Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Filsafat adalah sumber dan dasar dari cabang-cabang filsafat yang lain termasuk
didalamnya adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu dari berbagai kalangan filsuf dianggap sebagai
suatu cabang filsafat yang sangat penting dan mesti dipelajari secara mendalam. Filsafat
tentunnya sangat berbeda dengan ilmu karena untuk mengkaji dan mengetahui apakah
sesuatu itu adalah ilmu ternyata dasarnya adalah dengan jalan berfikir secara mendalam atau
berkontemplasi.

Dalam perumusan suatu ilmu ataupun pengetahuan sebelum secara konkrit disebut
sebagai ilmu dan pengetahuan tentunya ada rumusan yang dianggap mampu memberikan
nilai-nilai yang mendekati suatu kesempurnaan berfikir sehingga pada akhirnya sesuatu itu
dikatakan sebagai ilmu atau pengetahuan. Dalam kajian itupula ternyata harus melalui suatu
proses yang oleh parah ahli disebut berfilsafat.

Filsafat secara umum adalah sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat
segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran, secara khusus terdapat banyak perbedaan
pendapat dapat dilihat dari berbagai segi yaitu menggunakan rationalisme atau
mengagungkan akal, materialisme atau mengagungkan materi, idealisme atau mengagungkan
ide, hedonisme mengagungkan kesenangan dan atau stocisme mengagungkan tabiat saleh.

Filsafat ilmu dan filsafat tidak dapat dipisahkan bahkan jikalau diibaratkan keduanya
seperti mata uang logam atau dua sisi yang saling terkait. Untuk memahami secara umum
kedua sisi tersebut maka perlu pemisahan dua hal itu yaitu filsafat ilmu disatu sisi sebagai
disiplin ilmu dan disisi lain sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang
membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang memiliki sifat dan karakteristik
tertentu hampir sama dengan filsafat pada umumnya dan filsafat ilmu sebagai landasan
filosofis bagi proses keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Secara sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib dengan
bebas dan sedalam-dalamnya, sehingga sampai kedasar suatu persoalan, yakni berfikir yang
mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman deskriptif, evaluatif, interpretatif
dan spekulatif. Sejalan dengan ini, Musa Asy’ari menyatakan bahwa filsafat adalah berfikir
bebas, radikal, dan berada pada dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalang-
halangi kerja pikiran. Radikal artinya berfikir sampai ke akar-akar masalah (mendalam)
bahkan sampai melewati batas-batas fisik atau yang disebut metafisis. Sedang berfikir dalam
tahap makna berarti menemukan makna terdalam dan suatu yang terkandung didalamnya.
Makna tersebut bisa berupa nilai-nilai seperti kebenaran, keindahan ataupun kebaikan.

Sedangkan Ilmu dapat disimpulkan sebagai sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri,
tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, obyektif, dapat diukur,
terbuka dan komulatif (tersusun timbun).

Maka dari itu, sudah selayaknya manusia untuk belajar berfilsafat dan mengetahui makna
dari berfilsafat itu sendiri.Sehingga permasalahan yang sulit terpecahkan di dunia ini bisa
diatasi dengan mudah oleh orang-orang baru yang mengeluarkan ide-ide cemerlang mereka
sesudah belajar berfilsafat.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa filsafat itu ?


2. Apa itu Ilmu ?
3. Apakah ada hubungan antara filsafat dengan ilmu?
4. Apa yang membedakan filsafat dengan ilmu pengetahuan ?
5. Apa persamaan filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. GAMBARAN TENTANG FILSAFAT


2.1.1. Sejarah Penemuan filsafat
Filsafat dalam pandangan barat diperkirakan muncul pada abad ke- 7 sebelum
masehi di yunani. dalamFilsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi
akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan disekitar mereka dan tidak menggantungkan diri
kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang
bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala
itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak
seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih
bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates,
Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentarkomentar
karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah
filsafat.
2.1.2 Filsafat Dalam Pandangan Para Ahli
Beberapa pandangan para ahli tentang filsafat telah terdapat dalam berbagai macam literatur
dan hampir semua disiplin ilmu, bahasan tentang filsafat adalah salasatu objek telaah yang
menarik untuk didiskusikan. Berikut beberapa pandangan:
 Menurut Descartes (1596–1650)
Filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi
pokok penyelidikannya.
 Plato ( 428 -348 SM )
Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Filsafat adalah pengetahuan
yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
 Aristoteles (384 – 322 SM)
Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian
filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang
oleh filsafat dengan ilmu.
 Cicero ( (106 – 43 SM )
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
 Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar
segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat
memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh
kenyataan.
 Prof. Mr.Mumahamd Yamin
Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam
kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.

2.2. TENTANG ILMU PENGETAHUAN


2.2.1. Pengertian ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui,memahami
dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang
berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa
Yunani adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode
tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu
(Kamus Bahasa Indonesia, 1998)
 Encyclopedia Americana
Dalam Encyclopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang bersifat positif
dansistematis.
 Paul Freed man
Dalam The Principles of Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai: bentuk aktifitas
manusia yang dengan melakukan nya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan
senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam dimasa lampau, sekarang dan kemudian
hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah
lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.
 S.ornby
Mengartikan ilmu sebagai susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui
penelitian dan percobaan dari fakta-fakta.
 Poincare
Menyebutkan bahwa ilmu berisi kaidah-kaidah dalam arti definisi yang tersembunyi.
Tidak dapat di pungkiri bahwa dalam proses untuk memperole suatu ilmu adalah dengan
melalui pedekatan filsafat. .
2.2.2 Tujuan Ilmu dalam lingkup filsafat ilmu
Ilmu pengetahuan adalah salah satu objek kajian dari filsafat ilmu yang merupakan
cabang dari filsafat. Yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah studi sistematik mengenai
sifat hakikat ilmu,khususnya yang berkenaan denganmetodenyadan kedudukannyadidalam
skema umum disiplin ilmu.Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat
ilmu dapatlah dicermati rangkuman ranah telaah yang tercakup dalam filsafat ilmu, seperti
berikut :
Filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri dari beberapa kajian, yang diajukan
untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. Juga berperan untuk
menganalisis hubungan atau antar hubungan yang ada pada kajian satu terhadap kajian yang
lain.
Tujuan filsafat ilmu adalah
 Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memeahami
sumber, hakikat dan tujuan ilmu
 Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan,dan kemajuan ilmu di berbagai
bidang,sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
 Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
 Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
 Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentagan.
2.3. HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DENGAN ILMU PENGETAHUAN
Filsafat berbicara tentang ilmu, begitulah Kattsof mengutarakan jalinan filsafat dengan
ilmu.Bahasa yang dipakai dalam filsafat berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan
bukannya di dalamnya ilmu. Sementara itu Saifullah memberikan kesimpulan umum bahwa
pada dasarnya filsafat tiada lain adalah hasil pemikiran manusia, hasil spekulasi manusia
betapa pun tidak sempurnanya daya kemampuan pikiran manusia. Antara filsafat dan ilmu
memiliki persamaan, dalam hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan pikiran manusia,
yaitu berpikir filosofis, spekulatif, dan empiris ilmiah.Perbedaan antara keduanya, terutama
untuk filsafat menentukan tujuan hidup dan ilmu menentukan sarana untuk hidup.Karenanya,
filsafat inilah kemudian disebut sebagai induknya ilmu pengetahuan. (Susanto, 2013)
Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu kesatuan, namun
dalam perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi ilmu lebih kuat
mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk memposisikan
keduanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing, bukan untuk me-
ngisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam konteks lebih
memahami khazanah intelektual manusia. Harold H. Titusmengakui kesulitan untuk
menyatakan secara tegas dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat, karena
terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat, di samping di kalangan
ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu,
demikian juga di kalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan makna
dan tugas filsafat. Adapun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat
adalah bahwa keduanya menggunakan berpikir reflektif dalam upaya menghadapi atau
memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun
ilmu bersikap kritis, berpikiran terbuka serta sangat konsen pada kebenaran, di samping
perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisir dan sistematis. (Wahid, 2012)
2.4. PERBEDAAN FILSAFAT DENGAN ILMU
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan, dimana ilmu
mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam
pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman
indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan
filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif
dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih
bersifat sintetis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara
menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam
mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih
luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim agama,
moral serta seni. Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa filsafat
mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa
yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan
ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun
demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni
berpikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda. (Wahid,
2012)
Filsafat dan keseluruhan ilmu itu bertemu pada satu titik, titik itu adalah semua yang ada dan
yang mungkin ada, yang disebut dengan objek material, akan tetapi ilmu dan filsafat tetap
berbeda, tidak sama, karena berbeda pada objek formanya. Objek forma ilmu itu adalah
mencari sebab yang sedalam-dalamnya, sedangkan objek forma filsafat adalah mencari
keterangan yang sedalam-dalamnya.Ilmu pengetahuan, dengan metodenya sendiri mencoba
berusaha mencari kebenaran tentang alam semesta beserta isinya dan termasuk di dalamnya
adalah manusia.Filsafat dengan wataknya sendiri, juga berusaha mencari kebenaran, baik
kebenaran tentang alam maupun tentang manusia (sesuatu yang belum atau tidak dapat
dijawab oleh ilmu pengetahuan, karena di luar atau di atas jangkauannya) ataupun tentang
Tuhan, Sang Pencipta segalagalanya. (Abbas, 2010)
Filsafat mencoba mencari kebenaran dengan cara menjelajahi atau menziarahi akal-budi
secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), mengakar, sistematis (logis dengan urutan
dan adanya saling hubungan yang teratur) dan intergral (universal atau berpikir mengenai
keseluruhan) serta tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya
sendiri, yaitu logika. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan menggunakan metode atau
cara penyelidikan (riset), pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen) atau sangat
terkait dengan tiga aspek, yaitu aspek hipotesis, aspek teori, dan aspek dalil hokum.
Selanjutnya kebenaran ada yang bersifat spekulatif atau kebetulan saja adalah kebenaran
yang bersifat dugaan atau perkiraan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, secara riset
dan secara eksperimental.Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran yang bersifat
positif, bukan bersifat spekulasi atau kebetulan saja, yaitu kebenaran yang masih berlaku
sampai saat ini yang dapat diuji.Baik kebenaran filsafat maupun kebenaran ilmu pengetahuan
kedua-duanya bersifat nisbi atau relatif, artinya sifatnya sementara dan sewaktu-waktu dapat
berubah sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia, yang sangat tergantung
kepadasituasi dan kondisi, termasuk perubahan alam. (Abbas, 2010)
Mengenai lapangan pembahasan ilmu dan filsafat.Lapangan ilmu penegetahuan mrmpunyai
daerah-daerah tertentu, yaitu alam dengan segala kejadiannya.Sedangkan lapangan filsafat
adalah tentang hakikat yang umum dan luas.Megenai tujuannya, tujuan ilmu pengetahuan
ialah berusaha menentukan sifat-sifat dari kejadian alam yang di dalamnya juga terdapat
manusia.Sedangkan filsaaft bertujuan untuk mengetahui tentang asal-usul manusia, hubungan
manusia dengan alam semesta dan bagaimana akhirnya (hari kemudiannya). Mengenai cara
pembahasannya, filsafat dalam pembahasannya tidak mempergunakan percobaan-percobaan
serta penyelidikannya mempergunakan pikiran dan akal. Sedangkan ilmu pengetahuan dalam
pembahasan dan penyelidikannya mempergunakan panca indera dan percobaan-
percobaan.Mengenai kesimpulannya, ilmu pengetahuan dalam menentukan kesimpulan-
kesimpulannya dapat diterapkan dengan dalil-dalil yakin yang didasarkan pada penglhatan
dan percobaan-percobaan. Sebaliknya, filsafat dalm menentukan kesimpulan tidak memberi
keyakinan mutlak, sebagai kesimpulan selalu mengandung keraguan yang mengakibatkan
perbedaan-perbedaan pendapat di antara ahli-ahli filsafat, serta jauh dari kepastian, kerja
sama, serta keyakinan. (Susanto, 2013)
Dengan demikian, ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan,
filsafatmencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh
Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agamamerupakan jawaban terhadap
masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak atau
dogmatis. Menurut Sidi Gazalba, Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat
diteliti (riset dan atau eksperimen) batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat
dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi
(rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi batasnya ialah batas alam namun
demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang di luar alam, yang disebut oleh agama
“Tuhan”. Sementara itu Oemar Amin Housin,mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada
kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat.Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan
filsafat mempunyai wilayah kajian-kajian tersendiri. (Wahid, 2012)
2.5. PERSAMAAN ANTARA ILMU DAN FILSAFAT
Adapun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat adalah bahwa
keduanya menggunakan berpikir reflektif dalam upaya menghadapi atau memahami fakta-
fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap
kritis, berpikiran terbuka serta sangat konsen pada kebenaran, di samping perhatiannya pada
pengetahuan yang terorganisir dan sistematis.Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu
lebih berkaitan dengan titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih
bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi,
eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-
hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara
menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai
bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan kalaupun analitis maka
analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik
pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara
fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara
temuan-temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta seni. Dengan kata lain, filsafat
mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa
yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan
ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun
demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni
berpikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda.(Wahid,
2012).

2.6. KEDUDUKAN FILSAFAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN ILMU


PENGETAHUAN:

Filsafat mempunyai tujuan yang sangat besar yaitu memahami hakikat dari suatu obyek
(apa yang dikajinya) yang hingga kini masih tetap dipertahankan. Dan oleh karena informasi
dan pengetahuan yang menunjangnya harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara
rasional (logis) ataupun secara factual (dialami langsung dalam kehidupan manusia) maka
filsafat harus melakukan kontak atau menghubungi ilmu pengetahuan guna mengambil
informasi atau teori-teori terbaru darinya yang akhirnya dapatlah dikembangkan secara
filsafati.
Tujuan filsafat dalam mempersoalkan nilai dari suatu obyek (aksiologi) masih tetap
dipertahankannya. Hal ini pun dilakukan filsafat terhadap ilmu pengetahuan akibatnya
temuan-temuan ilmiah yang dinilai tidak sesuai degan nilai-nilai kemanusiaan serta
ketuhanan diberi kritik atau dikoreksi.
Filsafat dan ilmu mempunyai hubungan yang saling melengkapi satu sama lainnya.
Perbedaan tersebut bukan untuk dipertentangkan melainkan untuk dapat saling mengisi,
melengkapi harena hakikat perbedaannya hanya terletak pada pendekatan yang berbeda
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan, Realitas menunjukan bahwa hampir
tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan
persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu
disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai filsafat
pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang yang
disebut sebagai filsafat ilmu.

Filsafat adalah suatu cara yang digunakan untuk mengetahui kebenaran atau kebijakan
tentang alam semesta dan isinya melalui pemikiran yang mendalam dan tidak terbatas
terhadap suatu kajian atau objek yang diteliti. Sedangkan ilmu adalah serangkaian
pengetahuan yang sistematis, dapat diuji, dan dan hanya sampai pada tahap tahu yang
diperoleh melalui beberapa proses untuk mendapatkannya.

Filsafat dan ilmu tidak dapat dipisahkan dalam suatu pembelajaran. Filsafat dan ilmu
merupakan suatu pengetahuan yang hampir sama. Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk mencari kebenaran, tetapi memilki metode-metode yang berbeda dalam menemukan
suatu kebenaran tersebut. Ilmu membutuhkan pemikiran yang mendalam agar bisa dipahami
dengan sangat baik.Maka dari itu filsafat dan ilmu sangat berhubungan erat karena saling
berkaitan dalam menemukan kebenaran.Meskipun kebenaran keduanya hanya sementara atau
sewaktu-waktu dapat berubah dikarenakan perkembangan zaman yang semakin maju dan
perubahan kondisi alam.Filsafat mencoba menjawab petanyaan-pertanyaan yang tidak bisa
dijawab oleh ilmu, maka dari itu bisang kajian filsafat lebih luas daripada ilmu.

Dalam mempelajari filsafat kita mendapatkan banyak manfaat yang salah satu
adalah bisa mengembangkan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai rasa
keingintahuan yang dalam terhadap sesuatu yang dianggap baru.Filsafat juga bisa membuat
pemikiran-pemikran menjadi tidak terbatas pada satu objek kajian saja, tetapi pada banyak
objek lain

Anda mungkin juga menyukai