Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia inguinalis merupakan protrusi atau penonjolan isi suau rongga


melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial
pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen
yang berulang atau berkelanjutan.
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendicitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan
status kesehatan Masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
penanganananya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan
angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di prancis tindakan bedah
hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1% di amerika serikat.
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia inguinalis. Untuk
memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis
inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia inguinalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia inguinalis ditemukan lebih banyak dua pertiga
dari hernia inguinalis. Sepertiga sisanya adalah hernia ingunalis media. Hernia
inguinalis lebih banyak ditemukan pada pria dari pada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Perbandingan antara pria
dan wanita untuk hernia inguinalis 7:1. Prevalensi hernia inguinalis pada pria di
pengaruhi oleh umur. Salah satu penanganan yang dilakukan pasien hernia adalah
herniotomi atau herniorafi. Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada pasien yang
mengalami herniorafi diantaranya nyeri, aktivitas intoleran, dan resiko terjadinya
infeksi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
2.1.1Struktur Dinding Abdomen
Abdomen merupan rongga terbesar pada tubuh dan berkelanjutan pada
rongga pelvis. Abdomen terletak diantara diafragma dan pelvis. Batas dinding
perut antero lateral oleh Mc Vay secara anatomis dimana bagian atas adalah
prosessus xiphoideus dan arkus kostarum. Bagian bawah dari medial kelateral
dibatasi oleh simfisis pubis, ligamentum inguinal, Krista pubikum dan Krista
iliaka. Bagian belakang di batasi oleh tulang belakang.
Untuk memudahkan deskripsi visceral dan kondisi morbid dari sisi di
dalamnya, rongga abdomen dibagi menjadi 9 regio oleh garis imajiner, 2 garis
horizontal dan 2 garis sagital.

9 regio abdomen terdiri dari :


1. Regio hipokondrium kanan
2. Regio epigastrika
3. Regio hipokondrium kiri
4. Regio lumbalis kanan
5. Regio umbilikalis
6. Regio lumbalis kiri
7. Region iliaka kanan
8. Region suprapubik
9. Region iliaka kiri

2
Gambar 1. 9 Regio Abdomen

Dinding perut terdiri atas beberap lapisan, yaitu dari luar ke dalam, lapisan kulit
yang terdiri dari :
1. Kutis
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal
di sekitar tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang
garis lipatan ini akan sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan
insisi yang menyilang garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan
parut yang menonjol.
2. Subkutis
 Fascia superficialis ( fascia camperi)
Panniculus adiposus (fascia camperi): berhubungan dengan
lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin
sangat tebal (3 inci [8cm] atau lebih pada pasien obesitas).
 Fascia profunda (fascia scarpae)
Stratum membranosum (fascia scarpae): stratum membranosum
tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian inferior,
stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini

3
bersatu dengan fascia profunda pada satu jari di bawah
ligamentum inguinal

Gambar 2. Superficial fascia

3. Otot dinding perut


 Kelompok Ventrolateral
Tiga otot pipih, antara lain: muskulus obliquus externus
abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus
transversus abdominis
Satu otot vertical : musculus rectus abdominis
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam
jumlah yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan
peritoneum parietal.
6. Peritoneum parietale
Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan
melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietal yang melapisi
rongga pelvis.

4
5
Gambar 3. Lapisan-Lapisan Dinding Abdomen

Arteri dinding anterior abdomen:


 Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal arteri
thoracica interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior abdomen
dan beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior.
 Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat
diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding
abdomen anterior dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.
 Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat
di atas ligamentum inguinal. Mendarahi bagian lateral bawah dinding
abdomen.
 Dua arteri intercostalis posterior bagian bawah merupakan cabang aorta
descendens dan empat arteri lumbalis yang berasal dari aorta abdominalis.
Mendarahi bagian lateral dinding abdomen.

Vena dinding anterior abdomen:


 Vena epigastrika superior
Mengalirkan darah ke
 Vena epigastrika inferior vena thoracica interna
dan vena iliaca externa
 Vena circumflexa ilium profunda
 Vena intercostalis posterior mengalirkan darah ke vena azygos
Vena lumbalis mengalirkan darah ke vena cava inferior

2.1.2 Anatomi Regio Inguinalis

1. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus (MOE)


Merupakan otot ileo inguinal yang paling superficial, yang
dimulai dari costa ke-8 bagian lateral berjalan kearah medio caudal.
Fascia superficialis dan facia profundus dari otot ini menjadi satu
setelah mencapai dinding depan abdomen dan membentuk suatu
aponeurosis.

6
Gambar 4. Otot dinding abdomen

2. Muskulus obliqus abdominis internus (MOI)


Lapisan otot di bawah musculus obliqus eksternus (MOE), arah
sedikit obliq, berjalan dari pertengahan lateral ligament inguinal
menuju ke cranio medial sampai pada tepi lateral musculus rectus
abdominis.
3. Ligamentum Inguinale (Poupart)
Merupakan penebalan bagian bawah apeneurosis muskulus
obliqus eksternus. Terletak mulai dari Sias sampai ke ramus superius
tulang pubis.
4. Ligamentum lakunare (Gimbernat)
Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan
dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari
daerah Sias.ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis
femoralis.
5. Fasia Transversalis

7
Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus tranversus abdominis
6. Trigonum Hesselbach
Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:
·       Inferior:  Ligamentum Inguinal.
·       Lateral:  Vasa epigastrika inferior.
·       Medial:  Tepi m. rectus abdominis.
. Dasar : fasia transversalis di perkuat serat aponeurosis m.
transverses abdominis

8
Gambar 5. Trigonum Hesselbach

7. Canalis Inguinalis
Canalis inguinalis merupakan saluran yang berjalan oblik (miring)
dengan panjang ± 4 cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale.
Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah :
 Kraniolateral : Anulus inguinalis internus (bagian yang terbuka
dari fasia tranversus abdominis.
 Kaudomedial : diatas tuberkulum pubikum, kanal ini di batasi
oleh anulus inguinal eksternus.(bagian terbuka dari aponeurosis m.
oblikus eksternus.
 Atap : Aponeurosis m. oblikus eksternus
 Dasar : Ligamentum inguinale.
Pada laki-laki, saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-
struktur yang berjalan dari testis ke abdomen dan sebaliknya. Pada
perempuan, saluran ini dilalui oleh ligamentum teres uteri (rotundum)
yang berjalan dari uterus ke labium majus pudendi. Selain itu, saluran ini
dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik laki-laki maupun perempuan.

9
Gambar 6. Canalis Inguinalis

10
Isi canalis inguinalis pria :
a. Duktus deferens
b. 3 arteri yaitu :
 Arteri spermatika interna
 Arteri diferential,
 Arteri spermatica eksterna
c. Plexus vena pampiniformis
d. 3 nervus:
1. Cabang genital dari nervus genito femoral
2. nervus ilioinguinalis
3.Serabut simpatis dari plexus hipogastrik

e. 3 lapisan fasia:
1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia inominate
2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut- serabut muskulus
obliqus internus dan fasia otot
3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia transversal. .
8. Anulus internus
Dibentuk oleh ligamentum inguinalis, conjoin tendon (tepi
bawah muskulus obliqus abdominis internus, dan muskulus transversus
abdominus ), dan vasa epigastrika inferior. Annulus ini merupakan
tempat keluarnya funikulus spermatikus dari cavum abdomen ke
kanalis diatas inguinalis. Terletak di atara SIAS dan tuberkulum
pubicum (± 1-1,5 cm diatas ligamentum inguinale).

11
Gambar 7. Annulus internus & Annulus Eksternus

9. Anulus Eksternus
Terdiri dari crus lateral dan crus medial (merupakan pelekatan
aponeurosis MOE pada tuberkulum pubicum). Annulus ini merupakan
keluarnya N. Ilioinguinalis dan funikulus spermatikus ke scrotum
(pada wanita berupa round ligament).

2.2 Definisi
2.2.1 Defenisi Hernia
Hernia berasal dari bahasa latin yang berarti ruptur. Menurut Tambayong
hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen
(seperti peritoneum, lemak, usus, atau kandung kemih) memasuki defek tersebut
sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. Hernia lebih sering terjadi di
bagian-bagian tubuh tertentu, seperti perut, pangkal paha, paha bagian atas, serta
perut bagian bawah.

2.2.2 Defenisi Hernia inguinalis

12
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis internus /
lateralis, menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui
annulus inguinalis eksterna/medialis.

Gambar 8 : Hernia inguinalis

2.3 Komponen Hernia


Hernia terdiri atas tiga bagian:
a. Kantong hernia, merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan
mempunyai leher dan badan (corpus). Pada hernia abdominalis, kantong
hernia ini berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia incisional, hernia adipose, hernia intertitialis.
b. Isi hernia terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di dalam cavitas
abdominalis (Usus, omentum, organ intra ataupun ekstraperitoneal)
c. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen).

13
Gambar 9. Bagian- bagian dari Hernia

2.4 Klassifikasi Hernia


A. Berdasarkan terjadinya
1. Hernia bawaan (kongenital) :di dapat sejak lahi ratau sudah ada semenjak
pertama kali lahir.
2. Hernia didapat (akuisita) :bukan bawaan semenjak lahir, tetapi hernia yang
didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir
B. Berdasarkan sifatnya
1. Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk
perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel: bila isi kantong tidak dapat lagi direposisi kembali
kedalam rongga perut.

C. Berdasarkan keadaannya
1. Hernia Inkaserata : hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase
(selalu terisi dan tidak dapat dikosongkan kembali)
2. Hernia strangulata : hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi
sehingga mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena
tidak mendapatkan darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
3. Hernia Ritcher : hernia yang disertai strangulasi namun strangulasi hanya
menjepit sebagian dinding usus.

D. Berdasarkan letaknya
a. Hernia obturatorius

14
Yakni hernia melalui foramen obturatoria.Hernia ini berlangsung 4
tahap.Tahap pertama mula – mula tonjolan lemak retroperitoneal masuk
kedalam kanalis obturatoria.Tahap kedua disusul oleh tonjolan peritoneum
parietal.Tahap ketiga, kantong hernianya mungkin di isi oleh lekuk
usus.Dan tahap keempat mengalami inkarserasi parsial, sering secara
Ritcher atau total.

b. Hernia epigastrika
Hernia ini jug adisebut hernia linea alba yang merupakan hernia yang
keluar melalui defek dilinea alba antara umbilicus dan processus xifoideus.
Penderita sering mengeluh kurang enak pada perut dan mual, mirip
keluhan kelainan kandung empedu, tukak peptic atau hernia hiatus
esophagus.

c. Hernia ventralis
Adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
antero lateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan
penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang
lama. Faktor predisposisinya ialah infeksi luka operasi, dehisensi luka,
teknik penutupan luka operasi yang kurang baik, jenis insisi, obesitas dan
peninggian tekanan intra abdomen.

d. Hernia Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan Krista illiaca, ada dua buah trigonum
yaitu trigonum kosto lumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga
terbalik dan trigonum kosto lumbalis inferior atau trigonum illio lumbalis
(petit) yang berbentuk segitiga. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba
benjolan dipinggang tepi bawaht ulang rusuk XII (Grijnfelt) atau ditepi
cranial dipanggul dorsal.

e. Hernia umbilical

15
Merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intraabdomen.
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilikus yang
hanya tertutup peritoneum dan kulit.

f. Hernia Femoralis
Merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama pada
waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti
mengangkat barng atau ketika batuk. Pintu masuknya adalah annulus
femoralis dan keluar melalui fossa ovalis dilipatan paha. Batas – batas
annulus femoralis antara lain ligamentum inguinale di anterior, medial
ligamentum lacunare, posterior ramus superior ossis pubis dan muskulus
peknitus beserta fascia dan lateral m.illiopsoas beserta fascia locus
minorisresistennya fascia transversa yang menutupi annulus femoralis
yang disebut septum cloquetti

Gambar 10. Hernia berdasarkan letaknya

2.5 Epidemiologi Hernia Inguinalis

16
Hampir 75% dari hernia abdominal merupakan hernia inguinalis.hernia
inguinalis dibagi menjadi hernia inguinalis lateral dan hernia inguinalis medial,
hernia inguinalis lateral ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia inguinalis
medial. Kejadian hernia inguinal lateral berdasarkan usia dapat jadi pada semua
umur, namun tersering pada usia antara 45-75 tahun dan terbanyak pada
kelompok umur > 65 tahun yaitu sebanyak 27,4% karena dengan bertambahnya
usia, dinding otot yang mempertahankan agar organ tubuh tetap pada tempatnya
melemah dan mengendur sehingga mempercepat terjadinya hernia. Sedangkan
berdasarkan letaknya hernia inguinalis lateralis tersering yaitu di sebelah kanan
sebanyak 60,3%, hernia inguinalis lateralis disebelah kiri 38,4%, hernia
inguinalis bilateral 1,4%, hernia inguinal lateral terbanyak di sebelah kanan,
karena pada masa embriologi testis kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan,
maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka,dan berdasarka jenis
kelamin distribusi hernia inguinalis lateral pada laki-laki berjumlah 99,3 % dan
perempuan 0,7%, dengan perbandingan 7 : 1.

2.6 Klasifikasi Hernia Inguinalis


Hernia inguinalis dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Hernia Inguinalis Medialis (Direk)


Hernia inguinalis medial merupakan suatu benjolan yang muncul
pada trigonum hasselbach akibat kelemahan facia transversalis yang
terletak di medial dari pembuluh darah arteri dan vena epigastrika
inferior, dimana benjolan berbentuk bulat. Hernia ini jarang bahkan
hampir tidak pernah, mengalami inkaserasi dan stragulasi. Hernia ini
tidak bisa dikendalikan dengan penekanan jari pada anulus profunda dan
jarang sekali sampai ke skrotum. Umumnya bilateral khususnya pada
lelaki tua.

17
Gambar 11. Hernia Inguinalis Medialis

2. Hernia Inguinalis Lateralis (Indirek)

Hernia inguinalis lateralis (HIL) mempunyai nama lain yaitu hernia


indirect yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding
abdomen. Hernia inguinalis lateral merupakan suatu benjolan yang
melewati anulus internus dan kanalis inguinalis yang terletak di lateral
pembuluh darah pembuluh darah arteri dan vena epigastrika inferior.
Hernia dapat sampai ke scrotum yang disebut hernia scrotalis, Pada
pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong.
Hernia inguinalis lateralis terjadi disebabkan kelainan congenital atau
karena sebab di dapat.

18
Gambar 12 . Hernia Inguinalis Lateralis

Hubungan Dibungkus Onset


Tipe Deskripsi dengan vasa oleh facia biasanya
epigastrika spermatika pada waktu
inferior interna
Hernia Penonjolan Lateral Ya Kongenital
inguinalis melewati dan bisa
lateral cincin pada waktu
inguinal dan dewasa
biasanya
merupakan
kegagalan
penutupan
cincin
inguinalis
interna pada

19
waktu
embrio
setelah
penurunan
testis
Hernia Keluarnya Medial Tidak Dewasa
inguinalis langsung
medial menembus
fascia
dinding
abdomen

Tabel 1. Perbedaan Hernia Inguinalis Lateral & Medial

2.7 Etiologi Hernia Inguinalis


 Kongenital
Terjadinya sejak lahir adanya defek pada suatu dinding rongga (prosesus
vaginalis yang terbuka)
 Didapat (akuisita)
Hernia ini didapat oleh suatu sebab yaitu,
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
a. Kebiasaan mengangkat barang yang berat
b. Obesitas
c. Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi
d. Kehamilan
e. Hipertrofi prostat (BPH)
f. Acites
g. Tumor abdomen
h. Batuk yang kronis (bronchitis, asthma, emphysema)
3. Kelemahan otot dinding perut
a. Usia
b. Penyakit sistemik
c. Trauma

20
d. Defisiensi otot
e. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok.

2.8 Patofisiologi Hernia Inguinalis


Terjadinya hernia disebabkan oleh dua factor :
I. Yang pertama adalah factor congenital
Prosesus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneum yang
membentuk gubernaculums bilateral , Pada pria, testis awalnya
retroperitoneal dan dengan processus vaginalis, testis akan turun melewati
canalis inguinalis ke scrotum disebabkan kontraksi gubernaculum. Pada
sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering
hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki
dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan. Kegagalan penutupan
prosesus vaginalis maka akan terjadi hernia.

Gambar 13. Proses turunnya testis

II. Factor yang di dapat


Seperti hamil, batuk kronik, pekerjaan mengangkat beban berat dan factor
usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup
panjang maka akan menonjol keluar dari annulus inguinalis eksternus.
Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal
inguinalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki, sehingga

21
menyebabkan hernia. ketika tekanan intra abdominal meningkat, terjadi
perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal. Tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan yang mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau
tidak cukup kuat pada daerah tersebut sehingga menyebabkan beberapa isi
intraabdomen (misalnya: omentum, lengkung usus halus), keluar melalui
celah tersebut. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi
hernia akan mencekik sehingga terjai hernia strangulate yang akan
menimbulkan gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan perdarahan
terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bias
menyebabkan iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.
Pada keadaan tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertical. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat
mencegah masuknya usus kedalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis
tersebut sudah tertutup. Tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan
sering menimbulkan hernia yang di sebabkan keadaan peningkatan tekanan
intraabdomen.

22
Gambar 14. Patofisiologi hernia

2.9 Manifestasi Klinik Hernia Inguinalis

 Benjolan di lipat paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau labium
mayor pada wanita. Tonjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan
tekanan intraabdominal. Benjolan akan menghilang atau mengecil ketika
berbaring (repondibilis), tidak dapat kembali atau menghilang ketika
berbaring (irreponibilis). Pada bayi atau anak, adanya benjoaln hilang
timbul biasanya diketahui oleh orang tua.

23
 Keluhan nyeri jarang dijumpai, nyeri biasa terjadi bila terjadi komplikasi
seperti stragulata akibat gangguan vaskularisasi ke usus dan menyebabkan
nekrotik , kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
 Gejala lainnya :
Hernia inkaserata (terjadi gangguan pasase usus/ ileus obstruksi) Gejala
klinis : mual, muntah, distensi, konstipasi (susah BAB), tidak ada flatus,
nyeri. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa), dan
dapat meninyebabkan dehidrasi.
Hernia stragulata (ganguan vasklarisasi ke oragan sehingga menyebabkan
nekrosis jaringan) menimbulkan gejala obstruksi yang disertai nyeri
hebat, demam, takikardi, bahkan dapat menyebabkan SEPSIS.

Grade Reduction Pain Obstruction Toxic


Reponible + - - -
Irreponible - - - -
Incarceration - + + -
Strangulation - ++ + ++

Tabel 2.Gambaran klinis hernia

2.10 DiagnosisHernia Inguinalis

a. Anamnesis

Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan


diagnosis. Anamnesa meliputi, keluhan utama (keluhan yang membawa
pasien untuk mendapatkan pertolongan dokter), riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.
Keluhan utama pasien datang biasanya berupa benjolan dilipat paha, jika

24
terjadi hernia inkaserata baiasanya pasien mengeluhkan pertama kali mual
dan muntah, sedangkan strangutala datang dengan keluhan nyeri hebat.
Lalu tanyakan dimana lokasi timbulnya, awal timbul benjolan, besar
benjolan sebelumnya, menghilang ketika berbaring atau menetap, nyeri
atau tidak, apa saja faktor yang memperberat dan memperingan keluhan,
adanya keluhan lain yang berhubungan seperti riwayat benjolan di tempat
yang sama sebelumnya,atau riwayat keluarga yang menderita penyakit
yang sama.

b. Pemeriksaan fisik

Hernia mempunyai tiga bagian yaitu kantong, isi kantong hernia


omentum yang terbanyak ditemukan, Usus bisa dicurigai apabila kantong
teraba halus dan tegang seperti hydrocele, tetapi tidak tembus cahaya,
Kadang – kadang pemeriksa bisa merasakan gas bergerak didalam
lengkung usus atau dengan auskultasi bisa menunjukkan peristaltik.
Lengkung usus yang berisi gas akan tympani pada perkusi..Pada
pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih
sulit untuk dilihat. Kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal
dengan cara memasukan jari ke annulus, jika cincinnya kecil jari tidak
dapat masuk ke kanalis inguinalis, lain halnya pada cincin yang lebar
hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada
tonjolan di kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.
Pemeriksaan fisik meliputi :

 Inspeksi
Perhatikan  keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum, atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring .

 Hernia reponibel : terlihat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang saat berbaring atau
saat direposisi.

25
 Hernia ireponibel : terlihat benjolan dilipat paha yag muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan tidak menghilang saat berbaring
atau saat direposisi
 Hernia inguinal

- Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari


lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.

 Palpasi
Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak
benjolan penderita diminta mengejan.yang dinilai pada pada palpasi teraba
benjolan atau massa di bagian mana, ukuran (dalam 3 dimensi PxLxD),
konsistensi, permukaan,dan batas tegas. Untuk membedakan hernia
inguinalis lateralis dengan hernia inguinalis medialis dilakukan
pemeriksaaan :
Pemeriksaan Finger Test :
1. Hanya dilakukan pada laki-laki
2. Penderita dalam keadaan berdiri
3. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
4. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal.
5. Penderita disuruh batuk:
 Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
  Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

26
Gambar 15. Finger Tes

Pemeriksaan Zieman Test :


1. Dapat dilakukan pada laki-laki dan perempuan
2. Posisi berdiri, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
3. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan bila benjolan di kanan dan
sebaliknya.
4. jari II di anulus inguinalis internus (± 1,5 cm diatas pertengahan SIAS
dan tuber kulum pubikun), jari III dianulus inguinalis externus, jari IV di
fosa ovalis.
5. Penderita disuruh mengejan, maka timbul dorongan pada salah satu jari :
  jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
  jari ke 3 : Hernia Ingunalis Medialis.
  jari ke 4 : Hernia Femoralis.

27
Gambar 16. Zieman Tes

Pemeriksaan Thumb Test :


 Posisi tidur terlentang atau berdiri
 Bila ada benjolan masukkan kedalam rongga perut
 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan,
atau meniup dengan hidung, atau menutup mulut atau batuk.
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 17. Thumb Tes

 Auskultasi

28
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia
yang mengalami hernia inkarserata (obstruksi usus). Auskultasi pada
benjolanàterdengar peristaltikàusus

 Perkusi
Bila didapatkan perut kembung, terdengar pekak pada saat perkusi
pikirkan kemungkinan hernia strangulata

c. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan fisik tambahan
Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intra peritoneal
meningkat, sebagai penyebab timbulnya hernia :
Rectal Toucher : BPH, Stenosis Anal, Tumor Recti
 Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
- Hematologi : adanya leukositosis
- Elektrolit, BUN, kreatinin tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi
- Urinalisis : untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha
 Radiologis
- USG dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat
paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis.
- CT-Scan abdomen : menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus. Mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya
hernia obturator (hernia yang melalui canalis obturatorius yang
normalnya dilewati oleh syaraf dan A. V. Obturatoria)

2.11 Diagnosis Banding Hernia Inguinalis

Diagnosis banding hernia inguinalis antara lain:

29
a. Orchitis
b. Hydrocele
c. Torsio testis
d. Undescencus testis

Hidrokel Orchitis Torsio Testis


Etiologi Kongenital Infeksi Kelainan
Prosesus Vaginalis PMS (penyakit anatomi, trauma
tidak tertutup menular seksual) pada scrotum,
sempurna perubahan suhu
Akuisita mendadak,
Infeksi, trauma pada genetic
testi /epididimis.
Usia Banyak pada anak- Semua usia Usia muda
anak dan Dewasa
Benjolan Di scrotum (buah Di testis, benjolan Di scrotum,
zakar) menetap, benjolan
benjolan menetap konsistensi kenyal menetap,
konsistensi kenyal padat, nyeri ari-ari konsistensi
lunak, transiluminasi kenyal padat
(+).
Nyeri Tidak nyeri Nyeri Nyeri hebat, dan
tiba-tiba
Demam Tidak demam Demam Tidak demam
laboratorium Dalam batas normal Leukositosis leukositosis

Tabel 3. Diagnosa Banding Hernia

2.12 Komplikasi Hernia Inguinalis


 Isi hernia dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat
terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitonial. Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang

30
sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis, atau lebih kaku, lebih sering terjadi jepitan parsial
hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang, tidak dapat
direposisi, adanya mual, muntah, dan gejala obstruksi usus (menyebabkan
gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa) jika terjadi
komplikasi hernia ini
 Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem
organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah, sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi
hernia terjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel, atau peritonitis, jika
terjadi hubungan dengan dengan rongga peru gejala yang sama disertai
adanya infeksi sistemik, adanya gangguan sistemik pada usus. Dapat pula
dijumpai nyeri hebat di tempat hernia, tanda peritonitis atau abses lokal

2.13 Penatalaksanaan Hernia Inguinalis


2.13.1 Penanganan di IGD
Non Farmakologi

- Mengurangi hernia.
- Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.
Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
- Menurunkan tegangan otot abdomen.
- Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap
hernia inguinalis.

31
Gambar 18. Posisi Trendelenburg

- Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan


menimbulkan proses analgesia.

Farmakologi

- Terapi cairan
Terutama pada pasien hernia inkaserata yang menyebabkan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.
Rumus Kebutuhan cairan :
Maintanance = 40 cc/ kg BB
Resusitasi cairan :
Dehidrasi ringan : 6%
Dehidrasi sedang : 8%
Dehidrasi berat : 10%
Rumus = Derajat dehidrasi x BB x 1000 cc
Pemberian cairan : 6 jam pertama = ½ resusitasi + ¼ maintanance
18 jam kedua = ½ resusitasi + ¾ maintenance
- Antibiotik : seperti, Cefotaxime (golongan Sefalosforin generasi ketiga)
- Analgetik : seperti ketorolac (golongan NSAID)
Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi. Karena
potensinya menimbulkan komplikasi inkarserasii atau strangulasi lebih
berat dibandingkan resiko yang minimal dari operasi hernia. Namun
penanganan hernia dapat dilakukan secara non operati (konservatif)
maupun operasi.

32
2.13.2 Non Operatif (Konservatif)
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi.
A. Reposisi bimanual
Reposisi dilakukan secara bimanual dimana tangan kiri
memegang isi hernia dengan membentuk corong dan tangan kanan
mendorong isi hernia ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan
perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
B. Reposisi spontan pada anak
Reposisi dilakukan dengan cara menidurkan anak dengan
pemberian sedativ dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi
ini berhasil maka anak akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya.
Jika reposisi tidak berhasil dalam waktu enam jam maka harus
dilakukan operasi sesegera mungkin.
C. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan atau penyangga hanya bertujuan agar
menahan hernia yang sudah direposisi dan tidak pernah menyembuh
dan harus dipakai seumur hidup. Cara ini mempunyai komplikasi
antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang
ditekan sedangkan strangulasi tentang mengacam. Pada anak-anak
cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali
sperma yang mengandung pembuluh darah testis.

33
Gambar 19. Bantalan Penyangga

2.13.3 Operasi

Indikasi operasi :
A. Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif
tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama
inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan
(usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang
mengikuti tindakan operatif.
B. Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada
keadaan inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat
bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan
morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.

Prinsip Pembedahan:

A. Pada anak-anak :Herniotomy


Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan,
kemudian direposisi, Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernia kongenital bayi dan anak-anak yang penyebabnya adalah prosesus
vaginalis yang tidak menutup, hanya dilakukan herniotomi, karena anulus
inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat.

- Hernioplasty :
Hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih efektif
dalam mencegah residif dibandingkan dengan herniotomi. metode hernioplastik
seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup
dan memperkuat fasia tranversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus
abdominis internus dan m. internus abdominis yang dikenal dengan cojoint

34
tendon ke ligamentum inguinal poupart menurut metode basinni atau menjahit
fasia tranversa, m.tranversa abdominis, m.oblikus internus ke ligamentum
cooper pada Mc Vay.

B. Pada pasien dewasa :Herniorafi


Herniorafi attau repair hernia adalah operasi hernia yang terdiri dari operasi
herniotomi dan hernioplasti. Tindakan herniorafi pertama kali dilakukan oleh
seorang ahli bedah italia bernama Eduaro Bassini pada tahun 1884. Prinsip
hernioplasti yang dilakukan bassini adalah penjahitan conjoint tendon dengan
ligamentum inguinalis. Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa
variasi teknik herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari
otot-otot yang di jait. Untuk mengatasi masalah ini, terdapat model pendekatan
operasi bebas regangan (Herniorafi tension-free). Pada teknik itu digunakan
prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar
kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal.

2.14 Pencegahan Hernia Inguinalis


Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat
dicegah, namun langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-
otot dan jaringan abdomen:
 Menjaga berat badan ideal
 Konsumsi makanan berserat tinggi
Buah, sayur, dan gandum baik untuk kesehatan dimana makanan tersebut
kaya akan serat tinggi yang dapat mencegah konstipasi
 Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari
mengangkat benda berat
Jika harus mengangkat benda berat diusahakan tidak membungkus
dengan bertumpu pada pinggang
 Berhenti merokok
Selain meningkatkan risiko terhadap penyakit serius seperti kanker dan
jantung, merokok seringkali menyebabkan batuk kronis yang dapat
menyebabkan hernia inguinalis

35
2.15 Prognosis
Prognosis baik jika hernia cepat dikoreksi dengan cara operasi. Makin
lama hernia dibiarkan, makin besar kemungkinan untuk terjadi stragulasi. Resiko
terjadinya strangulasi tergantung dari lokasi terjadinya hernia, besar kecilnya
lubang, serta sedikit banyaknya bagian usus yang menonjol. Rekuresi hernia
setealh di operasi sebasar 7%, bukan dikarenakan kegagalan operasi, tapi
dikarenakan otot dinding perut yang lemah.

36
BAB III
KESIMPULAN

Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi


abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus, atau kandung kemih) memasuki defek
tersebut sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. Sedangkan hernia
inguinalis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis internus / lateralis,
menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui annulus
inguinalis eksterna/medialis.Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis
lateralis dan hernia ingunalis medialis, dimana hernia ingunalis lebih banyak
ditemukan pada pria dari pada wanita, dapat jadi pada semua umur, namun
tersering pada usia antara 45-75 tahun dan terbanyak pada kelompok umur > 65
tahun.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena dinding belakang kanalis inguinalis
yang melemah akibat usia, peninggian tekanan intraabdominal, dan processus
vaginalis yang terbuka. Sebagian besar hernia inguinalis adalah asimptomatik,
dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi yaitu
ditemukan benjolan pada annulus inguinali ssuperfisialis.Komplikasi yang terjadi
yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi strangulasi penanganan segera
adalah dengan operasi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Faiz, Omar dan David Moffat. 2004. At a Glance: Series Anatomi. Alih bahasa:
Annisa Rahmalia. Jakarta: Erlangga
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. 2007. At a Glance: Ilmu Bedah Ed. 3. Alih
bahasa: Vidhia Umarni. Jakarta: Erlangga
Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Sabiston (1994), Buku Ajar Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC.
Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3.
Jakarta : EGC.

38

Anda mungkin juga menyukai