Anda di halaman 1dari 4

PENGABDIAN DI DESA TERSEMBUNYI

dengan KEKAYAAN ALAM yang MELIMPAH


Oleh: Akhmad Nurul Anam (18210056)
Prodi S1 Al Ahwal Al Syahsiyyah
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Jl. Gajayana No. 506 Malang
Email: akhmedna@gmail.com
085215109163

Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa atau


Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) sebutan dari pihak UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, dan KKM kali ini dilaksanakan dari rumah masing-masing karena masih
dalam masa pandemic covid-19 dan hal ini menyebabkan KKM tahun ini disebut
KKM-DR UIN Malang 2020/2021 yang merupakan salah satu mata kulaih yang
wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim pada semester
yang telah ditentukan. Pada KKM-DR ini, penulis berkesempatan mengabdi di
pedesaan yang asri dan tersembunyi dari bisingnya perkotaan. Bertempat di salah
satu kabupaten di Jawa Tengah yaitu dusun Gunung Tengah, Argosari, Ayah,
Kebumen. Dilokasi inilah penulis mengabdikan diri dalam program KKM DR
UIN Malang Mengabdi di masa pandemi.

Desa Argosari adalah sebuah desa di Kecamatan Ayah, Kabupaten


Kebumen, Jawa Tengah yang berada di wilayah tengah Perbukitan Karst dengan
ketinggian antara 250 hingga lebih dari 300 meter di atas permukaan air
laut (Mdpl). Karena berada di kawasan karst, Desa Argosari memiliki beberapa
sungai bawah tanah dan gua. Desa Argosari berjarak 13 Km dari pusat
Pemerintahan Kecamatan Ayah dan 45 Km dari pusat Pemerintahan Kabupaten
Kebumen. Desa ini terbagi menjadi lima dusun yaitu Dusun Brenggang, Dusun
Sari, Dusun Gunung Tengah, Dusun Kaligending dan Dusun Linggarsari. Jumlah
penduduknya kurang lebih 5.285 Jiwa.

Letak geografi Desa Argosari yang berada di perbukitan, menjadikan


mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Sebagian besar penduduk
bekerja sebagai petani gula jawa (nderes) dan gula semut yang biasa dijual ke
luar kota bahkan ke luar negeri. Selain itu, penduduk bekerja sebagai buruh,
pedagang dan perantau. Umumnya penduduk usia produktif belajar atau
merantau ke luar desa menuju kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung,
Yogyakarta, dan lainnya. Desa Argosari memiliki kualitas air dan udara yang baik
dan bersih karena jauh dari kota atau keramaian. Tanah yang berasal dari
Perbukitan Karst adalah salah satu tanah tersubur di bumi, jadi tidak
mengherankan jika berbagai macam tanaman dan pepohonan sangat berlimpah
dan mudah ditemui di desa ini. Namun kendala yang dihadapi oleh masyarakat
Desa Argosari adalah infrastruktur jalan yang kurang memadai.

Penulis bertempat tinggal di Dusun Gunung Tengah. Dusun Gunung


Tengah merupakan RW 05 di Desa Argosari yang terbagi menjadi 6 RT.
Sebelum menjalankan program kerja KKM, penulis melakukan kegiatan survey
ke desa dan berkeliling desa serta mengenali lingkungan dan potensi
masyarakat secara langsung namun sesuai protocol kesehatan.

Di Dusun Gunung Tengah, awal kegiatan mengaji atau TPQ berpusat di


Mushola Nurul Hidayah RT 01 RW 05 di bawah asuhan Ustadz Muslich Arifin.
Seiring berjalannya waktu, para ta’mir masjid/mushola di setiap RT membuka
Taman Pendidikan Al Qur’an bagi anak-anak sekitar mushola untuk
memudahkan mereka dalam mengaji, mengingat Dusun Gunung Tengah sendiri
cukup luas dan perlu kendaraan untuk sampai di Mushola Nurul Hidayah.
Program Kerja yang disusun penulis dalam bidang pendidikan yaitu membantu
para Asatidz mengajar TPQ dan membantu para guru mengajar di MI sekaligus
menyelenggarakan “Bimbingan Belajar” bagi siswa yang melakukan
pembelajaran online.

Kegiatan TPQ dilaksanakan setelah sholat maghrib sampai waktu sholat


‘isya. Setiap TPQ diampu oleh satu atau dua orang ustadz dengan kegiatan
membaca Al Qur’an dan Iqro’ serta hafalan surat pendek atau bacaan sholat.
Kegiatan TPQ pun diselingi dengan cerita-cerita Islami atau kisah Nabi agar
santri tidak penat dan bosan. Dalam beberapa pertemuan, penulis juga
mengajarkan beberapa do’a harian, sholawat Nabi dan qoshidah Asmaul Husna.
Dan juga mengajarkan ilmu bermain hadroh pada para santri. Kegiatan latihan
hadroh ini disambut dengan baik dan suka cita oleh Asatidz dan santri TPQ
karena hal menjadi pengalaman pertama mereka.
Pada pagi atau siang hari, pertemuan dilanjut dengan santri TPQ di MI
atau bimbel di mushola. Mengingat MI belum 100% diperbolehkan untuk
melaksanakan KBM di sekolah, maka KBM dilaksanakan dengan bergiliran yaitu
satu hari hanya ada satu kelas yang diperbolehkan belajar di MI bersama wali
kelasnya. Di kelas, penulis menyampaikan materi sesuai jadwal pelajaran
dengan diselingi permainan dan “Tepuk Semangat” yang dibuat oleh penulis
sendiri. Tidak lupa penulis menyampaikan materi moderasi beragama sesuai
dengan tema KKM-DR tahun ini. Kendala yang dihadapi saat menyampaikan
materi ini yaitu masih kesulitan untuk memahami apa itu moderasi beragama.
Karena masih banyak yang belum mengetahui macam-macam agama dan
tempat ibadah yang ada di Indonesia. Penulis mencoba mengaitkan materi ini
dengan kehidupan yang akan mereka hadapi dimasa mendatang dimana jika
mereka berkesempatan untuk menimba ilmu di luar Desa Argosari atau bahkan
di luar kota, maka mereka harus bersikap toleransi pada orang dengan ras, suku
atau agama yang berbeda.

Masa Pandemi mengharuskan masyarakat untuk senantiasa menjaga


kesehatan dan kebersihan diri serta lingkungan. Seluruh kegiatan masyarakat
harus diselenggarakan dengan mengikuti protokol kesehatan. Penulis juga
senantiasa mengingatkan pada santri untuk mencuci tangan atau menggunakan
hand sanitizer sebelum masuk ke mushola/TPQ dan menjaga jarak saat kegiatan
TPQ berlangsung. Banner atau poster mengenai pencegahan Covid-19 dipasang
di tempat umum seperti pertigaan jalan dan Balai Desa guna menyerukan pada
masyarakat untuk senantiasa menjaga kesehatan diri dan memutus rantai
penyebaran Covid-19. Guna meningkatkan kebugaran jasmani penulis juga
mengadakan kegiatan senam bersama santri TPQ dan ibu-ibu Dusun Gunung
Tengah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Kegiatan senam
disambut dengan sangat baik dan antusias oleh masyarakat. Kendala yang
dihadapi yaitu lokasi atau tempat senam yang kurang luas sehingga kegiatan
senam bersama santri TPQ dan ibu-ibu harus dilaksanakan pada waktu yang
berbeda. Tempat ibadah dan mengaji seperti masjid/mushola juga rutin
dibersihkan dan disemprot cairan disinfektan satu minggu sekali. Edukasi
mengenai cara memakai masker dan mencuci tangan dengan baik dan benar
telah dibuat penulis melalui video yang disebarkan di akun Youtube penulis.
Lokasi geografi Desa Argosari yang berada di peguungan menjadikan
mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Desa Argosari dikenal sebagai
penghasil gula jawa dan gula semut. Hampir setiap rumah penduduk membuat
gula jawa atau gula semut yang dijual ke luar kota dan bahkan luar negeri. Desa
Argosari juga dikenal dengan produksi sriping/kripik pisang, singkong, dan
talasnya. Melihat potensi ini, penulis mencoba mengenalkan inovasi baru dalam
sriping pisang yaitu membuat “Sriping Pisang Rasa” dengan varian rasa coklat,
keju, greentea dll yang belum pernah ada di Desa Argosari. Namun bagi
masyarakat Desa Argosari, hal ini terdengar sangat menarik dan bisa menjadi
ladang bisnis baru bagi masyarakat. Langkah pertama yang penulis lakukan
adalah mengadakan sosialiasasi mengenai inovasi “Sriping Pisang Rasa”.
Sosialisasi ini disambut dengan baik oleh warga, ibu-ibu PKK dan Ibu Kepala
Desa Argosari. Sosialisasi dilaksanakan di Balai Desa Argosari setelah kegiatan
Posyandu. Sosialisai berisi materi mengapa penulis memilih sriping pisang untuk
dikembangkan, cara pengemasan produk yang menarik dan cara memasarkan
produk via online. Setelah sosialisasi, penulis mengajak ibu-ibu untuk praktek
membuat “Sriping Pisang Rasa” di belakang Gedung Balai Desa. Meski
terkendala oleh lokasi dan peralatan praktek yang terbatas, namun praktek dapat
berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Harapan penulis, inovasi “Sriping
Pisang Rasa” ini dapat menjadi ladang bisnis baru bagi masyarakat dan
meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Argosari.

Demikian tulisan dari penulis selama KKM-DR di desa tersembunyi yang


masih sangat asri yaitu Desa Argosari. KKM-DR ini telah membukakan pikiran
untuk saling peduli pada masyarakat yang membutuhkan edukasi dan bimbingan
dari kaum terpelajar. Penulis juga mendapat banyak pengalaman dan pelajaran
hidup yang sangat berharga dari masyarakat. Penulis sadar, ilmu tidak akan
bermakna jika belum diamalkan dan disampaikan pada sesamanya. Semoga
KKM-DR ini bermanfaat bagi penulis dan masyarakat Desa Argosari, juga
semoga pembaca dapat terhibur dan mengambil manfaat dari tulisan yang penuh
kekurangan ini. Termikasih.

Anda mungkin juga menyukai