. Yogjakarta. Tunas
Publishing

Notoatmodjo Soekidjo, (2010). Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

Potter A. Patricia, RN, BSN, MSN & Perry


Griffin Anne, RN, BSN, MSN, Edp,
(2005). Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4
Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, EGC

1
Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah

Tanjungpinang.
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

513
PEDOMAN BAGI PENULIS
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Umum
Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan
belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah
tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik
penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.

Petunjuk Penulisan
1. Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset
keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas :
Pendahuluan : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian.
Metodologi : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara
pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan
grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang
disajikan dalam tabel atau gambar.
Hasil : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil
Dan Pembahasan tersebut dengan penelitian lain.
Daftar Pustaka : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil
tersebut dengan penelitian lain.
2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci;
pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama;
kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk).
3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan
alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal
40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang.
4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan
inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan
kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang
aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada
halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel
yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea.
5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan
tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah.
6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di
lampiri referensi.
7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber
pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh:
(Novia, 2009:12).
8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association).
9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi
ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi
nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir.
10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam
bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII,
Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang
Tuah di sertai tanda tangan penulis.

KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN


Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor
/bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal
keperawatan STIKES Hang Tuah.

 Jenis Artikel
 Penelitian
 Ulasan artikel
 Ringkasan
 Laporan kasus
 Penelitian klinis
 Tinjauan pustaka
 Lembar Metodologi

 Halaman Judul
 Judul Artikel
 Nama lengkap penulis
 Tingkat pendidikan penulis
 Asal institusi penulis
 Alamat lengkap penulis

 Abstrak
 Abstrak dalam Bahasa Indonesia
 Abstrak dalam Bahasa Inggris
 Kata kunci dalam Bahasa Indonesia
 Kata kunci dalam Bahasa Inggris

 Teks
Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan
 Pendahuluan
 Bahan dan Cara
 Hasil
 Diskusi
 Kesimpulan
 Kepustakaan

 Gambar dan Tabel


 Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab
 Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar

 Nama dan alamat untuk percetakan ulang


…………………………………………………………………………………………………………
… ………………………………………………………………………

 Soft Copy

Penulis menjamin bahwa:


 Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan.
 Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublika-
sikan dalam bentuk apapun.
 Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis

Tanda tangan penulis utama:

………………………………. Tgl…………………20………..
FORMULIR BERLANGGANAN
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Nama :………………………………………………………………………………………
 Mahasiswa
 Individu
 Instansi
Alamat :……………………………………………….......................................................................
…………………………………………………………………...............................
Telp: …………………………………………………..............................................

Akan berlangganan Jurnal Keperawatan,


Vol..............: No:……………………..s/d……………………………………
Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan

Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening


No……………….., Bank……………a/n…………………………………………..

Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang:


Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau
Telp / fax (0771) 316516

Pelanggan

Tgl. Pesanan :……………………. …………………..

Anda mungkin juga menyukai