Perbedaan Jumlah Sel Radang PMN dan MN pada Luka Bakar Derajat Ii
Antara Pemberian Topikal Ekstrak Sel Punca Mesenkimal Tali Pusat Manusia
dengan Silver Sulfadiazinepada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur
Sprague Dawley
Abstrak
Luka merupakan suatu bentuk kerusakan jaringan pada kulit yang disebabkan oleh kontakfisika (dengan sumber panas),
hasil dari tindakan medis, maupun perubahan kondisi fisiologis. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan akibat kontak dengan sumber panas dan suhu sangat rendah. Silver sulfadiazine merupakan salah satu pengobatan
yang sering digunakan. Salah satu pengobatan luka lain yang saat ini digunakan adalah ekstrak sel punca mesenkimal tali
pusat manusia yang memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan jumlah sel radang PMN dan MN pada luka bakar derajat II antara pemberian topikal ekstrak sel punca
mesenkimal tali pusat manusia dengan silver sulfadiazine. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan
18 ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus) Galur Sprague dawley yang dikelompokkan menjadi 3 perlakuan berbeda.
Perlakuan dibagi atas kelompok K: kontrol negatif (akuades), P1: ekstrak sel punca mesenkimal tali pusat manusia, dan P2:
silver sulfadiazine. Pengamatan terhadap perbedaan jumlah sel radang PMN dan MN dilakukan selama 28 hari
menggunakan kriteria penilaian mikroskopis dan kemudian data dianalisis menggunakan uji statistik deskriptif numerik dan
one way ANNOVA. Data yang diperoleh diuji dengan Uji Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa semua data berdistribusi normal
dengan p value>0,05. Selanjutnya, dilakukan uji One Way ANNOVA menunjukkan perbedaan rerata yang bermakna (p<0,05)
yaitu pada kelompok PMN hari ke-4 dan ke-14, sedangkan pada kelompok MN pada hari ke-14 dan ke-28. Pemberian
topikal ekstrak sel punca mesenkumal tali pusat manusia memiliki pengaruh sangat besat terhadap rerata jumlah sel radang
PMN dan MN.
Kata kunci: Ekstrak Sel Punca Mesenkimal Tali Pusat Manusia, Luka Bakar, Sel Radang, Silver Sulfadiazine.
Abstract
Wound is a form of damaged skin’s tissue caused by physiscal contact (with a heat souce), result of medical treatment, or
physiologicas condition changes. Burns is a form of damaged or loss tissue due to the contact with heat and a very low
temperature. Silver sulfadiazine is one of treatment that commonly used. One of the other wound treatments used
currently is human puncamesenkimal umbilical cord cells extract that has ability in differentiate into other cells. The
purpose of this research is to determine the differences of numer in inflammatory cells of PNM and NM in II degree burns
among human topical puncamesenkimal umbilical cord cells extract giving and silver sulfadiazine. This study is an
experimental study using 18 male white rats (rattus norvegicus)GalurSprague dawley grouped into 3 different treatments.
The treatment is divided into group K: Negative control (akuades), P1: human puncamesenkimal umbilical cord cells extract,
and P2: silver sulfadiazine. Observations on the difference in the number of inflammatory cells of PNM and MN were
carried out for 28 days using the miscroscopic assessment criteria and then the data was analyzed using numeric descriptive
statistical test and one way ANNOVA.The data obtained were tested by shapiro-wilk test showing that all data were
normally distributed with p value> 0.05. Furthermore, one way ANNOVA test showed significant rerata difference (p <0,05)
that is in PNM group day 4th and 14th, while in MN group on day 14 and 28th. Human topical puncamesenkimal umbilical
cord cells extract giving has a great influence on rerata numer of inflammatory cells of PNM and MN.
Keywords: Human Punca Mesenchymal Umbilical Cord Cells Extract, Burns, Inflammatory Cells.
Korespondensi: Titik Herdawati, Jln. Bumi Manti 1 no 9, Kedaton, Bandar Lampung, HP; 085273009948, email
titikherdawati@gmai.com
sulfadiazine pada tikus putih jantan (Rattus hari ke-14, kelompok tikus yang diberikan silver
norvegicus) galur Sprague dawley. sulfadiazine diterminasi pada hari ke-14,
kelompok tikus yang hanya diberi makan tanpa
Metode adanya perlakuan apapun diterminasi pada hari
Penelitian ini merupakan penelitian ke-28, kelompok tikus yang diberikan sel punca
eksperimental laboratorik yang bertujuan untuk mesenkimal tali pusat manusia diterminasi pada
mengetahui perbedaan jumlah sel radang PMN hari ke-28, dan kelompok tikus yang diberikan
dan MN pada penyembuhan luka bakar secara silver sulfadiazine diterminasi pada hari ke-28.
mikroskopis antara pemberian topikal ekstrak Sebelum diberi perlakuan, tikus terlebih dahulu
sel punca mesenkimal tali pusat manusia dengan diadaptasi selama satu minggu.
silver sulfadiazine pada tikus putih jantan Setelah diberi perlakuan, tikus diterminasi
(Rattus norvegicus) galur Sprague dawleydengan dan diambil kulitnya untuk dibuat preparat.
menggunakan metode post test only controlled Pembacaan preparat dilakukan menggunakan
group design. mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x-
Pada penelitian ini, sampel dibagi ke 400x untuk melihat jumlah sel radang PMN dan
dalam sembilan kelompok perlakuan. Pemilihan MN pada luka bakar tikus derajat II.
sampel digunakan dengan cara simple random
sampling. Penentuan besar sampel dengan Hasil
menggunakan rumus frederer. Berdasarkan Analisis berupa rerata dari jumlah sel
rumus tersebut, jumlah maksimal sampel yang radang PMN dari gambaran histopatologi kulit
dibutuhkan untuk masing-masing kelompok tikus yang dibuat luka bakar menggunakan plat
perlakuan adalah 4 ekor tikus dan jumlah besi berbentuk lingkaran dengan diameter 2 cm
minimal sampel untuk 9 kelompok perlakuan yang dipanaskan di air mendidih (100oC).
adalah 36 ekor tikus. Jumlah minimal sampel Analisis sel radang Polimorfonuklear disajikan
ditambahkan 10% untuk mengantisipasi drop pada tabel 1.
out. Pada analisis jumlah sel radang
Variabel bebas atau variabel independen Polimorfonuklear (PMN) menggunakan uji
dalam penelitian ini adalah sediaan topikal analitik pada masing-masing kelompok telah
ekstrak sel punca mesenkimal tali pusat manusia diperoleh suatu hasil. Pada hari ke-4 kelompok
dengan silver sulfadiazine. Variabel terikat atau kontrol (-) diperoleh rata-rata skor jumlah sel
variabel dependen dalam penelitian ini adalah radang Polimorfonuklear (PMN) sebesar 8,67.
jumlah sel PMN dan MN pada luka bakar. Pada hari ke-4 kelompok stem cell diperoleh
Pengamatan perbedaan jumlah sel radang rata-rata skor jumlah sel radang
PMN dan MN pada luka bakar derajat II Polimorfonuklear (PMN) sebesar 5,67. Pada hari
digunakan tikus putih jantan umur 2-3 bulan, ke-4 kelompok silver sulfadiazine diperoleh rata-
berat 250-300 gram sebagai sampel, yang rata skor sel radang Polimorfonuklear (PMN)
terbagi menjadi sembilan kelompok masing- sebesar 7,00.
masing berjumlah tiga ekor, yaitu kelompok Pada hari ke-14 kelompok kontrol (-)
tikus yang hanya diberi makan tanpa adanya diperoleh rata-rata skor jumlah sel radang
perlakuan apapun diterminasi hari ke-4, Polimorfonuklear (PMN) sebesar 8,33. Pada hari
kelompok tikus yang diberikan sel punca ke-14 kelompok stem cell diperoleh rata-rata
mesenkimal tali puat manusia diterminasi hari skor jumlah sel radang Polimorfonuklear (PMN)
ke-4, kelompok tikus yang diberi krim sebesar 3,33. Pada hari ke-14 kelompok silver
silversulfadiazine diterminasi hari ke-4, sulfadiazine diperoleh rata-rata skor sel radang
kelompok tikus yang hanya diberi makan tanpa Polimorfonuklear (PMN) sebesar 6,67.
perlakuan apapun diterminasi pada hari ke-14,
kelompok tikus yang diberikan sel punca
mesenkimal tali pusat manusia diterminasi pada
Pada hari ke-28 kelompok kontrol (-) jumlah sel radang mononuklear (MN) sebesar
diperoleh rata-rata skor jumlah sel radang 5,67. Pada hari ke-4 kelompok silver sulfadiazine
Polimorfonuklear (PMN) sebesar 7,33. Pada hari diperoleh rata-rata skor sel radang mononuklear
ke-28 kelompok stem cell diperoleh rata-rata (MN) sebesar 6,67.
skor jumlah sel radang Polimorfonuklear (PMN) Pada hari ke-14 kelompok kontrol (-)
sebesar 5,67. Pada hari ke-28 kelompok silver diperoleh rata-rata skor jumlah sel radang
sulfadiazine diperoleh rata-rata skor sel radang Mononuklear (MN) sebesar 8,00. Pada hari ke-
Polimorfonuklear (PMN) sebesar 6,67. 14 kelompok stem cell diperoleh rata-rata skor
Analisis berupa rerata dari jumlah sel jumlah sel radang mononuklear (MN) sebesar
radang MN dari gambaran histopatologi kulit 3,33. Pada hari ke-14 kelompok silver
tikus yang dibuat luka bakar menggunakan plat sulfadiazine diperoleh rata-rata skor sel radang
besi berbentuk lingkaran dengan diameter 2 cm mononuklear (MN) sebesar 6,67.
yang dipanaskan di air mendidih (100oC). Pada hari ke-28 kelompok kontrol (-)
Analisis sel radang mononuklear disajikan pada diperoleh rata-rata skor jumlah sel radang
tabel 2. Polimorfonuklear (PMN) sebesar 8,33. Pada hari
Pada analisis rerata jumlah sel radang ke-28 kelompok stem cell diperoleh rata-rata
Mononuklear (MN) menggunakan uji analitik skor jumlah sel radang Mononuklear (MN)
pada masing-masing kelompok telah diperoleh sebesar 5,67. Pada hari ke-28 kelompok silver
suatu hasil. Pada hari ke-4 kelompok kontrol (-) sulfadiazine diperoleh rata-rata skor sel
diperoleh rata-rata skor jumlah sel radang radang Mononuklear (MN) sebesar 7,33.
Mononuklear (MN) sebesar 7,00. Pada hari ke-4 Setelah diperoleh rerata dari masing-
kelompok stem cell diperoleh rata-rata skor masing kelompok, selanjutnya dilakukan uji
Majority | Volume 7 |Nomer 2 | Maret 2018| 37
Titik Herdawati, Evi Kurniawaty, & Novita Carolia3│Perbedaan Jumlah Sel Radang Pmn dan Mn pada Luka Bakar Derajat IIantara Pemberian
Topikal Ekstrak Sel Punca Mesenkimal Tali Pusat Manusia dengan Silver sulfadiazinepada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur
Sprague dawley
normalitas. Uji normalitas Shapiro-Wilk hasil uji normalitas Shapiro-Wilk pada masing-
dianggap bermakna apabila p>0,05. Adapun masing kelompok perlakuan sebagai berikut:
4 3 0,296
14 3 0,109
28 3 0,248
4 3 0,248
14 3 0,233
28 3 0,663
Setelah dilakukan uji normalitas, dapat disimpulkan bahwa rerata jumlah sel
diperoleh hasil bahwa semua data berdistribusi radang Polimorfonuklear pada kelompok P1
normal. Selanjutnya dilakukan uji One Way lebih kecil dibandingkan kelompok K1 dan P2.
ANNOVA untuk mengetahui perbedaan jumlah Kemudian setelah dilakukan uji One Way
sel radang PMN dan MN pada masing-masing ANNOVA diperoleh hasil bahwa terdapat
kelompok. perbedaan yang bermkana dari rerata jumlah sel
radang Polimorfonuklear pada kelompok kontrol
Tabel 5. Hasil Analisis Sel Radang PMN One Way (-) terhadap kelompok tikus dengan pemberian
ANNOVA ekstrak sel punca mesenkimal tali pusat manusia
Rerata kelompok perlakuan pada hari ke-4 dengan nilai p=0,008 (p<0,05)
Hari Nilai p dan hari ke-14 dengan nilai p=0,002 (p<0,05).
K1 P1 P2 Hal ini menunjukkan bahwa sel punca
4 8,67 5,67 7,00 0,008*
memiliki pengaruh besar terhadap proses
inflamasi pada penyembuhan luka. Dimana
14 8,33 3,33 6,67 0,002* sel punca memperlambat respons inflamasi
sistemik. Mesenchymal Stem Cell dapat
28 7,33 5,67 6,67 0,20 meningkatkan sitokin inflamasi, seperti IL-10
Keterangan : * (bermakna) dan IL-12, serta menurunkan kadar sitokin
pro-inflamasi, seperti interferon gamma, IL-
Tabel 6. Hasil Analisis Sel Radang MN One Way 1, IL-6, dan protein inflamasi makrofag-1 α.
ANNOVA Pada tikus, Mesenchymal Stem Cell terbukti
Rerata kelompok perlakuan memiliki efek anti-apoptosis, meningkatkan
Hari Nilai p
kadar Bcl-2 dan menekan kerja enzim
K1 P1 P2
caspase.8
4 7,00 5,67 6,67 0,369 Pada pengamatan rerata jumlah sel
radang Polimorfornuklear hari ke-28
14 8,00 3,33 6,67 0,005* menunjukkan bahwa kelompok K1 memiliki
rerata jumlah sel radang Polimorfonuklear
28 8,33 5,67 7,33 0,004* sebesar 7,33, pada kelompok P1 sebesar 5,67
dan kelompok P2 sebesar 6,67, sehingga dapat
Keterangan : * (Bermakna)
disimpulkan bahwa rerata jumlah sel radang
Polimorfonuklear pada kelompok P1 memiliki
Pembahasan
nilai lebih kecil dibandingkan dengan kelompok
Berdasarkan hasil penelitian dan uji
K1 dan P2. Pada hari ke-28 terjadi peningkatan
statistik menunjukkan bahwa yang telah
dari rerata jumlah sel jumlah sel radang
dilakukan untuk membuktikan adanya
Polimorfonuklear pada kelompok P1 setelah
perbedaan rerata jumlah sel radang
pada hari ke-14 terjadi penurunan. Hal ini dapat
Polimorfonuklear dan Mononuklear antara
terjadi akibat adanya variabel luar yang tidak
pemberian ekstrak sel punca mesenkimal tali
bisa dikendalikan, seperti kondisi psikologis tikus
pusat manusia dengan silver sulfadiazine
yang dapat mengalami stres akibat pemberian
diperoleh hasil pada pengamatan rerata jumlah
perlakuan, terlalu banyak pergerakan yang
sel radang Polimorfonuklear hari ke-4
dilakukan oleh hewan coba dan kurang
menunjukkan bahwa kelompok K1 memiliki
higienisnya kandang sehingga meningkatkan
rerata jumlah sel radang Polimorfonuklear
kerentanan tikus terhadap infeksi.
sebesar 8,67, pada P1 sebesar 5,67 dan pada P2
Pada pengamatan hari ke-28 diperoleh
sebesar 7,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa
hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang
kelompok P1 memiliki rerata jumlah sel radang
bermakna dari rerata jumlah sel radang
Polimorfonuklear lebih kecil dibandingkan
Polimorfonuklear pada kontrol (-) terhadap
kelompok K1 dan P2. Pada hari ke-14 kelompok
kelompok stem cell dan kelompok silver
K1 mmiliki rerata jumlah sel radang
sulfadiazine karena nilai p=0,202 (p>0,05)
Polimorfonuklear sebesar 8,33, kelompok P1
menggunakan uji statistik. Sedangkan pada
sebesar 3,33 dan P2 sebesar 6,67, sehingga
Majority | Volume 7 |Nomer 2 | Maret 2018| 39
Titik Herdawati, Evi Kurniawaty, & Novita Carolia3│Perbedaan Jumlah Sel Radang Pmn dan Mn pada Luka Bakar Derajat IIantara Pemberian
Topikal Ekstrak Sel Punca Mesenkimal Tali Pusat Manusia dengan Silver sulfadiazinepada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur
Sprague dawley
pengamatan secara mikroskopik menunjukkan putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague
bahwa terdapat perbedaan rerata jumlah sel dawley dengan pemberian ekstrak sel punca
radang Polimorfonuklear pada kelompok P1 mesenkimal tali pusat manusia dapat sembuh
terhadap kelompok K1 dan P2. dengan cepat karena dapat meningkatkan
Pada pengamatan rerata jumlah sel beberapa fase pada penyembuhan luka normal
radang Mononuklear (MN) hari ke-4 dibandingkan kelompok lain.9
menunjukkan bahwa kelompok K1sebesar 7,00,
pada kelompok P1 sebesar 5,67, dan pada Ringkasan
kelompok P2 sebesar 6,67, sehingga dapat Luka bakar merupakan cedera atau injuri
disimpulkan bahwa rerata jumlah sel radang sebagai akibat kontak langsung atau terpapar
Mononuklear memiliki rerata jumlah sel radang dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik
Mononuklear pada kelompok P1 lebih kecil (electric), zat kimia (chemycal), atau radiasi
dibandingkan kelompok K1 dan P2. Tidak (radiation).11 Luka bakar dengan ketebalan
terdapat perbedaan rerata jumlah sel radang parsial merupakan luka bakar yang tidak
Mononuklear pada hari ke-4 kelompok kontrol (- merusak epitel kulit atau hanya merusak
) terhadap kelompok stem cell dan kelompok sebagian dari epitel. Luka bakar dengan
silver sulfadiazine karena nilai p=0,369 (p>0,05). ketebalan penuh merusak semua sumber-
Pada pengamatan rerata jumlah sel sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan
radang Mononuklear (MN) hari ke-14 bisa membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika
menunjukkan bahwa kelompok K1sebesar 8,00, luas.12Menurut Riset Kesehatan Dasar Depkes RI
pada kelompok P1 sebesar 3,33, dan pada 2007, prevalensi luka bakar di Indonesia
kelompok P2 sebesar 6,67, sehingga dapat tertinggi terdapat di provinsi Nangroe Aceh
disimpulkan bahwa rerata jumlah sel radang Darussalam dan Kepulauan Riau sebesar 3,8%.
Mononuklear memiliki rerata jumlah sel radang Dampak pertama yang ditimbulkan luka
Mononuklear pada kelompok P1 lebih kecil bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
dibandingkan kelompok K1 dan P2. Pada Pembuluh kapiler yang terpajan suhu
pengamatan rerata jumlah sel radang tinggimengalami kerusakan dan peningkatan
Mononuklear (MN) hari ke-28 menunjukkan permeabilitas. Sel darah yang ada di dalamnya
bahwa kelompok K1sebesar 8,33, pada ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
kelompok P1 sebesar 5,67, dan pada kelompok Meningkatnya permeabilitas menyebabkan
P2 sebesar 7,33, sehingga dapat disimpulkan edema dan menimbulkan bula yang
bahwa rerata jumlah sel radang Mononuklear mengandung banyak elektrolit, hal itu
memiliki rerata jumlah sel radang Mononuklear menyebabkan berkurangnya volume cairan
pada kelompok P1 lebih kecil dibandingkan intravaskular. Kerusakan kulit akibat luka bakar
kelompok K1 dan P2. Kemudian setelah menyebabkan kehilangan cairan dikarenakan
dilakukan uji One Way ANNOVA diperoleh hasil adanya penguapan yang berlebihan, masuknya
bahwa terdapat perbedaan yang bermkana dari cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar
rerata jumlah sel radang mononuklear pada derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng
kelompok kontrol (-) terhadap kelompok tikus luka bakar derajat III. Setelah 12−24 jam,
dengan pemberian ekstrak sel punca permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi
mesenkimal tali pusat manusia pada hari ke-14 mobilisasi serta penyerapan kembali cairan
dengan nilai p=0,005 (p<0,05) dan hari ke-14 edema ke pembuluh darah, hal ini ditandai
dengan nilai p=0,004 (p<0,05). dengan meningkatnya diuresis.5
Sel Punca mesenkimal memiliki efek Stem Cells memiliki kemampuan
parakrin yang sangat berperan dalam proses pembaharuan diri dan bersifat multipotensi.
penyembuhan jaringan, efek ini membuat Bone Marrow-Mesenchymal Stem Cells dapat
tersekresinya zat-zat seperti sitokin, growth dibedakan menjadi beberapa jenis sel kulit,
factor dan mediator kimia lainnya. Vascular seperti keratinosit dan fibroblas yang
Endothelial Growth Factor (VEGF), Epidermal berkontribusi terhadap perbaikan kulit dan
Growth Factor (EGF), merupakan growth factor perbaikan luka termasuk penyembuhan luka
yang dapat mempercepat proses reepitelisasi bakar.9
dan penyembuhan luka, pada penelitian ini tikus