Anda di halaman 1dari 3

EPIDEMIOLOGI KLINIK

“STUDI OBSERVASIONAL”

OLEH

Nama : Ni Putu Ayu Natalia Dewi

NIM : 18071014

Dosen Pengampu : Putu Ika Farmani, S.KM., S.Pd., M.Kes

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

DENPASAR

2020
1. Berikan pendapat anda dari 3 model studi observasional yang telah dijelaskan, desain
manakah yang paling baik?
Jawab:
Model studi observasional yang dijelaskan yaitu Cross Sectional, Case Control dan
Cohort. Menurut saya, dari ketiga model studi observasional tersebut desain yang paling
baik digunakan adalah Cross Sectional. Studi observasional Cross Sectional digunakan
untuk mengukur prevalensi penyakit dan sering disebut dengan studi prevalensi.
Kelebihan pada penelitian Cross-Sectional yaitu pada studi ini relative murah, dah hasil
yang diperoleh cepat sehingga memungkinkan menggunakan populasi dari masyarakat
umum, dapat meneliti banyak variabel bersamaan, tidak banyak kasus yang terdrop-out,
dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama kasus kohort atau eksperimen serta tidak
menggunakan biaya sama sekali. Namun kekurangan penelitian ini adalah sulit dalam
menentukan sebab dan akibat karena biaya pengambilan risiko dan efek pada saat yang
bersamaan, studi prevalensinya lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai masa
sakit yang panjang daripada masa sakit yang pendek, dibutuhkan jumlah subjek yang
cukup banyak dan tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insiden maupun prognosis
serta tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, memungkinkan terjadinya
bias prevalensi atau bias insiden.
2. Studi observasional manakah yang paling mendekati dengan karakteristik studi
eksperimen? Jelaskan dengan alasan kalian!
Jawab:
Desain Penelitian Eskperimen merupakan salah satu prosedur penelitian kuantitatif yang
bertujuan untuk mengetahui dampak treatmen terhadap outcome, pada subjek penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian experiment ini yaitu : untuk menemukan hubungan sebab
akibat atau kausalitas dan untuk memberikan treatment/intervensi untuk peroleh hasil
yang diinginkan
Menurut saya, dari ketiga studi observasional yang paling mendekati karakteristik studi
eksperimen adalah Studi Cohort. Studi Cohort adalah desain yang terbaik dalam
menentukan insiden dan perjalanan penyakit/efek yg diteliti dan dalam menjelaskan
dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek secara temporal. Sebagaimana
tujuan dari penelitian experimental yaitu menemukan hubungan sebab akibat/kausalitas,
desain cohort dapat digunakan untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor
risiko tertentu. Pada studi Cohort, pengamatan dilakukan secara berkelanjutan dan
longitudinal sehinggs desain ini memiliki kekuatan andal untuk meneliti berbagai
masalah kesehatan yang semakin meningkat. Selain itu, dalam pengerjaannya desain ini
mengumpulkan data tentang “exposure”, mengamati outcome, dan melakukan analisis
data. Melalui beberapa tahapan tersebut desain cohort dapat memberikan
treatment/intervensi untuk peroleh hasil yang diinginkan sebagaimana tujuan dari
penelitian experimental.
3. Dalam konteks double blind, menurut anda siapa yang mengetahui tentang siapa yang
menjadi kelompok intervensi dan kontrol?
Jawab:
Double blind merupakan sebuah metode pengujian produk baru, biasanya obat-obatan, di
mana baik orang yang mencoba produk maupun orang-orang yang memberikan
pengobatan tidak tahu siapa yang diberi produk yang nyata dan siapa yang diberi plasebo
(obat kosong). Pada metode ini, peneliti maupun responden atau responden dan pengolah
data (statistisian) tidak mengetahui status responden apakah termasuk dalam kelompok
intervensi atau non-intervensi. Contohnya metode pengujian terhadap produk baru seperti
obat-obatan, dimana baik orang yang baru mencoba produk A maupun orang-orang yang
memberikan pengobatan tidak tahu siapa yang diberi produk A yang nyata dan siapa
yang diberi plasebo (obat kosong).

Anda mungkin juga menyukai