JURNAL KEPERAWATAN
• Hubungan Karakteristik Responden Dan Switching Barrier Dengan Repurchase Intention Diruang
Rawat Inap Rsud Kota Tpi
• Pengaruh Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap Motivasi Belajar
Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015
• Pemberian Teknik Mulligan Dan Soft Tissue Mobilization Lebih Baik Daripada Hanya Soft Tissue
Mobilization Dalam Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Ekstensi, Rotasi, Lateral Fleksi Cervical
Pada Mechanical Neck Pain
• Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi
Menarche Pada Siswi SDN 011 Kelas V dan VI Tanjungpinang Barat
• Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang
• Pengaruh Air Rebusan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Tahun 2014
• Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang
Penerbit:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2014
PENELITIAN HAL
Pemberian Teknik Mulligan Dan Soft Tissue Mobilization Lebih Baik Daripada 419-436
Hanya Soft Tissue Mobilization Dalam Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi
Ekstensi, Rotasi, Lateral Fleksi Cervical Pada Mechanical Neck Pain
(Sudaryanto)
Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada 450-466
Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang
(Zurrahman, Lidia Wati, Komala Sari)
Pengaruh Air Rebusan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada 467-478
Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang
Tahun 2014
(Urai Muhamad Bawadi, Soni Hendra Sitindaon, Komalasari)
Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita 479-488
Hipertensi Di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang
(Ivana Arleni, Nur Meity, Zakiah Rahman)
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Penanggung Jawab :
Heri Priatna
Penasehat :
Nur meity Sulistia Ayu
Penyunting :
Ketua :
Ernawati
Sekretaris :
Rian Yuliana
Bendahara :
Ria Muazizah
Penyunting Pelaksana :
Wasis Pujiati
Liza Wati
Yusnaini Siagian
Hotmaria Julia Dolok Pasaribu
Linda Widiastuti
Alamat Redaksi:
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122
Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi
para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya
melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan.
Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu
memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang
Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.
Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para
dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.
Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh
karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal
keperawatan berikutnya.
ABSTRAK
Pertumbuhan dan perubahan lingkungan eksternal menyebabkan persaingan terhadap mutu pelayanan antara
rumah sakit secara global. Meningkatnya sosial ekonomi, pendidikan, perkembangan pola penyakit, teknologi
kesehatan, dan trend berobat keluar negeri menjadi peluang sekaligus ancaman bagi rumah sakit dalam
mempertahankan pasiennya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Karakteristik Responden dan
Switching Barrier dengan repurchase intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015.
Desain penelitian korelasional. Sampel 66 responden dengan propporsional random sampling. Alat ukur kuesioner
dengan 43 pertanyaan. Analisis data univariat, korelasi Spearman dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian
menunjukkan ada korelasi karakteristik responden yaitu jarak (p=0,001), biaya pengobatan (p=0,000) dan
pengalaman rawatan (p=0,000) dengan repurchase intention. Terdapat korelasi switching barrier dengan
repurchase intention yaitu dimensi Alternative of attractiveness (p=0,001) dan interpersonal relathionship
(p=0,000) dimana korelasi yang paling kuat adalah pada dimensi interpersonal relathionship dengan nilai
koefesien korelasi r = 0,500. Rekomendasi bagi manajemen keperawatan harus inovatif mengembangkan strategi
switching barrier yang sudah seperti peningkatan hubungan perawat pasien, caring perawat dan responsif perawat
terhadap pasien.
408
oleh pasien (repurchase intention). Menurut menjadi faktor penting bagi loyalitas konsumen
Soderlund dan Ohman, 2003., Hicks, dkk , (Aydin dan Ozer, 2005). Menurut Bloemer et al
(2005) minat menggunakan jasa kembali (1998) dalam industri yang dikategorikan
berperilaku (loyal) dimasa yang akan datang industri jasa dengan switching barrier yang
timbul karena kesan positif terhadap jasa yang meningkatkan switching barrier dari segi
Upaya mempertahankan pasien lebih perawatan perlu ditingkatkan lagi untuk tahun
efesien dan efektif dibanding mendapatkan 2015. Laporan RSUD Kota Tanjungpinang
pasien baru (Hasan, 2008; Lele dan Sheth, Tahun 2012-2013 terjadi penurunan kunjungan
1995). Banyak perusahaan kehilangan 25 % pasien baru dan pasien lama dan diikuti juga
perkiraan biaya mencapai $2 hingga $4 miliar Berdasarkan kinerja rawat inap dari tahun 2008
dan mengakuisisi pelanggan baru dapat – 2013 yaitu BOR rata-rata 66,5 % (cendrung
menelan biaya lima kali lipat lebih besar menurun). Pelayanan keperawatan yang belum
mempertahankan pelanggan lama (Kotler & (SPM), tindakan keperawatan yang dilakukan
Keller, 2009). Sejumlah faktor berperan dalam belum sesuai dengan standar operasional
masalah minat pelanggan selain faktor kualitas prosedur, kepatuhan perawat dalam
karakteristik pelanggan, nilai pelanggan, dan sesuai dengan SAK. Adanya rumah sakit
hambatan pindah (switching barrier) (Budi pemerintah yang mulai dibangun, rumah sakit
Suharjo dalam Palupi, 2006). Perubahan swasta dan klinik-klinik pengobatan, serta trend
teknologi dan strategi diferensiasi dari masyarakat berobat keluar negeri ini menjadi
409
ancaman minat pasien berobat di RSUD Kota Variabel dependen adalah repurchase
Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Karakteristik Responden di Ruang Rawat Inap
Umur
Waktu dan Tempat Penelitian
Dewasa Awal (
Penelitian dilakukan diruang rawat inap
31 47,0
18-40 tahun)
RSUD Kota Tanjungpinang yaitu :
Dewasa Madya (
Bougenville, Teratai, Dahlia, dan Anggrek.
26 39,4
41-60 tahun)
Waktu penelitian pada bulan April s/d Juli
Dewasa Akhir ( >
2015.
9 13,6
60 tahun )
Populasi dan Sampel
Variabel
410
SMP ) Repurchase intention
Bekerja 51 77,3
No Kategori f %
Tidak bekerja 15 22,7
pengobatan
Switching Barrier
Berdasarkan tabel 5.1.1 dapat diketahui Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Responden
bahwa responden terbanyak berasal dari Berdasarkan Switching Barrier Ruang Rawat
kelompok umur dewasa awal (47 %), jenis Inap RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015
411
Tabel 5.2.1 Hubungan karakteristik responden
Tinggi 33 50,0
Variabel Independen r p
Rendah 33 50,0
value
Alternative of Karakteristik
attractiveness responden
Tinggi 36 54,5 Umur 0,153 0,221
Rendah 30 45,5 Jenis Kelamin 0,097 0,440
412
= 0,058) dan pekerjaan (p value = 0,120) artinya Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada
tidak ada korelasi yang signifikan dengan korelasi yang signifikan antara pengalaman
Pada tabel 5.2.1 menunjukkan hubungan yang kuat dan arah hubungan positif
koefesien korelasi jarak dengan repurchase artinya semakin sering dirawat repurchase
Kesimpulannya ada korelasi yang signifikan Switching barrier dengan repurchase intention
antara jarak dengan repurchase intention pasien didapatkan nilai r = 0,509 dengan p value
dengan kekuatan hubungan cukup dan arah 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
hubungan positif yang artinya semakin dekat Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada
jarak pasien di RSUD Kota Tanjungpinang korelasi yang signifikan antara switching
memiliki repurchase intention yang tinggi. barrier dengan repurchase intention dengan
Pada tabel 5.2.1 menunjukkan kekuatan hubungan kuat dan arah hubungan
koefesien korelasi sumber biaya dengan positif yang artinya semakin tinggi switching
repurchase intention pasien didapatkan nilai r = barrier di RSUD Kota Tanjungpinang maka
0,466 dengan p value 0,000 (p value < 0,05). semakin tinggi repurchase intention
antara sumber biaya dengan repurchase mengetahui hubungan Switching cost dengan
intention dengan kekuatan hubungan cukup dan repurchase intention diperoleh nilai r = 0,184
arah hubungan positif yang artinya pasien yang dengan p value = 0,139 yang lebih besar dari
menggunakan asuransi di RSUD Kota nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini
Tanjungpinang memiliki repurchase intention adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan
0,500 dengan p value 0,000 (p value0,05). pasien diperoleh nilai r = 0,386 dengan p value
413
= 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05). adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan
Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat antara service recovery dengan repurchase
hubungan positif yang artinya semakin baik Hasil penelitian ini menunjukkan
Alternative of attractiveness maka semakin bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan
pasien diperoleh nilai r = 0,500 dengan p value p value= 0,43. Dalam penelitian ini sebagian
= 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05). besar responden berada pada rentang usia
Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat dewasa awal (18 – 40 tahun ).
korelasi yang signifikan antara interpersonal Laporan survei kesehatan rumah tangga
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan penduduk yang mengalami disabilitas atau
kekuatan hubungan yang kuat dan arah gangguan fungsi tubuh, 30 % diantaranya pada
hubungan positif yang artinya semakin baik golongan umur di bawah 35 tahun, meningkat
Hasil analisis didapatkan untuk hasil laporan SKRT ini dapat disimpulkan
mengetahui hubungan service recovery dengan bahwa semakin meningkat usia, semakin besar
repurchase intention pasien diperoleh nilai r = pula kebutuhan akan pelayanan kesehatan,
0,234 dengan p value = 0,058 yang lebih besar sehingga kemungkinan untuk pemanfaatan
dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini pelayanan kesehatan seperti rumah sakit akan
414
tinggi dan hal ini dapat mencerminkan loyalitas terjadi karena distribusi jenis kelamin pada
apabila pemanfaatan tersebut dilakukan penelitian ini homogen pada jenis kelamin pria,
terhadap rumah sakit yang sama. sehingga bias dalam informasi yang dihasilkan
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan Hasil penelitian ini menunjukkan
minat penggunaan pelayanan kembali oleh bahwa tidak terdapat hubungan antara
responden. Penelitian ini sama juga dengan pendidikan dengan repurchase intentio.
hasil penelitian Munawaroh bahwa tidak ada Penelitian ini juga didukung peneliyian
hubungan jenis kelamin dengan loyalitas atau Munawaroh bahwa tidak ada hubungan
kembali (p value=0,964). Pada penelitian ini value=0,964). Hal ini dapat disebabkan oleh
sebagian besar perempuan sebagai ibu rumah kemungkinan pasien datang kembali berobat ke
tangga yang bukan pengambil keputusan, RSUD Kota Tanjungpinang karena pengaruh
sehingga dimana mereka mencari dan memilih sumber biaya pengobatan, jarak dan
tergantung dari suami atau yang berperan Berbeda dengan hasil penelitian ini
Chandra (2010) dalam penelitiannya Harun dan Yusrizal (2001), yang mengatakan
menyetujui tidak adanya perbedaan antara bahwa pendidikan memiliki hubungan dengan
pasien dengan jenis kelamin wanita atau pria loyalitas pelanggan. Sehubungan dengan ini,
terhadap perilaku loyal pasien tersebut. Namun Setiawan (2011) menjelaskan bahwa salah satu
Kotler & Keller (2009) menyatakan konsumsi faktor yang memegang peranan di dalam
dan selera seseorang dibentuk oleh jenis pembentukan perilaku adalah faktor intern,
kelamin dan Supriyanto dan Ernawaty (2010) seperti kecerdasan atau pengetahuan, dan
juga menyatakan ada perbedaan tertentu antara kecerdasan atau pengetahuan tersebut dapat
pendapat ini dengan hasil penelitian mungkin bahwa tidak adanya hubungan antara pekerjaan
415
pasien terhadap minat penggunaan kembali Lokasi adalah yang paling diperhatikan
pelayanan keperawatan di RSUD Kota bagi pencari pelayanan kesehatan karena jarak
Tanjungpinang. Pasien yang bekerja atau tidak yang dekat akan mempengaruhi bagi pencari
bekerja lebih banyak menggunakan kartu BPJS pelayanan kesehatan untuk berkunjung. Suatu
sementara RSUD Kota menjadi salah satu studi mengatakan bahwa alasan yang penting
tempat rujukan pasien untuk berobat. Berbeda untuk memilih rumah sakit adalah yang dekat
dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Harun dengan lokasi. Keputusan untuk memanfaatkan
dan Yusrizal (2001), yang mengatakan bahwa pelayanan kesehatan merupakan kombinasi dari
pekerjaan memiliki hubungan dengan loyalitas kebutuhan normatif dengan kebutuhan yang
bahwa terdapat hubungan antara jarak tempat informasi yang disediakan oleh institusi
semakin dekat jarak tempat tinggal pasien dari profesinya.Faktor-faktor lain yang berpengaruh
RSUD Kota Tanjungpinang maka pasien akan antara lain pendapatan, harga, lokasi, dan mutu
penelitian sebelumnya oleh Harun dan Yusrizal bahwa terdapat hubungan antara sumber biaya
(2001), yang menyatakan bahwa jarak tempat pengobatan dengan repurchase intention,
tinggal pasien dengan rumah sakit memiliki dimana responden dengan sumber biaya
Kemudian Guswan (2009) dalam penelitiannya kembali pelayanan keperawatan di RSUD Kota
tentang loyalitas pasien di RS Gigi Mulut Tanjungpinang. Hasil penelitian ini juga dapat
Pendidikan Universitas Trisakti Tahun 2009, dipengaruhi oleh mayoritas responden yang
juga menyatakan adanya pengaruh yang bekerja sebagai karyawan swasta dan
signifikan antara jarak tempat tinggal pasien menggunakan sumber biaya pengobatan dari
416
RSUD yang ada di kota Tanjungpinang seperti rumah sakit yang pernah digunakan
RSUD Provinsi, RSAL Dr. Midiyato,S dan sebelumnya. Karena faktor pengalaman
penelitian sebelumnya oleh Harun dan Yusrizal yang menyenangkan selama dirawat di rumah
(2001), yang mengatakan bahwa penanggung sakit mempunyai efek yang bermakna pada
Tahun 2009, juga menyatakan adanya pengaruh sikap adalah evaluasi pelanggan atas
yang signifikan antara sumber biaya kemampuan atribut suatu produk atau merk
diketahui bahwa sebagian besar responden kebutuhan mempengaruhi sikap dan sikap
Tanjungpinang sebelumnya, nilai p value 0,142 pasien sebagai pelanggan akan mempunyai
artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan respon terhadap evaluasi yang dirasakan antara
antara lama rawatan dengan repurchase harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang
intention. Namun sikap positif pasien terbentuk dirasakan saat dirawat. Dan mereka akan
memberikan pelayanan berkualitas yang sesuai banyak faktor (Zeithaml et al., 1996) seperti
harapan pasien. Pasien yang sebagian besar past experience merupakan tingkat pengalaman
mempunyai sikap loyal dari pengalaman masa lalu yang dialami oleh seseorang
dirawat juga mempunyai perbadingan antara konsumen dapat mempengaruhi tingkat harapan
417
konsumen tersebut. Selain itu What of mouth pengeluaran untuk memperoleh barang dan jasa
communication yaitu apa yang didengar dari tersebut dan ada kecendrungan dilakukan secara
merupakan faktor potensial mempengaruhi empirik teori yang menyatakan bahwa loyalitas
Hubungan Switching Barrier dengan seperti yang dikemukakan oleh Bansal dan
koefesien korelasi Switching barrier dengan penelitiannya tentang loyalitas pelanggan juga
repurchase intention pasien didapatkan nilai r = memperkuat hasil penelitian ini, yang
0,509 dengan p value 0,000 yang lebih kecil menyatakan bahwa hambatan pindah
dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan yang mempunyai pengaruh terhadap loyalitas
diperoleh dari hasil ini ada korelasi yang pelanggan. Kemudian Fornell (1992) juga
signifikan antara Switching barrier dengan menyatakan semakin besar rintangan untuk
Minat konsumen membeli ulang adalah datang (Soderlund dan Ohman, 2003). Minat
salah satu keberhasilan dari suatu perusahaan, membeli ulang (Repurchase Intention )
ulang merupakan keputusan konsumen untuk pembelian suatu produk atau jasa. Komitmen ini
melakukan pembelian kembali suatu produk timbul karena kesan positif konsumen terhadap
atau jasa berdasarkan apa yang telah diperoleh suatu merek dan konsumen merasa puas
418
Dengan pengalaman yang konsumen peroleh seperti yang dikatakan Mowen & Minor (2002)
dari suatu produk dan jasa tertentu maka akan disebut sebagai resiko.
menimbulkan kesan positif terhadap produk Switching cost adalah biaya yang
tersebut dan konsumen akan melakukan menghalangi konsumen untuk berpindah dari
pembelian ulang (Hellier,dkk,2003). produk atau jasa perusahaan saat ini kepada
Hubungan Switching Cost dengan produk atau jasa competitor (Lovelock dan
Hasil analisis didapatkan untuk ditetapkan, satu pihak akan bergantung kepada
mengetahui hubungan Switching cost dengan pihak lain. Salah satu yang menyebabkan
repurchase intention diperoleh nilai r = 0,184 switching cost tinggi adalah baiknya kualitas
dengan p value = 0,139 yang lebih kecil dari pelayanan. Pasien akan merasa rugi saat harus
nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini berpindah berobat ke rumah sakit lain yang
adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan pelayanannya tidak berkualitas. Dalam hal rugi
Switching cost dengan repurchase intention atau tidak dalam masalah kesehatan pasti setiap
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang. orang tidak mau mengambil resiko. Mereka akan
Biaya perpindahan merupakan biaya mencari rumah sakit yang menurut mereka
pemutusan hubungan dalam sudut pandang memenuhi harapan. Kualitas meliputi setiap
ekspektasi terhadap semua kerugian akibat aspek dari suatu perusahaan dan sesungguhnya
perpindahan merupakan salah satu faktor yang dengan pembelian mereka, merasa bahwa
mendorong apakah konsumen tetap termotivasi mereka telah mendapatkan nilai terbaik dan
untuk mempertahankan suatu pilihan atau ingin memastikan bahwa uang mereka telah
berpindah ke alternative lain. Ketika pembeli dibelanjakan dengan baik, dan mereka merasa
mempertimbangkan alternatif lain dari bangga akan hubungan mereka dengan sebuah
penggunaan selama ini maka salah satu yang perusahaan yang bercitra mutu tinggi.
419
Hasil analisis didapatkan untuk meliputi kepercayaan terhadap penyakit, dokter
pasien diperoleh nilai r = 0,386 dengan p value pelayanan yang berkualitas tak dapat diabaikan
= 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05). untuk menilai daya tarik pasien terhadap
Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat penggunaan rumah sakit yang ada di kota
attractiveness dengan repurchase intention merupakan salah satu rumah sakit rujukan di
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan kepulauan riau dan letaknya dekat dengan
kekuatan hubungan cukup kuat dan arah pelabuhan. Sehingga memudahkan transportasi
hubungan positif yang artinya semakin baik dan evakuasi pasien dari berbagai pulau dan
Alternative of attractiveness maka semakin kepri. Tarif atau biaya, fasilitas dan pelayanan
Daya tarik alternatif mengacu pada pelayanan kesehatan selain lokasi, informasi dan
reputasi, gambaran alternatif dan kualitas dari kecepatan layanan yang ada.
sesuatu yang lebih buruk atau lebih baik dalam dengan Repurchase Intention
Soderlund, 2003). Daya tarik berorientasi pada relationship dengan repurchase intention
persepsi pelanggan mengenai alternative pilihan pasien diperoleh nilai r = 0,500 dengan p value
dari persaingan yang ada di pasar. Konsumen = 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
membandingkan persepsi jumlah resiko yang Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat
muncul dalam keputusan pembelian dengan korelasi yang signifikan antara interpersonal
besar resiko. Kepercayaan pasien terhadap pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan
pelayanan keperawatan yang ada di rumah sakit kekuatan hubungan yang kuat dan arah
420
interpersonal relationship semakin tinggi manivestasi diri sebagai perusahaan yang peduli,
hubungan yang dijalin antara pelanggan dan Hamdani, 2006:198). Oleh karena itu, investasi
interpersonal mengacu pada kekuatan pribadi hambatan pindah (Jones, Mothersbaugh, dan
dikembangkan antara pelanggan dan karyawan Betty, 2000 dalam Lupiyoadi dan A. Hamdani,
dengan kelompok yang mempunyai hubungan mengetahui hubungan service recovery dengan
Pelanggan dapat memperoleh manfaat 0,234 dengan p value = 0,058 yang lebih kecil
psikososial dari hubungan dengan karyawan dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini
atau supplier maupun hubungan dengansesama adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan
Edgert (2005) menyebutkan bahwa manfaat intention pasien di RSUD Kota Tanjungpinang.
sosial merupakan bagian dari keseluruhan Pemulihan layanan adalah berbagai hal
manfaat yang diterima pelanggan dalam yang dilakukan perusahaan setelah terjadi suatu
pertukaran untuk harga yang dibayarkan. Jika kegagalan jasa dalam pelayanan. Pemulihan
hubungan cukup kuat, maka kemungkinan layanan terjadi ketika adanya keluhan pelayanan
pelanggan untuk tetap mengkonsumsi produk dari pelanggan yang tidak puas akan layanan
juga tinggi, hal ini dapat dibangun melalui dari perusahaan tersebut. Menurut Lovelock dan
interaksi antara pelanggan dan supplier saat Wright (2007) service recovery adalah upaya
transaksi. Hubungan antar personal berarti sistematis oleh perusahaan setelah kegagalan
hubungan psikologis dan sosial yang merupakan jasa untuk memperbaiki suatu masalah dan
421
mempertahankan kehendak baik pelanggan. menentukan aspek interpersonal dari kualitas,
Pemulihan layanan adalah salah satu determinan kepuasan pasien merupakan indikator dari
yang tidak puas melalui kebijakan pemulihan layanan berkaitan dengan kebutuhan dan
jasa yang efektif (Tjiptono,2007). harapan pasien telah dipenuhi. Jadi fokus
pada pelanggan memberikan kesempatan yang adalah apa yang mereka rasakan sesuai dengan
luas kepeda para pelanggannya untuk yang mereka harapkan. Tidak banyak pasien
menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan memikirkan bagaimana upaya rumah sakit
mereka. Hal ini juga dapat dilakukan dengan untuk memulihkan layanan karena yang bisa
menyediakan kartu komentar untuk diisi pasien keperawatan saat dirawat saja. Jasa adalah
yang akan keluar, dan mempekerjakan staf setiap tindakan atau perbuatan yang dapat
khusus untuk menangani keluhan pasien. Dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,
juga menyediakan hot lines bagi pelanggan yang pada dasarnya tidak dapat dilihat dan tidak
dengan gratis, juga dapat menambah web pages menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi
dan e-mail untuk melaksanakan komunikasi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik
dua arah. Informasi tersebut merupakan sumber maupun tidak (Philip Kotler,1994).
sebagai variable yang sangat penting untuk terbanyak berasal dari kelompok umur dewasa
mengukur pemasaran pelayanan perawatan awal (47 %), jenis kelamin perempuan
kesehatan dengan kebiasaan atau perilaku (51,7%), berpendidikan tinggi (69,7%), dan
kembali) yang menghasilkan ukuran kepuasan tinggal sebagian besar responden didapatkan
maximal. Karena nilai dan harapan pasien tinggal dekat dari rumah sakit (54,5%), pada
422
umumnya menggunakan asuransi (83,3 %) dan pasien yang dinilai memiliki pengaruh
lebih dari separuh pernah dirawat (60,6 %). paling besar dalam aspek switching
Sebagian besar switching cost tinggi (50%), barrier terhadap minat pasien dalam
service recovery baik (69,7%) dan switching terkait dengan kualitas pelayanan
keperawatan yaitu sebanyak 40 orang (60,6 %). manejemen ruangan dalam rangka
korelasi antara jarak, sumber biaya dan pada kebutuhan pasien, dengan metode
dengan Repurchase Intention dimana korelasi sesuai standar yang ditetapkan rumah
Bagi Manajemen Keperawatan di RSUD dan melakukan sistem keluhan dan saran
423
Bagi peneliti selanjutnya Azwar, A, (1996), Pengantar Administrasi
mereferensikan, nilai pelangga, kepuasan Baroroh (2010). Bloemer. J., Ko de.R., Pascal
pasien, citra rumah sakit dan-lain sebagainya .P, (1998). Investigating Drivers of
dengan rancangan penelitian yang berbeda Marketing, Vol 16, Issue 7 Date.
agar data atau informasi yang didapatkan Borg and Gall. (1989). Educational Research,
terhadap-pelayanan rumahsakit «
424
ArtikelPsikologiKlinisPerkembangand Perilaku Konsumen, edisi pertama,
Cronin, J., Michael G. B. & Thomas M. (2000). Ferdinand, A. (2006), Metode Penelitian
Depkes RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar NJ, Prentice Hall International Inc
Dharma, K.K (2011), Metode Penelitian Pelanggan pada PDAM Kota Surakarta
425
WOM Rumah Sakit. Jurnal bisnis Jacobalis, S (1989). Menjaga Mutu Pelayanan
Loyalitas Pasien (Studi pada Rumah Jackovist, D.S., (1999), Ambulatory Patient
Hubungan Persepsi terhadap Kualitas Jane et al. (2011). How satisfaction modifies
the strength of the influence of perceived
Pelayanan dengan Minat Pemanfaat- service quality on behavioral intentions.
Journal Leadership in Health Services 24.2 :
an Pelayanan Rawat Inap Puskesmas 91-105.
Kotler,P., dan Keller,L., (2008), Manajemen
dan Balai Pengobatan Swasta di
Pemasaran, edisi ketigabelas, jilid I
Kabupaten Tapanuli Tengah,
dan II, terjemahan Hendra Teguh,
Working Paper Series No.4,
Penerbit : Prenhalindo, Jakarta
Universitas Gadjah Mada.
Kotle,P. (2009). Manajemen Pemasara.,Edisi
Hasan Ali, (2008), Marketing, cetakan pertama,
13. Jakarta : Erlangga
Penerbit : Buku Kita, Yogyakarta
Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran,
Hutton, J. D and Lynne, R. 1995. Healthscapes:
Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: PT
The Role of Facility and Physical
Prenhalindo.
Environment on Consumer Attitudes,
Kotler, P. (1994), Marketing Management ;
Satisfaction, Quality assessments, and
Analysis, Planning, Implementation
Behaviors. Health Care Management
and Control (8th ed),
Review 20: 48-60.
International Edition, Englewood
Imbalo S. Pohan. (2007). Jaminan Mutu
Cliffs, Prentice Hall, New Jersey.
Layanan Kesehatan. Cetakan I,
Kozier, B et. al. (2009). Fundamentals of
Jakarta :EGC
nursing, concept, process, and
426
practice. New Jersey, U.S.A : Multi Munijaya, I.G.( 2004). Manajemen Kesehatan.
Lele, M.M, dan Sheth. (1995). Pelanggan Setjen Kementerian Kesehatan RI.
Leebov, W & Scott, G .(1994). Service Quality Mabow, (2009). Minat Pembeli Dalam
Satisfaction Strategy for Health Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010).
Lestari, dkk (2000) Analisa Faktor Penentu Edisi keempat. Jakarta: EGC.
427
Oliver, R.L. (1998). Whence Customer Loyalty Facilities; Vikalpa, Vol. 24, No. 4,
http://www.jstor.org/pss/1252099 (2009)
Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Shamdasani, P.N. & A.A. Balakrisnan (2000);
Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota and Loyalty in Personalized Services;
Health Care Reform Going Forward: Stewart, AL,et al,(2013) AE 12 ISSN: 2302 -
Lessons from America’s Best-Run No. 02 Thn XXXI Februari 2002 : 29-
Harvard Business School Press, US. Kandungan Rumah Sakit Asri Tahun
Setiawan, S.( 2011). Loyalitas Pelanggan Jasa. Tangibel dan Dimensi Empati
Sharma, R.D. & Hardeep,C (1999); A Study of Kasus: Pasien Rawat Jalan RS
428
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Tjiptono, F.(2001). Perspektif Manajemen dan
Sidrap Tahun 2013. Jurnal fakultas Tjiptono,F dan Gregorius,C, (2005), Service
"Product/Consumption-Based
429
Affective Responses and Post- Expectations, The free press, New
Bandung.
communication competences of
20, No 2, 366–372
47 (8): 826-834.
430
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT
INTERACTION (ATI) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG TAHUN 2015
ABSTRAK
Mengakomodasi dan mengapresiasi perbedaan kemampuan individu dalam pembelajaran dibutuhkan suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar mahaiswa yang dikenal dengan metode pembelajaran
aptitude treatment interaction (ATI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
aptitude treatment interaction (ATI) terhadap peningkatan motivasi belajar mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain pre test post test without
control design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran aptitude treatment interaction
(ATI), sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa S1 semester 2 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang TA 2014/2015. Pengambilan sampel menggunakan
consecutive sampling sebanyak 36 responden. Uji paired sample t-test dengan p-value ≤ 0,05 menunjukkan bahwa
ada pengaruh metode pembelajaran ATI (p-value = 0,000 < 0,05) terhadap peningkatan motivasi belajar ilmu
keperawatan dasar mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015. Sedangkan hasil uji multivariat
melalui uji one way anova untuk data pre-test, post-test dengan p value 0,05 menunjukkan bahwa kelompok
kemampuan yang memiliki peningkatan motivasi belajar paling baik dibandingkan kelompok kemampuan lainnya
adalah kelompok kemampuan tinggi dan rendah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pembelajaran ATI
berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar dan kelompok kemampuan yang memiliki peningkatan
motivasi paling baik adalah kelompok tinggi dan rendah.
ABSTRACT
Accommodate and appreciate individual differences in learning ability required a learning model that can enhance
learning motivation mahaiswa known methods of learning aptitude treatment interaction (ATI). This study aimed
to determine the effect of learning model aptitude treatment interaction (ATI) to increase student motivation to
learn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. This research is a quasi-experimental design with pre test post test
without control design. The independent variables in this study is a model of learning aptitude treatment
interaction (ATI), while the dependent variable is the motivation to learn. The population in this study were all
students of STIKES Hang Tuah Tanjungpinang of Academic Year 2014/2015. Consecutive sampling was used for
36 respondent. Paired samples t-test with a p-value ≤ 0.05 indicates that there is influence learning methods ATI
(p-value = 0.000 <0.05) increased learning motivation. While the results of multivariate analysis through one way
aNOVA test 0.05 indicates that group has an increased ability to learn best motivation than among other
capabilities are high and low ability groups. The study concluded that the learning method ATI affect the increased
motivation to learn and the ability to have an increased motivation is best high and low groups.
431
PENDAHULUAN 127 negara di dunia. Penurunan peringkat ini
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat menjadi cerminan bahwa kualitas pendidikan di
penting bagi manusia. Sehingga di Indonesia, Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi
tersendiri mengenai sistem pendidikan Nasional Sesuai dengan masalah pendidikan tersebut
yang berbunyi : "Pendidikan Nasional berfungsi serta memperhatikan isu dan tantangan masa
mengembangkan kemampuan dan membentuk kini serta kecenderungan di masa depan, maka
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
dalam rangka mencerdaskan dalam kehidupan daya manusia (SDM), perlu diciptakan
bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan yang unggul. Pendidikan yang
potensi peserta didik agar menjadi manusia unggul yang dimaksud yaitu pendidikan yang
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dapat mengembangkan potensi dan kapasitas
Yang Maha Esa, yang berakhlak mulia, sehat, peserta didik secara optimal.
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Beberapa saat yang lalu, kurikulum
warga negara yang demokratis serta pendidikan 2013 secara resmi disosialisaikan
Indonesia berada dibawah standar pendidikan Indonesia berganti sebanyak 3 kali. Pertama,
internasional. Berdasarkan data laporan dalam tahun 2004 KBK (Kurikulum Berbasis
Education For All (EFA) Global Monitoring Kompetensi) digunakan sebagai acuan
Report 2011 yang dikeluarkan PBB bidang pendidikan, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan, UNESCO, menunjukkan bahwa Pendidikan) pada tahun 2006. Yang menjadi
mengantarkan peringkat Indonesia dalam hal Karena zaman berubah, maka kurikulum
pendidikan menurun dari 65 menjadi 69 dari harus lebih berbasis pada penguatan penalaran,
432
bukan lagi hafalan semata. Hal ini mengacu dan model kelompok. Penerapan belajar tuntas
pada survei Trends in International Math and dalam KBK dapat menggunakan dengan teknik
Science oleh Global Institute pada tahun 2007 model pembelajaran aptitude treatment
dan 78 persen siswa Indonesia dapat belajar. Diantara penelitian yang mengangkat
mengerjakan soal berkategori rendah yang tema gaya belajar seperti; penelitian Adel, et.al.
Meskipun sejak 2004 yang lalu kecenderungan gaya belajar menemukan bahwa
sekolah saat ini pada umumnya masih perbedaan gaya belajar tersebut mempengaruhi
berbentuk pembelajaran biasa yang bersifat strategi dosen pengampu dalam menyajikan
menyatakan bahwa model pembelajaran (2007) preferensi gaya belajar mahasiswa yang
mahasiswa dikelas bisa menguasai kompetensi gaya belajar dan perbedaan gaya belajar. Hasil
pembelajaran harus berpusat pada mahasiswa, mahasiswa ketiga prodi tersebut menunjukkan
berlangsung dalam suasana mendidik, kecenderungan gaya belajar yang sama yaitu
menyenangkan dan menantang dengan berbasis perceptive dan reflector. Penelitian tersebut
itu terdapat belajar tuntas, dalam belajar tuntas belajar terhadap hasil belajar.
433
Namun penelitian sebagaimana diuraikan yang memotivasi mahasiswa belajar (Makmun,
pembelajaran saja tanpa adanya tindak lanjut. semua kelompok kemampuan mahasiswadirasa
Begitu juga dengan penelitian yang tidaklah adil, karena semestinya setiap
lain. Kita tahu bahwa gaya belajar merupakan pembelajaran yang berbeda sesuai dengan
menerima dan memperoses informasi yang Aptitude Treatment Interaction (ATI) mengarah
bersifat individual dan psikologis sehingga pada bagaimana interaksi atau hubungan antara
dalam pengkajian gaya belajar tidak cukup bakat dengan perlakuan pada masing-masing
dengan angket yang memuat indikator sifat- mahasiswa karena kemampuan awal atau bakat
Setiap individu memiliki cara sendiri yang itu, perlu diberikan perlakuan (treatment) yang
dianggap paling mudah dalam belajar. Ada juga sesuai dengan karakteristiknya agar proses
menurut (Makmun, 2012) motivasi timbul dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
berkembang dengan jalan datang dari dalam diri menuntut kemampuan setiap individu sesuai
individu itu sendiri (intrinsik) dan datang dari pendidikan yang dijalani dapat termotivasi dan
lingkungan (ekstrinsik) sedangkan motif tercapai visi dan misi pendidikan saat ini
tumbuh dan berkembangnya motivasi dibagi (Nurdin, 2005). Sedangkan Kurikulum yang
atas motif primer dan motif skunder. diterapkan di STIKES Hang Tuah
Berkenaan dengan itu maka diperlukan suatu Tanjungpinang berbasis kompetensi baru
konsep dasar yang berkaitan dengan bagaimana dilaksanakan pada tahun ini. Dan ini
cara terbaik yang dapat diterapkan untuk menunjukkan bahwa suatu indikasi perlunya
434
di STIKES Hang Tuah masih banyak rata dibawah standar dengan 4 mahasiswa
menggunakan metode ceramah dan diskusi kurang dari sebagian (57%) tidak memuaskan
yang kadang menyamaratakan kemampuan dan 3 mahasiswa kurang dari sebagian (43%).
mahasiswa untuk dituntut dapat memahami Hasil wawancara pada mahasiswa tersebut yang
pembelajaran serta bersifat aplikatif. Hal ini dikategorikan rendah ini didapatkan bahwa
tentunya kurang adil bagi kelompok mahasiswa mereka tidak bisa mengikuti cara belajar teman-
yang memiliki kemampuan yang rendah temannya, dan terkadang malu untuk bergabung
dibandingkan kemampuan diatasnya. Oleh seakan mereka tidak bisa. Sehingga mereka
karena itu, pendidikan dengan sistem KBK ini terbiasa mempelajari sendiri namun tidak
perlu didukung dengan suatu metode yang sepaham dengan kemampuan diatas mereka.
individu, dimana hal ini masih dalam lingkup berinisiatif, dan akhirnya mengadakan
KBK dengan pembagian kelompok dan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode
19 orang responden mahasiswa program studi STIKES Hang TuahTanjungpinang tahun 2015.
pada umumnya (100%) mengatakan metode Desain penelitian yang digunakan pada
pembelajaran ATI ini belum pernah diterapkan penelitian ini adalah Quasy Experiment Design,
di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang dan pre and post test without control group design.
mereka juga belum pernah mendengar istilah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
metode pembelajaran ATI. Dan mengatakan mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
bahwa sistem pengajaran di STIKES Hang dengan metode consecutive sampling pada 36
Tuah didominasi dengan ceramah konvensional responden. Penelitian ini dilaksanakan selama 6
dan penugasan jika pengajar berhalangan untuk bulan pada bulan Oktober 2014 s/d April 2015.
435
HASIL PENELITIAN kelompok tinggi hanya didapatkan kurang dari
seluruh siswa di kelas. Hal ini dilakukan didapati hasil distribusi sebagai berikut :
1 Baik 18 50%
TOTAL 36 100%
1 Tinggi 6 17%
2 Sedang 16 44%
436
MOTIVASI
NO KRITERIA
FREKUENSI PERSENTASE
1 Baik 30 83%
TOTAL 36 100%
F % F %
tidak baik setelah diberikan pembelajaran ATI. dan tingkat motivasi sebelum diberikan
4. Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan pembelajaran ATI lebih dari sebagian yaitu 12
Pembelajaran Dengan Metode ATI responden (67%) memiliki tingkat motivasi
Berdasarkan Kelompok Kemampuan tidak baik dan kurang dari sebagian yaitu 2
437
5. Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan tingkat motivasi tidak baik dan kurang dari
Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan termasuk ke dalam uji statistik parametrik. Pada
Pembelajaran ATI Berdasarkan Kelompok
statistik parametrik, datanya berdistribusi
Kemampuan (Aptitude) Peserta Didik
normal dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
Tahun 2015
0,000 lebih kecil dari nilai ρ= 0,05 dan variasi
MOTIVASI
datanya homogen.
TIDAK
NO APTITUDE Tabel 6
BAIK BAIK
Tingkat Motivasi Sebelum dan Sesudah
F % F % Diberikan Pembelajaran ATI Peserta
kemampuan (aptitude) dan tingkat motivasi Posttest 4.4 0.5 3.8 5.0
dari sebagian yaitu 4 responden (11%) Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
memiliki tingkat motivasi tidak baik dan kurang untuk motivasi sebelum pembelajaran ATI,
dari sebagian yaitu 12 responden (33%) peserta didik mempunyai nilai motivasi rata-
memiliki tingkat motivasi baik pada rata 3,7. Sedangkan setelah pembelajaran ATI,
kemampuan rendah. Sementara kurang dari peserta didik mempunyai nilai motivasi rata-
sebagian yaitu 2 responden (6%) memiliki rata 4,4. Terlihat bahwa probabilitas atau ρ
438
value 0,000. Karena 0,000 < 0,05, maka H0 value, sebesar 0.001 < 0.05. Hal ini berarti H 0
sebelum dan sesudah pembelajaran ATI kelompok mempunyai rata-rata yang berbeda.
tersebut efektif dalam peningkatan motivasi motivasi belajar yang signifikan peserta didik
Analisis multivariat dalam penelitian ini dilakukan perlakuan dengan peserta didik
menggunakan ujiOne Way Anova dimana uji kemampuan tinggi, sedang, dan rendah setelah
tersebut digunakan untuk mengetahui ada dilakukan perlakuan metode pembelajaran ATI.
variabel bebas (independent) yang dalam hal ini Hasil Uji Post Hoc Data Normal Gain Angket
Motivasi Belajar
adalah metode pembelajaran ATI yang dibagi
Per Kelompok Kemampuan
menjadi tiga kelompok kemampuan dengan
MEAN
satu variabel terikat (dependent) sebagai
NO KLP ρvalue
DIF
motivasi belajar.
1 TINGGI 0.9 0.1 0.9 1.0 baik peningkatan motivasi belajar ilmu
2 SEDANG 0.2 0.3 0.1 0.8 0.001 keperawatan dasar, maka harus dilanjutkan
439
Dengan melihat ada tidaknya tanda berhubungan dengan hasrat, keinginan,
* pada kolom Mean Difference, terlihat dorongan dan tujuan (Notoatmodjo, 2010).
1) Mean dari kelompok sedang berbeda secara daya penggerak baik dari dalam diri maupun
nyata dengan kelompok tinggi dan rendah dari luar dengan menciptakan serangkaian
2) Mean dari kelompok rendah berbeda secara usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
3) Mean dari kelompok tinggi berbeda secara memberikan arah pada kegiatan sehingga
nyata dengan kelompok sedang. tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat
memperlihatkan bahwa kelompok yang Pendapat lain menurut John Elder dalam
motivasi belajar paling dominan (ditandai sebagai : interaksi antara perilaku dan
dengan tanda bintang "*") adalah Kelompok lingkungan sehingga dapat meningkatkan,
Interaction (ATI)lebih dari sebagian yaitu usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
18orang responden (50%) memiliki tingkat kelompok orang tergerak melakukan sesuatu
motivasi tidak baik dan baik yang berdasarkan karena ingin mencapai tujuan yang
Motivasi secara umum mengacu pada melakukan suatu aktivitas didasari atas adanya
kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, Bioghenic theories yang menyangkut proses
dalam mempelajari motivasi kita akan biologis lebih menekankan pada mekanisme
440
pembawaan biologis. Sedang yang sociogenic pembelajaran ATI terhadap peningkatan
theories lebih menekankan adanya pengaruh motivasi belajar mahasiswa STIKES Hang
Dengan demikian, dapatlah ditegaskan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
bahwa motivasi, akan selalu terkait dengan soal Agustina (2010) yang melakukan penelitian
kebutuhan. Sebab kebutuhan seseorang akan berjudul hubungan minat dan motivasi menjadi
terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada perawat dengan prestasi belajar pada
sesuatu kebutuhan. Kebutuhan tersebut timbul mahasiswa program studi DIII keperawatan
karena adanya keadaan yang tidak seimbang, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi
tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut Husada Tulungagung Tahun 2010, data
kebutuhan manusia bersifat dinamis, berubah- 0,01,ada hubungan yang signifikan antara minat
ubah sesuai dengan sifat kehidupan manusia itu dengan prestasi belajar karena diperoleh r
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi ada hubungan yang signifikan antara motivasi
bertalian dengan suatu tujuan. Dengan dengan prestasi belajar karena diperoleh r
demikian, motivasi mempengaruhi adanya hitung > r tabel yaitu 0,632 > 0,159 (ρ= 0.0003)
kegiatan. Sehubung dengan hal tersebut ada tiga ada hubungan yang signifikan antara minat dan
fungsi motivasi yaitu mendorong manusia motivasi secara bersama – sama dengan prestasi
untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, dan belajar dengan nilai F hitung > dari F tabel yaitu
441
Aptitude-treatment Interaction (ATI) adalah sesudah pembelajaran ATI berbeda secara
suatu konsep atau pendekatan yang memiliki nyata.Atau, pembelajaran ATI tersebut efektif
442
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara sedang dan rendah sebelum diberikan
443
penggunaan metode pembelajaran ATI Education Stanford Univercity
Agustiana, Sri, (2010). Hubungan Minat dan Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Astuti, PD, (2013). Efektivitas Metode Oemar Hamalik. 2003. Proses belajar
Cronbach, L. J., Snow, R.1969. Final Report Santrock, J.W. (2008). Educational psychology,
444
Sardiman, AM. (2011). Interaksi dan Motivasi Winkel. W. S. (2007). Psikologi Pengajaran.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor – Faktor Psychology (Ninth Edition). Boston:
Syafruddin, N, (2005). Model Pembelajaran M. Kep, CWT : Dosen STIKES Hang Tuah
Quantum Teaching
http://www.unpad.ac.id/archives/4623
Kesehatan Tanjungpinang
445
PEMBERIAN TEKNIK MULLIGAN DAN SOFT TISSUE
MOBILIZATION LEBIH BAIK DARIPADA HANYA SOFT TISSUE
MOBILIZATION DALAM MENINGKATKAN LINGKUP GERAK
SENDI EKSTENSI, ROTASI, LATERAL FLEKSI CERVICAL PADA
MECHANICAL NECK PAIN
Sudaryanto
Jl. Bendungan Bili-Bili No. 1 Karunrung (Akper Tidung), Makassar, Sulawesi Selatan
Fisioterapis-Poltekkes Negeri Makasar
sudaryanto_suyono@yahoo.com
ABSTRAK
Latar belakang: Mechanical neck pain merupakan kasus yang memiliki prevalensi yang sama tingginya dengan
low back pain, dan banyak dijumpai di berbagai lahan praktek fisioterapi. Kombinasi teknik Mulligan dan Soft
Tissue Mobilization merupakan salah satu teknik manual terapi yang sangat efektif dan efisien di dalam menangani
kasus mechanical neck pain namun masih sangat jarang digunakan oleh fisioterapis di lahan praktek. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas antara teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization dengan
hanya Soft Tissue Mobilization terhadap peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi
cervical pada mechanical neck pain. Metode: Desain penelitian ini adalah pre test – post test control group design
dengan menggunakan 2 kelompok sampel yaitu kelompok kontrol yang diberikan intervensi Soft Tissue
Mobilization dan kelompok perlakuan yang diberikan kombinasi teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization.
Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah goniometer, dimana goniometer digunakan untuk
mengukur lingkup gerak ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical baik sebelum intervensi maupun sesudah
intervensi. Sampel penelitian berjumlah 32 orang yang dibagi ke dalam 2 kelompok sampel yaitu 16 orang pada
kelompok kontrol dan 16 orang pada kelompok perlakuan. Sampel pada kelompok kontrol memiliki usia rata-rata
sebesar 35,69 dengan laki-laki sebanyak 7 orang (43,8%) dan perempuan sebanyak 9 orang (56,2%) serta arah
keterbatasan kanan sebanyak 12 orang (75%) dan keterbatasan kiri sebanyak 4 orang (25%). Sedangkan pada
kelompok perlakuan memiliki usia rata-rata sebesar 35,94 dengan laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%) dan
perempuan sebanyak 6 orang (37,5%) serta arah keterbatasan kanan sebanyak 11 orang (62,5%) dan keterbatasan
kiri sebanyak 5 orang (31,2%). Hasil: Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji independent sampel t-
test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan
lateral fleksi kelompok kontrol dan rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi kelompok
perlakuan, dengan nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization
menghasilkan peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical yang lebih besar
secara signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue Mobilization pada mechanical neck pain. Kesimpulan: Dengan
demikian dapat ditarik simpulan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization lebih baik daripada hanya
Soft Tissue Mobilization dalam meningkatkan lingkup gerak sendi ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada
mechanical neck pain.
Kata kunci : mechanical neck pain, teknik mulligan, soft tissue mobilization
ABSTRACT
Background: Mechanical neck pain has the same high prevalence with low back pain, and commonly found in
many of physiotherapy practice. Combination of Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization are one of
manual therapy technique highly effective and efficient to care the case of mechanical neck pain but still very
rarely used by physiotherapist in fields of practice. Objective: This study aimed to know the effectiveness between
Mulligan technique – Soft Tissue Mobilization and only Soft Tissue Mobilization to the increasing range of motion
extension, rotation and side flexion cervical on the mechanical neck pain. Method: The study design was a pre
test – post test control group design using two group of samples are control groups that given intervention Soft
Tissue Mobilization and treatment groups that given a combination of Mulligan technique and Soft Tissue
Mobilization. Measuring instrument used for data collection was goniometer, that the goniometer was used to
measure the range of motion extension, rotation and lateral flexion of the cervical either before the intervention
and after the intervention. Sample of this study was 32 people who divided into 2 groups of samples were 16 people
446
in the control group and 16 people in the treatment group. Samples in the control group had a mean age of 35,69
with male of 7 people (43,8%) and female of 9 people (56,2%) as well as limitations of the right direction were 12
people (75%) and left direction were 4 people (25%). Whereas in the treatment group had e mean age of 35,94
with male of 10 people (62,5%) and female of 6 people (37,5%) as well as limitations of the right direction were
11 people (62,5%) and left direction were 5 people (31,2%). Result: The results of hypothesis testing using
independent sampel t-test showed a significant difference between the mean post-intervention ROM extension,
rotation, lateral flexion of the control groups and the mean post-intervention ROM extension, rotation, lateral
flexion of the treatment groups, with value p < 0,05. It is suggests that the Mulligan technique and Soft Tissue
Mobilization resulting increase range of motion extension, rotation, and side flexion of the cervical that
significantly greater than only Soft Tissue Mobilization on the mechanical neck pain. Conclusion: Thus, it can be
concluded that the Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization better than only Soft Tissue Mobilization to
the increasing range of motion extension, rotation, and side flexion cervical on the mechanical neck pain.
Key words : mechanical neck pain, mulligan technique, soft tissue mobilization
447
leher disertai dengan nyeri kepala sebesar 24% penelitian menunjukkan hubungan yang sangat
Mechanical neck pain, secara khas pekerjaan dalam postur statik seperti pengetik,
digambarkan sebagai nyeri lokal atau non- penjahit, pengrajin. Kerja yang berat, kerja
radikular pain dengan intensitas nyeri yang berulang, gaya dan fleksi leher yang statik
meningkat saat terjadi gerakan pada cervical. dalam posisi duduk, semuanya berhubungan
Suatu riwayat penyakit yang jelas dan dengan kejadian mechanical neck pain.7 Posisi
pemeriksaan fisik yang teliti dapat membantu duduk dengan postur yang jelek merupakan
jika nyeri tengkuk tergolong ke dalam posisi yang paling sering menyebabkan stress
mechanical neck pain dengan memperhatikan postural pada cervical, dimana sering terjadi
ada tidaknya tanda-tanda atau gejala-gejala duduk dengan kepala dalam posisi protrude.
patologi major seperti fraktur, myelopathy, Sumber gejala dari mechanical neck
neoplasma, atau penyakit sistemik, dan ada pain khususnya berasal dari zygapophyseal
tidaknya tanda-tanda neurologis (refleks joint atau uncovertebral joint pada cervical, dan
Mechanical neck pain merupakan nyeri segala arah terutama gerak rotasi, lateral fleksi
leher yang tidak beradiasi ke lengan atau upper dan ekstensi cervical.9 Hilangnya lingkup gerak
extremitas, dimana nyeri tejadi pada area leher, cervical pada mechanical neck pain sangat
occipital, dan punggung bagian atas. Sesuai berhubungan dengan nyeri yang diikuti oleh
dengan namanya “mechanical” maka kondisi minor positional fault pada facet joint dan
Pekerjaan yang secara fisik menuntut postur mechanical neck pain seperti traksi, latihan
statik yang repetitif memberikan peluang aktif dan pasif, ultrasound, transcutaneous
terjadinya mechanical neck pain. Beberapa electrical nerve stimulation (TENS), edukasi
448
pasien, dan obat-obatan antiinflamasi non- Metode Muscle Energy memiliki aplikasi yang
steroid, tetapi bukti penelitian yang substansial ditujukan pada normalisasi struktur-struktur
menyangkut efektifitasnya masih kurang. jaringan lunak seperti otot-otot yang memendek
mechanical neck pain. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan otot yang memendek,
menunjukkan bahwa penggunaan manual terapi sehingga metode ini dapat juga digunakan
spine pada cervical spine merupakan intervensi untuk membantu memperbaiki mobilitas sendi
yang efektif dan efisiensi biaya pengobatan melalui efeknya pada jaringan lunak yang
peneliti di beberapa Rumah Sakit dan lahan merupakan salah satu metode Soft tissue
praktek (klinik mandiri) daerah Denpasar masih mobilization yang memfokuskan pada jaringan
jarang sekali menggunakan intervensi manual lunak yaitu fascia dan otot, berperan untuk
Manual terapi spine memiliki beberapa struktur otot dan fascia dengan tujuan akhir
metode, antara lain adalah Soft Tissue adalah mengembalikan kualitas cairan atau
Mobilization dan teknik Mulligan. Soft tissue lubrikasi pada jaringan fascia, mobilitas
mobilization merupakan salah satu metode jaringan fascia dan otot, dan fungsi sendi
vertebra khususnya mechanical neck pain. Kedua metode Soft tissue mobilization
Muscle Energy Technique merupakan salah di atas sangat berperan di dalam menurunkan
satu metode Soft tissue mobilization yang biasa ketegangan otot dan taut band yang akhirnya
dikenal sebagai metode manipulasi osteopathic berimplikasi pada peningkatan lingkup gerak
soft tissue yang menggabungkan arah dan sendi cervical. Penelitian Nayak (2012), dengan
kontrol yang tepat dari pasien, kontraksi topik “Combined Effect of Myofascial Release
isometrik, yang didesain untuk memperbaiki And Muscle Energy Technique In Subjects With
fungsi muskuloskeletal dan menurunkan nyeri. Mechanical Neck Pain” menunjukkan adanya
449
penurunan nyeri dan perbaikan lingkup gerak A Randomised Controlled Trial” menunjukkan
sendi cervical yang bermakna pada pasien- hasil adanya perbaikan lingkup gerak cervical
pasien mechanical neck pain. dan penurunan nyeri yang signifikan pada
ditimbulkan oleh zygapophyseal joint (facet Berdasarkan hal tersebut di atas yang didukung
joint) tidak dapat secara efektif dan efisien dengan hasil penelitian sebelumnya maka
diatasi oleh Soft Tissue Mobilization karena peneliti mencoba mengambil topik tentang
target jaringan dari metode ini adalah jaringan “Pemberian teknik Mulligan dan Soft Tissue
lunak di sekitar sendi, meskipun memiliki Mobilization lebih baik daripada Soft Tissue
dampak secara tidak langsung pada facet joint. Mobilization dalam meningkatkan lingkup
Penambahan teknik Mulligan pada intervensi gerak sendi cervical pada mechanical neck
konsep Mulligan adalah mobilisasi spine dalam Penelitian ini dilaksanakan di Poliklnik
posisi weight bearing dan arah mobilisasi Fisioterapi RS. Bali Royal Hospital, Jalan
paralel terhadap bidang gerak facet spinal. Tantular No. 6 Renon Denpasar, yang
dinamakan dengan “NAGs” (Natural 1 April sampai tanggal 22 Juni 2013. Jenis
Apophyseal Glides) dan sustained mobilization penelitian ini adalah penelitian eksperimen
dengan gerakan aktif yang dinamakan dengan pre test – post test control group design.
Glides) merupakan teknik utama dari konsep efektifitas dari penambahan teknik Mulligan
Penelitian Kumar et al. (2011), dengan peningkatan lingkup gerak sendi cervical pada
450
Populasi dalam penelitian ini adalah 3 kali seminggu dengan interval waktu 1 hari,
sejumlah pasien yang datang berkunjung di jumlah terapi sebanyak 4 kali terapi.
dengan keluhan nyeri dan kaku pada leher Kelompok perlakuan diberikan
selama penelitian berlangsung. Sampel intervensi teknik Mulligan dan soft tissue
penelitian adalah sejumlah sampel yang diambil mobilization. Penambahan teknik Mulligan
dari populasi terjangkau dan sesuai dengan dilakukan 6 kali repetisi dengan 2 set latihan
kriteria inklusi dalam pengambilan sampel. setiap kali kunjungan, frekuensi terapi 3 kali
Berdasarkan hasil rumus Pocock diperoleh seminggu dengan interval waktu 1 hari, jumlah
jumlah sampel sebanyak 17 orang (16,8 terapi sebanyak 4 kali setiap sampel.
terdapat 1 orang yang drop out pada kelompok maka sampel terlebih dahulu diukur lingkup
kontrol dan 1 orang yang drop out pada gerak sendi cervical-nya yang meliputi lingkup
kelompok perlakuan, sehingga jumlah sampel gerak ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi dengan
pada setiap kelompok adalah 16 orang dan total menggunakan goniometer. Pada akhir
sebanyak 3 kali repetisi setiap kali kunjungan, 1. Pengukuran LGS ekstensi cervical
frekuensi terapi 3 kali seminggu dengan interval a. Center fulcrum dari goniometer
waktu 1 hari, jumlah terapi sebanyak 4 kali diletakkan pada external auditory
451
b. Lengan proksimal goniometer harus a. Center fulcrum dari goniometer
tegak lurus atau paralel dengan lantai. diletakkan diatas processus spinosus
lurus dengan lantai sedangkan lengan c. Lengan distal harus segaris dengan
nares. external.
b. Lengan proksimal harus paralel dengan gerakan dan segaris dengan occipital
garis imajinasi antara kedua processus 1. Uji statistik deskriptif, untuk memaparkan
dipertahankan mengikuti gerakan dan jenis kelamin dan arah keterbatasan gerak.
3. Pengukuran LGS lateral fleksi cervical Shapiro Wilk untuk mengetahui apakah
452
menggunakan uji Levene’s test untuk Karakteristik (%) Kontrol Perlakuan
95% (nilai p < 0,05). (5) Uji independent Tabel di atas menunjukkan nilai rerata
data post test antara kelompok kontrol dan karakteristik sampel. Dilihat dari umur
kelompok perlakuan dengan tujuan untuk diperoleh nilai 35,69 ± 7,525 tahun untuk
membuktikan efektifitas dari penambahan kelompok kontrol dan diperoleh nilai 35,94 ±
teknik Mulligan, dengan hipotesis statistik 6,952 tahun untuk kelompok perlakuan. Hal ini
yaitu taraf signifikansi 95% (nilai p < menunjukkan bahwa rata-rata sampel tergolong
453
sampel laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%) Tabel di atas menunjukkan nilai rerata
dan sampel perempuan sebanyak 6 orang sampel berdasarkan nilai LGS pre test, post test
(37,5%). Dilihat dari arah keterbatasan, pada dan selisih. Pada kelompok kontrol, dilihat dari
kelompok kontrol diperoleh data bahwa LGS ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar
keterbatasan kearah kanan sebanyak 12 orang 53,31o ± 5,606 dan rerata post test sebesar
(75%) dan keterbatasan kearah kiri sebanyak 4 67,25o ± 4,041 dengan selisih rerata sebesar
orang (25%). Sedangkan pada kelompok 13,94o ± 4,419. Dilihat dari LGS rotasi,
perlakuan diperoleh data bahwa keterbatasan diperoleh rerata pre test sebesar 56,69 o ± 3,478
kearah kanan sebanyak 11 orang (68,8%) dan dan rerata post test sebesar 69,25o ± 2,176
keterbatasan kearah kiri sebanyak 5 orang dengan selisih rerata sebesar 12,56o ± 3,366.
Rerata LGS (derajat) berdasarkan nilai dengan selisih rerata sebesar 9,88o ± 1,544.
pre test, post test dan selisih
Pada kelompok perlakuan, dilihat dari LGS
Klp Rerata LGS dan Simpang Baku
ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar 49,12 o
sampel Pre test Post test Selisih
± 6,386 dan rerata post test sebesar 71,19 o ±
Ekstensi : 4,651 dengan selisih rerata sebesar 22,06 o ±
Kontrol 53,31±5,606 67,25±4,041 13,94±4,419 5,483. Dilihat dari LGS rotasi, diperoleh rerata
Perlakuan 49,12±6,386 71,19±4,651 22,06±5,483 pre test sebesar 56,00o ± 3,882 dan rerata post
Rotasi : test sebesar 72,94o ± 2,265 dengan selisih rerata
Kontrol 56,69±3,478 69,25±2,176 12,56±3,366 sebesar 16,94o ± 3,872. Kemudian, dilihat dari
Perlakuan 56,00±3,882 72,94±2,265 16,94±3,872 LGS lateral fleksi diperoleh rerata pre test
Lat.fleksi sebesar 32,44o ± 2,128 dan rerata post test
Kontrol 32,50±2,066 42,38±2,527 9,88±1,544 sebesar 45,13o ± 1,455 dengan selisih rerata
Perlakuan 32,44±2,128 45,13±1,455 12,69±2,243 sebesar 12,69o ± 2,243.
Homogenitas Varian
454
Tabel 3 Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah
Uji normalitas data dan homogenitas varian intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
p uji normalitas Homogenitas kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu
(Shapiro Wilk) dengan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data
Kelompok
Levene’s test berdistribusi normal. Dilihat dari LGS rotasi,
data
Kontrol Perlakua
hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol
n
sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
Ekstensi :
kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu
Sebelum 0,248 0,375 0,447
nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data
Sesudah 0,158 0,480 0,502
berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji
Sebelum 0,580 0,542 0,485 intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
455
berarti data bersifat homogen dan sesudah Kelompok
Sebelum Sesudah p
intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data data
uji Levene’s test sebelum intervensi yaitu nilai Rerata 53,31 67,25 0,0001
p > 0,05 yang berarti data bersifat homogen dan SB 5,606 4,041
berarti data bersifat homogen. Dilihat dari LGS Rerata 55,75 69,25 0,0001
bersifat homogen dan sesudah intervensi yaitu Rerata 32,19 42,38 0,0001
nilai p < 0,05 yang berarti data tidak bersifat SB 2,455 2,527
homogen.
persyaratan analisis diatas maka peneliti dapat pengujian hipotesis menggunakan uji paired
mengambil keputusan untuk menggunakan uji sample t untuk kelompok kontrol. Dilihat dari
statistik parametrik (uji paired sample t) untuk LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang
masing-masing kelompok sampel (kontrol dan berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS
perlakuan) dan uji statistik parametrik (uji ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah
independent sample t) untuk membuktikan intervensi. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh
efektifitas antara kedua kelompok sampel, nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan
sebagai pilihan pengujian statistik rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum
Uji Beda Rerata LGS cervical LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang
sebelum dan sesudah intervensi pada berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan lateral fleksi yang bermakna sebelum dan
456
dan lateral fleksi cervical yang bermakna pada LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang
kondisi mechanical neck pain. berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS
Uji beda rerata LGS (derajat) sebelum dan sesudah intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa
sesudah intervensi pada kelompok perlakuan
intervensi teknik Mulligan dan Soft Tissue
Kelompok
Mobilization dapat memberikan peningkatan
Sebelum Sesudah p
data
LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical
Ekstensi :
yang bermakna pada kondisi mechanical neck
Rerata 49,12 71,19 0,0001
pain.
SB 6,386 4,651
Uji Beda Rerata LGS cervical
Rotasi :
sesudah intervensi antara kelompok kontrol
Rerata 54,94 72,69 0,0001
dan kelompok perlakuan
SB 3,623 2,358
Lat.fleksi : Tabel 6
Rerata 30,94 45,00 0,0001 Uji beda rerata LGS (derajat) sesudah
Kelompok
Kontrol Perlakuan p
Tabel diatas menunjukkan hasil data
dari LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang SB 4,041 4,651
ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah Rerata 69,25 72,69 0,0001
rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum : 42,38 45,00 0,002
457
Rerata 2,527 1,549 Mobilization lebih baik daripada hanya Soft
Tabel diatas menunjukkan hasil uji lateral fleksi cervical pada mechanical neck
lateral fleksi. Dilihat dari LGS ekstensi Efek teknik Mulligan dan Soft Tissue
diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada Mobilization serta hanya Soft tissue
ekstensi yang bermakna antara kelompok ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada
LGS rotasi diperoleh nilai nilai p < 0,05 yang Mechanical neck pain merupakan
berarti bahwa ada perbedaan rerata sesudah kondisi kronik nyeri leher yang melibatkan lesi
intervensi LGS rotasi yang bermakna antara facet joint cervical dan muscle spasm atau
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. muscle tightness disekitar leher, sehingga
Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi kondisi ini menyebabkan keterbatasan gerak
diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada pada cervical terutama gerak ekstensi, rotasi
perbedaan rerata sesudah intervensi LGS lateral dan lateral fleksi cervical.
fleksi yang bermakna antara kelompok kontrol Problem keterbatasan gerak ekstensi,
dan kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan rotasi dan lateral fleksi umumnya ditemukan
bahwa Teknik Mulligan dan Soft Tissue oleh peneliti pada setiap sampel, dan rasa nyeri
lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan keterbatasannya. Berdasarkan pengamatan dan
lateral fleksi cervical yang lebih besar secara penulusuran peneliti dari hasil pemeriksaan
Mobilization pada mechanical neck pain. Hasil ekstensi umumnya disebabkan oleh lesi facet
pengujian hipotesis diatas telah membuktikan joint cervical, sedangkan problem keterbatasan
bahwa “Teknik Mulligan dan Soft Tissue rotasi dan lateral fleksi umumnya disebabkan
458
oleh muscle spasm atau muscle tightness pada (Chaitow, 2006). Adanya penurunan tonus otot
otot-otot leher terutama splenius capitis, yang dihasilkan oleh Muscle Energy Technique
memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi gerak sendi. Disamping itu, efek elongasi
dan lateral fleksi cervical yang bermakna, serabut otot yang dihasilkan oleh Myofascial
dimana peningkatan LGS cervical dihasilkan Release Technique juga dapat mengaktivasi
oleh adanya efek post isometric relaxasi (PIR) golgi tendon organ (GTO) pada
dan reciprocal inhibition (RI) serta efek musculotendinogen junction. Menurut Kisner
elongasi serabut otot. Efek PIR dan RI and Colby (2007), adanya stretch pada serabut
dihasilkan oleh intervensi Muscle Energy otot akan mengaktivasi GTO, dimana aktivitas
Technique, sedangkan efek elongasi serabut GTO akan menghasilkan efek inhibitory pada
otot dihasilkan oleh intervensi Myofascial level otot yang mengalami ketegangan
Release Technique. Menurut Chaitow (2006), khususnya jika gaya stretch dipertahankan
efek PIR dan RI dapat menghasilkan refleks dalam waktu yang lama. Inhibisi dari
relaksasi dan perubahan otot terhadap toleransi komponen kontraktile otot oleh GTO dapat
stretch, karena Efek PIR dapat mengaktivasi memberikan kontribusi terhadap refleks
golgi tendon organ (GTO) pada otot yang relaksasi otot sehingga memungkinkan
bersangkutan dimana GTO memiliki sifat terjadinya peningkatan lingkup gerak sendi.
inhibitor yang dapat mempengaruhi Menurut Mulligan, lesi pada facet joint
tersebut dapat menyebabkan penurunan tonus positional fault didalam permukaan facet joint
atau ketegangan otot. Kemudian, efek RI yang sehingga terjadi keterbatasan gerak fisiologis
dihasilkan oleh MET dengan mengaktivasi pada cervical. Minor positional fault atau minor
kontraksi otot antagonist (otot yang sehat) dapat subluksasi tersebut dapat dikoreksi dengan
menginhibisi tonus otot agonis yang teknik Mulligan. Secara khas, teknik Mulligan
penurunan tonus dengan cepat setelah kontraksi asesori dengan gerak fisiologis secara aktif
459
dan/atau pasif, dimana mobilisasi gerak asesoris Mobilization. Hal ini disebabkan karena teknik
selalu diaplikasikan pada sudut perpendicular Mulligan dapat mengoreksi adanya faulty minor
atau paralel terhadap bidang facet joint (bidang positional dari facet joint. Menurut Exelby
pengobatan Kaltenborn).14 Teknik SNAGs yang (2002), keterbatasan gerak cervical dapat
merupakan salah satu metode Mulligan dapat disebabkan oleh adanya kesalahan kecil dari
mengembalikan minor positional fault posisi permukaan sendi facet atau dapat
permukaan sendi facet dan mengembalikan dikatakan terjadi minor subluksasi didalam
keluasan gerak asesoris sendi facet sehingga sendi facet. Aplikasi teknik SNAGs yang
efek tersebut dapat mengembalikan kebebasan berulang dan kontinyu dapat mengoreksi
gerak fisiologis pada cervical. Aplikasi teknik adanya minor subluksasi didalam sendi facet
SNAGs dapat dengan mudah diterapkan pada sehingga terjadi keluasan gerak asesoris sendi
regio cervical karena adanya efek sebelumnya facet yang akhirnya terjadi peningkatan lingkup
dari Soft Tissue Mobilization yang gerak sendi cervical yang cepat dan bebas nyeri.
menghasilkan penurunan tonus atau ketegangan Pemberian Soft Tissue Mobilization sebelum
otot regio cervical. Hal ini dapat memberikan aplikasi teknik SNAGs sangat besar
kontribusi yang besar terhadap peningkatan manfaatnya didalam memfasilitasi prosedur dan
lingkup gerak sendi cervical. efek dari teknik SNAGs, hal ini karena
dan Soft Tissue Mobilization dengan hanya secara signifikan sehingga memudahkan
peningkatan LGS ekstensi, rotasi, lateral efek yang lebih besar yaitu peningkatan lingkup
fleksi cervical pada mechanical neck pain gerak sendi cervical dan bebas nyeri.
intervensi Soft Tissue Mobilization dapat Berdasarkan analisis hasil penelitian dan
rotasi, dan lateral fleksi yang lebih besar secara “Teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization
signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue lebih baik daripada hanya Soft Tissue
460
Mobilization dalam meningkatkan lingkup mechanical neck pain in a military
gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral aviator”, The Journal of the Canadian
fleksi cervical pada mechanical neck pain”. Chiropractic Association, Vol. 8: 676–
Chaitow, L, “Muscle Energy Technique. Third Kenny, T., Kenny, B, “Non-spesific Neck
Miangolarra, “Changes in Neck Pain Kisner, C., Colby, L.A, “Therapeutic Exercise
Neck Pain : A Case Series”, Journal of Kumar, D., Sandhu, J.S., Broota, A, “Efficacy
Therapeutics, Vol 30: Number 4, 2007 available end range in Cervical Spine:
Grant, K.E., Riggs, A, “Myofascial Release”, Free Life”, Penguin Group Inc, New
Green, B.N., Dunn, A.S., Pearce, S.M., McKenzie, R., May, S, “The Cervical &
management of uncomplicated
461
& Therapy”, Volume One, Spinal Neck Pain : A Randomized Clinical
Publications, New Zealand, 2008 Trial”, SPINE, Vol 33: Number 22:
2004
from
www.necksolutions.com/mechanical-
Desember 2012
462
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENSTRUASI
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE
PADA SISWI SDN 011 KELAS V DAN VI TANJUNGPINANG BARAT
ABSTRAK
Menarche menjadi tanda seorang remaja putri sudah memasuki tahap kedewasaan khususnya organ tubuh sistem
reproduksi merupakan masa penting dalam siklus kehidupan perempuan. Kecemasan menghadapi menarche dapat
terjadi karena kurangnya informasi tentang menstruasi dan pendidikan kesehatan dari orang tua yang
kurang.Pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat
dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat
kecemasan menghadapi menarche. Berdasarkan uji stastistik menggunakan uji wilcoson pada kelompok
eksperimen, menunjukkan bahwa hasil p value=0,000 dapat disimpulkan ada pengaruh yang bermakna antara
pendidikan kesehatan tentang menstruasi dalam penurunan kecemasan menghadapi menarche pada siswi SDN
011 kelas V dan VI Tanjungpinang Barat.
Remaja merupakan tahapan antara fase tahun.Sekitar sembilan ratus juta berada di
anak dan dewasa yang ditandai dengan negara sedang berkembang. Sementara di
perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan Indonesia dari hasil sensus penduduk, dari total
emosi. Dari beberapa literature usia remaja 237,6 juta jiwa penduduk Indonesia 26,67%
antara 12-24 tahun dan 15-24 tahun (WHO, yaitu 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja,
2007 cit Efendi dan Makhfudli, 2009). Masa 49,30% dari total remaja tersebut berjenis
remaja merupakan masa peralihan antara masa kelamin perempuan. Wilayah Pekanbaru
anak-anak, dimulai saat terjadinya kematangan memiliki populasi remaja usia 10-14 tahun
seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sebanyak 82.050 jiwa, untuk remaja putri
sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang berjumlah 39.821 jiwa (Safitri et al., 2013).
dewasa muda (Soetjiningsih, 2004).Data Pada tahun 2013 terdapat jumlah remaja pada
demografi menunjukkan bahwa penduduk usia 10-14 tahun sebanyak 170.056 orang atau
dunia jumlah populasi remaja merupakan 8,0% dan jumlah remaja pada usia 15-19 tahun
populasi yang besar. Menurut World Health 139.143 orang atau 6,5%. Sedangkan untuk
Organization (WHO) sekitar seperlima dari wilayah Kota Tanjungpinang berdasarkan data
463
yang diperoleh dari Dinas Kependudukan Kota menarche dapat terjadi karena kurangnya
Tanjungpinang tahun 2015 terdapat jumlah informasi tentang menstruasi dan pendidikan
remaja pada usia 10-14 tahun 22.687 orang, dari orang tua yang kurang. Orang tua
untuk remaja putri berjumlah 10.943 orang atau menganggap bahwa hal ini merupakan hal yang
48% dan jumlah remaja pada usia 15-19 tahun tabu untuk dibicarakan dan berfikir bahwa anak
sebanyak 19.187 orang, untuk remaja putri akan tahu dengan sendirinya, kondisi ini akan
sebanyak 9.375 orang atau 49% (Dinas menimbulkan kecemasan pada anak tersebut.
Menarche yang menjadi tanda seorang kecemasan tersebut salah satunya adalah
remaja putri sudah memasuki tahap dengan meningkatkan pengetahuan remaja putri
kedewasaan khususnya organ tubuh sistem tentang menstruasi sejak dini dengan cara
hanya terbatas pada aspek fisik tetapi juga kegiatan untuk membantu individu, kelompok
psikologis, ekonomi, bahkan juga spiritual pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
(Triyanto, 2013). Kecemasan adalah rasa mencapai hidup sehat secara optimal
khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. (Triwibowo et al., 2013). Pendidikan kesehatan
Kecemasan merupakan kekuatan yang besar tentang reproduksi remaja khususnya tentang
untuk menggerakkan tingkah laku baik tingkah menstruasi merupakan masalah penting yang
laku normal maupun tingkah laku yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak.
menyimpang, yang terganggu dan kedua- Apabila kecemasan tidak dapat diatasi, disini
duanya merupakan pernyataan, penampilan dari peran dari orang tua sangat penting dimana baik
pertahanan terhadap kecemasan (Gunarso, orang tua ataupun remaja putri itu sendiri harus
464
terutama kesehatan reproduksi (Proverawati, Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi
2009). Orang tua berusaha menjalin komunikasi SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang
(menarche). Sebaiknya, orang tua dapat bagian kesehatan yang sangat penting yang
sehingga akan menjadi orang pertama yang biasanya pertama kali mengalami menstruasi
mendengar segala permasalahan anaknya (menarche) pada umur 12-16 tahun (Kusmiran,
Berdasarkan studi pendahuluan di SDN dimana fase ini terdapat pada usia Sekolah
011 Tanjungpinang Barat kepada 20 siswi kelas Dasar. Perubahan fisik yang cepat di masa
V dan VI didapatkan 9 siswi (40%) telah pubertas terjadi beriringan dengan emosi yang
mengalami menstruasi, dan 11 siswi (60%) tidak stabil dan pertumbuhan psikis pada
merasa takut saat menghadapi menstruasi. Dari perasaan bingung, berbagai pertanyaan,
mengatakan timbul perasaan takut karena tidak kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang
mengalami menstruasi merasa cemas. dengan teman sebaya maupun ibu mereka.
tersebut, SDN 011 paling banyak mengalami pada remaja putri akan berdampak terhadap
penulis tertarik untuk melakukan penelitian (menarche) kesiapan mental sangat diperlukan
tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan karena akan timbul perasaan cemas dan takut
465
Usia remaja sering dicirikan sebagai di SDN 011 Tanjungpinang Barat dan aktif
tahap ketika seorang remaja memasuki masa 2) Siswi yang belum mengalami menarche
kematangan seksual dan mulai berfungsi organ- Pada penelitian ini sampel di bagi
organ reproduksi (Khuzaiyah, 2015). Ciri-ciri menjadi dua kelompok yaitu kelompok
pubertas pada laki-laki antara lain pertumbuhan eksperimen dan kelompok kontrol, dimana
bulu-bulu badan dan suara berubah menjadi terdiri dari 32 orang kelompok eksperimen dan
lebih dalam. Sedangkan ciri-ciri pubertas pada 32 orang kelompok kontrol. Dalam pembagian
perempuan, antara lain pertumbuhan payudara kelompok ini peneliti menggunakan teknik
dan kedatangan menstruasi yang pertama yang pengambilan sampel yang digunakan adalah
disebut dengan menarche (Khuzaiyah, 2015). sistematik random sampling. Pemilihan sampel
Penelitian ini merupakan jenis penelitian (enam), dimana untuk nama abjad bernomor
penelitian eksperimen semu (quasi experiment). eksperimen dan untuk nama abjad bernomor
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh genap dimasukkan ke dalam kelompok kontrol.
siswi kelas V dan VI (enam) di SDN 011 Responden dengan 2 kelompok eksperimen dan
Tanjungpinang Barat dengan jumlah 64 orang kontrol sesuai dengan kriteria inklusi dan
yang terdiri dari 4 kelas. Sampel yang bersedia menjadi responden, melakukan pretest
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pada kedua kelompok selama 15 menit dengan
penelitian ini adalah 64 siswi. Sebagai berikut: menggunakan media film dan leaflet selama 30
1) Responden terdaftar sebagai siswi kelas V kelompok kontrol, melakukan posttest pada
466
kesehatan responden dibagi menjadi 2 dengan beberapa pilihan jawaban kepada
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan responden. Dalam penelitian ini alat ukur yang
eksperimen dengan metode ceramah dengan Tingkat Pre (%) Post (%) P
menggunakan LCD dan leaflet dilakukan satu Kecemasan Test Test value
digunakan pada penelitian ini adalah dengan mayoritas responden pada kelompok
467
berat. Sesudah diberikan pendidikan Berat 1 3,1 0 0
value< α= 0,05) tingkat kecemasan, dapat mayoritas responden pada kelompok kontrol
ada pengaruh yang bermakna antara (53,1%) mengalami kecemasan sedang. Sama
menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan VI meningkat menjadi 17 responden (53,1%)
2. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan 0,487 (p value>α= 0,05) tingkat kecemasan,
Kecemasan Menghadapi Menarche Pada yang artinya tidak ada pengaruh yang
Tabel 2. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan kecemasan menghadapi menarche pada siswi
Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang
Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche
Barat.
Pada Kelompok Kontrol
Pembahasan
468
adalah hal yang wajar dan pasti dialami oleh menyatakan bahwa pengetahuan adalah
setiap perempuan normal hal ini akan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
menjadi masalah apabila remaja putri belum seseorang terhadap objek melalui indera
pernah mengetahui tentang menstruasi. yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
anggapan tanpa ada objek yang spesifik Dalam penelitian ini dapat
sehingga orang merasakan suatu perasaan dilihat bahwa sesudah siswi SDN 011
yang buruk akan terjadi dan pada umumnya kesehatan tentang menstruasi ternyata ada
bahwa tingkat kecemasan siswi SDN 011 kesehatan responden mengalami kecemasan
memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak (53,1%) dan sesudah diberikan pendidikan
17 responden (53,1%) dan kecemasan berat kesehatan, kecemasan berat sekali yang
sekali sebanyak 8 responden (25%) hal ini dialami oleh responden menjadi kecemasan
disebabkan karena ketidaktahuan responden berat sebanyak 0 responden (0%) dan terjadi
mengenai apa itu menstruasi dan cemas peningkatan yang awalnya responden
469
responden (43,%) dan kecemasan ringan Tanjungpinang Baratsetelah dilakukan
yang meliputi tanya jawab, dan memberikan sebagian besar responden baik pada
media film sebagai alat dalam memberikan kontrol memiliki tingkat kecemasan dalam
pendidikan kesehatan tentang menstruasi. kategori sedang dan berat. Kondisi ini
Namun hal ini akan semakin parah apabila tingkatan yaitu ringan, sedang, berat, berat
pengetahuan remaja mengenai menstruasi sekali (panik). Dari hasil penelitian setelah
ini sangat kurang dan pendidikan dari orang dilakukan posttest pada kelompok kontrol
tua yang kurang. Hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah responden yang
470
responden (53,1%), cemas berat 12 Kecemasan Pada Siswi SDN 011 Kelas
tingkat kecemasan pada kelompok kontrol Pada penelitian ini responden dibagi
lebih baik.Hal ini dibuktikan dari hasil yang eksperimen dan kelompok kontrol. Pada
sebelum dan sesudah tanpa diberikan tingkat kecemasan siswi SDN 011
cemas ringan dan cemas berat sebanyak 12 tentang menstruasi menggunakan media
responden (37,5%), selanjutnya pada visual yang singkat yang mudah dimengerti
posttest responden yang mengalami cemas oleh responden. Dari hasil penelitian pada
peningkatan menjadi cemas berat (53,1%). disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
di lingkungan keluarga itu sendiri karena menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan
pernah diadakan penyuluhan kesehatan atau Widyanto (2014), yang menyatakan bahwa
Menstruasi Terhadap Tingkat pada diri subjek tersebut sehingga hasil yang
471
persepsi dari subjek belajar. Dalam gagal ditolak yang artinya tidak ada
menstruasi dapat diberikan melalui pada siswi SDN 011 kelas V dan VI
siswi kelas V dan VI SDN Ardimulyo 3 yang masih tingkat dasar sehingga
siswi SDN 011 Kelas V dan VI sebagai hal yang tidak baik.
perubahan pada tingkat kecemasan kearah pendidikan yang dilakukan dengan cara
yang lebih baik pada pretest dan posttest. menyebarkan pesan menanamkan keyakinan
Hal ini terbukti dengan didapatkannya hasil sehingga sadar, tahu, dan mengerti, tetapi
472
kesehatan. Pendidikan kesehatan tentang kesehatan khususnya tentang kesehatan
informasi kepada siswi SD tentang sekolah dasar (SD) dimana pada tingkat ini
pengertian, tanda dan gejala menarche. remaja akan menghadapi masa pubertas. kepada
Dengan pemberian informasi tersebut remaja putri dapat membicarakan atau lebih
menarche meningkat dan dapat mengurangi orang tua, agar mendapatkan informasi yang
mempengaruhi persepsi remaja putri untuk Anwar, M. B, A., & Prabowo, P. (2011).Ilmu
473
Efendi, Ferry & Makhfudli. (2013). Laila, Nur Najmi. (2011). Buku Pintar
Ersiana.(2014). Hubungan Obesitas Dengan Alih Bahasa dr. Felici Sidartha dan dr.
Singosari. Cipta
Khuzaiyah, Siti. (2015). The Secret Of Teens Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Guide Book For Teen Mengatasi Masa Perestroika, Grhasta Dian.(2011). Pengaruh
Kusmiran, Eny, (2012). Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Putri Kelas VII SMPN 2
474
dengan mengontrol pengaruh variabel Soetjiningsih.(2004). Tumbuh Kembang
Riau
475
PENGARUH REBUSAN BELIMBING WULUH TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI POSYANDU LANSIA CAMAR PUSKESMAS SEI JANG
TANJUNGPINANG
ABSTRAK
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut
DEPKES hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis. Di KEPRI khususnya
di Tanjungpinang hipertensi merupakan penyakit terbesar ke-2. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
rebusan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap penurunan tekanan darah, dengan metode Quasi Experimen
menggunakan rancangan Non Equivalent Control Group. Sample dalam penelitian ini sebanyak 18 responden
wanita yang dibagi menjadi dua kelompok: 9 responden eksperimen dan 9 responden kontrol. Rebusan belimbing
wuluh diberikan 1kali sehari sebanyak 200 ml selama 7 hari. Hasil yang diperoleh menunjukan adanya pengaruh
rebusan belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah, dengan menggunakan uji Wilcoxon Test
.menunjukan nilai 𝜌 responden eksperimen = 0,025 (< 0,05), nilai 𝜌 responden kontrol = 0,317 (> 0,05).
Disimpulkan bahwa rebusan belimbing wuluh berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah.
ABSTRACT
Hypertension is increase in systolic blood pressure 140 mm Hg or diastolic blood pressure of 90 mmHg .
According the Department of Health hypertension is a leading cause of death after stroke and tuberculosis 3 . In
KEPRI especially Tanjungpinang hypertension is a disease of the 2nd largest . This study aims to determine the
effect of stew starfruit ( Averrhoa bilimbi ) to decrease blood pressure , with Quasi Experiment method using a
design Non Equivalent Control Group. Samples in this study were 18 female respondents divided into two groups
: 9 respondents experimental and 9 respondents control . Starfruit decoction is given once a day as much as 2oo
ml for 7 days. The results obtained show the influence of starfruit stew to decrease blood pressure , using the
Wilcoxon test . Shows the experimental value of ρ = 0.025 respondents ( < 0.05 ) , the value ρ = 0.317 control
respondents ( > 0.05 ) . It was concluded that the decoction starfruit effect on blood pressure reduction
476
Endang R. Sedyaningsih, Dr. PH, ketika psikologis, stress dan ketegangan bisa
Hypertension pada hari ini, Sabtu, 13 Februari Pemerintah Indonesia telah memberikan
darah (hipertensi) terjadi seiring bertambahnya termasuk hipertensi. Hal ini dapat dilihat
umur terutama setelah umur 40 tahun (Depkes, dengan dibentuknya Direktorat Pengendalian
2006). Sejalan dengan proses pertambahan Penyakit Tidak Menular berdasarkan Peraturan
umur, resiko seseorang terkena penyakit Menteri Kesehatan No. 1575 Tahun
kardiovaskuler meningkat. Hal ini dikarenakan 2005 dalam melaksanakan pencegahan dan
berhubungan dengan fungsi sistem tersebut mellitus dan penyakit metabolik, kanker,
(Pattel dalam Kartikawati, 2008). Survei penyakit kronik dan penyakit generatif lainnya
epidemiologi menunjukan bahwa umur serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.
terjadinya penyakit kardiovaskuler termasuk hipertensi berbagai upaya telah dilakukan, yaitu
berkembang setelah umur mencapai 45 tahun pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian
dinding arteri yang menyebabkan hilangnya specific). Memperkuat logistik dan distribusi
elastisitas pembuluh darah), keturunan, untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung
bertambahnya jumlah darah yang dipompa dan pembuluh darah termasuk hipertens.
kejantung, penyakit ginjal, kelenjer adrenal dan Meningkatkan surveilans epidemiologi dan
477
serta memperkuat jejaring serta monitoring dan Jawa dan Bali sebesar 22,24% dan Sumatra
terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di terdahulu pada tahun 2012, di dapatkan data
Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak satu dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
milyar orang didunia atau satu dari empat orang yang berbasis puskesmas sentinel pada tahun
dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, 2009-2010 terjadi penurunan signifikan. Pada
diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan tahun 2009 penderita hipertensi masih
meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun menduduki peringkat pertama untuk penyakit
2025. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa tidak menular yang banyak diderita oleh
dihampir semua Negara mengalami penyakit penduduk Kepulauan Riau dengan persentase
hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk 64%. Namun data pada 2010 terjadi penurunan
dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas jumlah persentase dimana untuk tahun 2010
utama yang status kesehatannya akan menjadi menjadi 54,7% (P2PL, Dinkes Provinsi KEPRI,
lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya 2010). Menurut data IPKM DINKES Provinsi
adalah 21,7%. Prevalensi di Vietnam pada 13,04%, Kabupaten Lingga kedua denga
tahun 2004 mencapai 34,5%. Thailand (1989) persentase 10,04%, dan peringkat terakhir Kota
17%. Malaysia (1996) 29, 9 %. Filipina (1993) Batam dengan 5,47% (DINKES KEPRI dalam
dilakukan oleh Puslitbang dan Kebijakan Tanjungpinang pada tahun 2011 hipertensi
Kesehatan (2008), hasilnya menunjukan bahwa menduduki peringkat kedua dari daftar penyakit
34,9% penduduk Indonesia terkena hipertensi. paling sering terjadi dengan jumlah kejadian
Prevalensi terbesar terdapat propinsi Kepulauan 11.448 kejadian. Pada tahun 2012 terjadi
Riau sebesar 45,0%. Papua sebesar 24,7%. penurunan jumlah kejadian menjadi 8.718
478
kejadian, namun hipertensi masih menduduki dimasyarakat dengan benar akan dapat
peringkat kedua dari daftar penyakit paling menurunkan efek lebih lanjut, seperti penyakit
sering terjadi di Kota Tanjungpinang. Menurut jantung koroner, karena hipertensi merupakan
data bulanan kesakitan Dinas Kesehatan Kota faktor resiko penting penyebab penyakit
Tanjungpinang tahun 2012, Puskesmas Sei jang jantung koroner. Tujuan pengobatan hipertensi
menduduki peringkat pertama dengan jumlah saat ini adalah untuk menurunkan tekanan
1.389 kejadian. dan Puskesmas Kampung Bugis JNCV12 pengobatan non farmakologik
menduduki peringkat ketiga dengan jumlah didahulukan, jika gagal penderita hipertensi
kejadian 639 kejadian. Dari 1.769 kejadian harus menelan obat-obatan farmakologi seumur
hipertensi yang terjadi di Puskesmas Sei Jang hidup (Penerbit Buku Kompas, 2006)
1.479 kasus terjadi pada usia 45 tahun ke atas, Salah satu dari penanganan
dan 290 kasus terjadi pada usia di bawah 45 nonfarmakologis dalam menyembuhkan
tahun. (DINKES Kota Tanjungpinang, 2012). penyakit hipertensi yaitu terapi komplementer.
dari Puskesmas Sei Jang Kota Tanjugpinang pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan
dari tujuh posyandu lansia yang berada di terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif,
wilayah kerja Puskesmas Seijang, posyandu meditasi, terapi tawa, akupuntur, aroma terapi
lansia “Camar” yang memilki jumlah penderita dan refleksologi. Terapi herbal banyak
hipertensi terbanyak yaitu 24 orang, posyandu digunakan oleh masyarakat dalam menangani
lansia “Ananda” di peringkat kedua dengan 12 penyakit hipertensi dikarenakan memiliki efek
orang dan posyandu lansia “Asoka” diperingkat samping yang sedikit (Sustrani dalam
antara 17-22 persen, jadi mengobati hipertensi bawang putih, seledri, bunga rosella, belimbing
479
wuluh dan daun alpukat. Bawang putih dan BAHAN DAN METODE
Sedangkan bunga rosella dan belimbing wuluh Desain : Desain penelitian yang
memiliki rasa asam yang pada umumnya digunkan adalah Quasy Exsperiment dengan
kurang disukai oleh masyarakat. Daun alpukat rancangan penelitian Non Equivalent Control
(Rachdian dalam Hidayatullah, 2012). Namun Tempat dan Waktu : Penelitian ini dilakukan
Belimbing Wuluh jika di konsumsi dalam pada minggu ketiga bulan Juni tahun 2013
bentuk air rebusan dapat mengurangi rasa asam selama satu minggu yaitu dari tanggal 17
Yuni Herlinawati (2006), mengatakan Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang
memiliki khasiat kesehatan luar biasa, penyakit Sampel : Sampel yang digunakan diambil
yang bisa diatasi oleh Belimbing Wuluh menggunakan tehnik Purposive Sampling
meliputi diabetes mellitus, rematik, hipertensi, dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang
gondongan, cacar air, wasir, penurunan dengan rincian 10 orang sebagai kelompok
kolesterol, pencegahan kanker dan pelancar eksperimen dan 10 orang sebagai kelompok
Belimbing Wuluh menstabilkan tekanan darah. penderita hipertensi yang berada di wilayah
Berdasarkan uraian di atas peneliti kerja posyandu lansia camar puskesmas sei jang
langsung untuk mengetahui pengaruh rebusan perempuan dan yang menderita hipertensi
penurunan tekanan darah pada penderita Alat ukur : Alat ukur pada penelitian ini yaitu
Camar Puskesamas Sei Jang Kota Sphygmomanometer adalah alat mekanik yang
480
Tekanan responden pada kelompok eksperimen No Kategori F (%)
belimbing wuluh setiap dua hari sekali selama • 45-59 Tahun 4 44,4%
481
• 60-69 Tahun akhir (post test) yang dilakukan uji kemaknaan
• Sedang 4 44,4%
Tekanan Kelompok Kelompok Stati
• Berat 1 11,2%
darah Eksperime Kontrol stik
Jumlah 9 100%
n
F % F % 𝝆
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
Normal 0 0% 0 0% 0,80
karakteristik responden kelompok control
Tinggi 4
sebagian besar berumur 60-69 tahun sebanyak
1
HASIL
Hipertens 0 0% 11,2%
Analisa Perbedaan Tekanan Darah
i Berat
Dalam analisa ini bertujuan untuk
Jumlah 9 100% 9 100%
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
482
(55,6%), sedangkan sebagian besar tekanan Berdasarkan table di atas dapat diketahui
darah kelompok kontrol pada pemeriksaan awal sebagian besar tekanan darah kelompok
(pre test) adalah hipertensi ringan sebanyak eksperimen pada pemeriksaan akhir (post test)
empat orang (44,4%) dan hipetensi berat adalah hipertensi ringan yaitu sebanyak enam
sebanyak empat orang (44,4%), kemudian orang (66,7%), sedangkan sebagian besar
didapat hasil uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,804. tekanan darah kelompok kontrol pada
Tabel 4. Analisa Perbedaan Tekanan pemeriksaan akhir (post test) adalah hipertensi
Darah Kelompok Eksperimen dan Kelompok ringan sebanyak lima orang (55,6%), kemudian
Kontrol pada Pengukuran Akhir (Post Test)
didapat uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,203.
Hipertensi 0 0% 1 11,1%
F % F % 𝝆
483
Normal 0 0% 1 11,1% 0,04 Tekanan Sebelum Setelah Stati
F % F % 𝝆
Ringan Tinggi 7
Sedang si Ringan
Berat si Sedang
pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post Jumlah 9 100% 9 100%
terdapat empat orang (44,4%) yang menderita Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
hipertensi ringan dan lima orang (55,6%) yang tekanan darah kelompok kontrol pada
menderita hipertensi sedang, sedangkan pada pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post
pemeriksaan akhir (post test) terdapat satu test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test)
orang (11,1%) memiliki tekanan darah normal terdapat empat orang (44,4%) yang menderita
tinggi, enam orang (66,7%) menderita hipertensi ringan, empat orang (44,4%)
hipertensi ringan dan dua orang (22,2%) menderita hipertensi sedang dan satu orang
menderita hipertensi sedang, kemudian didapat (11,2%) menderita hipertensi berat, sedangkan
hasil uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,046. pada pemeriksaan akhir (post test) terdapat lima
Tabel 6. Analisis Pengaruh Rebusan orang (55,6%) menderita hipertensi ringan, tiga
Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan orang (33,3%) hipertensi sedang, dan satu orang
Darah pada Kelompok Kontrol
(11,2%) menderita hipertensi berat, kemudian
484
didapat hasil uji statistik kemaknaan dengan Analisa Perbedaan Tekanan Darah
Responden pada penelitian ini termasuk (pre test) yang didapat nilai 𝜌 > 0,05 yaitu =
dalam batasan usia pertengahan (middle age = 0,804, membuktikan tidak terdapat perbedaan
45-59 tahun), lanjut usia (elderly = 60-69 yang signifikan tekanan darah kelompok
tahun), dan usia lanjut tua (old = >70 tahun) eksperimen dan kontrol pada pemeriksaan awal
sangat rentan untuk terkena penyakit hipertensi. Pada tabel 4 dapat diketahui hasil analisa
Pada umumnya peningkatan tekanan darah perbedaan tekanan darah kelompok eksperimen
(hipertensi) terjadi seiring bertambahnya umur dan kontrol pada pemeriksaan akhir (post test)
terutama setelah umur 40 tahun (Depkes, 2006). yang didapat nilai 𝜌 > 0,05 yaitu = 0,203,
Sejalan dengan proses pertambahan umur, membuktikan tidak terdapat perbedaan yang
kardiovaskuler meningkat, hal ini dikarenakan eksperimen dan kelompok kontrol pada
berhubungan dengan fungsi sistem tersebut 4 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
menunjukan adanya kesesuaian dengan survei kontrol pada pemeriksaan awal (pre test) dan
epidemiologi yang menunjukan bahwa umur pemeriksaan akhir (post test) . Tidak
merupakan satu dari prediktor terkuat terdapatnya hasil perbedaan tekanan darah
terjadinya penyakit kardiovaskuler termasuk yang besar (signifikan) dapat dikaitkan dengan
hipertensi. Faktor resiko penyakit hipertensi teori yang mengatakan bahwa terapi herbal
berkembang setelah umur mencapai 45 tahun akan memberikan efek atau manfaat yang besar
(Black dalam Kartikawati, 2008). jika diberikan dalam jangka waktu yang
485
panjang panjang (Astawan dalam Hidayatullah, tekanan darah yang signifikan terhadap
Analisa Pengaruh Rebusan (pre test) dan pemeriksaan akhir (post test), dan
Pada tabel 5 dapat diketahui hasil analisa signifikan terhadap kelompok kontrol pada
pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap pemeriksan awal (pre test) dan pemeriksaan
penurunan tekanan darah pada penderita akhir (post test), yang telah dibuktikan dengan
Puskesmas Sei Jang terhadap responden dimana didapat nilai 𝜌 pada kelompok
kelompok eksperimen (responden yang eksperimen lebih kecil (<) dari 0,05 dan nilai
diberikan terapi rebusan belimbing wuluh) yang lebih 𝜌 pada kelompok kontrol lebih besar (>)
didapat nilai 𝜌 < 0,05 yaitu = 0,046, dari 0,05, hasil ini sesuai dengan teori yang
membuktikan adanya perbedaan tekanan darah mengatakan bahwa penderita penyakit darah
yang signifikan pada pemeriksaan awal (pre tinggi pada umumnya kekurangan kalium,
test) dan pemeriksan akhir (post test). potassium, dan kalsium. Oleh karena itu,
pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap yang mengandung kalium, potasium, dan
penurunan tekanan darah pada penderita kalsium seperti yang tekandung dalam
hipertensi di Posyandu Lansia Camar belimbing wuluh merupakan cara yang tepat
Puskesmas Sei Jang pada responden kontrol untuk menurunkan tekanan darah tinggi (Nisa
adanya perbedaan tekanan darah yang Dalam penelitian ini peneliti menemukan
signifakan pada pemeriksaan awal (pre test) dan berbagai macam bentuk keterbatasan ketika
6 dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan penelitian ini tidak mendapatkan hasil yang
486
maksimal. Adapun keterbatasan tersebut adalah Kesimpulan
1. Dalam penelitian ini objek yang digunakan wuluh pada penderita hipertensi menunjukan
sebagai sampel adalah manusia sehingga adanya pengaruh terhadap penurunan tekanan
sangat sulit untuk melakukan kontrol yang darah pada penderita hipertensi, yaitu dapat
ketat terhadap faktor-faktor yang dapat dilihat dalam analisa uji kemaknaan yang
2. Penelitian ini merupakan penelitian herbal tekanan darah. Tekanan darah pada responden
atau alami yaitu salah satu cara mengontrol yang menderita hipertensi ringan, sedang, dan
tekanan darah tanpa mengunakan obat- berat mengalami penurunan. Hal ini di buktikan
obatan kimia, selain tidak memiliki efek dari hasil pengukuran tekanan darah responden
samping yang besar pengobatan herbal eksperimen yang diberikan terapi rebusan
merupakan pengobatan yang dapat member belimbing wuluh dan responden kontrol yang
efek yang besar dalam waktu yang lama, tidak diberikan terapi rebusan belimbing wuluh.
maka dalam penelitian ini kurang lamanya Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah
waktu pemberian terapi sehingga tidak terapi, dimana didapat hasil sebagai berikut:
menimbulkan efek yang begitu besar. a. Pada pengukuran awal (pre test) terhadap
3. Pada penelitian ini desain penelitian yang responden eksperimen dari sembilan orang
digunakan kurang tepat karna itu terdapat (100%) responden terdapat empat orang
beberapa kerancuan dari hasil penelitian ini. (44,4%) yang menderita hipertensi ringan
4. Pada penelitian tidak dilakukannya validitas dan lima orang (55,6%) yang menderita
pada akurasi alat ketika digunakan pada saat terjadi penurunan tekanan darah, yaitu
487
terdapat satu orang (11,1%) memiliki d. Berdasarkan analisa perbedaan tekanan
b. Pada pengukuran awal (pre test) terhadap kontrol dengan menggunakan uji statistic
(100%) responden terdapat empat orang pemeriksaan awal (pre test) = 0,804 (> 0,05)
(44,4%) yang menderita hipertensi ringan, dan nilai 𝜌 pada pemeriksaan akhir (post
empat orang (44,4%) yang menderita test) = 0,203, hal ini menunjukkan tidak
hipertensi sedang dan terdapat satu orang terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
(11,2%) yang menderita hipertensi berat. tekanan darah kelompok eksperimen dan
Pada pengukuran akhir (post test) tidak kontrol pada pemeriksaan awal (pre test) dan
488
mensosialisasikan atau memberikan http://www.depkes.go.id. Di akses: 5 April
pengobatan herbal dari jenis dan desain yang Tidak diterbitkan. STIKES Hang Tuah.
lama untuk dapat melihat pengaruh secara Guyton, Arthur C, (1990). Fisiologi Manusia
signifikan sehingga akan terus didapat hasil dan Mekanisme Penyakit Edisi 3.
d. Karna sudah terdapat beberapa penelitian Hariana, Arief, (2004). Tumbuhan Obat &
hipertensi seperti jus timun, air putih, pisang Swadaya, hal: 36-38.
dan termasuk rebusan belimbing wuluh, Herlinawati, Yuni , (2006). Terapi Jus Untuk
hal: 76.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayatullah, M Redha. (2012). Pengaruh Jus
Dharma, Kelana Kusuma, (2011). Metodelogi
Timun Terhadap Penurunan Tekanan
Penelitian Keperawatan. CV. Trans Info
Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Media: Jakarta Timur. hal: 197-204
Wilayah Kerja Puskesmas Panncur.
Depkes. (2010). Hipertensi Penyebab
Skripsi Tidak diterbitkan.
Kematian Nomor Tiga.
489
Tanjungpinang. STIKES Hang Tuah. Purwaningsih, Eko, (2007). Multiguna
Lathifah, Qurrotu A, (2008). Uji Efektifitas Laki-Laki Yang Perokok Dengan Bukan
Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Padang Pasir Kota Padang Tahun 2012.
dan TeknologiI. Universitas Islam Negeri Diakses 5 Maret 2013. Hal: 1-2
(UIN) Malang. Diakses 5 Maret 2013. Riyanto, (2009). Pengolahan dan Analisi Data
Penyembuhan Hipertensi Secara Alami. Sari, Wening, et al, (2008). Care youself,
Bogor: Bee Media AGRO, Hal: 9-19. hepatitis. Jakarta: Penebar Plus+, hal: 74.
Penerbit Buku Kompas, (2006). Rahasia Sehat Puskesmas Sei Jang Tahun 2012. Skripsi
Permadi, Adi, (2006). Tanaman Obat Pelancar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
24.
490
Soenanto, Hardi, (2009). 100 Resep Sembuhkan
hal: 52-53.
Tanjungpinang, hal:1-61.
1
Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah
Tanjungpinang.
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn
491
PENGARUH AIR REBUSAN LIDAH BUAYA TERHADAP
PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI JANG
TANJUNGPINANG TAHUN 2014
ABSTRAK
Diabetes Mellitus berasal dari kata Yunani diabainein yang berarti “tembus” atau “pancuran air”, mellitus yang
berarti “rasa manis”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air rebusan lidah buaya terhadap
penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tahun 2014.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode Pra eksperimen dan jenis pendekatan
yang digunakan adalah one group pretest postest tanpa kelompok kontrol. Jumlah populasi sebanyak 1393 orang
penderita Diabetes Mellitus dan sampel dengan teknik Purposive Sampling berjumlah 12 orang. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Wilcoxon. Hasil Penelitian yang
diperoleh yaitu kadar gula darah sebelum diberikan air rebusan lidah buaya didapatkan semua responden kadar
gula darah >200mg/dL sebanyak 12 orang (100%). Kadar gula darah sesudah diberikan air rebusan lidah buaya
didapatkan sebagian besar responden kadar gula darah <150mg/dL sebanyak 6 orang (50%).
ABSTRACT
Diabetes Mellitus comes from the Greek diabainein which means "hit" or "fountain ", mellitus which means
"sweet taste ". The aim of this research is to find out the influence decoction aloe vera to experienced the blood
sugar at patients with diabetes mellitus in the Community Health Center Sei Jang in 2014. Types of research that
is quantitative research with the method Pre experiments and type of approach that is used is one group pretest
postest without controls. Number of population as many as 1393 people with Diabetes Mellitus and samples with
Purposive sampling techniques %12 people. Instruments that used is sheets observation. Hypothesis test is trial
Wilcoxon. Results of research, the blood sugar level before given decoction aloe vera obtained all respondents
blood sugar level >200mg/dl as many as 12 people (100%). Blood sugar level after given decoction aloe vera
found most respondents blood sugar level <150mg/dl as much as 6 people (50%).
Keyword : Sweet Star Fruit and, Cucumber Therapy, The Decrease Blood Pressure of Hypertensive
492
adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus Meksiko 10,6 juta jiwa, dan Indonesia dengan
(DM) adalah hiperglikemia kronik disertai jumlah penderita DM sebanyak 7,6 juta jiwa,
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan saat ini Indonesia menempati peringkat ketujuh
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan terbanyak di dunia, lebih buruk dibanding tahun lalu
pembuluh darah, disertai lesi pada membran dimana Indonesia berada pada peringkat kesepuluh.
basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati
Soegondo menjelaskan, jika tidak diintervensi 2030 akan memiliki penyandang DM (diabetisi)
dengan baik DM menimbulkan komplikasi dan sebanyak 21,3 juta jiwa (Depkes, 2010).
antaranya luka yang sulit sembuh, bahkan bisa 2013 menunjukan tren penderita DM
terjadi pembusukan pada kaki dan berakibat meningkat. Ini seiring dengan juga
katarak dini, gagal ginjal, penyumbatan kegemukan yang juga terus meningkat yaitu
pembuluh darah jantung yang mengakibatkan dari 18,8% tahun 2007 menjadi 26.6% di 2013.
penyakit jantung koroner. Terjadi gangguan Obesitas pada perempuan cenderung lebih
saraf berupa kesemutan, baal, stroke, dan tinggi dibanding laki-laki. Perempuan
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2012 menjadi 19,7%. Kenaikan DM pun lebih tinggi
mengatakan penderita DM di seluruh dunia pada perempuan yaitu 7,7% sedangkan laki-laki
mencapai 371 juta orang. Posisi pertama adalah 5,6%. ( Depkes, 2013).
Cina dengan 92,3 juta penderita, India sebanyak Angka kejadian DM di provinsi
63 juta jiwa, Amerika Serikat 24,1 juta jiwa, Kepulauan Riau pada tahun 2011 menduduki
Brasil 13,4 juta jiwa, Rusia 12,7 juta jiwa, posisi ke 3 dengan jumlah angka kejadian
493
mencapai 2121, setelah Hipertensi dan Asma. jumlah kunjungan sebanyak 1393 (DINKES
Lingga 62 kasus, Natuna 230 kasus, Karimun dilakukan, mulai dari penanganan secara medis,
489 kasus, Bintan 337 kasus, dan pengaturan pola makan dan perbaikan pola
Tanjungpinang 1649 kasus (Dinkes Provinsi hidup dengan olahraga yang teratur, akupuntur,
setiap tahunnya meningkat dari tahun 2012 herbal. Penggunaan tanaman herbal di percaya
hingga tahun 2013. Penderita DM pada tahun dapat memperbaiki kondisi pasien DM dengan
2012 mencapai angka 1.785 orang, sementara konsumsi herbal yang teratur dibantu dengan
jumlah penderita DM pada tahun 2013 pola makan dan pola hidup yang teratur juga
pada tahun 2013 mencapai 3689. Berikut memperbaiki sistem tubuh yang rusak, yang
tahun 2013 di setiap Puskesmas di kota maka kesembuhan suatu penyakit termasuk DM
Tanjungpinang : Puskesmas Mekar Baru bukanlah hal yang tidak masuk akal. Saat ini
terdapat 150 kunjungan, Puskesmas Kampung sudah banyak tanaman bermanfaat untuk
Bugis 232 kunjungan, Puskesmas Melayu Kota melawan DM. Khasiat anti diabetik pada
Piring 294 kunjungan, Puskesmas Batu 10 tanaman tersebut telah dibuktikan secara ilmiah
sebanyak 371 kunjungan, Puskesmas Sei Jang maupun empiris. Beberapa herbal yang
Tanjungpinang Kota 1249 kunjungan. Dari data DM mulai fase penurunan kadar gula darah,
tersebut diketahui angka kunjungan tertinggi pengganti insulin, penyembuh luka atau
pada penderita DM di Kota Tanjungpinang gangren yang biasanya diderita oleh penderita
terdapat pada Puskesmas Sei Jang dengan DM ataupun untuk memperbaiki fungsi
pangkreas
494
diantaranya adalah mimba, lidah buaya, bradykininase, aloctin A. Aloe-emodin dan
ciplukan, daun sendok, tapak liman, mengkudu, rhein, serta polifenol berkhasiat sebagai laksatif
buncis, pare, bungur, duwet, kacang panjang, (pencahar/ urus-urus). Polisakarida sebagai
taoge, sambiloto, daun anting-anting, dan penyembuh luka dan dapat mengurangi reaksi
Salah satu tanaman herbal yang sangat Kandungan dari lidah buaya yang
bermanfaat dan berkhasiat dalam menurunkan dianggap mampu menurunkan kadar gula darah
kadar gula darah pada penderita DM dan adalah kromium, inositol, vitamin A, dan getah
komplikasinya adalah lidah buaya atau Aloe kering lidah buaya yang mengandung
ke Indonesia oleh bangsa Cina pada abad ke-17. atas, peneliti tertarik untuk melakukan
Semula pemanfaatan tanaman tersebut terbatas penelitian mengenai “ Apakah Ada Pengaruh
sebagai tanaman hias, ramuan obat-obat Air Rebusan Lidah Buaya terhadap Penurunan
tradisional, dan bahan kecantikan. Budidaya Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes
komersial dan perluasan penggunaan untuk Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sei Jang
Berdasarkan hasil penelitian, lidah buaya penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan
495
group pretest posttest yaitu rancangan tanpa lainnya. Alat pengumpulan data menggunakan
kelompok pembanding (kontrol) tetapi sudah lembar observasi yang di dapatkan dari hasil
Wilayah kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014 tiap variabel dalam hasil penelitian. Pada
berjumlah 1393 orang. Teknik sampling yang umumnya analisa ini hanya menghasilkan
digunakan pada penelitian ini adalah dengan distribusi dan presentasi tiap variabel yang
menggunakan teknik purposive sampling yaitu disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
dengan sampel pada penelitian ini berjumlah 12 1. Data gula darah sewaktu sebelum perlakuan
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Mei Tabel 1. Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu
sampai 10 Juni tahun 2014. Tempat penelitian Sebelum Perlakuan Pada Penderita Diabetes
496
08 253 mg/dl 04 169 mg/dl
05 144 mg/dl
09 465 mg/dl
06 207 mg/dl
10 378 mg/dl
07 132 mg/dl
09 210 mg/dl
12 349 mg/dl
10 153 mg/dl
11 92 mg/dl
Diabetes Mellitus dengan kadar gula darah Dari tabel 2 diatas, diketahui bahwa dari
sewaktu sebelum diberikan perlakuan diatas 12 orang penderita diabetes mellitus, dengan
normal (70-140 mg/dl). Kadar gula darah kadar gula darah sewaktu sesudah diberikan
sewaktu paling tinggi dari data tersebut adalah perlakuan. Kadar gula darah tertinggi yaitu
responden nomor 02 yaitu 482 mg/dl dan yang pada nomor responden 02 (219 mg/dl) dan
paling rendah adalah responden nomor 11 yaitu kadar gula darah terendah yaitu pada nomor 08
497
Berdasarkan data dari tabel 2 dan 3, 06 452 mg/dl 207 245
Uji Wilcoxon Test yang merupakan uji beda dua 07 386 mg/dl 132 254
mg/dl mg/dl
mg/dl mg/dl
Tabel 3. Distribusi adar Gula Darah
mg/dl mg/dl
disimpulkan ada pengaruh air rebusan lidah 255 mg/dl, responden 02 jumlah GDS 482
buaya terhadap penurunan kadar gula darah mg/dl, responden 03 jumlah GDS 317 mg/dl,
pada penderita diabetes mellitus di wilayah responden 04 jumlah GDS 414 mg/dl,
kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014. responden 05 jumlah GDS 303 mg/dl,
Setelah dilakukan penelitian awal pada responden 07 jumlah GDS 386 mg/dl,
penderita Diabetes Mellitus di Wilayah kerja responden 08 jumlah GDS 253 mg/dl,
Puskesmas Sei Jang terdapat 1393 jumlah responden 09 jumlah GDS 465 mg/dl,
kunjungan penderita Diabetes Mellitus. Dalam responden 10 jumlah GDS 378 mg/dl,
penelitian ini peneliti mengambil sampel responden 11 jumlah GDS 237 mg/dl,
sebanyak 12 orang yang berusia 45 – 65 tahun responden 12 jumlah GDS 349 mg/dl.
menggunakan desain one group pretest-postest, rebusan lidah buaya secara rutin pagi dan sore,
yaitu menjadikan perbandingan awal (pretest) dilakukan pengecekkan gula darah untuk
sebagai acuan perubahan setelah dilakukan melihat sudah sampai sejauh mana penurunan
Sebelum memberikan terapi air rebusan bertujuan untuk mengurangi resiko yang
lidah buaya peneliti melakukan pengecekkan mungkin terjadi seperti penurunan kadar gula
awal, ditemukan hasil kadar gula darah darah yang berlebihan, dan dapat menyebabkan
nilai normal yaitu >140 mg/dl. Menurut ADA diri, mual dan muntah-muntah.
(2009) terlepas dari waktu setelah makan, kadar Pada pengecekkan terakhir hari ke 15
gula darah sewaktu 200 mg/dl (11,1 mmol/L) terjadi penurunan kadar gula darah, dari 12
atau lebih tinggi menunjukkan diabetes, responden yang telah berhasil mengalami
terutama bila digabungkan dengan salah satu penurunan yang diharapkan, didapati 6
tanda dan gejala diabetes, seperti sering kencing responden dari 12 responden yang
499
– 140 mg/ dl. Pada nomor responden 01 jumlah Dari distribusi sebelum dan sesudah
GDS 255 menjadi 125 mg/dl, responden 02 pemberian air rebusan lidah buaya dapat dilihat
jumlah GDS 482 menjadi 219 mg/dl, responden perbedaan penurunan yang signifikan hal ini
03 jumlah GDS 317 menjadi 137 mg/dl, sesuai dengan teori yang dijelaskan dalam buku
responden 04 jumlah GDS 414 menjadi 169 Wijoyo (2012) bahwa lidah buaya merupakan
mg/dl, responden 05 jumlah GDS 303 menjadi obat tradisional dalam mengobati diabetes
144 mg/dl, responden 06 jumlah GDS 452 mellitus. Sedangkan menurut Duke (2002)
menjadi 207 mg/dl, responden 07 jumlah GDS kandungan yang dimiliki lidah buaya yaitu
386 menjadi 132 mg/dl, responden 08 jumlah saponin yang bersifat anti bakteri dan jamur
GDS 253 menjadi 87 mg/dl, responden 09 serta mengurangi penyerapan glukosa pada
jumlah GDS 465 menjadi 210 mg/dl, responden tubuh, flavonoid untuk meningkatkan produksi
10 jumlah GDS 378 menjadi 153 mg/dl, insulin dan meregenerasi pulau Langerhans
responden 11 jumlah GDS 237 menjadi 92 Pankreas terutama sel β, polifenol sebagai anti
mg/dl, responden 12 jumlah GDS 349 menjadi histamine atau anti alergi.
hasil yang sangat baik dengan jumlah ρ Value mendapatkan hasil yang diharapkan, dimana
adalah 0.02, jika ρ lebih kecil maka Ho ditolak. telah terjadi penurunan kadar gula darah,
Dengan demikian ada pengaruh air rebusan sehingga ada pengaruh dari air rebusan lidah
lidah buaya terhadap penurunan kadar gula buaya. Dari 12 responden yang telah berhasil
wilayah kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014. didapati 6 responden dari 12 responden yang
Hasil penelitian di atas sejalan dengan penurunannya mencapai angka normal yaitu 70
penilitian yang telah dilakukan oleh Mustofa – 140 mg/dl dan 6 orang responden berhasil
(2012) dan Endang (2006) bahwa lidah buaya mengalami penurunan kadar gula darah
berpengaruh untuk menurunkan kadar gula meskipun tidak mencapai angka normal.
500
diharapkan serta maksimal karena air rebusan Perlu dikembangkan penelitian yang
lidah buaya telah mampu menurunkan kadar serupa untuk mengetahui dosis pasti untuk
gula darah pada 12 responden. Hal ini dapat di menentukan seberapa besar dosis yang
buktikan berdasarkan hasil penelitian : diberikan untuk pasien dengan jumlah kadar
1. Sebelum diberikan air rebusan lidah buaya gula darah yang berbeda untuk mencapai hasil
2. Setelah diberikan air rebusan lidah buaya Terapi Herbal Berantas Berbagai
terjadi penurunan pada penderita kadar gula Penyakit Berat. Yogyakarta: Najah.
darah tinggi, berkisar antara 87 mg/dl Anonim, (2001). Plant Remidies Aloe Vera
12 orang responden penderita diabete Chan, Arifin, (2013). Pengaruh Air Rebusan
jika masyarakat tahu cara pengolahannya. Depkes. (2013). Wanita Lebih cenderung
darah pada penderita diabetes mellitus pada saat DetikHealth, (2014). Waspada Sering Lapar,
501
Diabetes. www.detik.com. Di akses: 10 Misnadiarly, (2006). Diabetes Mellitus
Djubaedah, E. (2003). Pengolahan lidah buaya Penurunan Kadar Glukosa Darah pada
Furnawanthi, Irni, (2002). Khasiat dan Manfaat Obat untuk Diabetes. Jakarta: Dunia
Jatnika, Ajat & Saptoningsih. (2009). 1001 Herbal tanpa Dokter. Yogyakarta:
502
Sari, Kumala Ruma, O.L, (2006). Pemanfaatan
Yogyakarta: B First.
Metodologi Riset
Keperawatan.Tanjungpinang: STIKES
Hang Tuah.
Indonesia
1.
Mahasiswa STIKES Hang Tuah
503
PENGARUH JUS TOMAT PLUM TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA POSYANDU LANSIA CAMAR TANJUNGPINANG
ABSTRAK
Hipertensi tidak dapat diremehkan, karena dampaknya dapat mengancam keselamatan jiwa. Tomat merupakan
bahan makanan tinggi asam folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan kalium dalam 100 gram tomat adalah 360
mg. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jus tomat plum terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia camar Tanjungpinang. Jenis penelitian ini adalah eksperimen
semu dengan rancangan non equivalent control group. Jumlah populasi sebanyak 20 orang dan sampel dipilih 10
orang menggunakan purposive sampling dengan tekanan darah 140-160 mmHg. Analisis data menggunakan uji
wilcoxon dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai z hitung sebesar -2.000 dengan
signifikansi 0,046 < 0,05. Data ini menunjukkan bahwa ada pengaruh jus tomat plum terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Disarankan agar penggunaan jus tomat plum dapat lebih dikenalkan lagi kepada
penderita hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia camar Tanjungpinang.
ABSTRACT
Hypertension can not be underestimated, because the impact can be life threatening. Tomato is a food ingredient
with high folic acid, vitamin c, and potassium. The potassium content in 100 gram tomato is 360 mg. Objective
this studi is to know the effect of tomato juice to the decrease blood pressure in patient with hypertension at
working area of Camar elderly service post Tanjungpinang. This studi is an quasi experiment with non equivalent
control group design. Total Population is 20 people, and sample choise 10 people use purposive sampling with
blood pressure 140-160 mmHg. Analysis of data using a wilcoxon test with significance level 0,05. Based on
analysis resulting z observation -2.000 with significance of 0,046 < 0,05. These data show there is influence of
tomato juice to the decrease blood pressure in patient with hypertension. It is recommended to use more tomato
juice was introduced again to the patient with hypertension at working area Camar elderly service Post
Tanjungpinang.
504
%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak gaya hidup masyarakat seperti merokok,
Sementara kawasan Amerika menempati posisi tinggi kadar lemak, asupan natrium yang tinggi,
buncit dengan 35 %. Di kawasan Asia kurangnya asupan kalium dan serat. Selain
menderita hipertensi. Kemudian menurut tinggi juga dapat di obati secara herbal, dimana
Khancit (perwakilan WHO untuk Indonesia) yang dibutuhkan adalah buah-buahan, sayur-
pada tahun 2011 mencatat ada satu miliar sayuran, daun-daunan, dan akar-akaran yang
Penderita hipertensi di Indonesia sendiri Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam
prevalensinya terus terjadi peningkatan. Hasil folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) kalium dalam 100 gram tomat adalah 360 mg.
pada tahun 2004 27,5 % tercatat menderita Kalium dapat menurunkan tekanan darah
hipertensi. Selanjutnya hasil Riset Kesehatan dengan mengurangi natrium dalam urine dan
Dasar (RISKESDAS) yang dilakukan Badan air dengan cara yang sama seperti deuretic.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Hasil penelitian tahun 2004 pada pasien
prevelensi hipertensi secara nasional mencapai penurunan tekanan sistolik 10,28 mmHg dan
31,7%. Diperkirakan meningkat lagi menjadi diastolik 3,49 mmHg dengan melakukan
37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada intervensi menggunakan jus tomat yang terbuat
tahun 2025. Data Kementrian Kesehatan RI dari 150 gram tomat buah dan 5 gram gula pasir
menunjukkan pada tahun 2009 prevalensi dengan lama intervensi 2 hari berturut-turut
hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat (Gunawan IZ et al, 2005). Sementara itu,
menjadi 34,1% pada tahun 2010. penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan
tergantung pada keadaan, akan meningkat saat pemberian 200 ml jus tomat (lycopersium
aktivitas fisik, emosi, dan stres, dan turun commune) sebanyak satu kali dalam sehari
selama tidur. Hipertensi juga berkaitan dengan selama 7 hari berpengaruh terhadap penurunan
505
tekanan darah sistolik sebesar 11.76 mmHg METODE
(84%) dan tekanan darah diastolik sebesar 8.82 Desain penelitian yang digunakan pada
mmHg (96%) pada wanita postmenopause penelitian ini berupa desain penelitian
Pada tahun 2011 jumlah penderita quasi eksperiment ) dimana desain penelitian ini
hipertensi di wilayah Provinsi Kepri yakni merupakan suatu metode penelitian yang
sebanyak, Bintan 13%, Karimun 12%, Lingga menguji coba suatu intervensi pada sekelompok
6%, Batam 7%, Natuna 15% dan subjek dengan atau kelompok pembanding
kesehatan kota Tanjungpinang pada tahun perlakuan atau kontrol ( Dharma, 2011).
2012, hipertensi menempati urutan kedua dalam Rancangan penelitian ini menggunakan
daftar 10 penyakit terbesar yang ada di wilayah rancangan non equivalent control group yaitu
kerja puskesmas diantaranya puskesmas KM. dalam rancangan ini, pengelompokan anggota
10 sebanyak 11%, puskesmas Kp. Bugis 13%, sampel pada kelompok eksperimen dan
puskesmas Mekar Baru 3%, Puskesmas Kota kelompok kontrol tidak dilakukan secara
Piring 10 %, Puskesmas Pancur 28% dan random atau acak ( Notoatmodjo, 2010).
puskesmas Sei jang memiliki jumlah warga Populasi, sampel dan teknik
sebesar 35%. Sedangkan, data penderita Populasi dalam penilitian ini mencakup
hipertensi di puskesmas Sei Jang tahun 2013 semua Lansia yang terdaftar di posyandu lansia
periode bulan Januari yakni sebanyak 154 CAMAR Tanjungpinang, yang berjumlah 20
diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan purposive sampling yang merupakan pemilihan
penelitian tentang “ Pengaruh Jus Tomat Plum sampel yang di kehendaki peneliti sehingga
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada sempel tersebut dapat mewakili karakteristik
506
(Notoatmodjo, 2010). Sampel berjumlah 10, diberi terapi jus tomat plum. Dari tabel tersebut
dimana 5 sampel sebagai kelompok eksperimen dapat dilihat bahwa sebelum diberi terapi jus
dan 5 orang sebagai kelompok kontrol. tomat plum dari 5 orang responden seluruhnya
Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Distribusi Tekanan Darah Pre Test Terapi Jus
Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun hipertensi pada kelompok kontrol saat pretest.
1 normal 0 0 Tabel 3
507
No Kriteria F % dilakukan post test dari 5 orang responden 40%
Tabel 6
tekanan darah pada penderita hipertensi pada
Analisis Pengaruh Jus Tomat Plum
kelompok kontrol saat post test. Dari tabel
TerhadapTekanan Darah Pada Penderita
tersebut dapat dilihat bahwa pada saat
508
Hipertensi Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja responden mengalami hipertensi katagori tinggi
509
Tomat dapat menurunkan tekanan darah normal dengan melakukan berbagai macam
tinggi secara alami karena mengandung cara. Contohnya, dengan mengonsumsi obat-
magnesium dan kalsium yang tinggi. Selain itu, obatan yang diresepkan dokter, dengan cara
tomat juga merupakan sumber likopen handal mengonsumsi buah-buhan dan sayuran yang
yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan dapat menurunkan tekanan darah, menerapkan
darah. Likopen adalah karotenoid yang tidak pola pikir seimbang, menerapkan pola hidup
memiliki efektivitas sebagai pro vitamin A, sehat dan lain-lain (Nisa, 2012).
bagi kesehatan. Pigmen merah-jingga ini D. Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap
merupakan antioksidan yang sangat baik untuk Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
melindungi sel dari radikal bebas yang larut Hipertensi Kelompok Eksperimen Di
dalam lemak, termasuk peroksida lipid yang Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar
C. Tekanan Darah Post Test Pada Penderita data didapat hasil 0,046 (p < 0,05), ini
Tekanan darah pada penderita hipertensi jus tomat plum terhadap penurunan tekanan
kelompok kontrol saat pos test mayoritas masih darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
bertekanan darah katagori tinggi, dikarenakan posyandu lansia camar Tanjungpinang tahun
memang dilakukan secara teratur dan diberikan ada pengaruh positif pemberian jus tomat plum
selama hidupnya. Bila tidak diobati, dalam terhadap penurunan tekanan darah. Tomat yang
jangka waktu yang lama bisa mengakibatkan diberikan untuk terapi adalah tomat jenis plum.
komplikasi atau sakit yang lebih parah Tomat plum dipilih karena umumnya tomat
Penderita penyakit darah tinggi dapat yang membutuhkan waktu memasak yang
menurunkan tekanan darahnya pada keadaaan relatif lama seperti membuat saos tomat dan
510
diolah sebagai jus tomat. Jus tomat yang Penelitian serupa juga dilakukan di
diberikan yaitu sebanyak 200ml dengan Wonorejo. Penelitian ini dilakukan selama 2
kekentalan 60% selama 7 hari sekali satu kali. hari dan responden diukur tekanan darahnya 5
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa menit sebelum konsumsi jus tomat, dan 30, 60,
Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam 90 menit setelah konsumsi jus tomat. Hasil uji
folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan kalium analisa statistik menunjukkan ada pengaruh
dalam 100 gram tomat adalah 360 mg. Kalium pemberian jus tomat terhadap penurunan
dapat menurunkan tekanan darah dengan tekanan darah sistolik dan diastolik dan
mengurangi natrium dalam urine dan air dengan penurunan terbesar pada 30 menit setelah
cara yang sama seperti deuretic ( Nisa, 2012). pemberian jus tomat (Raharjo, 2007).
Hasil penelitian ini didukung oleh E. Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap
penelitian lainnya seperti penelitian pada tahun Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
2004 pada pasien hipertensi rawat jalan di Hipertensi Kelompok kontrol Di Wilayah
sistolik 10,28 mmHg dan diastolik 3,49 mmHg Tanjungpinang Tahun 2013
dengan melakukan intervensi menggunakan jus Hasil yang diperoleh dari pengolahan
tomat yang terbuat dari 150 gram tomat buah data kelompok kontrol didapat hasil 0,317 (p <
dan 5 gram gula pasir dengan lama intervensi 2 0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada
hari berturut-turut (Gunawan IZ et al, 2005). pengaruh pemberian jus tomat plum terhadap
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh penurunan tekanan darah pada penderita
Lestari dan Ningsih (2010) menunjukkan hasil hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia
bahwa pemberian 200 ml jus tomat camar Tanjungpinang tahun 2013. Tidak
(lycopersium commune) sebanyak satu kali adanya pengaruh pemberian jus tomat plum
dalam sehari selama 7 hari berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada
sebesar 11.76 mmHg (84%) dan tekanan darah dikarenakan pada kelompok ini tidak diberikan
diastolik sebesar 8.82 mmHg (96%) pada perlakuan (terapi jus tomat plum) kelompok ini
511
KESIMPULAN DAN SARAN Dahlan M Sopiyudin, (2009). Statistik
512
3
Lidia Wati, S.Kep, Ns, Soni Hendra S.Kep, Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn
Ns, & Nur Meity S.A, S.Kep, Ns, STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
M.Kep, CWT (2013). Panduan
Penyusunan Metodologi Riset
Keperawatan. Tanjungpinang.
Stikes Hang Tuah.
1
Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah
Tanjungpinang.
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn
513
PEDOMAN BAGI PENULIS
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Umum
Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan
belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah
tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik
penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.
Petunjuk Penulisan
1. Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset
keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas :
Pendahuluan : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian.
Metodologi : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara
pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan
grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang
disajikan dalam tabel atau gambar.
Hasil : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil
Dan Pembahasan tersebut dengan penelitian lain.
Daftar Pustaka : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil
tersebut dengan penelitian lain.
2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci;
pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama;
kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk).
3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan
alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal
40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang.
4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan
inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan
kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang
aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada
halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel
yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea.
5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan
tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah.
6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di
lampiri referensi.
7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber
pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh:
(Novia, 2009:12).
8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association).
9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi
ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi
nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir.
10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam
bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII,
Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang
Tuah di sertai tanda tangan penulis.
Jenis Artikel
Penelitian
Ulasan artikel
Ringkasan
Laporan kasus
Penelitian klinis
Tinjauan pustaka
Lembar Metodologi
Halaman Judul
Judul Artikel
Nama lengkap penulis
Tingkat pendidikan penulis
Asal institusi penulis
Alamat lengkap penulis
Abstrak
Abstrak dalam Bahasa Indonesia
Abstrak dalam Bahasa Inggris
Kata kunci dalam Bahasa Indonesia
Kata kunci dalam Bahasa Inggris
Teks
Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan
Pendahuluan
Bahan dan Cara
Hasil
Diskusi
Kesimpulan
Kepustakaan
Soft Copy
………………………………. Tgl…………………20………..
FORMULIR BERLANGGANAN
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Nama :………………………………………………………………………………………
Mahasiswa
Individu
Instansi
Alamat :……………………………………………….......................................................................
…………………………………………………………………...............................
Telp: …………………………………………………..............................................
Pelanggan