BAB I
PENDAHULUAN
prevalensi 8,3 per 1000 penduduk dan menjadi penyebab kematian utama di
diperoleh Sulawesi Utara menempati urutan ke-4 dalam jumlah penderita stroke,
terapi yang sesuai, sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kematian yang
membuat sel- sel otak tidak mendapatkan makanan. Terhambatnya aliran darah
ke otak ini disebabkan dua hal, pembuluh darah tersumbat (stroke iskhemik)
dapat berdiri sendiri dalam 6 bulan dan 10% yang dapat berdiri sendiri setelah 30
hari kejadian. Sekitar 20-30% perdarahan akan bertambah dalam 24 jam dan ini
2
dapat diketahui dengan bertambah buruk keadaan umum penderita serta gejala
neurologis yang timbul. Insiden perdarahannya 8-15% dari semua stroke yang
terjadi di Amerika Serikat dan 20-30% di Jepang dan China diduga insidennya
stroke lebih sering pada usia yang lebih tinggi (Japardi, 2003).
adalah faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, ras, gender, genetik dan
riwayat transient ischemic attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang
(arteri yang melebar) yang pecah atau karena suatu penyakit. Penyakit yang
merupakan faktor reisiko yang kuat untuk terjadinya stroke hemoragik. Apabila
menipis dan rapuh. Bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik, maka tekanan
3
perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Pembuluh darah dapat pecah dan
meningkat. Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau satu dari empat orang dewasa
1,6 miliar orang menjelang tahun 2025 (Muhammadun, 2010). Menurut WHO
perbandingan 29,6% pada pria dan 28,1% pada wanita. Di Indonesia sendiri
pada orang berusia 25 tahun keatas menunjukan bahwa 30% pria dan 35% wanita
scan (CT scan). Pemeriksaan lain yang biasanya dibutuhkan adalah anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan vital sign seperti tekanan darah, frekuensi
4
pernafasan, suhu tubuh dan denyut nadi. Foto thorax penderita hipertensi
(Kirsch, 2011). Gambaran CT scan kasus stroke akan ditemukan lesi hiperdens
pada stroke hemoragik dan lesi hipodens pada stroke iskemik (Brown, 2000).
perumusan masalah dalam penilitian ini adalah “apakah terdapat hubungan antara
Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
berdasarkan umur.
mungkin agar hipertensi tidak berkembang menjadi stroke dan sebagai salah satu
hemoragik berdasarkan ct scan kepala di rumah sakit abdul moeloek tahun 2019.
stroke hemoragik (berdasarkan ct scan) kepala di rumah sakit abdul moeloek tahun
2019.
Jenis Penelitian ini bersifat survey analitik dengan metode cross sectional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Tekanan
darah diukur dengan sphygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80%
dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat, duduk nyaman
dengan tegak atau pasien terlentang. Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa
jantung, penyakit jantung coroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang
berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung
yang dapat berakibat kecacatan hingga kematian. Hipertensi atau yang disebut the
silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab
umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).
tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang
minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri.
Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat
hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5
Prevalensi ini meningkat pada umur 60 tahun keatas. Di seluruh dunia ada sekitar
satu miliar orang menderita hipertensi dan lebih dari 7,1 juta mengalami kematian
Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) 2003, dalam buku ajar IPD 2006
secara menyeluruh.
atau kurang asupan garam, dan juga dalam menanggapi rangsangan dari sistem
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya
(Corwin,2001)
kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya
kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam pembuluh darah. Perubahan pada
pembuluh darah besar seperti arteri carotis dan arteri vertebrobasilaris berupa
terjadi akibat kemampuan aorta proksimal untuk mengubah aliran pulsatil yang
dihasilkan oleh ejeksi ventrikel kiri menjadi aliran yang relatif stabil untuk
dialirkan ke mikrosirkulasi terganggu, hal ini terkait dengan kondisi aorta yang
kaku pada lanjut usia. Oleh karena itu, menyebabkan tekanan pulsasi yang lebih
tinggi. Setelah dipompa keluar jantung, laju aliran (flow rate) bergantung pada
dengan F adalah laju aliran darah, ∆P adalah gradient tekanan, dan R adalah
resistensi pembuluh darah. Resistensi terhadap aliran darah bergantung pada tiga
faktor: (1) viskositas darah, (2) panjang pembuluh, (3) jari- jari pembuluh
(Sherwood, 2001).
Saat melewati arkus aorta, kecepatan aliran darah menjadi terlalu besar,
sehingga aliran darah menjadi turbulen. Jika darah mengalir dengan resistensi
yang lebih besar maka akan timbul aliran eddy yang sangat memperbesar
seluruh gesekan aliran dalam aorta ascenden (Guyton dan Hall, 2007). Hal
Tulang tempurung kepala tersusun dari tulang dahi, tulang kepala belakang,
tulang ubun – ubun, tulang baji, tulang tapis, dan tulang pelipis. Di bagian bawah
12
menjadi tempat keluar masuknya pembuuh darah saraf serta darah yang kemudian
menuju ke sumsum tulang belakang. Tulang muka terdapat pada bagian depan
kepala. Tulang – tulag muka membentuk rongga mata untuk melindungi mata,
membentuk rongga hidung serta langit –langit, dan memberi bentuk wajah. Tulang
muka terdiri dari tulang rahang atas, tulang rahang bawah, tulang pipih, tulang air
Otak besar terdiri dari dua belahan yang disebut hemisferium serebri. Kedua
hemisferum (kanan dan kiri) saling dipisahkan oleh fisura longitudnalis serebri.
Falks serebri, suatu perluasan duramater (lapisan pembungkus otak besar) nampak
menonjol ke dalam fisura longitudinal serebri. Terdiri dari dua belahan otak,
dihubungkan oleh corpus collosum. Ujung anterior corpus collosum disbut genu
Bagian atas cerebellum ditutupi oleh durameter yang disebut sebagai tentorium
Cerebellum dihubungkan dengan batang otak melalui pedunkulus yang terdiri atas 3
batang otak.
glukosa dan oksigen. Empat arteri yang memberikan aliran darah ke otak adalah
arteri karotis interna kiri, arteri karotis interna kanan, arteri vertebralis kiri, arteri
otak. Keempat arteri tersebut bertemu pada suatu persimpangan yang biasa disebut
lingkaran willis. Darah kembali ke jantung melalui vena jugularis interna (Tim
Taylor, 2013).
14
fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak,
dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa
jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang
terganggu.
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
15
tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai
bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau
diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang kemudian
diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand
(Dinata et al., 2013). Hasil Riskesdas Kemenkes RI, 2013 terjadi peningkatan
prevalensi stroke dari tahun 2007 hingga 2013 yaitu 8,3 per mil menjadi 12,1 per
mil. Prevalensi tertinggi terjadi di daerah Sulawesi Utara (10,8 per mil ),
Yogyakarta (10,3 per mil), Bangka Belitung (9,7 per mil), dan DKI Jakarta (9,7 per
Jawa Tengah mendapatkan data bahwa kasus tertinggi stroke terdapat di Kota
atau kedalam ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan
lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah
16
jenis stroke yang paling mematikan dan merupakan sebagian kecil dari stroke total
jaringan otak. Sebagian dari lesi vascular yang dapat menyebabkan perdarahan
berlanjut akan menyebabkan hernisasi otak sehingga timbul kematian. Darah yang
spasme pembuluh darah di otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan
kurangnya aliran darah atau sama sekali tidak ada aliran darah sehingga terjadi
2) Perdarahan Subdural
Perdarahan juga bisa terjadi pada subdural yang biasanya diantara duramater
dan araknoid. Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging
veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam
3) Perdarahan Intraserebral
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma, dimana
70% kasus PIS terjadi di kapsula interna, 20% terjadi di fosa posterior (batang otak
dan serebelum) dan 10% di hemisfer (di luar kapsula interna). PIS terutama
didaerah pons atau cerebellum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk karena
usia, yaitu dari 1,9 kasus per 100.000 jiwa per tahun pada orang berusia dibawah 45
tahun hingga 196 kasus pada orang berusia diatas 84 tahun. Penelitianpenelitian
18
menunjukan bahwa 44,4% dari seluruh insiden stroke hemoragik timbul pada usia
diatas 60 tahun, usia median dari seluruh pasien stroke hemoragik adalah 61, dan
angka insiden bertambah dua kali lipat setiap pertambahan usia 10 tahun setelah
menular ini justru meningkat. Hal ini akibat pengaruh urbanisasi, perubahan gaya
hidup, dan bertambahnya umur harapan hidup. Angka kejadian stroke di perkotaan
di Indonesia diperkirakan 5 kali lebih besar dari pada angka kejadian penyakit
lebih rentan atau mudah terkena stroke, faktor resiko stroke dibagi menjadi 2 antara
lain :
1. Usia
Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan
meningkat dua kali. Empat puluh persen berumur 65 tahun dan hampir 13%
2. Jenis Kelamin
pada wanita. Akan tetapi, karena usia harapan hidup wanita lebih tinggi daripada
laki-laki, maka tidak jarang pada studi-studi tentang stroke didapatkan pasien
wanita lebih banyak. Menurut SKRT 1995, prevalensi penyakit stroke pada laki-
laki sebesar 0,2% dan pada perempuan sebesar 0,1%. Prevalensi stroke di 3 wilayah
Jakarta didapatkan bahwa prevalensi stroke pada laki-laki sebesar 7,1% dan
Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang mengalami stroke pada usia
muda maka yang bersangkutan berisiko tinggi terkena stroke. Faktor keturunan
adalah suatu faktor yang cenderung akan dialami seseorang bila dalam keluarganya
mengalami penyakit tersebut. Peranan faktor keturunan ini jika ada, biasanya sudah
menunjukkan tanda dan gejalanya sejak orang tersebut masih bayi atau masa anak-
4. RAS
Orang kulit hitam, Hispanik Amerika, Cina, dan Jepang memiliki insiden
stroke yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih (Wahjoepramono,
2005). Di Indonesia sendiri, suku Batak dan Padang lebih rentan terserang stroke
dibandingkan dengan suku Jawa. Hal ini disebabkan oleh pola dan jenis makanan
a. Hipertensi
Tekanan darah terdiri dari dua komponen yaitu sistolik dan diastolik.
Apabila tekanan darah sistolik melebihi 160 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg maka tekanan darah yang demikian harus benar benar
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah
21
perdarahan otak, dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke
otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian (Harsono, 2011).
efek penekanan pada sel endotel/lapisan dalam dinding arteri yang berakibat
Makin lanjut usia seseorang maka kemungkinan untuk munculnya hipertensi makin
tingginya kadar kolesterol dalam darah merupakan faktor risiko untuk terjadinya
stroke. Hal ini disebabkan oleh kolesterol darah yang ikut berperan dalam
terjadinya aterosklerosis. Oleh karena itu, jika kadar kolesterol dalam darah
meningkat, maka risiko untuk aterosklerosis meningkat juga. Kolesterol tidak larut
dalam cairan darah, sehingga untuk proses transportasinya ke seluruh tubuh perlu
c. Diabetes militus
menderita Diabetes Mellitus risiko untuk terkena stroke 1,5-3 kali lebih
d. Merokok
risiko terjadinya stroke. Orang yang memiliki kebiasaan merokok cenderung lebih
berisiko untuk terkena penyakit jantung dan stroke dibandingkan orang yang tidak
e. Riwayat stroke
Bila seseorang telah mengalami stroke, hal ini akan meningkatkan terjadinya
berlanjut akan menyebabkan hernisasi otak sehingga timbul kematian. Darah yang
23
spasme pembuluh darah di otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan
kurangnya aliran darah atau sama sekali tidak ada aliran darah sehingga terjadi
2) Perdarahan Subdural
Perdarahan juga bisa terjadi pada subdural yang biasanya diantara duramater
dan araknoid. Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging
veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam
3) Perdarahan Intraserebral
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma, dimana
70% kasus PIS terjadi di kapsula interna, 20% terjadi di fosa posterior (batang otak
dan serebelum) dan 10% di hemisfer (di luar kapsula interna). PIS terutama
cerebellum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk karena cepatnya timbul
oleh karena perdarahannya tidak menjebol ke dalam ventrikel. Sakit kepala yang
a. Perdarahan Subdural
1. Gejala prodormal : nyeri kepala hebat dan akut hanya 10%, 90% tanpa
sampai koma.
setelah perdarahan.
25
5. Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum disertai hamtemesis dan melena
(stress ulcer), dan sering disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria dan
c. Perdarahan Intraserebral
Serangan seringkali di siang hari, waktu bergiat atau emosi/ marah. Pada permulaan
serangan sering disertai dengan mual, muntah dan hemiparesis. Kesadaran biasanya
menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara
½ - 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai 19 hari (Japardi, 2018).
a. Anamnesis
terjadi mendadak atau sudah beberapa jam yang lalu, apakah terjadi kelumpuhan
anggota gerak, apakah kesemutan di muka atau salah satu sisi anggota gerak,
penurunan kesadaran. Pasien dengan riwayat hipertensi perlu ditanyakan lama dan
bertnya hipertensi, usianya, gejala sistem syaraf (sakit kepala, ansietas), gejala
sistem kardiovaskular (adanya payah jantung, oedem paru dan nyeri dada).
b. Pemeriksaan fisik
26
(pemeriksaan tingkat kesadaran, tekanan darah, suhu, denyut nadi, anemia, paru dan
pemeriksaan neurologis adalah palpasi dan auskultasi arteri karotis yang dekat
dengan permukaan, mencari dan mendengar bruit cranial atau servical, mengukur
tekanan darah dengan posisi berbaring dan duduk, mengukur tekanan arteri
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
tentang lokasi, ukuran infark, perdarahan dan apakah perdarahan menyebar keruang
intra ventrikuler. CT scan juga dapat membantu untuk perencanaan operasi. Foto
thorax juga biasa dilakukan untuk mengetahui apakah ada riwayat hipertensi atau
tidak pada pasien stroke dengan melihat gambaran aterosklerosis, elongasi aorta
atau kardiomegali.
27
Perdarahan intraserebral akut akan tampak sebagai lesi hiperdens oval atau
dan batang otak. Namun terkadang perdarahan intraserebral akut dapat tampak
isodens atau bahkan hipodens. Hal ini disebabkan oleh anemia dan gangguan
koagulasi.
pada 1-6 minggu sejak kejadian stroke dan akan menghilang setelah 2-6 minggu.
seperti ular (serpingeos) mengisi sub araknoid space yang terdapat pada sulcii
dan sisterna. Pada pasien anuerysma darah biasanya kumpul pada sisterna
basalis, jika penyebab perdarahan sub araknoid adalah trauma, darah akan
bercampur, yang berbentuk bulan sabit (lunate), memiliki batas yang jelas, dan
tidak melewati garis tengah karena terdapat falx cerebri. Sebagian besar
2.10 Kardiomegali
arteri koroner, defek jantung kongenital dengan gagal jantung ataupun beberapa
30
keadaan lain seperti tumor janutung, anemia berat, kelainan endokrin, malnutrisi,
distrofi muskular dan gagal jantung akibat penyakit paru (Ismail, 2009).
penyakit arteri koroner, aritmia jantung, dan gagal jantung kongestif yang
struktur dan fungsi jantung melalui 2 cara yaitu secara langsung melalui
pertumbuhan sel-sel otot jantung, ekspresi gen (beberapa gen diberi ekspresi
skeleton cordis.
penebalan ventrikel kiri tidak merata namun hanya terjadi pada sisi tertentu,
2014).
32
membesar atau tidak, adalah dengan membandingkan lebar jantung dan lebar
perlihatkan garis-garis untuk mengukur lebar jantung (a+b) dan lebar dada
Gambaran radiologi pada HVK untuk foto thorax Posterior Anterior didapatkann
apeks ke laterokaudal dan pada foto thorax proyeksi lateral didapatkan retrocardial space
distal menyempit.
33
( normal : 48-50%)
HIPERTENSI
CHF (crhonic
heart failure)
ANEURISMA
PECAHNYA
PEMBULUH
DARAH DI OTAK
PERDARAHAN
DI OTAK
STROKE
HEMORAGIK
36
2.13 Hipotesis
Terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit hipertensi berdasarkan foto thorax
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analitik yang merupakan salah satu studi
penelitian untuk melakukan pengukuran variabel dan mencari hubungan antar variabel..
Dalam penelitian ini mencari hubungan antara penyakit jantung hipertensi dengan stroke
sectional, pengumpulan data baik variabel dependen maupun independen dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti ( Nursalam, 2003 ). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita
stroke hemoragik sebanyak 360 orang pada periode Januari – Oktober 2019 yang ada di
Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Moeloek Bandar Lampung sebagai tempat di
lakukannya penelitian.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang di teliti dan dapat mewaili dari keselurusan populasi
(Notoadmodo, 2014). Adapun besar sampel pada penelitian ini adalah 79 orang. Penentuan
N
n= 2
1+( Nx e )
39
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
Dari rumus diatas, maka jumlah besar nya sampel (n) sebagai berikut :
360
n= 2
1+(360 x 0,1 )
360
n =
4.6
n = 78.2608
n = 80 (dibulatkan ke atas)
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah pengambilan sampel
secara Purposive sampling yaitu suatu cara pengambilan sampel yang didasarkan pada
suatu karakteristik tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
1. kriteria inklusi
a. Pasien stroke hemoragik yang mempunyai hasil pemeriksaan foto thorax dan CT
scan kepala.
2. kriteria eksklusi
a. Pasien yang hasil pemeriksaan CT scan dan foto thorak yang rusak.
Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagi ciri, sifat, atau ukuran yang
Definisi Operasional adalah berupa uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,
atau tentang apa yang harus diukur oleh variabel yang bersangkutan.
Stroke Pasien yang menjalani Data rekam Terdapat lesi hiperdens pada Nominal
ct scan di RSUAM
di RSUAM
Jenis kelamin Data rekam 1 = laki-laki Nominal
medik 2 = perempuan
Umur
Data rekam remaja (12-25th) dewasa (26- Nominal
( >65th)
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, seluruh data diambil menggunakan rekam medis pasien ( data
a. Meminta izin untuk melakukan penelitian di ruang Radiologi RSUAM dan Unit
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam
bentuk tabel - tabel, kemudian data diolah menggunakan program SPSS 20.0. for Windows
dengan nilai α = 0,05. Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer
● Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.
Data yang akan di peroleh dalam penelitian ini akan disusun dalam table
kontingensi ukuran 2x2 kemudian di uji dengan metode statistik uji Chi Square.
BAB IV
RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung pada bulan Juni 2020 sampai dengan
selesai. Data ini didapat dari hasil pengamatan terhadap data rekam medik RSUD
Abdul Moeloek Bandar Lampung. Pada penelitian ini didapatkan sampel sebanyak
80 orang. Berikut ini hasil penelitian yang ditampilkan dalam bentuk tabel :
Dari tabel 1, diketahui bahwa responden berjenis kelamin laki-laki (63,1%), lebih
Dari tabel 2, diketahui dari responden yang diteliti, jumlah responden terbanyak pada
kelompok usia lansia yakni sebanyak 41 orang (51,2 %), kemudian kelompok usia manula
sebanyak 20 orang (25,0 %), kelompok usia dewasa sebanyak 14 orang (17,5 %) dan
jumlah responden paling sedikit pada kelompok usia remaja yakni sebanyak 5 orang (6,3
%).
Foto Thorax
Dari tabel 3, diketahui bahwa dari 80 responden ternyata sebagian besar yakni
berjumlah 46 orang (57,5 %) bersadarkan foto thorax menunjukkan tidak adanya penyakit
jantung hipertensi.
Kepala
Dari tabel 4, diketahui bahwa dari 80 responden ternyata sebagian besar yakni
sebanyak 17 orang (21,3 %) menderita stroke hemoragik bagian sub araknoid dan jumlah
responden paling sedikit yakni sebanyak 6 orang (7,5 %) menderita stroke hemoragik
bagian subdural.
Tabel 5. Hasil Uji Statistik Chi-Square tentang Hubungan Jenis Kelamin dan Stroke
Hemoragik Disertai Penyakit Jantung Hipertensi
(21,1 %) mengalami stroke hemoragik dengan perdarahan sub araknoid dan 15 orang (78,9
orang sebanyak 3 orang (20 %) mengalami stroke hemoragik dengan perdarahan bagian sub
araknoid dan 12 orang (80 %) perdarahan bagian interserebral. Hasil analisis menunjukan
tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara jenis kelamin dengan stroke
hemoragik.
47
Tabel 6. Hasil Uji Statistik Chi-Square tentang Hubungan Kelompok Usia dan Stroke
Hemoragik Disertai Penyakit Jantung Hipertensi
mengalami stroke hemoragik dengan perdarahan pada bagian sub araknoid yakni sebanyak
1 orang (100%). Pada kelompok usia dewasa berjumlah 7 orang paling banyak mengalami
stroke hemoragik dengan perdarahan pada bagian intraserebral yakni bsebanyak 6 orang
(85,7 %). Pada kelompok usia lansia berjumlah 14 orang paling banyak mengalami stroke
hemoragik dengan perdarahan pada bagian intraserebral yakni sebanyak 11 orang (78,6 %).
Sedangkan pada kelompok usia manula berjumlah 12 orang paling banyak mengalami
stroke hemoragik dengan perdarahan pada bagian intraserebral yakni sebanyak 10 orang
(83,3 %). Hasil analisis menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik
antara kelompok usia dengan stroke hemoragik disertai penyakit jantung hipertensi.
48
Stroke Hemoragik
Hipertensi Subdural Sub Araknoid Intraserebral Total P value
Tidak 6 10 30 46
(13 %) (21,7 %) (65,2 %) (100 %)
0,082
Ya 0 7 27 34
(0 %) (20,6 %) (79,4 %) (100 %)
Tabel 7 menunjukan bahwa dari responden yang tidak mengalami penyakit jantung
hipertensi berjumlah 46, orang sebanyak 6 orang (13 %), mengalami stroke hemoragik
dengan perdarahan pada bagian subdural, 10 orang (21,7 %) perdarahan bagian sub
responden yang mengalami penyakit jantung hipertensi berjumlah 34 orang, tidak ada (0
%) yang mengalami stroke hemoragik dengan perdarahan pada bagian subdural, 7 orang
(20,6 %) perdarahan bagain sub araknoid dan 27 orang (79,4 %) perdarahan bagian
intraserebral. Hasil analisis menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik
Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai p adalah 0,082, maka dapat disimpulkan
bahwa hubungan penyakit hipertensi (berdasarkan foto thorax) dengan stroke hemoragik
(berdasarkan CT scan kepala) tidak signifikan (p<0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan
bermakna anatara penyakit hipertensi (berdasarkan foto thorax) dengan stroke hemoragik
(berdasarkan CT scan kepala). Peneliti mengambil data dengan kodisi alat dan dan
4.2 Pembahasan
Hasil dari table 5 distribusi subyek menurut jenis kelamin,, diketahui bahwa
ternyata dari 80 subyek, didapatkan sebanyk 19 orang yang berjenis kelamin laki-laki yang
mengalami stoke hemoragik disertai hipertensi dan sebnyak 15 orang yang berjenis kelamin
perempuan yang mengalami stroke hemoragik disertai hipertensi. Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian (Suroto, 2014) yang menunjukan bahwa angka kejadian stroke pada
laki-laki lebih sering dibandingkan perempuan, jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko
sebesar 4,37 kali terkena stroke. Jenis kelamin laki-laki cenderung lebih berisiko terkena
stroke karena perempuan cenderung mengalami stroke pasca menopause. Hal itu
dikarenakan pola serangan stroke berhubungan dengan perlindungan oleh hormon, wanita
Perbandingan serangan stroke antara laki-laki dan wanita akan terstimasi dengan baik
Hasil dari table 6 distribusi subyek menurut usia, diketahui bahwa dari 80 subyek
didapatkan hasil usia 45-65 tahun sebanyak 14 orang, usia >65 tahun sebanyak 12 orang,
usia 26-44 tahun sebanyak 7 orang, dan pada usia 12-25 tahun sebanyak 1 orang. Usia
lanjut yang menyebabkan hipertensi biasanya bukan karena tidak menjaga kesehatan saat
muda tetapi memang masa tua yang biasanya ditandai dengan berbagai kemunduran fungsi
tubuh. Kemunduran itu bersifat fisiologis dan berjalan secara alamiah. Arteri besar
biasanya kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut (Arseta, 2015). Bahwa setelah
50
umur 45-65 tahun resiko stroke meningkat dua kali lipat, sebagian besar stroke terjadi pada
Hal ini menunjukan umur lebih dari 45 tahun dapat memberikan risiko terjadinya stroke
karena dengan semakin bertambah tua usia seseorang, semakin tinggi risiko stroke ini
dikarenakan pada usia lebih dari 45 tahun terjadi adanya perubahan structural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer (Udani, 2013). Proses penuaan pada lanjut usia
mengakibatkan kehilangan kira-kira 3% sampai dengan 5% jaringan otot total per dekade
mulai usia 30 tahun. Kekuatan otot mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu
kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Kerusakan otot terjadi karena
penurunan jumlah serabut otot dan atrofi digantikan oleh jaringan fibrosa (Darmojo, 2009).
Hasil dari tabel 7, didapatkan bahwa kejadian stroke hemoragik dengan penyakit
jantung hipertensi sebanyak 34 orang dan kejadian stroke hemoragik tidak dengan penyakit
jantung hipertensi sebanyak 46 orang dengan hasil p= 0,082 (p<0,05). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit jantung
hipertensi dengan stroke hemoragik. Pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Arseta
(2015), yang didapatkan hasil nilai p adalah 0,403 yang menyatakan bahwa hubungan yang
tidak bermakna antara gambaran foto thorax kasus hipertensi dengan gambaran ct scan
pada kasus stroke karena faktor penyebab seperti kardiomegali tidak selalu disebabkan oleh
adanya hipertensi.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sofyan, Ika, dan
Yusuf, 2012) yang menemukan bahwa terdapat hubungan hipertensi dengan kejadian stroke
51
diperoleh dengan hasil nilai p = 0,000. Hipertensi merupakan faktor risiko utama, baik
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menurus yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak
(Hayens, 2003).
Tekanan darah sistemik yang meningkat akan membuat pembuluh darah serebral
tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan
menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh darah serebral yang mengakibatkan
diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya, karena
pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk
mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah
sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat, sehingga akan
mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik
maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi yang mengakibatkan terjadi
Stroke merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya defisit neurologik otak
yang terjadi secara cepat dan mendadak. Dan lama terjadinya beragam seperti stroke yang
menetap selama 24 jam dan ada pula yang tidak menetap selama 24 jam ataupun menetap
lebih dari 24 jam. Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes kedalam suatu daerah
52
otak dan merusaknya (Rustandi, 2019). Stroke merupakan penyakit motor neuron yang
dapat mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik, salah satu
masalah yang berhungan dengan motorik adalah hemiparese. Hemiparese atau kelemahan
otot salah satu sisi tubuh adalah tanda lain yang sering ditemukan pada pasien stroke selain
hemiolegi (Smeltzer, Bare, 2013). Salah satu faktor resiko terjadinya stroke hemoragik
adalah hipertensi (Mardjono, 2006). Selain hipertensi faktor risiko yang dapat
penyempitan, atau pengerasan arteri yang dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan
masalah kesehatan mayor lainnya. Bila kolesterol itu terus menumpuk dan membentuk
plak-plak di dalam saluran darah, maka transportasi darah di tubuh pun terhambat dan dapat
mengganggu kerja tubuh secara keseluruhan (Undani, 2013). Selain itu juga menurut
Indrawati (2008), pasien yang mengidap Diabetes Melitus mempunyai risiko serangan
stroke 2 kali lipat dibandingkan mereka yang tidak menderita diabetes mellitus. Walaupun
diabetes melitus dikenal sebagai faktor risiko stroke independen, belum ada bukti yang
meyakinkan bahwa pengendalian kadar glukosa darah secara ketat merupakan upaya yang
seperti apa.
53
BAB V
5.1 Kesimpulan
stroke hemoragik di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2019, maka
Ct scan kepala) di RSUD Abdul Moeloek tahun 2019 dengan hasil p=0,082
(p<0,05).
orang.
3. Diketahui distribusi frekuensi berdasarkan usia paling banyak pada umur lansia
5.2 Saran
Disarankan kepada pasien agar dapat menjaga pola hidup dan pola makan
sehingga dapat mencegah terjadi nya stroke hemoragik, dan yang memiliki
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association (AHA), 2015. Heart Disease and Stroke Statistics. AHA
Arseta, Bangga. (2015). Hubungan gambaran foto thorax kasus hipertensi dengan
gambaran CT scan pada kasus stroke. Yogyakarta: UMY.
Feigin, V. 2006. Stroke: Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, pp: 17, 86.
Guyton, A.C., Hall, J.E. (2007). Tinjauan Sirkulasi; Fiska Kedokteran Mengenai Tekanan,
Aliran, dan Resistensi. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi IX. Jakarta:
EGC, hal: 168, 170, 172
Handayani, F. (2013). Angka Kejadian serangan stroke pada wanita lebih rendah daripada
laki-laki. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, 1(1).
Harsono. (2015). Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
Hayens, B.R. (2003). Buku Pintar Menaklukan Hipertensi. Jakarta: Ladang Pustaka dan
Intimedia
Indrawati, Lili dkk. (2008). Care Yourself Stroke. Jakarta : Penebar Plus.
Jannah, M. (2014). Gambaran hypertensive heart disease pada lanjut usia yang dirawat di
RSUD Palembang Bari periode Januari-Desember tahun 2012 (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Palembang).
Japardi, D. (2018). Karakteristik Stroke Hemoragik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2016-2017.
Mitayani, Hana., I, Naim Ismail., M, Tutut Nila. (2015). Radiograph based discussion
kardiomegali pada chf. Semarang: UNISSULA.
Pusparani, S. (2009). Hubungan antara hipertensi dan stroke hemoragik pada pemeriksaan
ct- scan kepala di instalasi radiologi RSUD dr. Moewardi Surakarta.
Pragholapati, A. (2015). Pengaruh Senam Latih Otak (Brain Gym) Terhadap Tingkat
Depresi Lansia di Posyandu Lansia Aji Yuswa Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul
Jurnal Skolastik Keperawatan, 5(2), 128-146.
Riskesdas. (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta . 2013. Diperoleh dari
http://www.depkes.go.id. Diakses 2 November 2018.
Shadine, Mahannad (2010). Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke dan Serangan
Jantung. Jakarta: Keenbooks
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC, hal: 331
Sofyan, A. M., Sihombing, I. Y., & Hamra, Y. (2015). Hubungan umur, jenis kelamin, dan
hipertensi dengan kejadian stroke. Medula, 1(1).
Suroto. (2004). Gangguan Pembuluh Darah Otak. Dalam : Purwanto C. (ed). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Saraf. Surakarta: BEM Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Press, pp: 87-96
Udani, G., Politeknik, K., Tanjungkarang, K., Angka, P., Sakit, R., & Moeloek, A. (2013).
Faktor resiko kejadian stroke. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume.
Yogiantoro M. (2006). Hipertensi esensial dalam buku ajar Ilmu penyakit dalam. Jakarta :
FKUI.599-603.