Anda di halaman 1dari 14

PEMERIKSAAN HIDROQUINON PADA SAMPEL KOSMETIKA SECARA

SPEKTROFOTOMETRI

A. Tujuan
Untuk mengetahui hidroquinon pada sampel kosmetika secara spektrofotometri.
B. Dasar Teori
Bahan pengawet yang biasa digunakan dalam kosmetik bertujuan untuk membuat kosmetik
lebih tahan lama selama proses distribusi dan penyimpanan. Adapun senyawa yang sering
digunakan antara lain metil paraben (metil 4-hidroksibenzoat), etil paraben (etil 4-
hidroksibenzoat), propil paraben (propil 4-hidroksibenzoat), dan butil paraben (butil 4-
hidroksibenzoat). Golongan paraben efektif dalam rentang pH yang lebar dan mempunyai
aktivitas antimicrobial spektrum luas, akan tetapi aktivitasnya paling efektif melawan
jamur dan khamir. Aktivitas antimicrobial meningkat dengan semakin panjangnya rantai
alkil, namun kelarutan dalam air akan menurun, oleh karena itu kombinasi dari golongan
paraben sering dipakai agar menjadi lebih efektif (Rowe et al., 2009).
C. Bahan
Sampel : yang digunakan pada penelitian ini adalah sediaan krim racikan dokter dan krim
pencerah wajah.
Bahan kimia : yang digunakan methanol p.a., aquades, dan standar hidrokuinon.
D. Instrumentasi
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari peralatan gelas yaitu, spatula,
pipet volume, labu ukur 25ml, dan beaker glass 50 ml. Alat – alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah spektrofotometer UV dan neraca analitik.
E. Prosedur
 Pembuatan Larutan Standar Induk 40 ppm

Pertama – tama disiapkan alat dan bahan yang diperlukan, kemudian bubuk hidroquinon
ditimbang sebanyak 40 mg, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan aquadest
sampai tanda batas dan dihomogenkan.

 Pembuatan Larutan Standar 2 ppm


Setelah larutan standar induk 40 ppm dibuat, selanjutnya dipipet larutan standar induk 40
ppm sebanyak 0,25 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. selanjutnya ditambahkan
methanol sampai tanda batas dan dihomogenkan.

 Analisis Sampel

Setelah membuat larutan standar 4 ppm, selanjutnya ditimbang sampel krim pencerah
wajah sebanyak 0,05 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan dilarutkan dengan sedikit
methanol. Jika sudah, disaring dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, setalah itu
ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Dihomogenkan dan dianalisis pada spektrofotometer
pada Panjang gelombang 263 nm dengan methanol sebagai blanko.

Persamaan : y = 0,0119x – 0,0011


Sampel Kelompok 2
y = 0,0119x – 0,0011
0,248 = 0,0119x – 0,0011
0,248+0,0011
x =
0,0119
0,2491
x =
0,0119
x = 20,93
Persentase Kadar Hidroquinon pada Sampel
Konsentrasi Hidroquinondalam Sampel
% Hidroquinon = x 100 %
Konsentrasi Sampel
22,63
= x 100 %
2000
= 0,0113 x 100 %
= 1,13 %
Kadar Hidroquinon pada Sampel
Kadar Hidroquinon = % Hidroquinon x Berat sampel
= 1,13 % x 0,05 g
= 0,00056 g
= 0,56 mg
Jadi kadar hidroquinon yang terkandung dalam sampel krim wajah dengan merk Krim
Dokter HN adalah 1,13 % atau setara dengan 0,56 mg hidroquinon..
PEMERIKSAAN PESTISIDA DENGAN GAS CHROMATOGRAPHY MASS
SPECTROMETRY (GC/MS)

A. Tujuan
Untuk menegetahui analisis pestisida pada sayuran dengan gas chromatography mass
spectrometry (GC/MS).
Prinsip dari pemeriksaan kadar pestisida pada sayur ini adalah sayuran yang telah
dipotong kecil – kecil akan diesktraksi dengan pelarut N – Hexane selama satu jam, dielusi
dengan N – Hexane, eluatnya diuapkan pada blower yang kemudian dianalisis pada alat
GC – MS guna mengetahui kadar pestisida di dalam sayur tersebut.
B. Dasar Teori
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menurunkan residu pestisida organofosfat dalam
beberapa bahan pangan, menunjukkan hasil terjadinya penurunan residu pestisida
profenofos pada cabai merah dengan perlakuan dicuci air, air panas dan deterjen pencuci
buah (Sembiring, 2011), penurunan residu profenofos pada cabai merah setelah pencucian
dengan air (Ningsih, 2009), dan penurunan residu pestisida metidation pada tomat dengan
perlakuan dicuci deterjen, dicuci air suling dan direbus (Atmawidjaja et al., 2004).
C. Bahan
Sampel : sayur
Bahan Kimia : etil asetat, natrium sulfat anhidrat, baku pestisida metidation.
D. Intrumentasi
Alat pencincang, penyaring vakum, alat rotary evaporator, corong pisah, seperangkat
instrumen gas chromatography yang dilengkapi dengan detektor fotometri nyala dan alat
perekam kromatogram, generator hidrogen Whatman 25-32, pompa udara, kolom OV-17
panjang 1,2 m dan diameter 3 mm, alat gelas umum yang biasa dipakai di laboratorium
analisis, timbangan analitik listrik, dan blender.
E. Prosedur

Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan pestisida pada sayuran.
Sampel sayuran dipotong kecil-kecil, kemudian ditimbang sebanyak 2-5 gram menggunakan alas
beaker glass. Sampel diekstraksi menggunakan pelarut n-hexane sebanyak 10 mL selama 1 jam
(didiamkan selama 1 jam). Selanjutnya disiapkan kolom SPE. Kertas saring whatman dipotong
seukuran dengan lubang pada kolom SPE. Kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam kolom
SPE hingga menutupi lubang kecil di bawah kolom. Ditambahkan silika ekstrolut sampai ¾ kolom
SPE. Sampel yang telah diekstrak dimasukkan ke dalam kolom SPE. Ekstrak tersebut kemudian
dielusi dengan n-hexane sebanyak 5 mL hingga keluar eluatnya dari kolom SPE. Dan eluat tersebut
diuapkan pada blower atau lemari asam kemudian diencerkan dengan 500 µL n-hexane. Sampel
kemudian dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf. Selanjutnya sampel diinjeksikan ke dalam alat
GC-MS menggunakan syringe. Setelah diperoleh hasil analisis, dicatat dan dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus.
%
No
Kelompok Kelimpaha Kandungan
.
n
0,214 % Tridecane
1,044 % Tetradecene, Cyclopropane
Kelompok 1 (Sayur Octadecenoic acid,
1. 1,349 %
Kol) Dimethyldodecane
4,774 % Cetene, Hexadecene
8,444 % Phenol
8,227 % Heptadecenal, Octadecene
2,688 % Benzopyran
2,642 % Oxaspiro, Octadecenoic acid
Eicosene, Heptadecenal,
2. Kelompok 2 (Wortel) 4,578 % Pentafluoropropionic acid,
Pentadecyl ester
Docosene, Tetracosanol,
2,744 %
Nonadecanol
3. Kelompok 3 (Kacang Cyclotetracosane,
Panjang) 2,368 % Heptafluorobutyric acid, Ester,
Heneicosanol
11,861 % Phthalate
Hexacosene, Octadecene,
5,311 %
Tricosene
11,068 % Cyclopentadecanone,
Hexacosene, Nonadecen
acetate
Octadecenoic acid,
3,315 % Octadecenal, Octadecenoic
acid, Ethyl ester
Octadecenoic acid,
8,465 % Octadecenal, Docosenoic acid,
Methyl ester
Nonadecene, Ethanol,
5,099 %
Cyclotetracosane
Octadecenoic acid, Ethyl ester,
8,414 %
Kelompok 4 (Sayur Hexadecenal, Oleic acid
4.
Hijau) Octadecenoic acid,
2,622 %
Octadecenal, Oleic acid
Octadecenoic acid,
3,858 %
Octadecenal
Octadecenoic acid,
0,917 % Droxypropyl ester, Vaccenic
acid, Octadecenal

PEMERIKSAAN PARASETAMOL PADA JAMU KOMERSIAL


BERBENTUK SERBUK
A. Tujuan
Untuk mengetahui analisis parasetamol pada jamu komersial berbentuk serbuk.
Pada praktikum ini, zat yang diukur adalah zat parasetamol yang sebelumnya telah melalui proses
hidrolisis dengan asam (H2SO4) sehingga berubahb menjadi p – aminofenol. Zat p – aminofenol dapat
dibaca secara langsung pada alat spektrofotometer karena pada p – aminofenol terdapat gugus kromofor.
Pada pengukuran digunakan Panjang gelombang maksimal yang bertujuan untuk menghasilkan hasil
dengan akurasi yang tinggi dengan tingkat kesalahan yang kecil.
B. Dasar Teori

Parasetamol merupakan zat aktif pada obat yang banyak digunakan dan dimanfaatkan
sebagai analgesik dan antipiretik. Parasetamol dimetabolisir oleh hati dan dikeluarkan melalui
ginjal. Parasetamol tidak merangsang selaput lendir lambung atau menimbulkan pendarahan
pada saluran cerna. Diduga mekanisme kerjanya adalah menghambat pembentukan
prostaglandin. Obat ini digunakan untuk melenyapkan atau meredakan rasa nyeri dan
menurunkan panas tubuh. Analisis parasetamol dilakukan untuk memastikan bahwa tablet
parasetamol sesuai dengan kriteria yang tertera pada Farmakope Indonesia dan memastikan
bahwa parasetamol dapat memberikan efek farmakologi yang diharapkan pada pasien (Ansel,
1989)

C. Bahan Kimia

Metanol, Akuades, Standar parasetamol

D. Instrumentasi

Beakerglass, Gelas ukur, Spatula, Spektrofotometer

E. Prosedur Kerja
A. Pembuatan Larutan Standar Parasetamol

Pertama, disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dibuat larutan pengencer yaitu
Methanol 50% dengan cara dipipet larutan methanol sebanyak 50 ml ke dalam labu ukur 100 ml.
Kemudian diencerkan dengan aquades hingga volumenya mencapai tanda batas (perbandingan
1 : 1) lalu dihomogenkan. Selanjutnya dibuat larutan induk yaitu larutan Standar 25 ppm dengan
cara ditimbang 2,5 gr bubuk paracetamol PA dan dilarutkan dengan dan larutan pengencer yaitu
methanol 50%. Dimasukkan standar tersebut ke dalam labu ukur 100 ml lalu ditambahkan lagi
methanol 50% hingga tanda batas lalu dihomogenkan. Kemudian dari larutan induk tersebut
dibuat standar 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm dan 8 ppm dalam labu ukur 5 ml dengan cara sebagai
berikut :

a) Standar 8 ppm : 1,6 ml larutan baku standar 25 ppm dimasukkan dalam labu ukur 5 ml
+ methanol 50% hingga tanda batas
b) Standar 4 ppm : 0,8 ml larutan baku standar 25 ppm dimasukkan dalam labu ukur 5 ml +
methanol 50% hingga tanda batas
c) Standar 2 ppm : 0,4 ml larutan baku standar 25 ppm dimasukkan dalam labu ukur 5 ml +
methanol 50% hingga tanda batas
d) Standar 1 ppm : 0,2 ml larutan baku standar 25 ppm dimasukkan dalam labu ukur 5 ml +
methanol 50% hingga tanda batas
B. Preparasi dan Pemeriksaan Sampel

Pertama, alat dan bahan disiapkan di atas meja kerja. Serbuk jamu ditimbang sebanyak
0,04 gr menggunakan alas kaca arloji. Sampel yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan
sedikit methanol 50% dalam beaker glass. Sebelum sampel dimasukkan ke dalam labu ukur,
sampel disaring terlebih dahulu menggunakan kertas saring. Kemudian sampel dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 ml dan ditambahkan larutan methanol 50% hingga mencapai tanda batas lalu
dihomogenkan. Sampel dan standar yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam kuvet dan
diperiksa pada spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 246nm. Hasil absorbansi
sampel dan standar dicatat.

Kelompok 2 (Jamu Asam Urat – Asira)


Konsentrasi Sampel Dicari dengan Menggunakan Persamaan Regresi yang Didapat dari
Kurva Standar Paracetamol:
y = 0,016x – 0,005
0,558 = 0,016x – 0,005
0,016x = 0,558 + 0,005
0,016x = 0,563
x = 35,19 ppm
Persentase Kadar Paracetamol pada Sampel
Konsentrasi Paracetamol dalam Sampel
% Paracetamol = x 100 %
Konsentrasi Sampel
35,19
= x 100 %
2000
= 0,0176 x 100 %
= 1,76 %
Kadar Paracetamol pada Sampel
Kadar Paracetamol = % Paracetamol x Berat sampel
= 1,76 % x 0,02 g
= 0,00035 g
= 0,35 mg
Jadi kadar paracetamol yang terkandung dalam sampel jamu serbuk asam urat dengan
merk Asira adalah 1,76 % atau setara dengan 0,35 mg paracetamol.
PEMERIKSAAN KAFEIN DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
A. Tujuan
Mengetahui kandungan kafein dalam sampel teh dan membandingkannya dengan standar.

Prinsip dari pemeriksaan kafein dengan metode spektrofotometri UV-VIS adalah


senyawa yang menyerap cahya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai electron
yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang
lebih pendek. Jika radiasi elektromagnetik dilewatkan pad suatu media yang homogen, maka
Sebagian radiasi itu ada yang dipantulkan, absorpsi dan ada yang di transmisikan.

B. Dasar Teori
Spektrofotometri UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200 –
350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahayaUV atau
VIS (cahaya tampak) mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron
dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi
lebih tinggi.Panjang gelombang cahaya UV-VIS bergantung pada mudahnya
promosielektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk
promosielektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul
yangmemerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
panjang (Fernandez-Alba, 2005). Kafein dikenal sebagai trimethylxantine dengan rumus
kimia C8H10N4o2 dan termasuk jenis alkaloida. Bentuk alami kafein adalah Kristal putih,
prisma heksagonaldan dan berbobot molekul 194,19 dalton. Kafein memiliki titik leleh
2380C dan mengalami sublimasi pada suhu 1780c. Kafein terdapat secara alami pada biji
kopi, bijicoklat, daun teh serta cula nuts (Lestari, 2000).
C. Bahan
Sampel : Teh
D. Instrumentasi
Beaker glass, Spatula, Spektrofotometeri UV-VIS, Neraca analitik, Batang
pengaduk ,Corong, Erlenmeyer, Erlenmeyer double neck, Pompa, Labu ukur, Pipet tetes
Pipet volume
E. Prosedur
Pembuatan Larutan Standar
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dibuatkan larutan standar
induk kafein 20 ppm, lalu diencerkan menjadi larutan standar kafein 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm dan 8
ppm. Larutan standar 2 ppm dipipet sebanyak 0,5 mL kemudian diencerkan dengan aquadest
pada labu ukur 5 mL. Larutan standar 4 ppm dipipet sebanyak 1 mL kemudian diencerkan
dengan aquadest pada labu ukur 5 mL. Larutan standar 6 ppm dipipet sebanyak 1,5 mL
kemudian diencerkan dengan aquadest pada labu ukur 5 mL dan larutan standar 8 ppm dipipet
sebanyak 2 mL kemudian diencerkan dengan aquadest pada labu ukur 5 mL. Selanjutnya labu
ukur dikocok secara perlahan agar larutan standar dengan aquadest homogen.

Analisis Kandungan Kafein pada Sampel Minuman

Sampel teh ditimbang sebanyak 0,5 gr menggunakan alas kaca arloji lalu dimasukkan ke
beaker glass. Lalu ditimbang MgO ditimbang sebanyak 0,3 gr menggunakan alas kaca arloji lalu
ditambahkan ke sampel the dalam beaker glass. Kemudian ditambahkan aquadest kedalam
beaker glass sebanyak 100 mL kemudian diaduk. Sampel dipanaskan pada waterbath dengan
suhu 100oC selama 1 jam, kemudian setelah satu jam didinginkan pada suhu ruang. Lalu sampel
disaring dengan kertas saring whatman kemudia sampel dimasukkan ke dalam ukur 100 mL.
Sampel dalam labu ukur ditambahkan aquadest sampai tanda batas kemudian dihomogenkan.
Sampel dan larutan standar dianalisis menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 273 nm.

Konsentrasi Sampel Dicari dengan Menggunakan Persamaan Regresi yang Didapat dari
Kurva Standar Kafein:
y = 0,092x – 0,048
4,034 = 0,092x – 0,048
0,092x = 4,034 + 0,048
0,092x = 4,082
x = 44,37 ppm
Persentase Kadar Kafein pada Sampel
Konsentrasi Kafeindalam Sampel
% Kafein = x 100 %
Konsentrasi Sampel
44,37
= x 100 %
5000
= 0,0089 x 100 %
= 0,89 %
Kadar Kafein pada Sampel
Kadar Kafein = % Kafein x Berat sampel
= 0,89 % x 0,5 g
= 0,0044 g
= 4,4 mg
Jadi kadar kafein yang terkandung dalam sampel teh dengan merk Sari Wangi adalah
0,89 % atau setara dengan 4,4 mg kafein.

PEMERIKSAAN KADAR NIKOTIN ROKOK HERBAL


A. Tujuan
Untuk menegetahui kadar nikotin dalam rokok herbal.
B. Dasar Teori
Nikotin (C10H14N2), merupakan komponen aktif farmakologis yang utama dari
tembakau, Nicotiana tabacum, dan juga ditemukan dalam jumlah banyak pada spesies lain
dalam famili Solanaceae. Pada konsentrasi rendah nikotin bersifat merangsang (stimulan)
yakni nikotin meningkatkan aktivitas, kewaspadaan, dan memori, dan inilah yang
merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada sifat ketergantungan pada rokok
tembakau. Nikotin dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan mengurangi
nafsu makan. Pada dosis yang tinggi nikotin beraksi sebagai depresan/penekan (Satyajit,
2009).
METODE PRAKTIKUM

Metode Titrasi Asidimetri. Prinsip like dissolves like, suatu pelarut akan cenderung
melarutkan senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran yang sama. Pelarut polar akan
melarutkan senyawa polar dan sebaliknya.

PRINSIP PRAKTIKUM

Penambahan 20% NaOH pada penelitian sebagai pembasah pada tembakau rokok.
Pembasahan sebelum dilakukan penyarian dimaksudkan memberikan kesempatan sebesar-
besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori pada tembakau rokok sehingga
mempermudah penyarian selanjutnya. (Anonim, 1986)

N-hexane sebagai larutan penyari untuk mengekstraksi nikotin yang terdapat dalam
tembakau rokok. Didiamkan selama 1 jam untuk memberi waktu pada cairan penyari untuk
mengekstraksi nikotin dalam tembakau rokok. (Murdiyati, 2004)

Asidimetri adalah salah satu metode penetapan kadar dengan larutan standart asam
sebagai titrannya. Prinsip penetapannya adalah reaksi penetralan asam basa, nikotin yang
merupakan basa lemah bereaksi dengan HCl akan mengikat satu atom H + dan melepaskan ion
Cl- . Reaksi ini terjadi pada kisaran pH 6,0 - 6,2 sehingga dipakai indikator metal merah, titik
akhir titrasi diketahui dengan terbentukya warna merah konstan. (Murdiyati, 2004)

C. Bahan
Sampel : rokok herbal dan rokok konvensiona
Bahan Kimia : Sampel rokok, Aquadest, Latutan NaOH 20% Alkaholis, Larutan N - Hexane
D. Intrumentasi
Peralatan yang digunakan antara lain spektrofotometer UV-Vis, centrifuge, hotplate,
magnetic stirer, labu takar, gelas kimia, corong pisah, micropipet digunakan untuk
memindahkan, dan timbangan digital.
E. Prosedur
Pembuatan Larutan HCl 0,1 N

Pertama – tama dipersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, kemudian dipipet HCl
pekat sebanyak 0,84 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquadest
sampai tanda batas. Selanjutnya dihomogenkan agar tercampur.

Analisis Sampel

Setelah HCl 0,1 N dibuat, selanjutnya ditimbang sampel rokok sebanyak 0,5 gram dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian dimasukkan 0,5 mL larutan NaOH 20% alkoholis
dan 20 mL larutan N – Hexane ke dalam Erlenmeyer yang berisi sampel rokok. Selanjutnya
dihomogenkan, ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama satu jam. Diambil 5 mL
larutan jernih pada erlenmeyer yang berisi sampel rokok dan dipindahkan ke erlenmeyer yang
baru. Lalu diuapkan di waterbath sampai volumenya tersisa kurang lebih 1 mL, sampel yang
telah diuapkan ditambahkan aquadest hingga 5 mL dan ditambahkan satu tetes indicator metil
merah. Selanjutnya dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai berubah warna menjadi merah
muda dan dicatat volumenya.

Rumus :
Vol . Titrasi x Pengenceran x 0,162 x N HCl
% Nikotin : x 100 %
Berat Sampel
Kadar Nikotin : % Nikotin Rata – Rata x Berat Sampel
1) Sampel Kelompok 2
0,2 x 5 x 0,162 x 0,1
 % Nikotin I = x 100 %
1
0,0162
% Nikotin I = x 100 %
1
% Nikotin I = 1,62 %
0,3 x 5 x 0,162 x 0,1
 % Nikotin II = x 100 %
1
0,0243
% Nikotin II = x 100 %
1
% Nikotin II = 2,43 %
0,3 x 5 x 0,162 x 0,1
 % Nikotin III = x 100 %
1
0,0243
% Nikotin III = x 100 %
1
% Nikotin III = 2,43 %
1,62+ 2,43+ 2,43
 % Nikotin Rata - Rata = x 100 %
3
6,48
% Nikotin Rata - Rata = x 100 %
3
% Nikotin Rata – Rata= 2,16 %
 Kadar Nikotin = % Nikotin Rata – Rata x Berat Sampel
Kadar Nikotin = 2,16 % x 1
Kadar Nikotin = 0,0216 gram
PEMERIKSAAN LOGAM BERAT (Pb)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui kadar Timbal (Pb) yang terkandung dalam serum
2. Untuk mengetahui cara menganalisis kadar Timbal (Pb) pada serum
II. METODE PEMERIKSAAN
Metode yang digunakan pada sampel adalah destruksi basah dan dilanjutkan analisis pada
spektrofotometeri
III. PRINSIP PEMERIKSAAN
Prinsip dari pemeriksaan kadar timbal pada sampel darah ini adalah dilakukan destruksi
basah terlebih dahulu dengan menggunakan asam – asam kuat seperti asam nitrat 37% dan
asam nitrit 0,1 N yang kemudian analisis dengan Spektrofotometer Serapan Atom.
Bahan: Serum, Larutan Asam Nitrat 37 %, Larutan Asam Nitrat 0,1 N, Aquadest
PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Sampel Serum

Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan logam berat, kemudian
dilakukan pengambilan darah pada pekerja supir truk sebanyak 3 mL darah vena, darah yang sudah
diambil dimasukkan kedalam tabung darah tutup warna merah dan didiamkan sebentar sampai
darah membeku. Darah yang sudah beku di centrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 15
menit.
B. Persiapan Sampel Darah Metode Destruksi Basah
Serum darah dipipet sebanyak 500 µL dimasukkan kedalam beaker glass lalu didestruksi
dengan metode destruksi basah, selanjutnya ditambahkan asam nitrat 37% sebanyak 5 mL, dipantau
volumenya jangan sampai habis. Dilakukan penambahan asam nitrat 0,1 N sebanyak 5 mL. Sampel
didestruksi selama dua jam di atas hot plate sampai sampai dengan hilangnya uap putih pada sampel
dan larutan berwarna jernih. Larutan kemudian disaring dan diencerkan dengan akuades. Larutan
dipipet 200 µL lalu diencerkan dengan akuades sampai volume 10 mL (pengenceran 50 kali) Hal
yang sama dilakukan pada blanko dan larutan standar. Larutan standar yang dipergunkan adalah 0
ppm; 0,5 ppm; 2,0 ppm dan 4,0 ppm.
C. Analisis Sampel
Pemeriksaan sampel dilanjutkan dengan Spektrofotometer Serapan Atom.

 Sampel Kelompok 2
Kadar Pb = Konsentrasi Sampel x Pengenceran (50 kali)
Kadar Pb = 0,1357 x 50
Kadar Pb = 6,785 mg/L

Anda mungkin juga menyukai