Anda di halaman 1dari 3

Simplisius Yopi Sabatudung (166114023)

Gereja Rumah Sakit

Pengantar

Di tengah wabah Covid-19 ini, orang mulai mengerti betapa pentingnya kehidupan.
Lebih dalam lagi, orang mulai menyadari kehidupan sebagai suatu pemberian dari Allah dan
karena itu hidup tanpa beriman kepada Allah seakan-akan tidak menghidupi kehidupannya. Di
satu sisi, Covid-19 membuat orang berada dalam ketidakpastian akan hidup namun di sisi lain
wabah ini membuat orang kembali melihat iman sebagai kebutuhan yang mendasar dan utama
dalam menghadapi bencana ini. Di tengah kecemasan tersebut, pelayanan dari para Suster CB
(St. Carolus Borromeus) mampu mengisi hati yang kosong dan tanpa harapan yaitu hati orang-
orang kencil yang mengalami dampak paling besar dari pandemi ini.

Misi Gereja dalam Bidang Kesehatan Negara

Yesus pernah berkata “marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku
akan memberikan kelegaan kepadamu” (Mat 11:28). Bapa Suci Paus Fransiskus, menyatakan
dalam Hari Orang Sakit Sedunia XXVIII, bahwa pesan Yesus ini memberikan kekuatan yang
baru bagi semua orang yang sakit dan yang memiliki beban dalam hidup. Yesus mengajak semua
orang untuk mendekatkan diri kepada-Nya – “Datanglah kepada-Ku” – dan Ia menjanjikan
penghiburan dan keselamatan. Kata-kata Yesus tersebut, Ia sampaikan ketika Ia berjumpa
dengan orang-orang kecil, sakit, berdosa, mereka yang menderita tersingkir karena beban hukum
dan sistem sosial yang menindas mereka, saat perjalanan-Nya di Galilea. 1 Di saat itulah Yesus
memberikan harapan kepada mereka. Bagi saya, hal ini diteruskan dalam pelayanan para Suster-
suster CB dalam bidang kesehatan di tengah wabah Covid-19 sekarang ini.

Melayani dan memberi dalam kekurangan merupakan bagian dari penghayatan


Spiritualitas Suster-suster Cintakasih St. Carolus Borromeus. Para Suster CB menjalankan iman
kepada Kristus sebagai iman yang menyembuhkan, memberikan harapan melalui pengobatan
kepada mereka yang sakit secara jasmani dan rohani akan wabah yang mencekam sekarang ini.
1
http://www.mirifica.net/wp-content/uploads/Pesan-Bapa-Suci-Paus-Fransiskus-dan-Perayaan-Ekaristi-Untuk-
Hari-Orang-Sakit-Sedunia-Ke-28.pdf

1
Harapan dan kasih yang mereka berikan kepada semua orang yang sakit turut melanjutkan misi
Kristus untuk membawa pengharapan akan keselamatan kepada semua orang.

Di luar Rumah Sakit, banyak kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh para Suster OP
di tengah wabah Covid-19 ini. Misalnya para suster mengadakan paket sembako sebagai bentuk
belarasa terhadap sesama yang berkekurangan. Bagi para suster kegiatan tersebut sebagai bagian
dalam mengambil tugas negara yaitu ikut bersama RT dan RW Sagan untuk membantu tetangga
yang miskin, yang paling membutuhkan bantuan. Kepedulian tersebut membangun hubungan
yang baik dengan warga setempat dan dengan begitu membuat para Suster dan warga sekitar
dapat saling mengenal. Tidak hanya itu para Suster OP juga mengadakan gerakan sejuta masker.
Gerakan sejuta masker ini diadakan di Lampung, dapat membantu negara di saat kekurangan
masker. Gerakan ini telah menghasilkan masker sebanyak 3000 lebih buah yang disalurkan
kepada warga-warga yang membutuhkan. Penerima masker adalah orang-orang yang tidak bisa
“di rumah saja” karena mereka tetap harus terus bekerja, khususnya bagi mereka yang tak
mampu mendapatkan masker karena langka dan mahal. Misalnya para pedagang keliling, pekerja
pasar, pekerja transportasi dan sebagainya. Selain masker, para Suster OP juga mengumpulkan
hand sanitizer untuk dibagikan ke orang-orang yang rentan akan penularan virus.2

Secara pribadi mengenai informasi pelayanan para Suster CB di Rumah Sakit Panti
Rapih, Yogyakarta, saya dapatkan melalui wawancara bersama salah seorang suster yang
bertugas di sana. Para suster CB memberikan perawatan kepada pasien secara holistik, tidak
hanya jasmaninya saja. Secara rohani para suster CB menemani pasien baik secara langsung
maupun tidak. Tidak langsung artinya para suster CB menemani para pasien dengan
menggunakan sarana audio Patoral RS dalam memberikan sentuhan rohani lewat doa dan
renungan dan lagu pujian syukur. Secara fisik para suster CB juga hadir untuk menyapa dan
mendampingi serta memberikan pelayanan kerohanian kepada mereka sakit. Dan bagi pasien
Covid yang tidak dapat ditemui oleh keluarga, para suster CB memfasilitasi mereka dengan
Video Call, agar tidak merasa sendirian dan tetap mendapatkan dukungan dari keluarga di
rumah.

Di samping itu, Susteran Panti Rapih, menggalangkan dana untuk membuat nasi bungkus
bagi para pegawai RS yang outsourching. Para pegawai di RS Panti Rapih, bekerja ekstra setiap

2
http://www.sustercb.com/?s=covid-19

2
hari dan harus menjalankan sentralisasi diri dari ruangan tempat mereka bekerja serta segala
persyaratan lainnya selama sehari penuh. Karena itu, Susteran Panti Rapih memberikan mereka
bantuan dalam bentuk makanan kepada para perawat yang bekerja keras selama masa pandemi
Covid-19 ini.

Berkaitan dengan peran pemerintah, bagi suster tersebut, pemerintah Yogyakarta kurang
peduli terhadap jaminan keselamatan para perawat yang berkerja di RS Panti Rapih. Malah
sebaliknya justru selama pandemi ini, pihak Rumah Sakit lebih banyak berkorban mengeluarkan
biaya ratusan juta bagi tenaga kesehatan yang terkena virus corona. Sampai sekarang ini, baru
dua pasien yang di acc, itupun tenaga kesehatan dan belum tau bagi pasien umum.

Di Yogyakarta, ada empat RS yang ditunjuk pemerintah sebagai RS rujukan Covid,


namun RS lain tidak mudah menerima rujukan tersebut, padahal RS tersebut difasilitasi oleh
Negara. Karena itu, pihak RS Panti Rapih harus menggandakan ruangan rawat inap khusus
Covid, juga mulai dari fasilitas dan tenaga kesehatan yang bekerja ekstra. Pemerintah sendiri
memiliki program untuk memberikan “sentuhan” bagi para tenaga medis yang merawat pasien
Covid. Namun hal tersebut tidak diberi informasi kepada pihak RS Panti Rapih, kedatangan
mereka secara tiba-tiba dijadwalkan sehari sebeluh para suster dan perawat menyiapkan data-
data yang dibutuhkan.

Kesimpulan

Keterlibatan para Suster CB dalam bidang kesehatan selama masa pandemi ini, bagi saya
menggambarkan keterlibatan Gereja dalam hal bernegara. Gareja bukanlah tempat untuk orang
sehat tetapi secara lebih mendasar bagi mereka yang sakit. Secara jasmani, Gereja membantu
Negara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di Rumah Sakit. Namun di samping
itu, kehadiran Gereja dalam bidang kesehatan merupakan tempat di mana pewartaan sabda Allah
dijalankan. Para Suster hadir dengan memberikan harapan kepada mereka yang sakit dan putus
asah akan pandemi ganas ini yang sudah merenggut banyak nyawa. Seperti yang dikatakan oleh
Paulus bahwa orang yang hidup tanpa harapan adalah orang yang hidup tanpa Tuhan (Bdk.
Efesus 2:12, Tes 4:13). Gereja hadir di tengah masyarakat dengan membawa harapan akan
keselamatan melalui kerasulan dalam bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai