Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat

komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor -faktor yang menyebabkan, menyalurkan,

dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Nursalam, 2007).

Motivasi adalah proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi untuk mencapai sasaran

organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut untuk memuaskan

kebutuhan sejumlah individu. Meskipun secara umum motivasi merujuk ke upaya yang

dilakukan guna mencapai setiap sasaran, disini kita merujuk ke sasaran organisasi karena

fokus kita adalah perilaku yang berkaitan dengan kerja (Robbins & Coulter, 2007).

Oleh sebagian besar ahli, proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan atau

hasil yang dicari karyawan dipandang sebagai kekuatan yang bisa menarik orang.

Memotivasi orang adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia

berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak (Suarli dan

Bahtiar, 2010).

10
11

Menurut Suarli dan Bahtiar (2010), menurut bentuknya motivasi terdiri atas:

a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu.

b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari luar diri individu.

c. Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya

serentak serta menghentak dan cepat sekali.

2. Teori Motivasi

Teori-Teori Awal Tentang Motivasi

a. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Teori motivasi yang paling dikenal mungkin adalah Teori Hierarki Kebutuhan

Abraham Maslow. Maslow adalah psikolog humanistik yang berpendapat bahwa pada

diri tiap orang terdapat hierarki lima kebutuhan.

1) Kebutuhan fisik: makanan, minuman, tempat tinggal, kepuasan seksual, dan

kebutuhan fisik lain.

2) Kebutuhan keamanan: keamanan dan perlindungan dari gangguan fisik dan emosi,

dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik akan terus terpenuhi.

3) Kebutuhan sosial: kasih sayang, menjadi bagian dari kelompoknya, diterima oleh

teman-teman, dan persahabatan.

4) Kebutuhan harga diri: faktor harga diri internal, seperti penghargaan diri, otonomi,

pencapaian prestasi dan harga diri eksternal seperti status, pengakuan, dan

perhatian.

5) Kebutuhan aktualisasi diri: pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan

pemenuhan diri sendiri; dorongan untuk menjadi apa yang dia mampu capai.
Menurut Maslow, jika ingin memotivasi seseorang kita perlu memahami ditingkat

mana keberadaan orang itu dalam hierarki dan perlu berfokus pada pemuasan

kebutuhan pada atau diatas tingkat itu (Robbins & Coulter, 2007).

b. Teori X dan Y Mc Gregor Douglas McGregor terkenal karena rumusannya tentang

dua kelompok asumsi mengenai sifat manusia : Teori X dan Teori Y. Teori X pada

dasarnya menyajikan pandangan negatif tentang orang. Teori X berasumsi bahwa para

pekerja mempunyai sedikit ambisi untuk maju, tidak menyukai pekerjaan, ingin

menghindari tanggung jawab, dan perlu diawasi dengan ketat agar dapat efektif

bekerja. Teori Y menawarkan pandangan positif. Teori Y berasumsi bahwa para

pekerja dapat berlatih mengarahkan diri, menerima dan secara nyata mencari tanggung

jawab, dan menganggap bekerja sebagai kegiatan alami. Mc Gregor yakin bahwa

asumsi Teori Y lebih menekankan sifat pekerja sebenarnya dan harus menjadi

pedoman bagi praktik manajemen (Robbins & Coulter, 2007).

c. Teori Motivasi Higienis Herzberg

Teori ini menyatakan bahwa kepuasan dan ketidak-puasan seseorang dipengaruhi oleh

dua kelompok faktor independen yakni faktor-faktor penggerakan motivasi dan faktor-

faktor pemelihara motivasi. Menurut Herzberg, karyawan memiliki rasa kepuasan

kerja dalam pekerjaannya, tetapi faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan berbeda

jika dibandingkan dengan faktor-faktor ketidakpuasan kerja. Rasa kepuasan kerja dan

rasa ketidakpuasan kerja tidak berada dalam satu kontinum. Lawan dari kepuasan
adalah tidak ada kepuasan kerja sedangkan lawan dari ketidakpuasan kerja adalah

tidak ada ketidak-puasan kerja.

Faktor-faktor yang merupakan penggerak motivasi (faktor-faktor intrinsik) ialah:

1) Pengakuan (cognition), artinya karyawan memperoleh pengakuan dari pihak

perusahaan bahwa ia adalah orang, berprestasi, baik, diberi penghargaan, pujian,

dimanusiakan, dan sebagainya.

2) Tanggung jawab (responsibility), artinya karyawan diserahi tanggung jawab

dalam pekerjaan yang dilaksanakannya, tidak hanya semata-mata melaksanakan

pekerjaan.

3) Prestasi (achievement), artinya karyawan memperoleh kesempatan untuk

mencapai hasil yang baik atau berprestasi.

4) Pertumbuhan dan perkembangan (growth and development), artinya dalam setiap

pekerjaan itu ada kesempatan bagi karyawan untuk tumbuh dan berkembang.

5) Pekerjaan itu sendiri (job it self), artinya memang pekerjaan yang dilakukan itu

sesuai dan menyenangkan bagi karyawan.

Adapun faktor-faktor pemelihara motivasi (faktor-faktor ekstrinsik) ialah:

1) Gaji (salary) yang diterima karyawan

2) Kedudukan (status) karyawan

3) Hubungan antar pribadi dengan teman sederajat, atasan atau bawahan

4) Penyeliaan (supervisi) terhadap karyawan

5) Kondisi tempat kerja (working condition)


6) Keselamatan kerja (job safety)

7) Kebijakan dan administrasi perusahaan, khususnya dalam bidang personalia

Menurut Herzberg, meskipun faktor-faktor pendorong motivasi baik keadaannya

(menurut penilaian karyawan), tetapi jika faktor faktor pemeliharaan tidak baik

keadaannya, tidak akan menimbulkan kepuasan kerja bagi karyawan. Oleh sebab itu,

untuk meningkatkan motivasi dengan cara perbaikan faktor-faktor pemeliharaan, baru

kemudian faktor-faktor pendorong motivasi

Berdasarkan JCM, setiap pekerjaan dapat didefinisikan menurut lima dimensi inti

yaitu sebagai berikut:

1) Keragaman keterampilan, tingkat sejauh mana keragaman kegiatan yang

diperlukan oleh pekerjaan tertentu agar karyawan dapat menggunakan berbagai

bakat dan keterampilannya yang berbeda-beda.

2) Identitas tugas, tingkat sejauh mana pekerjaan menuntut penyelesaian keseluruhan

dan potongan kerja yang dapat diidentifikasi.

3) Signifikansi tugas, tingkat sejauh mana pekerjaan berdampak besar pada

kehidupan atau pekerjaan orang lain.

4) Otonomi, tingkat sejauh mana pekerjaan memberi kebebasan, kemandirian, dan

keleluasaan yang besar kepada seseorang dalam menjadwal pekerjaan itu dan

menentukan prosedur yang digunakan untuk melaksanakannya.

5) Umpan balik, tingkat sejauh mana pelaksanaan kegiatan-kegiatan kerja yang

dituntut oleh pekerjaan tertentu menyebabkan orang tersebut mendapatkan

informasi yang langsung dan jelas mengenai efektivitas kinerjanya.


B. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Pengalaman penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali

kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi

setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu

(Bambang, 2008).

Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu membenarkan (justifies)

kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila

seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru

dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Pengetahuan merupakan

konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan

pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu proses yang
unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan pengetahuan

melibatkan perasaan dan sistem kepercayaan (belief sistems) dimana perasaan atau sistem

kepercayaan itu bisa tidak disadari (Bambang, 2008).

2. Tingkatan Pengetahuan di dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang dicapai di

dalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan yakni :

a. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat yang paling rendah. Kata

kerja bahwa untuk mengukur orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Comprehension (memahami), Diartikan sebagai sesuatu untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obejek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, memperkirakan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil atau sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis tersebut dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja.

e. Sintesis, menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru. Kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi, berkaitan

dengan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-peniaian itu berdasarkan suatu kriteria tersendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada (Soekidjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penilaian atau responden.

Kedalaman pengetahuan orangtua yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai

berikut:

a. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan penyelidikan epidemiologinya. Angka

– angka kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan menunjukkan hubungan

dengan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur di laporkan tetap, apakah

panjangnya interval didalam pengelompokkan cukup atau tidak.


b. Pendidikan

Mendidik atau pendidik adalah dua hal yang saling berhubungan. Segi bahasa

mendidik adalah kata kerja, pendidik kata benda. Kita mendidik berarti kita melakukan

suatu kegiatan atau tindakan, kegiatan mendidik menunjukkan adanya yang mendidik

disuatu pihak yang dididik adalah suatu kegiatan yang mengandung antara dua

manusia atau lebih.

c. Pengalaman

Huston (2010), mengatakan bahwa pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan

ingatan yang didapat sebelumnya. Huston (2010), menjelaskan bahwa faktor-faktor

yang terkait dengan kurang pengetahuan (deficient knowledge) terdiri dari : kurang

terpapar informasi, kurang daya ingat/hapalan, salah menafsirkan informasi,

keterbatasan kognitif, kurang minat untuk belajar dan tidak familiar terhadap sumber

informasi.

C. Komunikasi Efektif

1. Pengertian Komunikasi Efektif

Menurut Gillies (2000) adalah komunikasi yang berhasil menyampaikan pikiran dengan

menggunakan perasaan yang disadari.

Menurut Gillies (2000) bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berusaha

memilih cara yang tepat agar gambaran dalam benak dan isi kesadaran dari komunikator

dapat dimengerti, diterima bahkan dilakukan oleh komunikan.


2. Prinsip Komunikasi Efektif

Agar komunikasi menghasilkan komunikasi yang efektif, seseorang harus memahami

prinsip-prinsip dalam berkomunikasi. Ada lima prinsip komunikasi yang efektif yang

harus dipahami. Lima prinsip tersebut disingkat dengan REACH, yaitu Respect,

Empathy, Audible, Care,dan Humble. Lima prinsip komunikasi yang efektif itu adalah

sebagai berikut :

a. Respect

Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang

akan kita sampaikan.

b. Empathy

Komunikasi yang efektif akan dengan mudah tercipta jika komunikator memiliki sikap

empathy. Empathy artinya kemampuan seorang komunikator dalam memahami dan

menempatkan dirinya pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain.

c. Audible

Audible adalah pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan melalui

media atau delivery channel.

d. Care

Care berarti komunikator memberikan perhatian kepada lawan komunikasinya.

Komunikasi yang efektif akan terjalin jika audience lawan komunikasi personal

merasa diperhatikan.

e. Humble

Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling menghargai.
3. Langkah-langkah untuk Membangun Komunikasi Efektif

Adapun langkah-langkah untuk membangun komunikasi yang efektif adalah sebagai

berikut :

a. Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi

b. Mengenali komunikan

c. Menyampaikan pesan dengan jelas

d. Menggunakan alat bantu yang baik

e. Memusatkan perhatian

f. Menghindari gangguan komunikasi

g. Membuat suasana yang menyenangkan

h. Menggunakan bahasa tubuh (body language) yang benar

D. Komunikasi SBAR

1. Pengertian SBAR

SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang

membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif

dan meningkatkan keselamatan pasien.

Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR

(Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini

digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah

kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam

menyampaikan kondisi pasien.


SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift

atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim

kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan

rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan

atau tim kesehatan lainnya.

2. Adapun keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:

a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.

b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan

kondisi pasien.

c. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

3. Sistem Pendokumentasian dengan SBAR (Nursalam, 2013), Komite Akreditasi

Rumah Sakit (KARS, 2012)

Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,

Recommendation. SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien

yang memerlukan perhatian atau tindakan segera, diharapkan dokumentasi catatan

perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat

mengetahui perkembangan pasien.

a. S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)

1) Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter

yang merawat
2) Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah

teratasi/ keluhan

Penerapan Rumah Sakit :

a) Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke ruang
tujuan pemindahan
b) Dokter yang merawat : isi dengan nama DPJP atau dokter spesialis yang
merawat
c) Diagnosa medis : isi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan oleh
dokter yang merawat
d) Isi pilihan ya atau tidak bila pasien/keluarga sudah atau belum dijelaskan
mengenai diagnosa pasien.
e) Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah keperawatan pasien
yang secara aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruang kepindahan
yang baru

b. B : Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)

1) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis

keperawatan

2) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat –

obatan termasuk cairan infus yang digunakan

3) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap diagnosis

keperawatan

4) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat –

obatan termasuk cairan infus yang digunakan

5) Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis


Penerapan Rumah Sakit :

a) Riwayat alergi/reaksi obat : isi dengan apa jenis alergi yang diderita atau
jenis reaksi obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang
b) Intervensi medik/keperawatan : isi dengan jenis tindakan yang sudah
dilakukan terhadap pasien, baik tindakan dokter maupun perawat. contoh
pemasangan gips, NGT, dll
c) Hasil investigasi abnormal : isi keadaan abnormal/keluhan saat pasien datang
ke RS sehingga mengharuskan pasien tersebut dirawat (riwayat keluhan saat
masuk rumah sakit)
d) Kewaspadaan/ precaution: pilih apa jenis kewaspadaan sesuai dengan jenis
kasus pasien. contoh : TBC, maka dipilih droplet

c. A : Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)

1) Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor

nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score,

status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.

2) Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.

Penerapan Rumah Sakit :

a) Observasi terakhir, GCS: Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi dengan vital sign
dan tingkat kesadaran pasien secara numerik.
contoh : E 4, V 5 M 6
b) BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist sesuai
keadaan pasien
c) Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus, jaringan
nekrotik, dll,) lokasi dan ukurannya juga dilengkapi
d) CVP : isi dengan ceklist dan skor/undulasi dengan satuan CmH20
e) Peralatan khusus yang diperlukan: isi misalnya WSD, colar brace, infuse
pump dll
f) Hal-hal istimewa yang berhubungan dengan kondisi pasien. contoh : pasien
tidak ada keluarga

d. R : Recommendation

Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer

to nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan

keluarga. Penerapan Rumah Sakit :

a) Konsultasi, fisiotherafi dll, isi dengan rencana konsultasi, rencana


fisiotherafi dll
b) Obat, barang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang / berkas

E. Operan/ Timbang Terima

1. Pengertian

Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya

handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover adalah

komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada

pergantian shift jaga.

Nursalam, (2007) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang

informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan

yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan

konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang

dilakukan, tanggung jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke

perawat yang akan melanjutnya perawatan.


Nursalam, (2007) menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan

sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana

terjadi perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang pasien dari perawat yang satu

ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang

akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang

akan terjadi dan antisipasinya.

2. Tujuan Timbang Terima

a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).

b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan

kepada klien.

c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas

berikutnya.

d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi

komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk

kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.

3. Timbang Terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:

a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan

perawat.

b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan

tindakan keperawatan.
4. Langkah-langkah dalam Timbang Terima

a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.

b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.

c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift selanjutnya

meliputi :

1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum

2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan

3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan

d. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-

buru.

e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat

keadaan pasien.

5. Prosedur dalam Timbang Terima

a. Persiapan

1) Kedua kelompok dalam keadaan siap.

2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

b. Pelaksanaan dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing

penanggung jawab :

1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.


2) Nurse station perawat sebagai tempat berdiskusi untuk melaksanakan timbang

terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah

keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta

hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.

3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya

dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang

berikutnya.

4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

a) Identitas klien dan diagnosa medis.

b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.

c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.

d) Intervensi kolaborasi dan dependen.

e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan

selanjutnya, misalnya : operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang

tidak dilaksanakan secara rutin.

f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya

jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas

Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas

g) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada

kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.

h) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan

ruangan oleh perawat. (Nursalam, 2007).


6. Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:

a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung jawab,

meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.

b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang melakukan

pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran

informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang shift

sebelumnya kepada perawat shift yang datang.

c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan

tugas yang dilimpahkan. Aktivitas dari perawat yang menerima operan untuk

melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau pada pasien langsung.

7. Metode dalam Timbang Terima

a. Timbang terima dengan metode tradisional Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Kassesan dan Jagoo (2005) disebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih

tradisional adalah :

1) Dilakukan hanya di meja perawat.

2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya

pertanyaan atau diskusi.

3) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.

4) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses

informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.


b. Timbang terima dengan metode bedside handover

Handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside handover

yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan

pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.

8. Kelebihan Handover

Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional

maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa

kelebihan diantaranya :

a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi

penyakitnya secara up to date.

b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.

c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara

khusus.

Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada

informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis

yang lain.

9. Metode Pelaksanaan Handover

Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya :

a. Menggunakan tape recorder : melakukan perekaman data tentang pasien kemudian

diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa

one way communication.


b. Menggunakan komunikasi oral atau spoken : melakukan pertukaran informasi dengan

berdiskusi.

c. Menggunakan komunikasi tertulis (written) : melakukan pertukaran informasi dengan

melihat pada medical record saja atau media tertulis lain.

10. Evaluasi dalam Timbang Terima

a. Evaluasi Struktur

Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain :

Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala

ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift

yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam

dipimpin oleh perawat primer.

b. Evaluasi Proses

Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh

perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam

menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang

terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke tempat tidur klien dan kembali

lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah

keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan

khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat

klarifikasi ke klien.

c. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat

mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

11. Hal yang harus diperhatikan sebelum serah terima pasien, perawat harus

melakukan :

a. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.

b. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi

pasien yang akan dilaporkan.

c. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang

harus dilanjutkan.

d. Perawat membaca dan memahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian

perawat shift sebelumnya.

e. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.

F. Faktor - faktor yang mempengaruhi Komunikasi Efektif saat Handover

1. Motivasi

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat

komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan,

dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Nursalam, 2007).

2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali

kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi

setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu

3. Karakteristik Individu

Keperawatan menurut hasil lokakarya nasional keperawatan tahun 1983 Keperawatan

adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari

pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosial yang komprehensip, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat

baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan

keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,

keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan

melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

Pengertian perawat dan keperawatan tersebut di atas jelas bahwa seorang tenaga perawat

adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidang keperawatan, dan

mempunyai kewenangan untuk memberikan pelayanan keperawatan. Tenaga perawat

dituntut untuk professional dibidangnya. Pemberian pelayanan keperawatan oleh tenaga

perawat ditentukan oleh tenaga perawat sendiri, yang pada pelaksanaannya dipengaruhi

oleh banyak faktor. Salah satu faktornya yaitu karakteristik dari individu perawat.

Karakteristik individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan

demografis. Karakteristik demografis individu terdiri dari umur, jenis kelamin,


pendidikan dan lama kerja. Perawat sebagai seorang individu mempunyai karateristik

demografis, seperti diuraikan berikut ini :

a. Umur

Semakin tinggi usia semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa dan semakin

dapat berpikir rasional, semakin bijaksana, mampu mengendalikan emosi dan

semakin terbuka terhadap pandangan orang lain.

b. Jenis Kelamin

Pekerja wanita mengalami lebih banyak stres dibandingkan pria, karena adanya

struktur yang unik pada wanita. Beberapa perbedaan cara pria dan wanita mendapat

keseimbangan yang nyaman, dimana pria selalu mendefinisikan dirinya melalui kasih

sayang dan hubungannya dengan orang lain, sedangkan wanita mencoba

memfokuskan pada keberhasilan pekerjaan.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang makin besar keinginan untuk memanfaatkan

pengetahuan dan keterampilan. Perawat yang memiliki pendidikan lebih tinggi

diharapkan mampu memberikan masukan-masukan bermanfaat terhadap pimpinan

dalam upaya peningkatan kinerja perawat. Selain itu pendidikan perawat yang lebih

tinggi akan lebih mudah dalam memahami tugas.

d. Lama kerja

Semakin lama bekerja semakin meningkat pengalaman perawat dan memberikan arti

bagi pekerjaannya apabila perawat tersebut melakukan komunikasi


4. Komunikasi Efektif SBAR

Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR

(Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini

digunakan pada saat perawat melakukan handover. Komunikasi SBAR adalah kerangka

teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan

kondisi pasien.

G. Komunikasi Efektif Timbang Terima Pasien dilihat dari sudut pandang kerangka

teori Model Konsep Imogene King ( Interacting system framework model and goal

attainment)

Pada Komunikasi Efektif saat timbang terima pasien adanya interaksi antara perawat dengan

perawat lainnya dalam menyampaikan kondisi pasien, adapun kerangka konseptual King

terdiri dari tiga sistem yang saling berinteraksi, yaitu sistem personal (individual), sistem

interpersonal (kelompok) dan sistem sosial.

Berikut diagram sistem interaksi menurut King :

2.1 Skema Kerangka teori King


Gambar : Dynamic interacting systems

(King, 1981 dalam Tomey & Alligood, 2006)

a. Sistem Personal (individual)

Individu berada dalam sistem personal. Konsep yang perlu dipahami dalam sistem

personal antara lain :

1) Gambaran diri (body image)

adalah persepsi tentang diri individu sendiri dan persepsi orang lain tentang

dirinya.

2) Pertumbuhan dan perkembangan (growth & devolepment)


3) Perubahan yang terjadi pada individu secara terus menerus baik secara seluler,

molekuler dan tingkatan-tingkatan aktivitas perilaku yang kondusif untuk

menolong individu bergerak ke arah kedewasaan.

4) Persepsi (perception)

Persepsi adalah menyalurkan energi dari lingkungan dan mengelompokkannya

melalui informasi, penyimpanan informasi dan menyampaikannya dalam bentuk

tingkah laku yang jelas.

5) Persepsi adalah proses organisasi, interpretasi dan transformasi data yang

diingatnya melalui perasaan.

6) Diri sendiri (self)

Diri sendiri adalah lingkungan subjektif seseorang secara keseluruhan. Hal ini

merupakan pusat yang istimewa dari pengalaman dan signifikansi. Diri sendiri

menunjukkan dunia seseorang pada bagian dalam yang dibedakan dari dunia luar

yang terdiri dari orang lain dan berbagai hal. Diri sendiri adalah individu seperti

yang dikenal sebagai individu, adalah ketika kita mengatakan "aku" (Jersild,

1952, p. 10 dalam Tomey & Alligood, 2006).

7) Ruang (space)

Ruang (space) ditandai dengan karakteristik universal. Semua orang mempunyai

beberapa konsep personal yang bergantung pada hubungan dengan situasi,

dimensi, area, jarak, waktu dan tanggapan yang berdasar pada persepsi masing-

masing individu.
8) Waktu

King menggambarkan waktu sebagai jangka waktu antar peristiwa satu dengan

peristiwa yang lainnya dan dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing

individu, sehingga peristiwa yang satu dengan yang lain akan saling berhubungan.

b. Sistem Interpersonal

Sistem interpersonal dibentuk ketika dua atau lebih individu saling berhubungan,

pembentukan oleh dua orang atau tiga orang. Interaksi perawat dan pasien adalah

satu jenis dari sistem interpersonal. Keluarga, sebagai kelompok kecil, dapat

dipertimbangkan sebagai sistem interpersonal. Sistem interpersonal diperlukan satu

pemahaman tentang konsep komunikasi, interaksi, peran, stres dan transaksi.

1) Komunikasi

Komunikasi didefinisikan sebagai proses pemberian informasi dari individu satu

ke individu yang lain secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi

merupakan komponen interaksi. Termasuk didalamnya perubahan tanda-tanda

non verbal dan simbol-simbol antara perawat-klien dengan lingkungan merupakan

komunikasi.

2) Interaksi

Interaksi merupakan suatu proses persepsi dan komunikasi antara individu dengan

lingkungan dan antara individu yang satu dengan individu yang lain, diwujudkan

dengan perilaku verbal dan diarahkan untuk mencapai tujuan. Setiap individu
yang berinteraksi dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan dalam pengetahuan,

tujuan, pengalaman terdahulu dan persepsi.

3) Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dari individu yang

memiliki peraturan yang menjelaskan hak dan kewajiban. Jika harapan peran

berbeda dan tidak sesuai dengan yang terjadi, dapat menimbulkan konflik. Hal ini

berdampak pada penurunan keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan oleh

perawat.

4) Stres

Stres adalah tingkatan yang dinamis dalam interaksi individu – lingkungan. Stres

melibatkan perpindahan energi dan informasi antara individu – lingkungan untuk

pengaturan dan pengendalian stressor.

5) Transaksi

Transaksi didefinisikan sebagai maksud dari interaksi untuk mencapai tujuan

tertentu.

c. Sistem Sosial

Sistem yang saling berinteraksi secara menyeluruh yang terdiri dari kelompok

masyarakat, dikenal sebagai sistem sosial. Sistem sosial penting untuk memahami

otoritas konsep, pengambilan keputusan, organisasi, status.

1) Otoritas (autority )
Merupakan proses transaksi yang aktif dalam pengalaman seseorang untuk

memahami nilai yang berpengaruh, legitimasi dan menerimanya sebagai posisi

dalam organisasi berkaitan dengan otoritasnya.

2) Pengambilan keputusan (decision making)

Adalah perubahan dan proses yang disengaja melalui proses memilih sesuai

dengan tujuan dengan mengidentifikasi aktivitas yang mungkin dilakukan oleh

individu atau group untuk mencapai tujuan.

3) Organisasi ( organization )

Individu yang memiliki peran yang diharapkan sesuai dengan posisinya. Orang

tersebut akan menggunakan berbagai sumber untuk mencapai tujuan baik

personal maupun organisasi.

4) Status

Status adalah hubungan seseorang di dalam groupnya dengan anggota lainnya

dalam satu group atau group yang satu dengan group yang lainnya.
H. Kerangka Teori

2.2 Skema Kerangka Teori

Motivasi Perawat Komunikasi Efektif (SBAR) saat timbang terima pasien :


S :Situation Peningkatan
Intrinsik Sasaran
Ekstrinsik B :Background A :Assessement
R :Recommendation Keselamatan
Terdesak Pasien 2 :
Komunikasi
Efektif

Teori Konsep Imogene King :


Sistem Personal (individual) : gambaran diri, tumbang, persepsi, diri sendiri, ruang, waktu.
Sistem Interpersonal : komunikasi, interaksi, peran, stress, transaksi
Sistem Sosial : otoritas, pengambilan keputusan, organisasi, status
Pengetahuan Perawat
Tahu
Memahami
Aplikasi
Analisis
Sintesis

Sumber : Safitri, 2012 ; Amirah, 2013 ;Yudianto, 2015

Anda mungkin juga menyukai