PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Corona virus disease 2019 (COVID-19) resmi diberi sebutan oleh World Health
Organization (WHO) pada Februari 2020 berasal dari Wuhan, Tiongkok. 1 Pada
Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Pada Januari 2020,
China mengidentifikasi etiologi dari pneumonia tersebut sebagai jenis baru corona virus
berasal dari keluarga besar Coronavirus yang menyebabkan penyakit dengan gejala
Menurut data WHO pada pertengahan Agustus 2020 terdapat 22.307.187 pasien
yang terinfeksi COVID-19. Sampai saat ini terdapat 203 Negara yang telah terjangkit
Concern/PHEIC). Angka mortalitas diseluruh dunia 3,5%.1 Pada Negara Indonesia per
pertengahan Agustus 2020 telah mencapai 143.043 pasien dengan kasus positif COVID-
19. Dan masih terus meningkat kasusnya hingga pertengahan Mei 2020 dengan angka
kematian/Case Fatality Rate di Negara Indonesia sebesar 4,4%.3 Angka kejadian kasus
terkonfirmasi positif di Riau hingga pertengahan bulan agustus sebanyak 1039 kasus
dengan kota Pekanbaru menempati posisi tertinggi dengan jumlah 353 kasus
terkonfirmasi.4
aspek kesehatan, sosial, dan ekonomi yang harus berjalan beriringan agar tercapai tujuan
yang diharapkan. Masyarakat harus melakukan perubahan pola hidup dengan tatanan
1
dan adaptasi kebiasaan yang baru (new normal) agar dapat hidup produktif dan terhindar
dari penularan COVID-19. Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata
Peran masyarakat dalam memutus mata rantai penularan COVID-19 harus dilakukan
dengan menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dengan baik dan
benar, mencuci tangan, menjaga jarak, serta meningkatkan daya tahan tubuh dengan
Puskesmas Sail merupakan salah satu sarana kesehatan tingkat 1 yang berlokasi
di Jl. Hang Jebat No. 15, Pekanbaru. Pelayanan Puskesmas Sail mencakup 3 keluharan,
yaitu Suka Mulia, Suka Maju, dan Cinta Raja. Puskesmas Sail memiliki total kunjungan
pasien rawat jalan sebanyak 24.920 pasien dalam 1 tahun. Jumlah tenaga kerja pada
ke waktu. Dari wawancara kepada beberapa pasien yang datang ke Puskesmas Sail,
menyatakan bahwa mereka masih sering lalai dalam mematuhi protokol kesehatan,
seperti menggunakan masker dan mencuci tangan serta menjaga jarak. Pasien
mengatakan kelalaian ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti pasien mengatakan
bahwa mereka merasakan lebih sesak jika menggunakan masker, selain itu juga pasien
sering lupa dalam menggunakan masker ataupun mencuci tangannya sebelum dan
setelah bepergian. Pada tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Sail, seluruhnya
2
internship memilih untuk mengangkat topik mengenai evaluasi adaptasi kebiasaan baru
B. Tujuan Umum
1. Tujuan Umum
Mengetahui Optimalisasi Physical Distancing di Puskesmas Sail Dalam Penanganan
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam kegiatan ini antara lain :
a. Mengidentifikasi masalah belum optimalnya tingkat pengetahuan pelaksanaan
Physical Distancing di Puskesmas Sail
b. Menganalisis penyebab masalah belum optimalnya tingkat pengetahuan
Physical Distancing di Puskesmas Sail
c. Menyusun alternatif pemecahan masalah dari belum optimalnya tingkat
pengetahuan Physical Distancing di Puskesmas Sail
d. Melakukan action terhadap alternatif pemecahan masalah belum optimalnya
tingkat pengetahuan Physical Distancing di Puskesmas Sail.
C. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Terpenuhinya kebutuhan ilmu pengetahuan bagi masyarakat dalam
melaksanakan fungsi sosialnya sehingga diharapkan mampu mencegah dan
mengurangi transmisi serta memutus mata rantai COVID-19.
2. Bagi Puskesmas Sail
Membantu puskesmas dalam menerapkan protokol kesehatan pada era
pandemi covid 19 terhadap pasien yang berkunjung ke Puskesmas Sail.
3. Bagi Dokter Internship
Dapat meningkatkan pengetahuan, rasa empati dan upaya kesahatan yaitu
promotif dan preventif guna mencegah dan mengurangi transmisi serta memutus
mata rantai COVID-19.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi
dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.
sebagaimana terlampir).
4. Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik), untuk menemukan
kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga
14 hari setelah kasus timbul gejala. Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala
(asimptomatik), untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari
4.Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau beratnya
manifestasi klinis.7
a. Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran.
b. Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat,tekanan darah
normal atau menurun, suhu tubuh meningkat. Saturasi oksigen dapat normal
atau turun.
c. Dapat disertai retraksi otot pernapasan.
d. Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis dan
dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah konsolidasi, suara napas
bronkovesikuler atau bronkial dan ronki kasar.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada fase awal pasien dengan COVID-19, dapat ditemukan hitung sel
darah putih total yang normal maupun menurun dan hitung limfosit yang
menurun. Pada beberapa pasien dapat terjadi peningkatan nilai enzim hati,
LDH, enzim otot dan myoglobin dan pada beberapa pasien yang kritis dapat
ditemukan peningkatan kadar troponin. Sebagian besar pemeriksaan
laboratorium menunjukkan peningkatan nilai C-Reaktif Protein dan tingkat laju
endap darah, sedangkan nilai prokalsitonin normal. Pada pasien yang parah,
nilai D-dimer meningkat dan limfosit darah perifer terus menurun.
Selain itu, peningkatan nilai faktor inflamasi juga terjadi pada pasien
yang parah dan kritis. Asam nukleat nCoV-2019 dapat dideteksi lewat
spesimen biologis seperti hapusan (swab) nasofaring, sputum (dahak), sekresi
saluran pernapasan bagian bawah lainnya, darah dan feses. Semua spesimen
tersebut harus dikirim dan diuji secepat mungkin.8
b. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Prioritas utama untuk memfasilitasi intervensi kesehatan masyarakat
adalah diagnosis laboratorium. Pada infeksi pernapasan akut, Real Time –
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) secara rutin digunakan untuk
mendeteksi virus penyebab dari sekresi pernapasan.11 PCR adalah suatu metode
enzimatis untuk amplifikasi DNA dengan cara in vitro. Pada proses PCR
diperlukan beberapa komponen utama, yaitu DNA cetakan, Oligonukleotida
primer, Deoksiribonukelotida trifosfat (dNTP), Enzim DNA polimerase, dan
komponen pendukung lainadalah senyawa buffer. Pada proses PCR
menggunakan alat termosiklus, sebuah mesin yang memiliki kemampuan untuk
memanaskan sekaligus mendinginkan tabung reaksi dan mengatur temperatur
untuk tiap tahapan reaksi. Ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang
selalu terulang dalam 30-40 siklus dan berlangsung dengan cepat yaitu,
denaturasi, annealing dan ekstensi untai DNA. Produk PCR dapat diidentifikasi
melalui ukurannya dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa. Teknik
PCR dapat dimodifikasi ke dalam beberapa jenis diantaranya : PCR – RFLP,
PCR-RAPD, nested-PCR, Quantitative- PCR, RT-PCR dan Inverse –PCR.
Efektifitas PCR dikatakan sangat tinggi. Hal ini didasarkan atas spesifitas ,
efisiensi dan keakuratannya.8,9
c. Rapid Test COVID-19
Rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi,
yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona.
Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Corona. Ketika
ada antigen yang masuk ke dalam tubuh kita, dalam hal ini virus SARS-CoV-
2, sistem pertahanan tubuh kita akan melawan. Jika tubuh kita disamakan
dengan sistem pertahanan negara, maka tentara dalam tubuh kita bernama sel
darah putih. Ketika serangan musuh semakin hebat, maka makin banyak juga
sel darah putih yang dikerahkan.8
Rapid test dengan spesimen yang tepat adalah dari pasien yang
memenuhi kriteria yang dicurigai untuk COVID -19 yang merupakan prioritas
untuk manajemen klinis dan pengendalian wabah yang harus dikerjakan oleh
ahli laboratorium atau tenaga kesehatan yang kompeten.8
d. Rontgen Dada (Chest Imaging)
Fase awal COVID-19, hasil rontgen dada menunjukkan bayangan bercak-
bercak kecil (small patched shadow) yang multipel dan perubahan interstitial,
khususnya di periferal paru. Pada gambaran foto polos thoraks akan didapatkan
kesan pneumonia. Pada pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan CT
Scan, akan didapatkan gambaran yang muncul pada pasien berkembang
menjadi bayangan perselubungan (ground glass) yang multipel dan bayangan
infiltrasi pada kedua paru. Pada kasus yang parah, dapat terjadi konsolidasi
paru. Jarang ditemukan efusi pleura pada pasien COVID-19.8,10
6. Diagnosis Banding
Manifestasi ringan yang disebabkan oleh COVID-19 harus dibedakan dengan
infeksi pernafasan yang disebabkan oleh virus lain. NCP harus dibedakan dengan
deteksi rapid antigen, tes asam nukleat PCR berulang dan metode lainnya harus
dilakukan untuk menguji patogen pernafasan yang umum. Selain itu, harus dibedakan
pneumonia.11
droplet yang mengandung virus SARSCoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui
hidung, mulut dan mata, untuk itu pencegahan penularan COVID-19 pada individu
mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol
b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan mulut
jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena
droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak memungkin melakukan
jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis
lainnya.
d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak diketahui
status kesehatannya.
e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian sebelum
f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari,
i. Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera
A. Sasaran Kegiatan
Kegiatan ini diikuti oleh pasien di Puskesmas Sail.
B. Bentuk Kegiatan
1. Survei tentang perilaku kebiasaan adaptasi baru Physical Distancing pada
pasien di Puskesmas Sail.
2. Memberikan quesioner kepada pasien.
3. Evaluasi dan monitoring.
C.Pelaksanaan Kegiatan
Menurut data yang didapat dari kantor BPS Kota Pekanbaru, angka
kelahiran laki-laki di Kecamatan Sail berjumlah 51 jiwa, 45 jiwa perempuan
dan angka kematian berjumlah 92 jiwa laki-laki, 78 jiwa perempuan.
5. Sarana Pendidikan
Tabel 3
Sarana Pendidikan
B. Hasil Kegiatan
1.Penyuluhan tentang masalah Physical Distancing
Kriteria Keberhasilan :
Terdapat peningkatan pengetahuan pasien yang diketahui dari hasil quesioner
yang dibagikan kepada pasien setelah penyuluhan.
2.Sosialisasi dan publikasi melalui media tentang Phisycal Distancing di
Puskesmas Sail
Kriteria Keberhasilan :
Sudah terpasang sticker dan poster tentang physical distancing di area
Puskesmas Sail.
C. Hasil Uji Statistik
1. Uji Normalitas Dan Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.570 2
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (COVID-19) Revisi ke-
5. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Jakarta. 2020;40-
42,110.
Susilo A, Rumende CM, Pitoyo Cw, etc. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur
Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta. 2020; Vol.7.
Burhan E, Isbaniah F, Susanto AD, Aditama TY, Soedarsono, Sartono TR, dkk.
Pneumonia Covid-19 Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. Tim Penyusun
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Jakarta. 2020.
Corman VM, Landt O, Kalser M, etc. Detection of 2019 novel coronavirus (2019-
nCoV) by real-time RT-PCR. Eurosurveillance. German. 2020.
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Zang Li, Fan G, etc. Clinical features of
patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet. 24 jan
2020.
Muthia F. Perbedaan Efektifitas Penyuluhan Kesehatan menggunakan Metode
Ceramah dan Media Audiovisual (Film) terhadap Pengetahuan Santri Madrasah
Aliyah Pesantren Khulafaur Rasyidin tentang TB Paru Tahun 2015. Jurnal
Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura. 2016;2(4).