Dalam hal ini bertindak untuk Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) ANTAR NUSA AVIASI
beralamat di Jln. Sangkuriang No. 93 Cimahi 40511, Jawa Barat yang selanjutnya disebut PIHAK
PERTAMA;
Dalam hal ini bertindak sebagai Peserta Magang Jepang, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA;
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA setuju dan sepakat untuk mengadakan perjanjian
dalam rangka keikutsertaan pada program magang di Negara Jepang dengan ketentuan – ketentuan
sebagai pasal berikut :
BAB 1
KETENTUAN UMUM
PASAL 1
BAB II
KESEPAKATAN
PASAL II
PIHAK PERTAMA bersedia membantu proses penempatan PIHAK KEDUA sebagai Peserta Magang
ke Jepang, PIHAK KEDUA menyatakan kesediaannya untuk mengikuti Program Pemagangan ke
Jepang di perusahaan yang telah bekerja sama dengan PIHAK PERTAMA selama mengikuti proses
pemagangan di Jepang.
BAB III
PEMBIAYAAN
PASAL III
Tahapan pembayaran biaya pelatihan sampai dengan penempatan ditentukan atas dasar kesepakatan
bersama.
1. Biaya pelatihan dan penempatan tidak termasuk biaya transportasi local calon peserta magang
teknis selama masa pelatihan/persiapan
2. Biaya pelatihan sampai dengan penempatan tidak termasuk biaya pendaftaran dan biaya tahap
seleksi.
3. Biaya konsumsi selama pelatihan dan pembuatan paspor ditanggung oleh peserta.
BAB IV
KEWAJIBAN dan HAK
PASAL IV
PASAL V
Perjanjian ini berlaku sejak ditandatanganinya perjanjian ini oleh PARA PIHAK dan berakhir ketika
PIHAK KEDUA telah menyelesaikan program magang di Jepang atau jika salah satu PIHAK tidak
mampu memenuhi kewajibannya sebagaimana tertera pada Pasal 4.
BAB VI
SANKSI
PASAL VII
1. PIHAK KEDUA yang dengan sengaja menghilang atau melarikan diri selama proses pemagangan,
maka PIHAK PERTAMA menyerahkan secara penuh kepada pihak perusahaan tempat pemagang
untuk segera menghubungi Konsulat Kedutaan, Kantor Imigrasi dan Kepolisian di Jepang maupun
di Indonesia. Keputusan mengenai ditahan atau tidaknya, akan diserahkan kepada pihak Konsulat
Kedutaan, Kantor Imigrasi maupun Kepolisian di Jepang maupun Indonesia;
2. Jika PIHAK KEDUA dengan sengaja menghilang atau melarikan diri selama proses pemagangan
maka PIHAK KEDUA harus memberikan izin kepada pihak Konsulat Kedutaan, Kantor Imigrasi
maupun Kepolisian untuk menyebarkan foto PIHAK KEDUA, foto keluarga PIHAK KEDUA
dan data diri PIHAK KEDUA di surat kabar, majalah, dan media sosial;
3. Dalam kasus menghilangnya PIHAK KEDUA secara disengaja, apabila PIHAK PERTAMA
ingin mencari keberadaan PIHAK KEDUA maka semua biaya ditanggung oleh PIHAK KEDUA;
4. Dalam kasus kaburnya PIHAK KEDUA secara disengaja, jika selama 6 bulan berturut-turut tidak
tertangkap dan tidak menyerahkan diri ke pihak berwajib, maka PIHAK PERTAMA dapat
meminta pihak Dinas Pencatatan Sipil untuk mengeluarkan Surat Kematian PIHAK KEDUA,
sehingga PIHAK KEDUA tidak akan bisa kembali ke Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang-
Undang RI No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 45 Ayat 3, 4, 5 dan 6
serta Peraturan Presiden Nomor 25 tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil Pasal 84, 85 dan 86.
BAB VII
PERSELISIHAN
PASAL VIII
1. Jika terjadi konflik hukum di Jepang mengenai ketentuan perjanjian ini, maka akan diproses
berdasarkan hukum yang berlaku di Kedua Negara;
2. Perselisihan yang mungkin timbul sebagai akibat pelaksanaan perjanjian ini, maka PARA PIHAK
telah setuju dan sepakat menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat;
3. Panitia Arbitrase sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini terdiri atas 3 (tiga) orang anggota yaitu
seorang yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA, seorang ditunjuk oleh PIHAK KEDUA, dan
orang ketiga adalah hasil pemilihan dari orang-orang yang ditunjuk oleh PARA PIHAK;
4. Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini tidak tercapai, maka PARA
PIHAK telah sepakat untuk menyelesaikannya melalui Pengadilan dengan memilih kedudukan
hukum yang umum dan tetap di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bale Bandung Kelas 1A
(Jl. Jalaksana, Bale Indah, Kab. Bandung, Jawa Barat 40375. Tlp/Fax : (022) 5940791, (022)
5940870, (022) 5940654. Email : pn.balebandung@gmail.com))).
BAB VIII
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJURE)
PASAL IX
1. Apabila terjadi keadaan di luar kekuasaan (Force Majure) PARA PIHAK yang mengakibatkan
tidak dapat dilaksanakannya perjanjian kerjasama ini, maka PARA PIHAK dibebaskan dari
tanggung jawab atas keterlambatan atau kegagalan dalam kewajiban yang tercantum dalam
perjanjian ini;
2. Peristiwa yang dapat digolongkan sebagai force majure antara lain adanya bencana alam (gempa
bumi, banjir, angin topan, dll) wabah penyakit, perang, peledakan, revolusi, huru-hara dan
kekacauan ekonomi/moneter yang berpengaruh pada perjanjian ini;
3. Apabila terjadi force majure maka pihak yang lebih dahulu mengetahui wajib memberitahukan
kepada pihak lainnya selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah terjadinya
force majure untuk diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat;
4. Keadaan force majure sebagaimana dimaksud dalam pasal ini tidak dapat menghapuskan
perjanjian, dan berdasarkan kesiapan kondisi, PARA PIHAK dapat melangsungkan perjanjian
sebagaimana mestinya.
BAB IX
PENUTUP
PASAL X
1. Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian ini akan dirundingkan kembali oleh PARA PIHAK
dan akan dibuat addendum (perjanjian tambahan) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
perjanjian ini;
2. Perjanjian ini dibuat rangkap 2 (dua), masing-masing ditandatangani di atas materai bernilai cukup
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan memiliki kekuatan hukum yang sama.
9 November 2020