Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TBC (TUBERCULOSIS)


(Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan tugas Praktik Klinik
Klinik Medikal Bedah)
Dosen Pembimbing :
Anri, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh :
SABILLAH AZZAHARA
191FK01106
TINGKAT 2B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2021
A. Definisi
Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang
sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru-paru namun dapat
juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang
yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan cepat
mati jika terpapar sinar matahari langsung namun dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin, 2012).

Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya


mengenai paru- paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Bakteri ini ditularkan oleh droplet nucleus, droplet yang ditularkan melalui
udara dihasilkan ketika orang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau
bernyanyi (Priscilla, 2012).

Tuberculosis paru merupakan infeksi yang menyerang parenkim


paru- paru. Penyakit ini dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru dan berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekan
parsial oksigen tinggi. (Somantri, 2012) (Hood Alsagaff, 1995:73) dalam
(Wijaya & Putri, 2013)

Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang ditularkan
belalui droplet, sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru-paru
namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya seperti meningen,
ginjal, tulang, dan nodus limfe.
B. Etiologi

Penyebab penyakit Tuberculosis disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar saat penderita batuk
atau bersin dan orang lain menghirup droplet yang dikeluarkan
mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium
tuberculosis ada dimana – mana dan dapat ditularkan dari orang ke orang
melalui udara dan terhirup oleh individu yang rentan. (Kardiyudiani &
Susanti, 2019)

C. Patofisiologi
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara
langsung dari penderita penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan
demikian, penularan penyakit tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat
antara penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di
dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebaran penyakit
tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit
tuberculosis. Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang dihasilkan
dari batuk dapat melayang di udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam
tergantung ada atau tidaknya sinar matahari serta kualitas ventilasi ruangan
dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat
bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Jika droplet terhirup
oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan masuk ke system
pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan. Droplet besar
akan terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet
kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada predileksi
lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil
tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi primer berupa tempat
pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan
memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar
melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan
dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, sehingga berkurang
atau tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrophage. Karena
fungsi dari macrofage adalah membunuh kuman atau basil apabila
prosesini berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh
dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya
menurun pada saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam
jaringan paru- paru dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar
kepala jarum). Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah besar dan
bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul perkejuan di tempat
tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan saat
penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien
akan batuk darah (hemaptoe). (Djojodibroto, 2014).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
1. Gejala respiratorik
1) Batuk: Gejala batuk dapat timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non
produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah
ada kerusakan jaringan
2) Batuk darah : Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tmpak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan
darah ataudarah segar dalam jumlah banyal. Batuk darah terjadi
karena pecahnya pembuluh darah
2. Gejala sistemik
1) Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul
pada sore hari mirip dengan demam influenza.
2) Gejala sistemik lain : keringat pada malam hari, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi : Gambaran thorax menunjukkan adanya lesi
berupa infiltrat, fibroinfiltrat/ fibrosis, konsolidasi/ kalsivikasi,
tuberkuloma, dan kavitas.
2. Bronchografi : Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
3. Laboratorium :
1) Darah : leukositosis/ leukopenia, LED meningkat
2) Sputum : BTA S/P/S, kultur sputum gram sensitivity, sputum
media LJ, DST, GeneXpert
3) Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil
tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan
untuk Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu :
1. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol,
Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi
dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar
penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
2. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin,
Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).

H. Fokus Pengkajian
Anamnesis
1) Identitas Diri Pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-
lain
2) Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta
pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
a. Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan,
apakah betuk bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur
darah
b. Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak,
berupa garis atau bercak-bercak darah
c. Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura,
pneumotoraks, anemia, dll.
d. Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB

3) Keluhan Sistematis
a. Demam
keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari
atau pada malam hari mirip dengan influenza
b. Keluhan Sistematis Lain
keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan dan malaise

Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang :


a. Keadaan pernapasan (napas pendek)
b. Nyeri dada
c. Batuk, dan
d. Sputum
2) Kesehatan Dahulu :
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan
pembedahan
3) Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan
TB

Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat
disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan tekanan darah
biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
2) Breathing Inspeksi :
a. Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru
biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat adanya
penurunan proporsi anterior-posterior bading proporsi diameter
lateral
b. Batuk dan sputum
Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dan
sekresi sputum yang purulen
 Palpasi :
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru
tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada
biasanya normal dan seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya
penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya ditemukan pada
klien TB Paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.

 Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan
atau sonor pada seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi
efusi pleura didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang
sakit sesuai dengan akumulasi cairan

 Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang
sakit
1) Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien
tampak wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan
pengkajian pada mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada
TB Paru yang hemaptu, dan ikterik pada pasien TB Paru dengan
gangguan fungsi hati.
2) Bledder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan.
Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal
syok.
3) Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan
4) Bone
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala
yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap.
5) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala : Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada
benjolan/tidak, simetris/tidak
b. Rambut : Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut
c. Wajah : Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak
d. Sistem Penglihatan : Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva
anemia/tidak, sclera ikterik/tidak )
e. Wicara dan THT
a) Wicara : Kaji fungsi wicara, perubahan suara,afasia, dysfonia
b) THT
 Inspeksi hidung : kaji adanya obtruksi/tidak,
simetris/tidak,ada secret/tidak
 Telinga : Kaji Telinga Luar bersih/tidak, membran
tympani, ada secret/tidak
 Palpasi : Kaji THT ada/tidak nyeri tekan lokasi dan
penjalaran

I. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental,
kelemahan upaya batuk buruk
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan
kekurangan upaya batuk
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efek paru. Kerusakan membran di alveolar, kapiler, sekret kevtal dan
tebal
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
6. Gangguan pada istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan
batuk
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat
oksigenasi untuk aktivitas
8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan tindakan dan
pencegahan berhubungan dengan jalan interpretasi inibrasi,
keterbatasan kognitif
9. Resiko tinggi infeksi terhadap penyebaran berhubungan dengan
pertahan primer adekuat, kerusakan jaringan penakanan proses
inflamasi, malnutrisi
J. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Intervensi


Tujuan Tindakan Rasional
1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji fungsi pernafasan 1) Peningkatan bunyi
efektif b.d sekret kental, keperawatan 1X24jam Klien contoh bunyi nafas, nafas dapat
kelemahan upaya batuk memperoleh jalan nafas kecepatan, irama, dan menunjukkan
buruk efektif kriteria hasil : kelemahan dan atelektasis, ronchi,
1) pasien dapat penggunaan otot mengi
mempertahankan jalan bantu. menunjukkan
nafas dan akumulasi
mengeluarkan sekret sekret/ketidakmam
tanpa bantuan puan untuk
membersihkan jalan
nafas yang dapat
menimbulkan
penggunaan otot
akseseri pernafasan
dan peningkatan
kerja
pernafasan.pasien
2) Pengeluaran sulit
2) Catat kemampuan bila sekret sangat
untuk mengeluarkan tebal sputum
mukosa batuk efektif, berdarah
catat karakter, jumlah kental/darah cerah
sputum, adanya (misal efek infeksi,
hemoptysis atau tidak kuatnya
hidrasi).
3) Posisi membantu
3) Berikan klien posisi memaksimalkan
semi atau fowler tinggi ekspansi paru dan
menurunkan upaya
pernafasan
4) Mencegah obstruksi
4) Bersihkan sekret dari respirasi,
mulut dan trakea, penghisapan dapat
penghisapan sesuai diperlukan bila
keperluan pasien tidak mampu
mengeluarkan
sekret.
2. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji kualitas dan 1) Kecepatan biasanya
sekresi mukopurulen dan keperawatan 1X24jam Klien kedalaman pernafasan meningkat, dispnea
kekurangan upaya batuk pola nafas kembali aktif penggunaan otot terjadi peningkatan
dengan kriteria hasil : aksesoris, catat setiap kerja nafas, kedalaman
1) dispnea berkurang perubahan pernafasan dan
2) Frekuensi bervariasi tergantung
3) Irama dan kedalaman derajat gagal nafas.
dan pernafasan normal 2) Kaji kualitas sputum, 2) Adanya sputum yang
warna, bau dan tebal, kental, berdarah
konsistensi dan purulen diduga
terjadi sebagai masalah
sekunder.

3) Baringkan klien untuk 3) Posisi duduk


mengoptimalkan memungkinkan
pernafasan (semi ekspansi paru
fowler) maksimal upaya batuk
untuk memobilisasi dan
membuang sekret.

3. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji dispnea, takipnea, 1) TB paru menyebabkan
b.d penurunan permukaan keperawatan 1X24jam tidak tidak normal atau efek luas pada paru dari
efek paru, kerusakan ada tanda-tanda dispnea, menurunnya bunyi bagian kecil
membran alveolar, kapiler, dengan kriteria hasil : nafas, peningkatan bronkopneumonia
sekret kental dan tebal 1) Melaporkan adanya upaya pernafasan, sampai inflamasi difus
penurunan dyspnea terbatasnya ekspansi luas nekrosis effure
2) Menunjukkan dinding dada dan pleural untuk fibrosis
perbaikan ventilasi dan kelemahan. luas.
O2 jaringan adekuat
dengan AGP dalam 2) Tingkatkan tirah 2) Menurunkan konsumsi
rentang normal, baring / batasi aktivitas oksigen/kebutuhan
3) Bebas dari gejala, dan bantu aktivitas selama periode
distres pernafasan. pasien sesuai penurunan pernafasan
keperluan dapat menurunkan
beratnya gejala.
3) Membuat tahanan
3) Tunjukkan/dorong melawan udara luar
bernafas untuk mencegah kolaps
dengaan bibir atau penyempitan jalan
selama nafas, sehingga
endikasi, khususnya membantu
untuk pasien dengan menyebarkan udara
fibrosis atau kerusakan melalui paru dan
parenkim menghilangkan atau
menurunkan nafas
pendek.
4) Mencegah pengeringan
membran mukosa,
4) Kolaborasi medis membantu pengenceran
dengan pemeriksaan sekret.
ACP dan pemberian
oksigen
4. Peningkatan suhu tubuh Setelah dilakukan tindakan 1) Pantau suhu tubuh 1) Sebagai indikator untk
b.d proses peradangan keperawatan 1X24jam Suhu mengetahui status
tubuh kembali normal, dengan hipertermi
kriteria hasil : 2) Anjurkan untuk 2) Dalam kondisi demam
1) Suhu tubuh dalam mempertahanan terjadi peningkatan
rentang normal (360 C masukan cairan evaporasi yang memicu
- 370 C) adekuat untuk timbulnya dehidrasi
3) Berikan kompres 3) Menghambat pusat
hangat pada lipatan simpatis dan
ketiak dan femur hipotalamus sehingga
terjadi vasodilatasi
kulit dengan
merangsang kelenjar
keringat untuk
mengurangi panas
tubuh melalui
penguapan
4) Anjurkan pasin untuk 4) Kondisi kulit yang
memakai pakaian yang mengalami lembab
menyerap keringat memicu timbulnya
pertumbuhan jamur.
Juga akan mngurangi
kenyamanan pasien.
5) Kolaborasi pemberian 5) Mengurangi panas
antipiretik dengan farmakologis

5. Perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan 1) Catat status nutrisi 1) Berguna dalam
dari kebutuhan tubuh b.d keperawatan 1X24jam pasien dari mendefinisikan
kelemahan, anoreksia, kebutuhan nutrisi terpenuhi penerimaan, catat derajat/luasnya
ketidakcukupan nutrisi (tidak terjadi perubahan turgor kulit, berat masalah dan pilihan
nutrisi), dengan kriteria hasil : badan dan derajat intervensi yang tepat
1) Pasien menunjukkan kekurangannya berat
peningkatan berat badan, riwayat mual
badan dan melakukan atau muntah, diare.
perilaku atau 2) Pastikan pada diet 2) membantu dalam
perubahan pola hidup. biasa pasien yang mengidentifikasi
disukai atau tidak kebutuhan
disukai. pertimbangan
keinginan individu
dapat memperbaiki
masukan diet
3) Selidiki anoreksia, 3) Dapat mempengaruhi
mual dan muntah dan pilihan diet dan
catat kemungkinan mengidentifikasi area
hubungan dengan pemecahan masalah
obat, awasi frekuensi, untuk meningkatkan
volume konsistensi pemasukan atau
feces. penggunaan nutrien.
4) Dorong makan sedikit 4) Masukan nutrisi tanpa
dan sering dengan kelemahan yang tidak
makanan tinggi perlu atau kebutuhan
protein. energi dari makan
makanan banyak dari
menurunkan iritasi
gaster
5) Kolaborasi, rujuk ke 5) bantuan dalam
ahli diet untuk perencanaan diet
menentukan dengan nutrisi adekuat
komposisi diet. untuk kebutuhan
metabolik dan diet.
K. Evaluasi

Tanggal & jam No.D SOAP Paraf


P
29 Januari 2021 1 S : Klien mengatakan sudah Sabillah.A
09. 10 Bisa mempertahankan
jalan nafas
O : Klien sudah bisa
mengeluarkan secret tanpa
bantua
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
29 Januari 2021 S : Klien mengatakan sudah
10.00 2 Tidak kesulitan dalam
bernafas
O:
-R : 20x/menit
- Irama pernafasan klien
dan kedalam pernafasan
klien terlihat normal
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
29 Januari 2021 3 S : Klien mengatakan sudah
13.00 Bisa bernafas dengan
normal
O:
-R : 20x/menit
- Perbaikan ventilasi dan
O2 jaringan adekuat
dengan AGP dalam
rentang normal
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai