OLEH
Nama:Agustina Nara
Nim:11581118
1. Definisi
dari 20 % pada laki-laki berusia 41-50 tahun menjadi lebih dari 90% pada
2. Anatomi Fisiologi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak
posterior. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang
dewasa kurang lebih 20 gram. Kelenjar prostat yang terbagi atas beberapa
zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona
terdapat pada zona transisional (zona yang terdapat bagian salah satu organ
genitalia pria yang menjadi besar akbat penumpukan urine) (Tanto, 2014).
Gambar 2. 1 Kelenjar prostat
kandung kemih dan ditembus oleh uretra. Uretra yang menembus kandung
kemih ini disebut uretra pars prostatika. Lumen uretra pars prostatika
3. Klasifikasi
1. Stadium I
sampai habis.
2. Stadium II
walaupun tidak sampai habis masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa
4. Stadium IV
4. Etiologi
BPH bersifat multifactorial dan pengaruh oleh sistem endokrin, selain itu
5. Patofisiologi
kemih dan tembus oleh uretra.kelenjar ini dibagi empat zona yaitu zona
disebut dengan benign prostat obstruksi (BPO). Gejala klinis yang timbul
terbagi atas dua jenis yaitu gejala obstruksi dan gejala iritasi, gejala
6. WOC
Menggangu pola
Resiko Infeksi istirahat dan tidur
GANGGUAN
POLA TIDUR
7. Manifestasi Klinis
Gejala obtruksi :
a. Miksi terputus
f. Miksi ganda (berkemih untuk kedua kalinya dala waktu ≤ 2 jam setelah
miksi sebelumnya )
Gejala Iritasi
8. Kriteria Diagnosa
d. Dulit miksi
9. Pemeriksaan Penunjang
a. BNO IVP
d. Biopsi jarum bila ada kecurigaan pada colok dubur atau PSA 10
10. Terapi
a. Terafi konservatif : keluhan iritatif dan obstruksi ada, sisa urine kurang
dari 50 cc.
b. Pertolongan pertama :
gagal
c. Operasi depenitif :
urologi terlatih
11. Penyulit
12. Diagnosis
pemeriksaan penunjang
13. Anamesis
secara lengkap. Tanya pula riwayat penyakit lain dan penyakit saluran
a. Prostat spesifik anti gen (PSA), bersifat spesifik tetapi tidak spesifik
penyakit BPH selanjutnya, keluhan alkibat BPH lebih berat atau lebih
mudah terjadi retensi urine akut, rentang normal nilai PSA adalah:
Struktur uretra, kontraktur leher kandung kemih, batu buli, kanker prostat
a. Observasi waspada
Ob. Ervasi waspada dapat dilakukan pada pasien bergejala ringan dengan
Skor IPSS 0-7 evaluasi dilakukan secara berkala, yaitu 3,6 dan 2 bulan
b. Farmakologi
Cara kerja
Contoh obat
Prazosin 2 x 1-2 m
Tamsulosin 1 x 0,2-0,4 mg
2. Pengahambat 5 areduktase
3. Fitoterafi
1. Pengkajian
dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nursalam,
2012).
adalah :
1. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Inspeksi : merintih, menahan aasakit.
Rambut : Lurus/keriting, warna, Ketombe, kerontokan
Mata : Simetris/tidak, pupil isokhor, akonjunctiva
tidak anemis
Hidung : Terdapat mukus/tidak, pernafasan cuping
hidung.
Telinga : Simetris, terdapat mukus/tidak
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
2) Dada
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu
pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa
panas, nyeri tekan(-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal
3) Abdomen
2. Diagnosa Keperawatan
dan mencegah maslah keperawatan klien yang ada pada tanggung jawabnya.
a. Pre Operasi :
1) Ansietas b.d kurangnya pengetahuan dan informasi
2) Nyeri akut b.d trauma jaringan (insisi operasi), pemasangan kateter
spasme kandungan
b. Post Operasi :
1) Nyeri akut b.d trauma jaringan (insisi operasi), pemasangan kateter
spasme kandungan
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak
adekuatnya intake
3) Gangguan pola tidur b. perubahan status kesehatan
4) Resiko tinggi infeksi b.d pembedahan
pada klien benign prostac hyperplasia dari 4 jam sampai 5 hari adalah :
a. Pre Operasi :
1) Ansietas b.d kurangnya pengetahuan dan informasi
2) Nyeri akut b.d trauma jaringan (insisi operasi), pemasangan kateter
spasme kandungan
b. Post Operasi :
1) Nyeri akut b.d trauma jaringan (insisi operasi), pemasangan kateter
spasme kandungan
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak
adekuatnya intake
3) Gangguan pola tidur b. perubahan status kesehatan
4) Resiko tinggi infeksi b.d pembedahan
4. Intervensi Keperawatan
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saringpengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikanperawatan
kuliat pada area
epidema
9. Inspeksikulitdan
membranmukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
A. Evaluasi
1. Pasien dapat bergerak dengan baik.
2. Kebutuhan pasien terpenuhi.
3. Tingkat pengetahuan pasien bertambah.