Menteri Dalam Negeri, Menteri Sosial, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Koordinasi Dibentuk dan
Menteri Agama, Menteri ESDM, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Kabupaten Bansos Pangan dikoordinasikan
Menteri Pertanian, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Komunikasi dan /Kota tingkat oleh
Informasi, Menteri Badan Umum Milik Negara/BUMN, Menteri RisTekDikTi, Kabupaten/Kota* Bupati/Walikota
Menteri Setneg, Setkab, Kepala BPS, Kepala Staf Kepresidenan,
Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Ototitas Jasa Keuangan Tim Koordinasi Dibentuk dan
Kecamatan Bansos Pangan dikoordinasikan
tingkat Kecamatan oleh Camat
Tugas Tim Pengendali mencakup koordinasi, pemantauan,
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Bantuan Sosial Non
Tunai, serta memberikan rekomendasi perbaikan kebijakan
dan pelaksanaan program
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH
Sesuai dengan PP Nomor 33 Tahun 2018 sebagaimana dimaksud berisi tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat diantaranya mempunyai tugas:
7
OVERVIEW
OPERATIONAL ROOM BSNT
▪Operational Room (Opsroom) :
Adalah media pengendalian Bantuan Sosial Non Tunai (BSNT) bagi Tim Pengendali
Bantuan Sosial Non Tunai, yang dibangun dengan prinsip kolaborasi, pemantauan, analisis
dan penyajian data dari keseluruhan program yang terintegrasi. Sesuai Perpres 63/2017,
Menko PMK sebagai Ketua Tim Pengendali Bantuan Sosial Non Tunai
10
KONTEN OPERATIONAL ROOM (2)
Dashboard Himbara
KETERANGAN
1. Sembako Nasional
untuk melihat data
penyaluran dan
pemanfaatan
secara nasional
2. Sembako Bank
untuk melihat
progress
penyaluran
berdasarkan data
Himbara
3. KKS tidak
terdistribusi
digunakan untuk
memantau Jumlah
KKS yang belum
terdistribusi
4. Ewarong Untuk
melihat sebaran
jumlah ewarong
per kab/kota
KONTEN OPERATIONAL ROOM (3)
KKS Tidak Terdistribusi
KONTEN OPERATIONAL ROOM (4)
EWARONG
KONTEN OPERATIONAL ROOM
Analisis Bansos
Pengaduan
Dapat disampaikan melalui:
Dari 10 juta KPM PKH, masih terdapat 906.231 KPM PKH NON BPNT. Sedangkan seharusnya BPNT/ Program
Sembako merupakan program komplementer PKH.
a. KPM belum mendapatkan KKS, saldo nol, KKS tidak combo (PKH atau program sembako saja), penyelesaian
kartu hilang/rusak lama, KKS double dan persoalan migrasi bank
b. Masih banyak KPM yang tidak memahami arti penting menjaga KKS (menitipkan KKS pada E-
Warong/Pendamping dan tidak memasukkan sendiri saat bertransaksi)
c. Salur bulanan sangat membantu KPM di masa pandemi, namun memiliki beberapa kelemahan :
• Dinamisnya data akan menyebabkan tingkat administratif yang kompleks dan menyita waktu
• Tujuan PKH untuk memandirikan keluarga juga terancam tidak tercapai (sulit dilakukan pendampingan, KPM
mengambil uang untuk kebutuhan dasar dan banyak yang merasa kesulitan dalam menyisihkan untuk kebutuhan
Pendidikan ataupun Kesehatan)
• Nilai bantuan sangat kecil terutama untuk KPM komponen tunggal karena tidak dapat diambil maksimum
d. Untuk memudahkan pemantauan perlu dibangun dashboard untuk memantau pencairan PKH
=> Sedang dikembangkan dashboard PKH Bersama JSK dan Himbara
21
CATATAN PKH SELAMA COVID-19 (2)
Sesuai dengan SE Direktur JSK bahwa kegiatan P2K2 sudah dapat mulai dilaksanakan pada bulan September
2020.
• Dengan adanya perluasan, pendamping banyak tambahan pendampingan KPM bahkan ada pendamping yang
mengampu 700 KPM dan lebih.
• Pendamping juga banyak mengeluarkan bea operasional untuk pendampingan (seperti mendatangkan
narasumber, penyediaan alat peraga, dll)
=>Perlu direview kembali beban pendamping, dan kompensasi yang diperoleh Kegiatan P2K2 di kelurahan Ladang
Cakiah Kec. Aur Birugo Tigo Baleh, Kota
• Pendamping belum cukup pengetahuan dalam menyampaikan dan Bukit Tinggi
menerapkan protokol kesehatan pada KPM maupun dalam
pelaksanaan P2K2
=> pendamping mesti tetap dipastikan memperoleh pembekalan
materi
Perlu dibuatkan media P2K2 yang adaptif dengan situasi covid
dan diselenggarakan perlombaan untuk memancing kreatifitas
pendamping dalam memandu P2K2 di masa covid.
Perlu dukungan kepada para pendamping untuk menghadirkan
narasumber yang berkompeten di bidang Kesehatan/ekonomi/dll
22
CATATAN PKH SELAMA COVID-19 (3)
Masa Covid --Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) -- Graduasi Mandiri
▪ Potensi : Pendamping sangat bersemangat mendorong graduasi mandiri
▪ Kelemahan :
✓ Kurang dikenalnya KPM PKH sebagai sasaran program pemberdayaan
✓ Terbatasnya networking dan pengetahuan para pendamping/korkab/korwil dengan
program pemberdayaan
Perlu sinergi antar program baik di level pusat maupun daerah.
Perlu difasilitasi para pendamping agar terhubung dengan PEN
Menghadirkan KPM graduasi mandiri dalam P2K2 sehingga saling menginspirasi
Kelompok PKH
Kesulitan Pengantaran Produk & Pengemasan Kesulitan Modal Membutuhkan KUR Sharing Bersama KPM Graduasi Mandiri
23
HASIL PEMANTAUAN KEMENKO PMK BANTUAN TAMBAHAN BERAS DI CIANJUR
1. Transporter menyalurkan beras TIDAK DI KPM TETAPI DI BALAI DESA (terjadi pengumpulan massa)
2. Bulog tidak menempel atau menggunakan karung yang bertanda “Khusus untuk KPM PKH”
3. KPM diinfokan melalui RT RW maupun ketua kelompok PKH. KPM diminta untuk membawa KTP dan KK saat
pengambilan bantuan beras di balai desa
4. Pendamping PKH menjadi poros distribusi padahal seharusnya mereka hanya sebagai pemantau. Tidak ada
pihak transporter yang berada di area penyaluran (hanya drop beras lalu pergi) => menyalahi komitmen
antar hingga KPM
5. Dalam proses pembagian SOP yang ditetapkan tidak standar : tidak semua divalidasi data (cross check KTP
dan nama penerima , tanda serah terima dari pendamping bukan transporter, tidak ada juknis jika
diwakilkan pengambilannya
24
HASIL PEMANTAUAN KEMENKO PMK BANTUAN TAMBAHAN BERAS DI CIANJUR
DUA PIHAK DALAM POSISI LEMAH
KPM BUTUH--PENDAMPING TERSENTUH DAN TAK TEGA
❑ KPM rela mengeluarkan uang transport untuk naik Angkot Rp
10.0000 (pp). Sementara jarak rumah dengan titik turun angkot
cukup jauh
❑ KPM rela harus menggotong sendiri beras dari titik kelurahan ke
titik angkot. Padahal terdapat pula ibu lansia
❑ Pendamping rela menjadi corong penginfo dan bahkan
mengurus keseluruhan rangkaian distribusi meski harus
berlarut malam demi tersampaikannya beras untuk KPM PKH
dan tidak salah sasaran
REKOMENDASI :
▪ Sosialisasi Juknis kepada seluruh dinsos
▪ Transporter DIINGATKAN UNTUK HARUS BERTANGGUNG JAWAB : ANTAR
KE TITIK TERDEKAT DENGAN KPM PKH.
▪ Pendamping PKH ditempatkan dalam porsinya sebagai pemantau
▪ Akuntabilitas serah terima transporter ke KPM PKH harus standard
▪ SOP Mekanisme penyaluran tetap harus mempertimbangkan Protokol
Kesehatan dan adanya intervensi khusus pengantaran bagi lansia dan
disabilitas 25
DATA PAGU, PEMANFAATAN DAN EWARONG
Pemanfaatan
Jumlah E- Usulan
No Kab/kota
April Mei Juni Juli Agustus September warong Penyalur
26
PENTINGNYA KOLABORASI PEMERINTAH PUSAT DENGAN DAERAH
FUNGSI FUNGSI
a. Koordinasi perencanaan dan penyediaan APBD a. Koordinasi perencanaan dan penyediaan APBD untuk
untuk mendukung pelaksanaan Program Bansos mendukung pelaksanaan Program Bansos Pangan di
Pangan di Provinsi Kabupaten/Kota
b. Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program b. Koordinasi pemutakhiran data KPM
Bansos Pangan c. Sosialisasi program
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Program d. Perencanaan dan koordinasi penyaluran di Kab/Kota
Bansos Pangan di Provinsi dan Kabupaten/Kota e. Menyediakan pendamping
d. Pengelolaan dan penanganan pengaduan Program f. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program di
Bansos Pangan di Provinsi Kabupaten/Kota
e. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi g. Pengelolaan dan penanganan pengaduan di
Tikor Bansos Pangan Kab/Kota Kabupaten/Kota
f. Pelaporan pelaksanaan Bansos Pangan kepada h. Pembinaan Tikor Bansos Pangan Kecamatan dan
Menko Bidang PMK, Menteri Sosial, Menteri Dalam pelaksana distribusi
Negeri dan Tikor Bansos Pangan Pusat i. Pelaporan pelaksanaan Bansos Pangan
29