Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

KONTRASEPSI MANTAP

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

ANGGI MERLYA RAHMADHANI

IMA PUTRI HIDAYATI

FAJAR KURNIA

IMAM MURSYID ARDHI

PRODI D III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

T.A 2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kontrasepsi
Mantap” ini dengan baik dan mampu diselesaikan dalam tepat waktu. Kami juga berterima
kasih kepada Ibu Ns.Viky Yusri M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas
yang telah membantu kami dalam revisi makalah kami sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk keluarga pasien, masyarakat,
serta para medis. Semoga makalah ini dapat dipahami, serta berguna bagi kami sendiri dan
pembaca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami meminta kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan makalah ini kedepannya. Terima kasih.

23 Oktober 2020

Kelompok 10

ASUHAN KEPERAWATAN KONTRASEPSI MANTAP


(KONTAP)
A.   Konsep Dasar
Kontrasepsi mantap merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, secure contraception,
nama lain dari kontrasepsi mantap adalah sterilisasi. Sterilisasi merupakan suatu tindakan
atau metode yang menyebabkan seorang wanita tidak dapat hamil lagi.
Sterilisasi dapat diartikan juga sebagai metode pemandulan pria dan wanita dengan
jalan operasi agar tidak dapat menghasilkan keturunan. Secara teori orang yang disterilisasi
masih bisa dipulihkan lagi, tetapi para ahli kedokteran mengakui harapan tipis sekali untuk
dapat berhasil. Secara sederhana kontrasepsi mantap atau sterilisasi dapat diartikan sebagai
cara atau metode ber-KB dengan melakukan pembedahan pada saluran benih, baik berupa
pemotongan dan atau pengambilan sebagian atau hanya melakukan pengikatan.
Berdasarkan uraian di atas penulis mengartikan kontrasepsi mantap atau sterilisasi
adalah metode KB yang bertujuan untuk mengatur atau menentukan jumlah anak dengan
cara menghilangkan kemampuan untuk memperoleh anak melalui prosedur pembedahan
atau operasi.
1.    Tubektomi (Kontrasepsi Mantap Pada Wanita)
a.    Defenisi
      Tubektomi adalah suatu kontrasepsi permanen yang dilakukan dengan cara tindakan
pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dengan sel
mani / sperma.
b. Teknik melakukan Tubektomi
Pada umumnya ligasi tuba atau tubektomi dilakukan dengan lima metode sebagai
berikut:
a) Laparoskopi
Laparoskopi adalah melihat isi rongga perut dengan menggunakan lensa,
sejenis teleskop.99 Prosedur laparoskopi memerlukan tindakan anestesi umum,
dengan dibantu sayatan (insisi) sepanjang kurang lebuh 1 cm pada bagian dekat pusar.
Kemudia dokter mengikat kedua saluran tuba falopii.

b) Laparotomi
Metode laparotomi dilakukan dengan membuka rongga perut sehingga organ-
organ reproduksi terlihat sangat jelas. Tuba falopii kemudian diikat dan diangkat.
c) Minilap
Kata minilap berasal dari mini-laparotomi. Metode ini sama dengan metode
laparotomi, hanya saja sayatan yang dibuat lebih kecil dan menggunakan anestesi
lokal. Sayatan dilakukan tepat diatas garis rambut kemaluan, lalu kedua saluran tuba
falopii diikat dan dipotong.
d) Kolpotomi
Pada metode ini dokter akan menjangkau kedua saluran tuba falopii melalui
vagina dan dari belakang rahim.
e) Histerektomi
Metode ini biasanya dilakukan jika terdapat penyakit pada rahim, atau dapat
disarankan kepada wanita yang sudah berumur. Dalam metode ini rahim diangkat
seluruhnya.
f) Pengikatan Tuba
Terdapat beberapa cara untuk mengikat tupa seperti; Pomeroy, Irving, Uchiha,
dan Fimbriektomi.
c.    Keuntungannya
 Wanita tersebut mengalami kenikmatan yang lebih besar dari hubungan sexual bebas
 Komplikasi yang dijumpai lebih sedikit dan enteng.
 Sangat efektif dan permanen.
 Tidak ada efek samping jangka panjang.
d.    Kerugiannya
 Perlu tindakan operasi kecil.
 Menghindari kemampuan untuk melahirkan.
e.    Indikasi Sterilisasi
 Indikasi medis umum yaitu: adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi
lebih berat bila wanita ini hamil lagi.
 Gangguan fisik: tuberkulosis pulmonum, penyakit jantung, penyakit ginjal,
kanker payudara, multiple sklerosis dan sebagainya.
 Gangguan psikis: skizopernia (psikosis), sering menderita psikosa nifas dan
lain-lain.
 Indikasi medis obstetrik yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea
berulah, histerektomi obstetrik dan sebagainya.
 Indikasi medis ginekologik: pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula
dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
 Indikasi sosial ekonomi yaitu indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang
sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat.

f.    Kontra Indikasi


1)    Kontra indikasi mutlak
 Peradangan dalam rongga panggul.
 Peradangan liang senggama akut.
 Kelainan adneksa patologik.
 Penyakit lain yang tidak memungkinkan akseptor berada dalam posisi genupektoral.
2)    Kontra indikasi relatif
 Obesitas berlebihan.
 Bekas laparatomi.
g.     Komplikasi
1)    Komplikasi selama operasi
 Waktu fungsi dan memasukkan trokar mungkin terkena organ-organ pelvis dan
rektum sehingga terjadi perdarahan dan syok.
 Sesak nafas (apnoe).
2)    Komplikasi pasca bedah
 Nyeri perut, perut kembung, nyeri dada.
 Infeksi dan febris.
 Disparenea karena pertumbuhan jaringan granulasi pada bekas luka kolpotomi.

2.    Vasektomi (Sterilisasi Pria)


a.    Defenisi
  Vasektomi adalah tindakan memotong dan penutup saluran mani (vasdeferens) yang
menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di testis.
b. Teknik melakukan Vasektomi
a) Teknik Vasektomi Standar
Teknik vasektomi standar adalah prosedur operasi dengan menggunakan bantuan
sayatan. Pada cara ini vas deferns diidentifikasikan dengan cara memegangnya antar
ibu jari dengan jari telunjuk. Kulit dan jaringan subkutan diinfiltrasi dengan
anestetikum lokal, lalu dibuat irisan pendek. Beberapa operator menggunakan dua
irisan untuk vas deferens kanan dan kiri, dan ada opertor yang menggunakan satu
irisan yaitu pada linea mediana. Vas deferns difiksasi dengan klemp, dan jaringan
lunak pembungkus vas deferens disiangi sepanjang 1-2 cm dan selanjutnya sebagian
segmen dipotong dan dibuang. Ujung vas deferens diikat dengan benang yang dapat
diserap maupun tidak, atau dibuntu dengan elektrokoagulasi. Irisan ditutup dengan
satu jahitan
b) Teknik Vasektomi Tanpa Pisau
Teknik ini adalah teknik yang telah dimodifikasi. Pada teknik ini vas deferens
difiksasi dengan klemp khusus yang disebut NSV vas holding forceps (klemp VTP)
tanpa menembus kulit. Selanjutnya dibuat tusukan pada linea mediana skrotum dengan
menggunakan pean yang ujun dan daunnya tajam. Kulit skrotum direnggangkan dengan
pean tersebut dan vas deferens diangkat kepermukaan untuk dipotong dan diikat
sebagaimana cara standar. Pada cara ini tidak dibutuhkan jahitan.
c.    Keuntungan
 Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja dan dimana saja.
 Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan.
 Hasil yang diperoleh (efektivitas) hampir 100%.
 Biaya murah.

d.    Kekurangan
 Cara ini tidak langsung efektif.
 Karena namanya masih merupakan tindakan operasi maka para pria masih merasa
takut.
 Walaupun pada prinsipnya dapat disambungkan kembali, namun masih diperlukan
banyak tenaga terlatih untuk melakukannya
e.    Indikasinya
 Memenuhi syarat “kontap” sukarela bahagia kesehatan sudah diperiksa.
 Untuk tujuan kontrasepsi yang permanen.
 Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kwalitas keluarga.
f.    Kontra Indikasinya
      Kontra indikasi relatif adalah beberapa kelainan setempat yaitu peradangan kulit /
jamur di daerah krotum hydroceletestis, orchitis / epidemitis.
g.     Efek Samping
 Kulit membiru atau lecet pembengkakan dan rasa sakit.
 Timbulnya anti body dan masalah psikologis.

3.    Pelaksanaan Operasi


a.    Konseling Prabedah
 Kenalkan diri anda dan sapa klien dengan hangat.
 Tanyakan pada klien jumlah anak dan riwayat obstetrinya.
 Telaah catatan medik untuk memungkinkan kontra indikasinya.
 Jelaskan tentang teknik operasi anastesi lokal kemungkinan rasa sakit tidak enak
selama operasi.
 Jelaskan bahwa operasi akan berjalan singkat.

b.    Persiapan Prabedah


Langkah:
 Periksa perlengkapan peralatan bedah dan obat operasi anastesi.
 Pasang tensi meter, periksa dan catat tensi, nadi pernafasan setiap 15 menit.
 Pasang wingnedle.
 Jika klien memerlukan tambahan, selesai mendapat diazepam / oral berikan pethidin
1 mg kg BB (im) dan tunggu 30 – 45 menit.
c.    Prosedur Operasi
Langkah:
 Pakai pakaian “kamar operasi” topi dan masker.
 Cuci dan sikat tangan dengan larutan antiseptik selama 3 menit.
 Pakai sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi.
 Usap genitalia eksterna dan perineum dengan kasa beri aseptik dan lakukan
kateterisasi.
 Lakukan pemeriksaan pelvik secara bimanual, nilai posisi dan besar uterus serta
kelainan dalam pelvic.
 Pasang spekulum dan nilai servik dan vagina kemudian lakukan tindakan obsesi pada
portrio dan vagina.
 Pasang tenakulum pada jam 12 dan lakukan sondase.
 Pasang elevator uterus.
 Ikatkan gagang elevator pada gagang tenakulum untuk mempertahankan posisi uterus.
 Lepas sarung tangan pakai “gaun operasi” dan sarung tangan steril.
d.    Persiapan Lapangan Operasi Dan Penentuan Tempat Insisi
 Instruksikan pada perawat untuk menyuntik diazepam 0,1 mg / kg BB (iv) dan
tunggu 3 menit kemudian suntikkan ketalar 0,5 mg / kg BB (iv) tunggu 3 menit.
 Tentukan tempat insisi pada dinding perut dengan jalan menggerakkan elevator
uetrus ke bawah sehingga fundus uteri menyentuh dinding perut ± 2 – 3 di atas
simpisis pubis.
 Lakukan tindakan asepsi (betadin atau jodium).
 Suntikan secara infiltrasi 3 – 4 cc anastesi lokal (lignokain 26 di bawah kulit pada
tempat insisi tunggu menit).
 Lakukan insisi melintang pada kulit atau jaringan subcutan sepanjang 3 cm pada
lokasi yang telah ditentukan.
 Pisahkan jaringan subcutan secara tumpul.
 Jepit fasra dengan kocher pada dua tempat pada arah pertikal dengan jarak 2 cm
lakukan insisi horizontal.
 Pisahkan jaringan otot secara tumpul pada garis tengah dan jari telunjuk atau klem
arteri sehingga tampak peritorium dan lakukan anestesi lokal 3 cc.
 Jepit peritonium dengan 2 klem.
 Gunting

e.    Memotong Tuba (Cara Pomeroy)


Langkah:
 Jepit tuba pada 1/3 proksimal dengan klem babcock angkat sampai tuba
melengkung, tentukan daerah mesosalping tanpa pembuluh darah.
 Tusukan jarum bulat dengan catgut dengan no: 0 pada jarak 2 cm dari puncak
lengkungan dan ikat salah satu pangkal lengkungan tuba.
 Ikat kedua pangkal lengkungan tuba secara bersama-sama dengan menggunakan
benang sama.
 Potong tuba tepat di atas ikatan benang.
 Periksa pendarahan pada tunggul tuba dan periksa kuman tuba untuk meyakinkan
tuba terpotong.
 Potong benang catgut 1 cm dari tuba dan masukkan kembali tuba ke dalam rongga
abdomen.
 Lakukan tindakan sama pada tuba dan sisi yang lain.
f.     Menutup Dinding Abdomen
Langkah:
 Periksa rongga abdomen (kemungkinan pendarahan atau laserasi usus) dan
keluarkan kasa gulung.
 Jahit fasia dengan jahitan simpul atau angka 8 memakai benang chromic catgut.
 Jahit subcutis dengan jahitan simpul memakai benang plain catgut.
 Jahit kulit dengan jahitan simpul memakai benang no: 0.
g.    Tehnik Vasektomi Standar
 Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
 Daeah kulit skrotum penis pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri dan kanan
dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan adofor (betadine)
0,75%.
 Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada
tempat skrotum ditonjolkan keluar.
 Tepat di linea mediana di atas vasdeferens kulit skrotum diberi anastesi lokal
(prokain atau novakain) 16,05 ml lalu jarum diteruskan masuk di daerah distal serta
proksimal vasdeferens dideponir lagi masing-masing 0,5 ml.
 Setelah kulit dibuka, vas deferens dipegang dengan klem, disiangi sampai tampak
vasdeferens mengkilat seperti mutiara, perdarahan dirawat dengan cermat sebaiknya
ditambah lagi obat anastesi ke dalam fasia vas deferens dan baru kemudian fasia
disayat longitudinal sepanjang 0,5 cm usahakan tepi sayatan rata.
 Jepitlah vasdeferens dengan klem pada dua tempat dengan jarak 1 – 2 cm dan ikat
dengan benang kedua ujungnya setelah diikat jangan dipotong lagi.
 Potonglah diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm gunakan benang sutra no:
00,0 atau satu untuk mengikat vas tersebut ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi
jangan terlalu keras karena dapat memotong vasdeferens.
 Setelah selesai, tutuplah kulit dengan 1 – 2 jahitan plain catgut no: 000 kemudian
rawat luka operasi.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


A.    Pengkajian
1.    Identitas Pasien 
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2.    Riwayat Keperawatan
a.    Riwayat Kesehatan saat ini : 
Biasanya keluhan nyeri pada luka post operasi tubektomi,peningkatan suhu
tubuh, peningkatan leukosit.
b.     Riwayat kesehatan masa lalu
c. Riwayat kesehatan keluarga
3.     Pemeriksaan Fisik
a.       Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya
distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b.      Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali.
c.       Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
d.      Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
e.       Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening
4.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi.
b.      Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen bawah post operasi
tubektomi
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder terhadap
nyeri.
3.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive tubektomi.
4.      Cemas berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
C.    Rencana Kepperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen bawah post operasi
tubektomi.
Ø  Tujuan : Nyeri berkurang / hilang.
Kriteria hasil : Tampak rileks dan dapat tidur dengan tepat.
Intervensi :
1)      Kaji skala nyeri, lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri
dengan tepat.
Rasional : Mengetahui sejauh mana nyeri yang dirasakan klien
guna untuk menentukan intervensi selanjutnya
2)      Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler.
Rasional :   Posisi semi fowler dapat merelaksasikan otot-otot
sehingga sensasi nyeri dapat berkurang
3)      Berikan aktivitas hiburan.
Rasional :  Hiburan dapat sebagai pengalihan atas rasa nyeri.
4)      Kolaborasi tim dokter dalam pemberian analgetika.
Rasional :   Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri

2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap


nyeri.
Ø  Tujuan : Toleransi aktivitas
 Kriteria hasil : Klien dapat bergerak tanpa  pembatasan, Tidak berhati-hati dalam
bergerak. 
Intervensi
1)      Catat respon emosi terhadap mobilisasi.
Rasional :  Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar
                  kegelisahan.
2)      Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien.
Rasional :  Untuk mengurangi beban klien.
3)      Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif.
Rasional :  Memperbaiki mekanika tubuh.
4)      Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan.
Rasional :  Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.

3.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive tubektomi.


Ø  Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan
Intervensi :
1)      Ukur tanda-tanda vital.
Rasional :  Untuk mendeteksi adanya tanda infeksi.
2)      Observasi tanda-tanda infeksi.
Rasional :   Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah.
3)      Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik
dan aseptik.
Rasional :   Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.
4)      Observasi luka insisi.
Rasional :  deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka.

4.       Cemas berhubungan dengan koping individu tidak efektif.


Ø  Tujuan : Mengurangi kecemasan.
Kriteria hasil : tidak terdapat tanda-tanda kecemasan.
Intervensi :
1)      Dorong klien untuk mengekspresikan masalah dan rasa khawatir.
Rasional :   Komunikasi terbuka, membantu mengembangkan
hubungan saling percaya sehingga mengurangi stress dan anxietas
2)      Bantu klien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan anxietas.
Rasional :  penurunan anxietas menurunkan sekresi asam klorida
3)      Ajarkan strategi penatalaksanaan stress.
                        Rasional :  Stressor diidentifikasi sebelum dapat diselesaika
D.    Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah disusun. Dan dalam tahap pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat
mempertimbangkan 3 (tiga) tahapan penting yaitu:
a.       Persiapan. Perawat mempersiapkan klien dan lingkungan klien serta  
      mempelajari dengan seksama instruksi keperawatan dan berusaha
      memahami dengan baik.
b.      Pelaksanaan instruksi keperawatan. Perawat harus tetap memperhatikan
      privasi klien, kenyamanan klien, dan keamanan klien.
c.       Sesudah pelaksanaan. Perawat harus tetap memperhatikan reaksi klien
      sehubungan dengan tindakan yang diberikan.
E.     Evaluasi
     Tahapan evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir kegiatan dari proses keperawatan,
sejauh mana perawat menilai hasil tindakan yang dilakukan. Informasi yang diperoleh
dari keadaan klien setelah memperoleh asuhan keperawatan dicatat dengan jelas, agar
dapat di evaluasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Perhatikan masalah apa
yang terjadi pada pengguna kontrasepsi tubektomi. Pantau sejauh mana kenyamanan
penggunaan kontrasepsi tubektomi.

C.   Asuhan Keperawatan


1.    Pengkajian
            Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan untuk pengumpulan
data yang akurat dan sistimatis dengan cara wawancara dan observasi.
a.    Wawancara adalah yang dilakukan langsung terhadap pasien dan keluarga.
b.    Observasi adalah dalam hal ini mengamati langsung segala tingkah laku dan kondisi
penderita.
c.    Riwayat keperawatan.
d.    Riwayat penyakit.
e.    Riwayat keluarga.
2.    Diagnosa Keperawatan
a.   Nyeri berhubungan dengan tindakan operasi / terputusnya jaringan d/d adanya luka
operasi.
b.    Resiko tinggi terjadinya b/d tindakan operasi kontap d/d adanya luka operasi.
c.    Intoleransi aktifitas b/d pasca operasi / post operasi kontap d/d adanya luka operasi
kontap.
d.    Gangguan pada istirahat tidur b/d nyeri pada luka operasi d/d luka operasi kontap,
pasien mengantuk, pasien gelisah.
e.    Kurang pengetahuan pasien b/d kurangnya informasi tentang kontap d/d pasien
bertanya-tanya tentang kontap.

3.    Perencanaan
Dx SLKI SIKI Aktifitas- aktifittas
 Nyeri Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri -Identifikasi
berhubunga (L.08066) (I.08238) lokasi,karakteristik,drasi,frekuensi,kual
itas,intensias nyeri
n dengan -Kemampuan
menuntasakan -Identifikasi skala nyeri
tindakan aktivitas
-Identifikasi respon nyeri non verbal
operasi / meningkat
(skala 5) -Identifikasi faktor yang memperberat
terputusnya
dan memperingankan nyeri
jaringan d/d -Keluhan Nyeri
menurun (skala -Identifikasi pengetahuan dan
adanya luka 5) keyakinan tentang nyeri
operasi.
-Meringis -Identifikasi pengaruh nyeri pada
menurun (skala kualitas hidup
5)
-Monitor keberhasilan terapi
-Gelisah komplementer yang sudah diberikan
menurun (skala
5) -Monitor efek samping penggnaan
analgeik
-Kesulitan tidur
menurun (skala -Berikan teknik nonfarmakologis untuk
5) menggurangi rasa nyero

- menarik diri -Kontrol lingkungan yang


menurun (skala memperberat rasa nyeri
5) -Fasilitas istirahatt dan tidur.
-perasaan -Pertimbangkan jenin dan sumber nyeri
depresi dalam pemilihan strategi meredakan
(tertekan ) nyeri.
menurun (skala
5) -Jelaskan penyabab,periode,dan
pemicu nyeri.
-perasaan takut
mengalami -Jelaskan strategi meredakan nyeri.
cedera berulang -anjurkan memonitor nyeri secara
menurun (skala mandiri
5)
-Anjurkan menggunakan analgetik
-perineum secara tepat.
terasa tertekan
- Anjurkan teknik non farmakologis
menurun
untuk mengurangi rasa nyeri
(skala5)
- Kolaborasi pemberian analgetik,jika
-uterus terasa
perlu
membulat
menurun (skala
5)
-ketengan otot
menurun (skala
5)
-Muntah
berkurang
(skala 5)
-Mual
berkurang
(skala 5)
Fokus membaik
(skala 5)
-fungsi
berkemih
membaik (skala
5)
Resiko syok Tingkat syok Pencegahan -Monitor kasus kardiopulmonal
b.d hipoxia L.03032 Syok I.02068
-Monitor status oksigenisasi
- Kekuata
n nadi -Monitor status cairan
meningk -Monitor tingkat kesadaran dan respon
at skala pupil
(5)
- Output -Periksa riwayat alergi
urinei
skala (5) -Berikan oksigen untuk
- Tingkat mempertahankan saturasi oksigen
kesadara -Persiapkan intubasi dan ventilasi
n sakala
mekanis jika perlu
(5)
- Akral -Jelaskan penyebab / faktor resiko syok
dingin
menurun
sakala -Jelaskan tanda dan gejala awal syok
(5)
- Pucat -Anjurkan pebanyak asupan cairan oral
menurun -Anjurkan menghindar alergen
sakala
(5) -Kolaborasi pemberian tranfusi darah
- Haus jka perlu
menurun
sakala -Kolaborasi pemberian antiinflamasi
(5) jika perlu
- Konfusi
menurun
sakala
(5)
- Asidosis
metaboli
k
menurun
sakala
(5)
- Tekanan
darah
sistolik
membaik
sakala
(5)
- Tekanan
darah
diastolik
membaik
sakala
(5)
- Tekanan
nadi
membaik
sakala
(5)
- Frekuens
i nafas
membaik
sakala
(5)
- Frekuens
i nadi
membaik
sakala
(5)

4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan,dan menilai data yang baru.

Implementasi pada kontrasepsi mantap dilaksanakan sesuai dengan


perencanaan asuhan keperawatan pada sub bab sebelumnya.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan


keadaan pasien(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahan perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk:

1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan.

2) Memodifikasi rencana tidakan keperawatan.

3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar R, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta, EGC.


Prawirohardjo, S, 1981, Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo, S, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Yayasan
Bina Pustaka.
Bobak, 2005, Rencana Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai