Anda di halaman 1dari 8

NAMA : DESINTYA AMALIA YUDHANINGTYAS

NIM : P07125119023

PRODI : D3 KEPERAWATAN GIGI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


UJI SENSITIVITAS BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang

Penentuan kepekaan kuman terhadap suatu obat (anti biotika) adalah


penentuan kadar obat terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
invitro dan penentuan jenis obat yang sesuai untuk suatu terapi. Pada waktu
sekarang telah banyak cara yang ditemukan untuk mengukur kepekaan bakteri
terhadap obat, dan masing-masing cara mempunyai kelebihan dan kekurangan
sendiri-sendiri. Ada 2 cara yang sekarang ini masih sering digunakan yaitu
menggunakan sensivity disc test dan MIC (Minimal Inhibition Concentration).

Pada sensitivity disc test digunakan disc (cakram) yang mengandung


suatu antibiotika dengan kekuatan tertentu, sedang MIC adalah penentuan
konsentrasi terkecil dari antibiotia yang masih mampu menghambat pertumbuhan
bakteri. Metode yang digunakan MIC adalah pengenceran antibiotika secara seri.

Uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika sangat berguna dalam terapi


klinik, terutama untuk menentukan jenis obat dan dosis pengobatan.

B. Tujuan Praktikum

Belajar mengukur kepekaan suatu bakteri terhadap antibiotika dengan


sensitivity disc test.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan
Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, pada hari Jumat, 8
November 2019 pukul 08.00-09.15 WIB.

B. Dasar Teori
Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu
metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat
antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana
mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan
anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri
merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri
terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki
aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa
metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk
mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah
penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona
hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang
mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri
menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya
dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk
bakteri tersebut semakin sensitif (Gaman, dkk. 1992).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri
adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat
pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di
sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan
sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri  (Jawelz, 1995).
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat
yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama

2
pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya
resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resisten
terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten terhadap
antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan
dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh
oleh antibiotic (Dwidjoseputro, 1998).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para peneliti diseluruh
dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotik namun
berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil
saja yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin
vial injeksi, Tetrasiklin kapsul, Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin 
tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin kapsul (Djide, 2003).
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris
dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru
dikembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey
(Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan khasiat antibiotik diisolir
oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan
sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat
(Djide, 2003).
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya
infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan
berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi
dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini
perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk
membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat
toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi
relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada
struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding sel bakteri
yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme
kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi
(Ganiswarna, 1995).

3
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada
kemampuan antibiotik tersebut untuk menembus dinding sel bakteri.
Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja terhadap bakteri Gram positif
karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan bakteri Gram
negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum sempit apabila
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, sedangkan
antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri
Gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut (Sumadio, dkk. 1994).
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka
antibiotik dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik
penghambat sintesis dinding sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok
ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin. Yang kedua yaitu
antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba, antibiotik yang termasuk
kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol,
linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga yaitu antibiotik penghambat sintesis
asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah
rifampisin dan golongan kuinolon. Keempat yaitu antibiotik pengganggu
fungsi membran sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah
golongan polien. Dan yang kelima yaitu antibiotik penghambat metabolisme
mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah sulfonamida, trimetoprin
dan asam p-amino salisilat (Ganiswarna, 1995).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat
pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah
daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar
oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan streptomycin.
Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Pelczar,
1986).
C. Bahan dan Alat
1. Biak murni umur 24 jam dari Escherichia coli
2. Mueller Hinton Agar plat
3. Sensitivity disc dari beberapa antibiotika, yaitu :

4
4. Disc dispenser
5. Cotton Swab
6. Lampu Spirtus

D. Tata Cara Pelaksanaan


1. Sediakan mueller hinton agar plat.
2. Dengan menggunakan swab steril kita apuskan biak murni Escherichia
coli tersebut di atas permukaan Mueller Hinton Agar plat tersebut.
3. Dengan menggunakan disc dispenser kita tempatkan sensivity disc
tersebut di atas permukaan Plat Mueller Hinton Agar yang telah dipupuk
dengan biak kuman.
4. Setelah itu, semua dimasukkan ke dalam inkubator 37 ° C selama 36 jam.
Amati dan ukur diameter one hambatan, kemudian bandingkan dengan
standart untuk mengetahui sensitivitasnya.

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Tabel hasil pengamatan


Nama Antibiotik Diameter Zona Keterangan
Hambatan
Amoxcillin 0,6 cm Sensitif
Bawang 0,5 cm Sensitif
Kelor - Resisten
Sirih - Resisten

B. Pembahasan
Uji sensitivitas bakteri merupakan cara untuk mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri
serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah.
Pada pengamatan yang dilakukan, terlebih dahulu melakukan
fiksasi alat-alat yang akan digunakan pada praktikum. Fiksasi berfungsi
agar tidak terdapat mikroba yang menempel. Bakteri Eschercia
coli dimasukkan dalam media BHIB (Brain Heart Infusion Broth) yang

6
berfungsi membantu pertumbuhan bakteri tersebut. Selanjutnya
menggoreskan sweap secara zig zag pada cawan petri yang berisikan
medium MHA (Mueller Hinton Agar) yang juga merupakan tempat hidup
dan berkembangbiaknya suatu bakteri. Langkah selanjutnya,
memasukkan antibiotik pada masing-masing cawan petri dengan jarak
yang tidak terlalu dekat, agar nantinya dapat diketahui mana antibiotik
yang intermediet, resisten dan sensitif terhadap bakteri.
Resisten adalah suatu keadaan dimana bakteri kurang atau tidak
peka terhadap antibiotic. Sensitive adalah suatu keadaan dimana bakteri
sangat peka terhadap antibiotic. Sedangkan intermediet adalah suatu
keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan sensitive ke keadaan
resisten.
Dalam uji sensitifitas dengan menggunakan metode Kirby-Bouwer
kami dapat mengetahui beberapa jenis bakteri yang sensitif terhadap
antibiotika yang diujikan. Discus antibiotika yang mengandung antibiotika
ditempatkan pada media agar (Na) yang telah membeku dan telah diolesi
bakteri. Bakteri yang sensitif terhadap antibiotika akan menunjukkan
lingkaran seperti cincin yang disekitar discus antibiotika yang diletakkan
diatas media agar, dimana lingkaran disekitar discus antibiotika ini disebut
zona hambatan atau zona inhibisi. Dengan menguji sensitifitas antibiotika
pada bakteri yang sama akan diperoleh diameter zona hambatan yang
berbeda-beda, hal ini disebabkan karena sensitifitas bakteri  terhadap
setiap antibiotika berbeda. Selain itu juga dipengaruhi oleh kerentanan
dari bakteri yang diuji terhadap masing-masing antibiotika.
Pada praktikum yang telah dilakukan dengan pengujian
menggunakan antibiotika amoxcillin, bawang, kelor, dan sirih pada bakteri
E.colli. Setelah di inkubasi selama 3 hari maka antibiotik amoxcillin yang
diletakkan pada bakteri E. coli membentuk diameter zona hambatan
sebesar 4,5 cm sehingga dapat disimpulkan bahwa E. coli sensitif
terhadap amoxcillin. Selain itu pada E. coli juga diletakkan antibiotik
bawang yang  membentuk diameter zona hambatan sebesar  3 cm
sehingga dapat disimpulkan bahwa E. coli sensitif terhadap antibiotik
bawang. Sedangkan pada antibiotik kelor dan sirih, bakteri E.coli dapat
dikalatakn resisten terhadap antibiotik kelor dan sirih. Sensitifitas terjadi

7
karena inhibitor sintesis protein yang menghambat aktivitas transferase
peptida dari ribosom bakteri sehingga antibiotik ini efektif membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan resistensi terjadi akibat
bakteri mensintesis enzim yang dapat mengubah zat aktif menjadi tidak
aktif sehingga terjadi resisten terhadap antibiotik. Bakteri tersebut
menghasilkan enzim yang mampu memecah cincin beta laktam. Beta
laktamase banyak diproduksi oleh bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif. Enzim ini mempunyai peranan besar dalam menyebabkan
resistensi bakteri gram positif terhadap antibiotik.

C. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa bakteri E. coli sensitif terhadap antibiotik
amoxcillin dan bawang. Tetapi resisten terhadap antibiotik kelor dan sirih.

Anda mungkin juga menyukai