Anda di halaman 1dari 25

BAB III

HARUT DAN MARUT WACANA MUFASIR

A. Pandangan Umum Tentang Harut dan Marut Yang Menyatakan


Sebagai Malaikat

Jalan menuju Allah tak terbatas jumlahnya sama dengan jumlah


tarikan nafas makhluk hidup Tuhan. Allah pun telah mengizinkan anak-anak
dan orang buta huruf untuk memiliki pengetahuan tentang Dia. Dia
membawa pelajaran kepada orang-orang ber-iman yang sungguh-sungguh
dari segala sesuatu di dunia. Dia menghasilkan pelajaran kadang-kadang dari
apa yang rupanya sama sekali tanpa pengajaran atau kelihatan bodoh atau
bertentangan dengan kebijaksanaan. Seorang wali yang saleh suatu kali
ditanya, “Dari mana kamu mempelajari sikap kemalaikatan-mu?” Dia
menjawab,“ Dari musuh-musuh malaikat yang sama sekali tidak memiliki
sikap kemalaikatan.”

Allah menciptakan kedudukan para malaikat di atas kedudukan yang


diminta, dalam hirarki cahaya dan tingkat yang mulia dari keindahan yang
tidak terbayangkan. Jumlah mereka tidak bisa dihitung, kesempurnaan
mereka melebihi perhitungan. Pengetahuan mereka tak terbatas.
Bagaimanapun juga, kedudukan mereka di hadapan Allah adalah karunia dan
bukan diminta. Allah, di sisi lain, mengkaruniakan sebuah kedudukan pada
manusia yang diizinkan untuk meraihnya. Itulah mengapa manusia mencapai
derajat setelah mereka melangkah naik dari jiwa meraka yang lebih rendah
dan menggunakan itu sebagai sebuah tangga menuju kesempurnaan. Seperti
para malaikat diciptakan sempurna dan tanpa ego, mereka tidak mempunyai
tangga. Oleh karena itu, Allah telah menciptakan mereka dengan
kesempurnaan yang sama seperti mereka inginkan di seluruh eksistensi
mereka.
34

Umat manusia diciptakan agar mengacu kepada pengetahuan Allah


yang direpresentasikan dalam ayat al-Quran. Ketika Allah memutuskan untuk
menciptakan Adam, para malaikat yang suci dan murni yang diberkahi Allah
dengan cinta IIahiah merasa kasihan pada manusia yang telah diramalkan
akan menumpahkan darah di bumi. Mereka prihatin bahwa manusia tidak
akan pernah mampu untuk memahami Allah seperti cara yang ditempuh oleh
malaikat. Mereka kembali mengecam khalifah itu dan menduga bahwa
mereka lebih wajar menyandang tugas tersebut daripada adam dan anak
cucunya. Inilah ganjalan malaikat yang kedua, setelah ganjalan yang pertama
mereka ungkapkan ketika Allah menyampaikan rencananya mencipta adam
sebagai khalifah. Menanggapi hal tersebut Allah membuktikan kekeliruan
mereka melalui ujian lisan dan teoritis. Hal tersebut dapat dilihat pada surat
al-Baqarah ayat 30-33

‫ﺴ ُﺪ‬
ِ ‫ﻦ ُﻳ ْﻔ‬
ْ ‫ﻞ ﻓِﻴﻬَﺎ َﻣ‬
ُ ‫ﺠ َﻌ‬
ْ ‫ﺧﻠِﻴ َﻔ ًﺔ ﻗَﺎﻟُﻮا َأ َﺗ‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ﻞ ﻓِﻲ ا ْﻟَﺄ ْر‬
ٌ‫ﻋ‬
ِ ‫ﻚ ِﻟ ْﻠ َﻤﻠَﺎ ِﺋ َﻜ ِﺔ ِإﻧﱢﻲ ﺟَﺎ‬
َ ‫ل َر ﱡﺑ‬
َ ‫َوِإ ْذ ﻗَﺎ‬
‫ﻻ‬
َ ‫ﻋَﻠ ُﻢ ﻣَﺎ‬
ْ ‫ل ِإﻧﱢﻲ َأ‬
َ ‫ﻚ ﻗَﺎ‬
َ ‫س َﻟ‬
ُ ‫ك َو ُﻧ َﻘﺪﱢ‬
َ ‫ﺤ ْﻤ ِﺪ‬
َ ‫ﺢ ِﺑ‬
ُ ‫ﺴﺒﱢ‬
َ ‫ﻦ ُﻧ‬
ُ‫ﺤ‬
ْ ‫ﻚ اﻟ ﱢﺪﻣَﺎ َء َو َﻧ‬
ُ ‫ﺴ ِﻔ‬
ْ ‫ﻓِﻴﻬَﺎ َو َﻳ‬
‫ل َأ ْﻧ ِﺒﺌُﻮﻧِﻲ‬
َ ‫ﻼ ِﺋ َﻜ ِﺔ َﻓﻘَﺎ‬
َ ‫ﻋﻠَﻰ ا ْﻟ َﻤ‬
َ ‫ﺿ ُﻬ ْﻢ‬
َ ‫ﻋ َﺮ‬
َ ‫ﺱﻤَﺎ َء ُآﱠﻠﻬَﺎ ُﺛﻢﱠ‬
ْ‫ﻻ‬
َ ‫ﻋﱠﻠ َﻢ ءَا َد َم ا‬
َ ‫( َو‬٣٠)‫ن‬
َ ‫َﺗ ْﻌَﻠﻤُﻮ‬
‫ﻋﱠﻠ ْﻤ َﺘﻨَﺎ‬
َ ‫ﻋ ْﻠ َﻢ َﻟﻨَﺎ إِﻻ ﻣَﺎ‬
ِ ‫ﻻ‬
َ ‫ﻚ‬ ُ ‫(ﻗَﺎﻟُﻮا‬٣١)‫ﻦ‬
َ ‫ﺱ ْﺒﺤَﺎ َﻧ‬ َ ‫ن ُآ ْﻨ ُﺘ ْﻢ ﺻَﺎ ِدﻗِﻴ‬
ْ ‫ﺱﻤَﺎ ِء َهﺆُﻻ ِء ِإ‬
ْ ‫ِﺑ َﺄ‬
‫ل‬
َ ‫ﺱﻤَﺎ ِﺋ ِﻬ ْﻢ ﻗَﺎ‬
ْ ‫ﺱﻤَﺎ ِﺋ ِﻬ ْﻢ َﻓَﻠﻤﱠﺎ َأ ْﻧ َﺒَﺄ ُه ْﻢ ِﺑَﺄ‬
ْ ‫ل ﻳَﺎﺁ َد ُم َأ ْﻧ ِﺒ ْﺌ ُﻬ ْﻢ ِﺑ َﺄ‬
َ ‫(ﻗَﺎ‬٣٢)‫ﺤﻜِﻴ ُﻢ‬
َ ‫ﺖ ا ْﻟ َﻌﻠِﻴ ُﻢ ا ْﻟ‬
َ ‫ﻚ َأ ْﻧ‬
َ ‫ِإ ﱠﻧ‬
‫ن َوﻣَﺎ ُآ ْﻨ ُﺘ ْﻢ‬
َ ‫ﻋَﻠ ُﻢ ﻣَﺎ ُﺗ ْﺒﺪُو‬
ْ ‫ض َوَأ‬
ِ ‫ﻻ ْر‬
َ ‫ت وَا‬
ِ ‫ﺴ َﻤﻮَا‬
‫ﺐ اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﻏ ْﻴ‬
َ ‫ﻋَﻠ ُﻢ‬
ْ ‫ﻞ َﻟ ُﻜ ْﻢ ِإﻧﱢﻲ َأ‬
ْ ‫َأَﻟ ْﻢ َأ ُﻗ‬
(٣٣)‫ن‬
َ ‫َﺗ ْﻜ ُﺘﻤُﻮ‬

Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui. (30) Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-
nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku
35

nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang


benar!. (31) Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada
yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana. (32) Allah berfirman: "Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa
sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan
mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?(33) (Q.S: al-Baqarah: 30-33)"1

Allah juga menyinggung rahasia penciptaan manusia, lantaran upaya


mereka dalam penghormatan ini bahwa mereka mendapatkan derajat yang
lebih tinggi dan lebih tinggi lagi di antara cahaya kemalaikatan. Dalam hal
ini, tentu saja mereka tidak seperti malaikat yang mematuhi Allah tanpa
kesukaran dan yang derajatnya tetap tidak berubah selamanya. Untuk
menunjukkan kepada para malaikat derajat manusia yang dimuliakan, Allah
bertanya siapa di antara mereka yang ingin turun ke bumi dan hidup sebagai
makhluk hidup agar mengalami realitas keadaan manusia secara langsung.
Dua malaikat melangkah maju, yaitu Harut dan Marut. Akhirnya kedua
malaikat tersebut turun ke bumi dengan diberi oleh Allah bekal nafsu
syahwat.2

Turunnya kedua malaikat tersebut yang sudah diberi nafsu syahwat,


maka pada hakekatnya adalah sudah mempunyai sifat kemanusiaan.
Walaupun di satu sisi mereka masih mempunyai kekuatan alam malaikat,
karena ia diciptakan dari unsur malaikat (nur/cahaya), akan tetapi karena
keduanya sudah turun ke dunia yang merupakan alam materi, mau tidak mau
mereka harus bermetamorfosis menjadi manusia pada umumnya. Hal ini
mengandung konsekwensi bahwa mereka juga butuh makan, minum,

1
Departeman Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Adi Grafika,
Semarang,1994, hlm. 13-14
2
Syaykh Muhammad Hisham Kabbani, Dialog dengan Para Malaikat Perspektif Sufi,
terj. Nur Zain Hae., Hikmah, Jakarta, 2003, hlm. 189-190
36

pemenuhan kebutuhan rohani, dan tak kalah penting pemenuhan kebutuhan


biologis. Dengan demikian sifat-sifat basyariyah yang ghaib dimiliki oleh
manusia pada umumnya, mereka harus sudah memilikinya.

Harut dan Marut di satu sisi mempunyai sifat kemalaikatan (karena


dibuat dari unsur nur) akan tetapi juga mempunyai unsur manusia. Sehingga
ketika mereka membutuhkan untuk berkonsultasi atau meminta informasi
tentang dunia malaikat maka mereka bisa mendapatkannya, karena sifat
kemalaikatannya menyatu (inheren) dalam dirinya.

Al-Razi dalam hal ini menyatakan sebagaimana yang disitir oleh


Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqi bahwa karena tukang-tukang sihir itu telah
membuka beberapa pintu sihir yang ganjil, bahkan mereka mengaku dan
mendakwakan dirinya menjadi Nabi, dengan mengatakan bahwa pekerjaan
aneh yang mereka buat dengan kekuatan sihir adalah mukjizat. Maka Allah
mengutus dua orang malaikat (Harut dan Marut) untuk mengajari manusia
tentang hal sihir dan macamnya. Maksud pengajaran itu adalah untuk
melawan dan meruntuhkan pendakwaan tukang sihir yang telah mangaku
sebagai Nabi dan untuk menegaskan kepalsuan mereka yang telah merajalela
di muka bumi.

Kedua malaikat tersebut apabila hendak mengajari ilmu sihir selalu


memberi nasihat, dan mengatakan bahwa mereka ditugaskan untuk menguji
mana manusia yang baik dan tidak serta mengingatkan kepada murid-
muridnya bahwa janganlah sekali-kali kalian pergunakan sihir untuk
keburukan.3

Al-Qur’an menyebut kata Harut dan Marut hanya pada satu tempat,
yaitu pada surat al-Baqarah: 102 :

‫ﻦ‬
َ ‫ﻃ ْﻴ‬
ِ ‫ﻦ اﻟﺸﱠﻴﺎ‬
‫ن وَﻟ ِﻜ ﱠ‬ ُ ‫ﻦ ج َوﻣَﺎ َآ َﻔ َﺮ‬
ُ ‫ﺱَﻠﻴْﻤَﺎ‬ َ ‫ﺱَﻠﻴْﻤ‬
ُ ‫ﻚ‬
ِ ‫ﻦ ﻋَﻠﻰ ُﻣ ْﻠ‬
ُ ‫ﻃ ْﻴ‬
ِ ‫وَا ﱠﺗ َﺒ ُﻌﻮْا ﻣَﺎ َﺗ ْﺘُﻠﻮْا اﻟﺸﱠﻴﺎ‬
‫ط‬
‫ت‬
َ ‫ت وَﻣ َﺎرُو‬
َ ‫ﻞ هَﺎرُو‬
َ ‫ﻦ ِﺑﺒَﺎ ِﺑ‬
ِ ‫ﻋﻠَﻰ اﻟ َﻤَﻠ َﻜ ْﻴ‬ َ ‫ﺤ َﺮ ق َوﻣَﺎ ُا ْﻧ ِﺰ‬
َ ‫ل‬ ْ‫ﺱ‬ِ ‫س‬
َ ‫ن اﻟﻨﱠﺎ‬
َ ‫َآ َﻔ ُﺮوْا ُﻳ َﻌﱢﻠ ُﻤ ْﻮ‬
3
Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi, al-Islam II, Pustaka Rizki, Semarang, 2000, hlm. 203
37

َ ‫ﻼ َﺗ ْﻜ ُﻔ ْﺮ ط َﻓ َﻴ َﺘ َﻌﱠﻠ ُﻤ ْﻮ‬
‫ن ِﻣ ْﻨ ُﻬﻤَﺎ َوﻣَﺎ‬ َ ‫ﻦ ِﻓ ْﺘ َﻨ ٌﺔ َﻓ‬
ُ‫ﺤ‬
ْ ‫ﺡ ﱠﺘﻰ َﻳ ُﻘﻮْﻵ ِا ﱠﻧﻤَﺎ َﻧ‬
َ ‫ﺡ ٍﺪ‬
َ ‫ﻦ َا‬
ْ ‫ن ِﻣ‬
ِ ‫َوﻣَﺎ ُﻳ َﻌِﻠﻤَﺎ‬
‫ط‬ ‫ط‬
‫ﷲ‬
ِ ‫نا‬
ِ ‫ﻻ ِﺑ ِﺎ ْذ‬
‫ﺡ ٍﺪ ِا ﱠ‬
َ ‫ﻦ َا‬
ْ ‫ﻦ ِﺑ ِﻪ ِﻣ‬
َ ‫ﻀﺎ ِر ْﻳ‬
َ ‫َوﻣَﺎ ُه ْﻢ َﺑ‬ ‫ﺟ ِﻪ‬
ِ ‫ﻦ اﻟ َﻤ ْﺮ ِء َو َز ْو‬
َ ‫ن ِﺑ ِﻪ َﺑ ْﻴ‬
َ ‫ُﻳ َﻔ ِّﺮ ُﻗ ْﻮ‬
‫ﻦ‬
ْ ‫ﺧ َﺮ ِة ِﻣ‬
ِ‫ﻻ‬
َ ‫ﺱ َﺘ َﺮ ُﻩ ﻣَﺎﻟَﻪ ﻓِﻰ ا‬
ْ ‫ﻦ ِا‬ َ ‫ﻻ َﻳ ْﻨ َﻔ ُﻌ ُﻬ ْﻢ ط َوَﻟ َﻘ ْﺪ‬
ِ ‫ﻋِﻠ ُﻤﻮْا َﻟ َﻤ‬ َ ‫ﻀﺮﱡ ُه ْﻢ َو‬
ُ ‫ن ﻣَﺎ َﻳ‬
َ ‫َو َﻳ َﺘ َﻌﱠﻠ ُﻤ ْﻮ‬
َ ‫ﺴ ُﻬ ْﻢ ط َﻟ ْﻮ آَﺎ ُﻧﻮْا َﻳ ْﻌَﻠ ُﻤ ْﻮ‬
.‫ن‬ َ ‫ﺵ َﺮ ْو ِﺑ ِﻪ َا ْﻧ ُﻔ‬ َ ‫ﻖ ﻗﻒ َوَﻟ ِﺒ ْﺌ‬
َ ‫ﺲ ﻣَﺎ‬ ٍ ‫ﺧَﻠ‬

Artinya : “ Dan Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada
masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman
itu mengerjakan sihir), padahal sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia
dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil
yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan
(sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:“ sesungguhnya
kami hanya cobaan (bagi mu), sebab itu janganlah kamu kafir”.
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) denga
istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat
dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah.
Dan mereka memperlajari sesuatu yang memberi mudharat
kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya
mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (
kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di
akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya
dengan sihir, kalau mereka mengetahui”. 4

Harut dan Marut sebagaimana yang disebut dalam ayat di atas adalah
bagian dari malaikat langit, dimana keduanya diturunkan kedunia ini
berkaitan dengan maraknya praktek sihir pada zaman Nabi Sulaiman. Mereka
berdua tidaklah mengajarkan amalan sihir, melainkan mereka turun
memberikan peringatan.
At-Thabathabai menjelaskan bahwa keberadaan dua malaikat tersebut
adalah untuk menepis bahwa apa yang terjadi pada Sulaiman yang menguasai
jin, manusia, angin dan sebagainya adalah karena sihir. Padahal apa yang
terjadi pada Nabi Sulaiman adalah mukjizat yang telah diberikan Allah

4
Departeman Agama Republik Indonesia, AL-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Adi
Grafika, Semarang, 1994, hlm. 28
38

kepadanya. Sedangkan turunnya Harut dan Marut adalah untuk mengajarkan


ilmu sihir, sehingga masyarakat tahu mana yang disebut mukjizat dan mana
yang disebut dengan sihir. Bagaimana mungkin Sulaiman melakukan sihir,
yang mana sihir tersebut merupakan bentuk kekufuran kepada-Nya. Hal ini
disebabkan bahwa Sulaiman adalah ma’shum atau terjaga. Demikianlah
mengapa Harut dan Marut diutus ke muka bumi ini, yaitu hanya sebagai ujian
bagi manusia dengan statusnya sebagai guru dalam ilmu sihir.5
Al-Maraghi berpendapat bahwa ayat di atas berbicara tentang tuduhan
terhadap Sulaiman yang dalam memperoleh kekuasaannya melalui sihir serta
sihir pada mulanya diajarkan oleh dua malaikat Harut dan Marut. Hal ini
karena orang-orang pada waktu Nabi Sulaiman mengira bahwa apa yang
diperolehnya adalah hasil dari sihir, padahal apa yang diberikan Allah
kepadanya adalah mukjizat. Kecurigaan masyarakat diperparah pasca
meninggalnya Nabi Sulaiman dengan isu dari tukang sihir yang mendapatkan
informasi dari setan bahwa semasa Nabi Sulaiman hidup, sihir adalah
dilarang, demikian juga dengan karya-karya yang menunjukkan praktek sihir
dikumpulkan atau disita dan ditanam dalam singgasana Sulaiman. Dari
peristiwa tersebut setan menghembuskan berita bahwa Nabi Sulaiman tempo
dulu adalah belajar dari sihir ini, dan buktinya adalah di bawah
singgasananya ada beberapa karya yang berkaitan dengan sihir. Dengan
datangnya Harut dan Marut yang membawa sihir adalah sebagai ujian
kepadanya dan kepada yang mereka ajari. Ia menyatakan sesuai dengan
pengertian lahiriyah, ayat 102 surat al-Baqarah menunjukan bahwa apa yang
diturunkan kepada Harut dan Marut bukanlah ilmu sihir tetapi sejenis ilmu
sihir. Keduanya mendapat ilham dan petunjuk tentang ilmu sihir tanpa
seorang pun mengajar. Hal ini untuk menjaga kemuliaan malaikat. Malaikat
yang diturunkan ke muka bumi dengan pakaian manusia yang shaleh serta
penuh wibawa adalah untuk mentransformasikan sifat ruhaniyahnya malaikat
supaya dapat dicerna oleh indera (kondisi manusia yang materi) manusia.

5
Muhammad Husain at-Thabathabi, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Juz I, t.tp., Beirut, t.th.,
hlm. 232
39

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dengan adanya sihir ini manusia tidak
boleh kufur atau ingkar demikian juga dengan mengamalkannya adalah
larangan keras, kecuali dalam keadaan terpaksa demi keselamatan jiwa. 6
Al-Maraghi menambahkan bahwa kebiasaan orang-orang di zaman
Harut dan Marut sama seperti keadaan di zaman sekarang. Jika bermaksud
memutuskan permasalahan rohaniyah, mereka akan berkonsultasi dengan
orang bijak dan agung, yakni para ahli taqwa dan bijak.
Setan yang ikut menimba ilmu gaib (sihir) dari yang diajarkan oleh
Harut dan Marut, akhirnya menyebarkan sihir tersebut kepada manusia. Akan
tetapi jauh setelah itu ketika Nabi Sulaiman berkuasa, sihir beliau larang.
Semua buku-buku sihir pada masanya konon beliau tanam di bawah
singgasana beliau. Seperti diketahui kekuasaan yang dianugerahkan Allah
kepada beliau sangat besar. Manusia, jin, setan, binatang, angin ditundukkan
Allah untuk beliau. Ketika Nabi Sulaiman wafat, setan yang telah lepas
kendali menemukan dan mengajarkan kembali sihir-sihir tersebut. Di sinilah
sebagian orang Yahudi mengikuti setan-setan, dan percaya apa yang
dibisikkan setan kepada mereka, bahwa sebenarnya kekuasaan Nabi
Sulaiman bersumber dari sihir dan kehebatan yang terlihat pada beliau itu
adalah karena sihir.7
Sedangkan mengenai ilmu sihir yang diajarkan oleh Harut dan Marut
sampai sekarang masih belum tersingkapkan hakekat ilmu yanmg mereka
pelajari. Apakah ilmu itu mempunyai pengaruh tersendiri atau karena sebab
lain yang masih abstrak. Atau memang sama sekali tidak ada pengaruhnya
dan hanya karena kepercayaan yang bersangkutan sehingga timbul kekuatan
ghaib.
Juga masalah sihir yang belum jelas permasalahannya. Apakah yang
mereka pelajari itu hanya jimat-jimat, jampi-jampi atau hipnotis, atau bahkan
bisikan setan? Jelasnya, semua jenis ilmu tersebut merupakan perincian dari
penjelasan secara global pengertian yang telah disebutkan di dalam al-
6
Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, t.tp., t.th., hlm. 181
7
Ibid., hlm. 180
40

Qur’an. Dalam hal ini al-Maraghi tidak mempersoalkan jenis ilmu yang
mereka pelajari dari keduanya. Sebab, jika hal tersebut bermanfaat, maka
Allah pasti akan menjelaskan perinciannya. Tetapi masalah tersebut
sepenuhnya Allah serahkan kepada hasil penyelidikan-penyelidikan umat
Islam dan perkembangan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Pada
prinsipnya hanya Allah-lah yang menyingkap segala misteri dan
menampakkan hakekat sesuatu.
Harut dan marut tidak dianugerahi kekuatan ghaib melebihi yang
lainnya. Bahkan keberhasilan mereka itu karena adanya hubungan yang
diciptakan Allah. Jadi, jika ada seseorang yang tertimpa bahaya karena
perbuatan mereka, maka kejadian tersebut hanyalah kehendak Allah dan atas
izin-Nya. Sebab, hanya Allah-lah yang menciptakan sebab akibat tertimpanya
musibah.
Mengingat hal yang mereka pelajari hanya berguna untuk
menciptakan bahaya orang lain, maka hal itulah yang membuat murka Allah.
Siapa saja yang sudah merasa terkenal seringkali membuat luka orang banyak
dengan menggunakan ilmu sihir. Ia akan dibenci oleh setiap orang dan semua
orang akan menjauh karena merasakan bahaya jika bergaul dengannya,
disamping tidak adanya manfaat. Dizaman sekarang ini, banyak orang yang
mengambil profesi dibidang ilmu sihir, biasanya dari kelompok orang miskin
dan hina. Itulah keadaan mereka di dunia. Tidak bisa dibayangkan,
bagaimana keadaan mereka diakherat kelak. Setiap orang akan dibalas sesuai
dengan amal perbuatannya. Sudah barang tentu balasan untuk mereka akan
lebih mengerikan.
Mereka menyadari bahwa pilihannya ini bearti mengesampingkan
ilmu yang berkaitan dengan masalah pokok-pokok agama, hukum syari’at
dan akhlak yang bisa mengantarkan kepada kebahagiaan di dunia dan
akherat. Jadi, ilmu yang mereka pelajari itu akan menyebabkan dirinya
kehilangan pahala kelak di akherat. Sebab, mereka telah melanggar ajaran
kitab Taurat yang secara tegas mengamalkan ilmu sihir. Kitab Taurat
mengancam hukuman orang yang mengikuti dan mengabdi setan, jin dan
41

dukun-dukun sebagai hukuman sama dengan orang yang menyembah patung


dan berhala.
Alangkah buruknya apa yang mereka beli untuk diri mereka, yakni
ilmu sihir dan mengesampingkan ilmu-ilmu lainnya yang bisa mengantarkan
mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akherat. Ayat ini mengungkapkan
istilah menjual iman dengan menjual diri. Sebab, diri manusia itu diciptakan
Allah pada asalnya untuk mengetahui masalah agama dan mengamalkannya.
Dengan kata lain, jika mereka yakin tentang haramnya mempelajari ilmu
sihir, maka sudah barang tentu tidak akan mempelajari ilmu tersebut. Hal ini
karena ia akan merasa takut kepada ancaman Allah untuk pelaku sihir.
Tetapi, mereka telah berbuat khianat terhadap kitab mereka, bahkan mereka
lebih memilih ilmu gaib ini, sekalipun tidak bermanfaat sama sekali untuk
kepentingan dirinya. Karenanya, untuk melancarkan keinginan, mereka tidak
segan-segan melakukan ta’wil terhadap kitab mereka. Terkadang, nas-nas
Taurat mereka ubah agar sesuai dengan keinginan nafsu mereka.
Demikian pula saat ini ada sebagian kaum muslimin yang melakukan
perbuatan serupa. Dengan hasil ta’wil yang sama sekali jauh dari kebenaran,
mereka jadikan untuk kepentingan melanggar larangan agama. Karenanya,
mereka tidak segan-segan melakukan perbuatan melawan kebenaran, dengan
senjata hasil ta’wil tersebut8.
M. Quraish Shihab berpendapat didalam tafsirnya bahwa setelah
kematian Nabi Sulaiman, kerajaan Bani Israil terbagi dua. Yang pertama
adalah kerajaan putra Nabi Sulaiman bernama Rahbi’am dengan ibu kota
Yerusalem. Sedangkan kerajaan kedua dipimpin oleh Yurbiam putra Banath,
salah seorang anak buah Nabi Sulaiman yang gagah berani dan diserahi oleh
beliau kekuasaan yang berpusat di Samirah.Tetapi masyarakatnya sangat
bejat dan mengaburkan ajaran agama.
Terjadi persaingan antara kedua kerajaan itu, tentu saja putra
Sulaiman mengandalkan dirinya sebagai anak seorang Nabi yang memiliki

8
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Jilid I, CV. Toha Putera,
Semarang, 1992, hlm :332-334
42

nama yang sangat harum dimasyarakat. Sedangkan musuh-musuhnya


berusaha memperkecil keutamaan ini dan menyebarkan isu negatif dan
kebohongan atas Nabi Sulaiman seperti bahwa dia telah kafir dan kekuasaan
yang sedemikian besar adalah karena sihir, agar nama baik Nabi Sulaiman
dan anaknya ikut tercemar. Mereka itulah yang dimaksud oleh ayat 102 surat
al-Baqarah ketika menyatakan bahwa mereka mengikuti apa yang dibaca
oleh setan-setan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman, yakni kitab Allah
mereka tinggalkan, lalu mereka membaca kitab setan. Mereka menuduh Nabi
Sulaiman yang mendapat anugerah kekuasaan dari Allah dengan mengatakan
bahwa Nabi Sulaiman telah kafir dan mengajarkan sihir, padahal Nabi
Sulaiman tidak kafir juga tidak menggunakan sihir tetapi setan-setan yang
kafir dan menggunakan sihir serta mereka mengajarkan manusia tentang
sihir.
Orang-orang Yahudi juga mengikuti sihir yang diajarkan oleh dua
malaikat yang merupakan hamba-hamba Allah yang tercipta dari cahaya dan
hanya taat kepada-Nya. Mereka berdua adalah Harut dan Marut, yang ketika
itu di negeri Babil, satu kota populer pada masa lampau di wilayah timur
sekitar dua ribu tahun sebelum masehi. Keduanya memang mengajarkan
sihir, tetapi berbeda dengan setan dan juga berbeda dengan orang-orang
yahudi yang mengikuti setan. Keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada
seorang pun sebelum mengatakan : “Sesungguhnya kami hanya cobaan
bagimu, sebab itu janganlah kafir”. 9
Dari ayat 102 surat al-Baqarah diatas dapat difahami bahwa asal usul
sihir itu bermula dari Harut dan Marut. Keduanya tahu tentang sihir, dan
mengajarkannya kepada manusia, tetapi mereka tidak mengajarkannya,
kecuali setelah memberitahu sisi positif dan sisi negatifnya. Perhatikan
bagaimana mereka berkata: “sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu),
sebab itu janganlah kamu kafir”. Ini berarti, ia tidak menganjurkan
mempelajarinya berbeda dengan setan karena itu pula sangat diragukan

9
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an), Lentera Hati, Jakarta, cet. I, 2000, hlm. 266-267
43

kebenaran siapa yang berkata: “saya mempelajari sihir untuk


menggunakannya dalam kebaikan”. Boleh jadi ia tulus saat mengucapkan,
tetapi setelah menguasainya, setan akan datang untuk menggoda. Seorang
yang memiliki senjata, lebih mudah menganiaya daripada yang tidak
memilikinya. Begitulah keadaan manusia yang mengetahui sihir, dan karena
itu, Harut dan Marut mengingatkan, bahwa mereka adalah cobaan. Cobaan
menyangkut mempelajarinya dan cobaan pula ketika telah menguasainya,
apakah digunakan dalam kebaikan atau sebaliknya.10 Cobaan itu juga
bertujuan untuk membedakan yang taat dan yang durhaka, serta untuk
membuktikan bahwa sihir berbeda dengan mukjizat. Karena itu para penyihir
bukanlah Nabi, dan karena itu pula jangan gunakan sihir yang dapat
menyesatkan dan merugikan kalian, Demikian nasehat Harut dan Marut.
Tetapi diantara yang diajarkan itu ada yang membangkang dan enggan
mengikuti nasehat. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa
yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seseorang dengan
pasangan suami isteri.11
Al-Zamakhsyari menegaskan bahwa datangnya kedua malaikat yang
mengajarkan sihir adalah ujian dari Allah bagi manusia, barang siapa yang
yang mempelajarinya dan mengamalkannya, maka orang tersebut termasuk
dalam golongan orang kafir. Demikian sebaliknya jika ada orang yang
menjauhi atau mempelajari sihir dan tidak mengamalkannya maka orang
tersebut masuk kategori muslim. Lebih lanjut al-Zamakhsyari menyatakan
dengan mengutip qira’ah Hasan bahwa jika kata al-malakain dibaca kasrah
lamnya, maka artinya adalah kedua orang yang datang dari negeri Babil,
sehingga ia lebih cenderung mengomentari eksistensi sihir dari pada Harut

10
Ibid, hlm 267
11
Muhammad Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam
Al-Qur’an-As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, Lentera Hati,
Jakarta, 2000, hlm 163
44

dan Marut, karena apa yang dibawa (sihir) oleh kedua malaikat adalah lebih
penting dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia.12
Turunnya kedua malaikat yang mengajarkan sihir, maka yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana mungkin Allah memerintahkan
malaikat untuk mengajari manusia ilmu sihir ?. Menanggapi hal tersebut, al-
Thabari menyatakan bahwa Allah menurunkan kebaikan dan kejahatan
adalah bersama-sama, akan tetapi Allah tetap menjelaskan dengan diutusnya
para Rasul yang menunjukkan mana yang halal dan mana yang haram,
semisal: zina, mencuri dan sejenisnya. Dan sihir adalah satu di antara yang
dilarang Allah dan telah diberitahukan bahwa larangan keras bagi yang
melaksanakannya.
Hal tersebut berangkat dari asumsi bahwa ilmu sihir adalah tidak
berdosa, adapun yang menyebabkan dosa adalah dengan mengamalkannya.
Sehingga benar apa yang dilakukan oleh kedua malaikat tersebut sebelum
mengajarkan ilmu sihir, mereka mengatakan dengan: innama nahnu fitnatun
fala takfur. Inilah bentuk dari ketaatan malaikat bahwa dengan diturunkannya
di dunia adalah sebagai ujian dan kedua malaikat tersebut mempunyai
spesialisasi bentuk sihir, yaitu memisahkan hubungan antara suami-istri.
Oleh karenanya seorang mukmin akan menjadi murni imannya jika
mampu meningggalkan belajar dari kedua malaikat Harut dan Marut dan
seorang akan menjadi kafir lagi hina dengan belajar sihir. Padahal pengajaran
dari kedua malaikat tersebut adalah dalam koridor taat kepada Allah, karena
Allah telah memberi izin kepada mereka untuk mengajarkan ilmu Allah yang
mereka dapatkan. 13

12
Abu al-Qasim Mahmud bin Umar al-Zamakhsyari al-Khawarizy, al-Kasysyaf, Dar al-
Fikr, Beirut, t.th., hlm. 301
13
Abi Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabary, Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an,
Juz I, Dar al-Fikr, t.tp., hlm. 445-dst. Di sana juga dipaparkan riwayat-riwayat berkaitan dengan
eksistensi kedua malaikat Harut dan Marut, yang kebanyakan dari cerita tersebut adalah berangkat
dari cerita kaum Yahudi, terutama pada masa Rasulullah dengan mengatakan bahwa Nabi
Sulaiman adalah tukang sihir, dengan bukti kuasanya akan segala sesuatu pada waktu, akhirnya
alibi tersebut dibantah dengan turunnya al-Qur’an bahwa Nabi Sulaiaman tidaklah kafir, yang kafir
dan mengajarkan sihir adalah setan. Adapun kedua malaikat tersebut adalah diturunkan khusus
untuk ujian bagi manusia sekaligus sebagai pembeda mana yang mukjizat dan mana yang sihir.
45

Pertentangan antara kebaikan dan kejelekan seseorang dalam


berprilaku dapat bercermin dari argumen tentang eksistensi makhluk halus, di
antaranya adalah malaikat dan setan, dua simbol yang bertentangan. Di satu
sisi malaikat adalah makhluk gaib yang murni mewakili aspek kebaikan
murni dari eksistensi, sementara setan dan kaki tangannya mewakili aspek
kejahatan murni. Tuhan itu tunggal dan tak terbatas, tidak memiliki sifat yang
berlawanan, semua makhluk lainnya memiliki sifat kebalikan, karena itu
malaikat mewakili aspek baik manusia sementara setan mewakili aspek
buruk manusia. Malaikat mengajak manusia menuju aspek spriritual murni
atau kemalaikatan manusia, sementara setan menggoda menuju kejahatan.
Pertentangan hal itu, baik dalam diri manusia dan di alam semesta, terus
berlangsung sejak adanya eksistensi. Setiap orang merasakan stimulus ke
arah baik dan buruk pada waktu yang bersamaan. Stimulus ke arah kebaikan
berasal dari malaikat atau jiwa manusia yang bersih, sedangkan stimulus ke
arah kejahatan berasal dari setan yang bersama dengan jasmani manusia,
yang mewakili aspek binatangnya.14
Oleh sebab itu manusia harus berjuang keras dengan jiwa yang
mendorong kepada kejelekan. Kalau malaikat memberi petunjuk yang benar
dan memberi inspirasi kepada manusia dengan keimanan, tingkah laku yang
baik serta kebajikan. Dan mengajak manusia melawan godaan setan. Begitu
juga nafsu jelek berusaha membujuknya untuk berbuat keburukan. Bukankah
kehidupan seseorang merupakan sejarah pertentangan terus menerus antara
inspirasi malaikat dan godaan setan ?. Inilah sebabnya manusia bisa
berangkat kepada ke tempat yang paling tinggi atau terbuang ke tempat yang
paling rendah. Juga, inilah sebabnya mengapa posisi manusia, para Nabi dan
orang suci besar, berada di tingkatan yang lebih tinggi daripada malaikat
terbesar. Juga, walaupun malaikat memiliki pengetahuan tentang Allah dan
Asmaul Husna serta sifat-sifat-Nya melebihi manusia, tetapi manusia bisa
bercermin atas Asmaul Husna dan sifat-sifat-Nya yang lebih komprehenship

14
Muhammad Fethullah Gulen, Menghidupkan Iman dengan Mempelajari Tanda-Tanda
Kebesaran-Nya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 39
46

karena ada indera-indera manusiawi yang lebih maju, kemampuan berefleksi


dan bawaan manusia yang kompleks.15
Allah mempunyai kekuasaan yang tak terhingga dan tak terdeteksi
sebelumnya, maka membuat suatu yang tidak mungkin menjadi mungkin
adalah sesuatu yang mudah. Hal ini disebabkan secara dalil rasionalitas,
mereka tidak akan menolak sesuatu yang telah terjadi pada mereka yaitu
perbuatan maksiat kepada Allah, karena Dia telah telah menjadikan apa-apa
yang berlawanan dengan tugas mereka (dengan ketaatan malaikat untuk
menjalankan perintah-perintah Allah dan tidak melaksanakan larangan-Nya)
dengan pemberian nafsu syahwat, karena kekuasaan Allah mampu berbuat
apa saja yang diperkirakan manusia, akan tetapi terjadinya hal yang mungkin
seperti itu adalah rahasia-Nya.16
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Ibnu Katsir bahwa malaikat
adalah terjaga dari hal-hal yang tercela dan dosa (ma’shum), akan tetapi
berkaitan dengan peristiwa Harut dan Marut adalah suatu pengecualian dari
kekuasaan Allah. Hal tersebut sama sebagaimana yang terjadi pada Iblis yang
disuruh untuk menghormat kepada Adam, akan tetapi tidak mau
melaksanakannya, sehingga akhirnya dilaknat.17
Dari keterangan ayat 102 Surat al-Baqarah tersebut dapat diambil
makna tersurat dan tersirat yaitu:
1. Sihir adalah memang ada, bukan suatu khayalan yang benar-benar
terjadi. Sihir dihasilkan oleh jampi-jampi dan mantra atau sumpah-
sumpah yang dibacakan oleh setan pada masa kerajaan Sulaiman,
sedangkan Sulaiman adalah Nabi dan bukan sekedar raja. Dia bukanlah
seorang yang kafir dan bukan seorang tukang sihir (sebagimana yang
didakwakan setan kepadanya). Segala binatang yang tunduk dan patuh

15
Ibid., hlm. 70-71
16
Muhammad Bayumi, Malaikat Langit dan Bumi, Terj. FSI Himaka, Cendekia Sentra
Muslim, Jakarta, 2000, hlm. 49
17
Abi Fida’ al-Hafidh Ibn Katsir al-Dimisyqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, Juz I, al-Nur
al-‘Alamiyah, Beirut, t.th., hlm. 131
47

kepada Sulaiman bukan karena kepandaiannya dalam sihir, tetapi karena


Allah telah memberi mu’jizat.
2. Orang-orang Yahudi yang menentang ajaran Sulaiman berkata bahwa
Sulaiman bukanlah Nabi melainkan hanya seorang raja belaka, raja
segala makhluk. Sulaiman dianggapnya dapat menjinakkan jin dan dari
jin serta setan itulah Sulaiman berguru sihir. Padahal sebenarnya
tidaklah demikian. Hal ini disangkal dalam firman Allah yang artinya
bahwa setan-setan itulah yang kafir dan mereka yang mengajarkan sihir
kepada manusia.
3. Bahwa sesungguhnya setan telah mengajarkan ilmu-ilmu sihir kepada
manusia, dan mengajarkan pula ajaran-ajaran untuk mencerai-beraikan
suami-istri yang diturunkan kepada dua malaikat Harut dan Marut.
Adapun diturunkan dua malaikat ialah untuk mengajarkan ilmu sihir
kepada manusia, bukan mengajarkan amalan sihir. Ilmu adalah sebuah
teori belaka sedangkan amalan adalah prakteknya.18

Adanya kisah Harut dan Marut dapat dipahami sebagai kisah


simbolik. Hal ini dapat diambil pelajaran bahwa manusia biasanya menduga
dirinya lebih pandai dan lebih benar dari pihak lain yang sedang
melaksanakan satu tugas dalam satu arena, misalnya pemerintahan atau
lapangan permainan. Bukankah pemain seringkali dinilai salah dan keliru
oleh penonton?. Bukankah kelompok oposisi seringkali menganggap
kebijaksanaan pemerintah keliru?, tetapi penilaian mereka tidak selalu benar.
Persilahkan penonton bermain, berilah kendali pemerintahan kepada
penentang, tidak jarang terbukti bahwa dugaan mereka tentang
kemampuannya dan ketidakmampuan pihak lain, ternyata sangat meleset.
Tidak berbeda dengan para malaikat yang diwakili oleh Harut dan Marut
tersebut.19

18
Firmansyah Maulana, Merambah Dunia Ghaib, Pustaka Pelajar, Surabaya, 2003, hlm.
218-219
19
Muhammad Quraish Shihab, op. cit., hlm. 167-168
48

Pelajaran penting lain yang dapat diambil dari cerita simbolik (hal ini
penulis sampaikan karena mengingat ke-ma’shum-an para malaikat) Harut
dan Marut adalah dengan adanya sihir.20 Memang dampak dari sihir sendiri
mampu membuat cerai berai hubungan suami istri sehingga menjadi sesuatu
hubungan yang jahat dan rusak. Demikian juga sebagai akibat dari sihir itu
sendiri adalah aspek negatifnya tinggi, karena ia merupakan tipuan belaka
dengan bantuan atau bisikan setan.21
Hal tersebut dapat dimaklumi bahwa apa yang menjadi ritual dari
sihir sendiri adalah dengan melakukan alat-alat kotor, berbau bahkan
mengotori kitab suci dengan darah dan aneka najis. Hal ini mempunyai
tujuan untuk memuaskan sang guru, yaitu setan yang dipercaya dapat
membantu mewujudkan keinginan penyihir atau kliennya.22 Padahal setan
adalah makhluk durhaka dan musuh Allah. Dengan demikian sihir adalah
ujian bagi manusia selamanya, sebagaimana pesan Harut dan Marut ketika
mengajarkan sihir bagi mereka yang meminta, kalau ia meninggalkan dan
berpaling kepada Allah maka akan selamat. Begitu sebaliknya jika
menjadikan berpaling kepada setan maka akan merugi.23
Harut dan Marut dapat diambil pelajaran, bahwa dengan tingginya
sebuah kedudukan suatu saat bisa jatuh, terkecuali jika seseorang itu mampu
akan mengekang hawa nafsu dan keinginan duniawi yang dapat
menjerumuskan manusia ke dalam jurang kehinaan. Demikian juga dengan
ajarannya, sihir dalam perkembangannya selalu mendapat tempat mulai dari
20
Sihir sendiri didefiniskan sebagai pengetahuan yang dengannya seseorang memiliki
kemamapuan kejiwaan yang dapat melahirkan hal-hal aneh dan sebab-sebab tersembunyi.
Pendapat lain menyatakan bahwa sihir adalah uacapan-ucapan yang mengandung pengagungan
kepada selain Allah yang dipercaya oleh pengamalnya dapat menghasilkan sesuatu dengan kadar-
kadarnya. Untuk melihat seberapa jauh pembahasan sihir dan pendapat-pendapat ulama tentang
sihir dapat dibaca dalam Muhammad Quraish Shihab, op.cit., hlm. 166
21
Muhammad, Husain al-Thaba’thab’i, op.,cit. hlm. 232
22
Muhammad Quraish Shihab, op.cit., hlm. 165
23
Walaupun di satu sisi sihir dikecam untuk tidak diamalkan (karena di antara fungsinya
adalah memisahkan suami dan istrinya, kawan, saudara lelaki dan saudara perempuan atau yang
menghasilkan kejadian buruk bagi orang lain) tetapi dalam prakteknya ditemukan dalam
manifestasi kehidupan manusia, di antaranya adalah seni menarik penikmatnya dengan sesuatu
yang sama dengan sihir. Musik juga berisi sentuhan yang mengguncang rasa dan mengantar
seseorang pada dimensi kegembiraan atau euforia. Dimensi inilah dikatakan sebagai sihir yang
berguna. Oleh karenanya sihir sendiri juga terbagi dalam dua kategori, yaitu black magic dan
white magic. Baca dalam Syaykh Muhammad Hisham Kabbani, Dialog dengan Para Malaikat
Perspektif Sufi, Terj. Nur Zain Hae., Hikmah, 2003, hlm. 193
49

zaman Nabi Musa sampai sekarang, sihir selalu menjadi perhatian yang
menarik dan banyak disukai manusia.
Hal lain yang dapat diambil dari kisah Harut dan Marut adalah
kerterlibatannya sebagai malaikat, bahwa mempercayai hal-hal yang
diinformasikan agama dalam bidang metafisika, walaupun tidak difahami
akal sama sekali tidak berarti merendahkan akal atau mengabaikan peranan
nalar, karena kepercayaan yang dituntut Islam, bukanlah hal-hal yang
bertentangan dengan akal. Agama tidak menuntut untuk percaya, bahwa dua
tambah dua sama dengan lima, karena ini bertentangan dengan akal. Yang
dituntutnya untuk diimani adalah sesuatu yang tidak dapat dimengerti oleh
akal. Ini beralasan, karena objek iman adalah sesuatu yang berada di luar
wilayah nalar. Anda keliru bila menuntut telinga menginformasikan rasa
manis atau kecut suatu buah. Dan keliru pula jika mengharapkan lidah untuk
menyelesaikan persoalan matematika, bukan wilayah kerja atau fungsi kedua
indera itu. Agama, ketika menuntut untuk mempercayai hal-hal yang bersifat
metafisika, walau tidak difahami oleh akal, pada hakekatnya hanya menuntut
manusia untuk memfungsikan alat yang dianugerahkan untuk digunakannya,
yaitu qalbu. Iman bukannya pembenarannya akal, tetapi pembenaran hati,
sama halnya dengan cinta.
Sekali lagi ketika agama menuntut iman terhadap hal-hal yang tidak
dimengerti oleh akal, pada hakekatnya hanya menempatkan sesuatu pada
tempatnya yang wajar serta memfungsikan sesauatu itu sesuai dengan fungsi
yang harus diembannya. Yang mengingkari persoalan-persoalan metafisika
yang diinformasikan Allah, walau berada di luar jangkauan akal, sungguh
telah menganiaya dirinya sendiri, karena ia mengabaikan potensi qalbu, yang
dapat mengantarkannya untuk percaya dan beriman. Bahkan dengan
pengingkarannya, ia-pun telah menganiaya akalnya, karena ia telah
mengatasnamakannya menolak apa yang berada di luar wilayah
jangkauannya.
Percaya kepada malaikat paling tidak mempunyai pengaruh kepada
diri pribadi yang beriman, yaitu:
50

1. Percaya tentang wujud malaikat, mereka mempunyai eksistensi, mereka


adalah makhluk yang diciptakan Allah, mereka bukan maya, bukan ilusi
dan bukan pula sesuatu yang menyatu dalam diri manusia.
2. Percaya bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang taat, yang
diberi tugas-tugas tertentu oleh-Nya seperti membagi rizqi, memikul
‘arsy (singgasana) Ilahi, mencatat amal-amal manusia, menjadi utusan
Allah kepada manusia dan lain-lain. Tetapi bagaimana cara mereka
melakukan tugasnya, tidaklah termasuk dalam kewajiban
24
mempercayainya.

Al-Baihaqi mengatakan dalam Syu’abul Iman (cabang-cabang


keimanan), beriman kepada malaikat mengandung beberapa makna.
1. Membenarkan keberadaanya.
2. Menempatkan posisinya, menetapkan bahwa mereka adalah hamba-
hamba Allah dan Makhluk-makhluknya, seperti halnya manusia dan jin,
diperintahkan dan dibebani tanggung tjawab, mereka tidak kuasa
kecuali atas apa yang ditetapkan Allah terhadap mereka, kematian
mungkin bagi mereka, hanya saja Allah Taala menjadikan bagi mereka
suatu masa yang jauh. Dia tidak mematikannya sebelum sampai masa
itu. Mereka tidak disifati dengan suatu sifat yang menyebabkan
kesyirikan kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia dan
mereka tidak disebut sabagai Tuhan, seperti telah disebut orang-orang
terdahulu.
3. Mengakui bahwa diantara mereka ada yang merupakan utusan Allah
yang diutusnya kepada manusia yang dikehendakinya, dan terkadang
diutus pula kepada sesama mereka sendiri. Pengakuan selanjutnya
bahwa diantara mereka ada yang memikul arsyi, yang bershaf-shaf,
yang menjaga surga, yang menjaga neraka yang mencatat segala

24
Muhammad Quraish Shihab, op. cit., hlm. 251-252
51

perbuatan, dan yang menggiring awan, yang hal itu telah disebutkan Al-
Qur’an, baik semuanya maupun sebagian besarnya.25

B. Pandangan Umum Tentang Harut dan Marut Yang Menyatakan


Sebagai Manusia

Harut dan Marut memang tidak bisa dilepaskan dari isu sihir yang
merebak pada waktu itu. Dalam surat al-Baqarah 102 diterangkan bahwa
Sulaiman dituduh oleh orang-orang kafir serta betapa sedih tukang sihir atau
ahli sihir. Di mana ilmu-ilmu sihir itu di dapat atau diajarkan setan kepada
Sulaiman. Padahal sesungguhnya Sulaiman bukanlah seorang tukang sihir.
Hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Merekalah yang
mengajarkan sihir kepada manusia.
Setan memang kafir, karena ajaran sihirnya, sehingga logikanya
adalah sebagai berikut apabila seseorang mempunyai ilmu sihir kemudian
mengamalkannya ia termasuk setan. Dan setan termasuk kafir, maka orang
yang mengikuti setan termasuk dianggap kafir terhadap Allah.
Hal tersebut dapat dilihat bahwa sesungguhnya setan telah
mengajarkan ilmu-ilmu sihir kepada manusia, dan mengajarkan pula ajaran-
ajaran untuk mencerai beraikan suami-istri yang diturunkan kepada Harut
dan Marut. Adapun diturunkan duanya ialah untuk mengajarkan ilmu sihir
kepada manusia, bukan mengajarkan amalan sihir. Hal itu sesuai dengan
keterangan-keterangan sebagai berikut:

a. Banyak tukang sihir dan peminat sihir yang mengaku dirinya sebagai
seorang wali atau Nabi lalu memecah belah umat manusia. Sebab itu
Harut danS Marut diturunkan untuk mengajarkan ilmu sihir (teori)
terhadap tujuan untuk menentang keburukan-keburukan pembohong
yang mengakui dirinya sebagai Nabi.

25
Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Menjelajah Alam Malaikat, Pustaka Hidayah, Bandung,
2003, hlm. 19-20
52

b. Pengetahuan mukjizat dengan sihir sangatlah berbeda sebab itu Harut


dan Marut diturunkan untuk memberi ajaran tentang ilmu sihir agar
orang-orang menyadari kalau antara mukjizat Nabi Sulaiman dengan
sihir sangat jauh berbeda.

Bahwa Jin itu memiliki beberapa kepandaian tentang ilmu sihir yang
tak semuanya diajarkan kepada manusia. Oleh karena itu Tuhan menurunkan
ilmu sihir kepada Harut dan Marut dengan tujuan mengajarkan ilmu sihir
yang selama ini masih sebagian besar dirahasiakan oleh Jin.26
Pendapat mufasir yang menyatakan Harut dan Marut sebagai manusia
seperti pendapatnya Abdullah Yusuf Ali didalam tafsirnya bahwa kata dua
malaikat yang di terapkan kepada Harut dan Marut ialah kata kiasan yang
berarti orang-orang baik, berpengetahuan, berilmu (arif bijaksana), dan
mempunyai kekuatan.
Harut dan Marut hidup di Babilonia sebagai manusia yang baik, Harut
dan Marut sudah tentu tidak mau menceburkan diri kedalam kejahatan dan
mereka bersih dari segala penipuan, tetapi ilmu dan seni jika dipelajari oleh
orang yang memang jahat, dapat digunakan untuk maksud-maksud jahat
pula. Disamping praktek sihirnya yang keji, setan akan mempelajari juga
ilmu yang benar itu sedikit-sedikit akan digunakannya untuk maksud-maksud
jahat. Harut dan Marut pun tidak menyembunyikan ilmu, namun mereka
belum pernah mengajarkan kepada siapapun tanpa memberikan peringatan
seperlunya mengenai bahaya dan godaannya apabila berada di tangan orang
jahat. Sebagai manusia yang mempunyai tinjauan yang dalam, mereka
melihat bukan tidak mungkin kekufuran akan keluar dari lidah orang-orang
jahat dan mereka akan membusungkan dada karena ilmunya, dan karena
itulah mereka diberi peringatan. Ilmu sihir memang merupakan cobaan dan
godaan, kalau manusia sudah diberi peringatan maka akan tahu bahayanya.
Kalau Allah sudah menganugerahkan kepada manusia suatu kebebasan

26
Firmansyah Maulana, loc.cit.,
53

berkehendak, manusia harus bebas memilih mana yang memberi manfaat dan
mana yang membawa marat.27
M. Hasbi As-Shiddiqi yang mengatakan bahwa Harut dan Marut dari
unsur manusia, ia menguraikan dalam tafsirnya dimana ada seorang pendeta
Yahudi yang telah membelakangi Taurat dan al-Qur’an, ia mengajarkan sihir,
kemudian diajarkan oleh orang-orang yang berprilaku jahat dan buruk pada
masa Nabi Sulaiman. Orang-orang yang berprilaku jahat itu mengatakan
bahwa Nabi Sulaimanlah yang telah mengumpulkan kitab-kitab sihir dan
menyembunyikan dibawah kursinya. Dengan sihir itulah Nabi Sulaiman
memperoleh kekuasaannya. Kemudian kitab-kitab sihir itu dikeluarkan oleh
orang-orang yang menemukannya, lalu mempelajari dan mengajarkannya
kepada orang lain. Mereka menyandarkan kitab-kitab sihir itu kepada Nabi
Sulaiman padahal ia terbebas dari tuduhan yang demikian itu.
Orang-orang Yahudi mengajarkan apa yang diajarkan oleh setan
dimasa pemerintahan Sulaiman dan apa yang diajarkan oleh dua orang Babil
yaitu Harut dan Marut, yang bersikap saleh dan takwa. Kedua orang itu oleh
masyarakat dipandang sebagai malaikat yang turun dari langit. Mereka
mengatakan bahwa Harut dan Marut menerima sihir dari Tuhan, padahal
sama sekali Tuhan tidak menurunkan sihir kepada mereka.
Harut dan Marut apabila hendak mengajarkan sihir kepada seseorang
terlebih dahulu mereka memberi nasehat dan menerangkan, bahwa mereka
adalah cobaan (fitnah) bagi manusia. Mereka berbuat demikian adalah untuk
menambah keyakinan murid-muridnya, bahwa mereka benar-benar orang
baik. Dari kedua orang itulah mereka mempelajari ilmu yang dapat
dipergunakan untuk menceraikan suami isteri yang saling mengasihi, yang
dalam bahasa sekarang disebut guna-guna pembenci lawan dari guna-guna
pengasih.
Sebenarnya kedua orang itu (Harut dan Marut) tidaklah diberi
kekuatan ghaib, semua yang mereka lakukan tidak terlepas dari hukum sebab

27
Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, Juz I-XV, Pustaka Firdaus,
cet.I, Jakarta, 1993, hlm. 45
54

akibat yang diciptakan Allah. Mereka sebenarnya membuat sebab-sebab yang


menimbulkan akibat yang membuat orang-orang mempercayai bahwa apa
yang diperbuatnya itu diluar kesanggupan manusia biasa.28
Hamka berpendapat bahwa adanya dua malaikat yang turun dari
langit, sengaja mengajarkan sihir kepada orang. Setiap orang yang belajar
mereka katakan bahwa datang hanyalah sebagai fitnah, percobaan atau ujian
Tuhan bagi mereka. Tetapi kemudian diajarkan juga sihir itu, yakni sihir
yang berbahaya yaitu ilmu bagaimana supaya suami isteri yang saling
mengasihi bercerai karena pengaruh ilmu itu. Cara mengajarkan sihir yang
demikian itu, bukanlah layak perbuatan malaikat, tetapi perbuatan penipu
halus. Oleh sebab itu mustahil malaikat Allah menjadi penipu, tentu maksud
malakaini, dua malaikat disini adalah dua orang yang dipandang masyarakat
sebagai orang saleh di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sehingga karena
terkenal salehnya disebut malaikat.
Harut dan Marut adalah orang baik-baik sampai dikatakan orang
seperti malaikat. Mereka mengajarkan bermacam-macam ilmu. Ada juga
yang meminta diajarkan sihir, merekapun tahu ilmu itu, tetapi siapa yang
hendak belajar diberinya nasehat terlebih dahulu, supaya jangan digunakan
untuk keja hatan. Orang yang belajar berjanji dihadapan keduanya tidak akan
mempergunakan untuk kejahatan, tetapi setelah mereka keluar dari tempat
gurunya, mereka pergunakan untuk kejahatan, sehingga dapat menceraikan
suami dengan isterinya.29
Begitu juga Wahbah al-Zuhaili30 menyatakan bahwa kedua orang
tersebut adalah dua orang yang mempunyai kewibawaan dan keagungan di
mana manusia memuliakan dan menghormatinya. Ia memandang sihir
sebagai sesuatu yang pengambilannya sangat lembut atau halus dan sebab
(akibat) yang ditumbulkannya adalah samar, sedangkan Babil adalah kota di

28
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi, Tafsir al-Qur’anul Majid (An-Nur), Pustaka
Rizki Putra, Semarang, cet. II, 1995, hlm169-171
29
Hamka, Tafsir al-Azhar, PT. Pembimbing Masa, Jakarta, cet.II, 1970, hlm. 241
30
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir Munir, Juz I, Dar al-Fikr, Beirut, t.th., hlm. 242-246
55

Irak, tepatnya daerah Kufah yang terkenal dengan sejarahnya. Ia lebih


cenderung pada pendapat Hasan al-Bashri bahwa kata malakain dibaca
malikain, yang mempunyai pemahaman bahwa kedua orang tersebut adalah
dua manusia yang shaleh dan taat. Mereka mempunyai tugas untuk
menjelaskan kepada manusia antara sihir dengan mukjizat, sehingga
kehadirannya menjadikan peringatan kepada manusia supaya berhati-hati
berkenaan dengan sihir. Ia mengancam penggunaan sihir yang mengarah
pada kerusakan tatanan umat
Akan tetapi al-Zuhaili lebih lanjut memaparkan beberapa pendapat
tentang eksistensi Harut dan Marut. Jumhur ulama’ menyatakan bahwa
keduanya adalah malaikat yang diutus Allah untuk menguji manusia dengan
kebatilannya yang mengajak dan mengajarkan sihir, akan tetapi sebelum
mereka mengajarkan kepada manusia, keduanya mengatakan bahwa kami
berdua adalah ujian bisa jadi kafir maupun iman. Hal ini berangkat dari
asumsi bahwa malaikat mempunyai sifat tidak pernah melanggar perintah
Allah dan selalu taat terhadap perintah-Nya. Sedangkan pendapat yang kedua
mengatakan bahwa kedua orang tersebut adalah dua manusia dari Babil, yaitu
kafir ajam (‘iljiin aqlafiin) yang diperintahkan untuk mengajarkan sihir dan
darinya orang dapat berpegang teguh terhadap apa yang diajarkannya.
Pendapat lain juga disampaikan berkaitan dengan hal tersebut, bahwa
Allah telah menurunkan mereka ke sebuah kota orang beriman, yang satunya
berperan sebagai hakim, sementara yang lain menjadi sarjana. Mereka hidup,
makan dan minum sebagai makhluk fana sepanjang siang dan di malam hari
mereka kembali ke posisi surgawi mereka dengan memakai nama yang maha
suci yang telah dibuktikan pada mereka dalam cerita tentang sifat
kemalaikatan mereka.31
Di kota tersebut hidup-lah seorang perempuan cantik bernama Zahra
atau kebanyakan orang menyebutnya Anahid. Ia menyadari bahwa Harut dan
Marut bukanlah manusia biasa, tetapi lebih sebagai malaikat yang memiliki

31
Wahbah al-Zuhaili, op.cit., hlm. 253-254
56

rahasia yang hebat. Dia memutuskan untuk memperoleh itu tidak masalah
bahwa itu akan mengorbankannya. Dia mengundang kedua malaikat tersebut
ke rumahnya dan menyiapkan makan besar bersama mereka. Dia memberi
mereka makanan dan minuman terbaik. Sejak mereka diberikan jiwa rendah
manusia, mereka rentan dan bisa disuap, sehingga di bawah pengaruh anggur
dan musik kepala mereka menjadi cahaya dan mereka lupa bahwa mereka
malaikat. Akhirnya mereka jatuh cinta kepada Zahra. Sewaktu dia meminta
mereka untuk menunjukkan kepadanya identitas mereka yang sebenarnya,
mereka menyingkap diri mereka sendiri dan mereka membuka nama Yang
Maha Suci. Serta merta Zahra mengucapkan nama itu dan segera setelah ia
melafalkannya, dia terbang dan lenyap dari muka bumi dan tidak pernah lagi
kelihatan di sana. Dikatakan bahwa Tuhan dunia memaafkannya dan
menetapkannya sebagai sebuah bintang di atas cakrawala. Ia dipanggil Venus
(Zahra) dan muncul di langit di awal pagi atau awal malam.
Sementara itu kedua malaikat yang tertinggal perlahan-perlahan
mereka pulih dari kesadarannya. Tetapi ketika mereka berusaha untuk
melafalkan rahasia nama itu, mereka mendapati bahwa mereka tidak lagi bisa
melepaskan diri dari wujud duniawi mereka. Mereka terperangkap dan tidak
mungkin meloloskan diri dari eksistensi duniawi mereka. Ini karena dalam
waktu yang amat singkat mereka menukar jubah ingatan kepada Allah
dengan jubah ingatan kepada dunia. Kemudian kenyataan tersebut terjadi atas
mereka. Akan tetapi kekhilafan mereka harus dibayar dengan harga mahal,
yaitu antara dua pilihan siksa dunia atau akhirat, meraka memilih siksa dunia.
Akhirnya masyarakat waktu itu berduyun-duyun kepadanya dan dari ucapan
mereka inilah manusia pada waktu itu mengatakan itulah sihir.32
Mereka menyadari bahwa kebenaran firman Allah mengenai manusia,
mereka takjub akan ketabahan para Nabi dan wali yang tidak pernah alpa
akan Allah sedetikpun, walaupun mereka adalah manusia. Akhirnya Harut
dan Marut tetap tinggal di bumi sebagai sebuah pelajaran dan ujian bagi

32
Abi Fida’ al-Hafidh Ibn Katsir al-Dimisyqi, op.,cit, hlm. 134-135
57

manusia. Para bakal calon pelajar sihir mendatangi mereka dan meminta
diajarkan, tetapi mereka berdua selalu menemui mereka dengan kata-kata:
“Kami hanyalah godaan, jadi hati-hatilah! Ingat Allah, dan jangan
mengingkari-Nya !”. Mereka mengajarkan manusia segala jenis seni esoteris
dan cabang-cabang pengetahuan gaib, seperti astrologi, alkimia, numerologi,
seni penyembuhan dan sihir. Bagaimana mereka tidak pernah memberikan
pengetahuan mereka tanpa satu peringatan kepada yang akan
mengamalkannya: jika hatinya murni, ia akan selamat. Jika tidak mereka
dalam bahaya, yaitu kehilangan diri mereka di antara makhluk yang lebih
rendah di bumi yaitu jin.
Oleh karenanya dengan sihir yang diajarkannya adalah setara manfaat
dan mudlaratnya, ketika ia masuk ke dalam pikiran. Dualitas sihir ini
tercerminkan dalam cerita dua manusia dan malaikat sekaligus, yang dimensi
manusianya melupakan dan dimensi malaikatnya mengingatkan dan
mengajarkan. Orang-orang yang berurusan dengan kekuatan batin sekarang
ini dengan cara yang sama terbagi menjadi dua kelompok. Ada yang
membawa orang pada keuntungan material semata dan tidak menghentikan
mereka dari kerugian orang lain. Hal tersbut harus dihindari, karena mereka
membahayakan diri mereka sendiri dan orang-orang yang berkonsultasi pada
mereka. Dan yang kedua adalah orang yang menolong untuk membangun
hidupnya dengan cara yang berguna dan spiritual. Jenis kerja terakhir inilah
untuk kebaikan dan mereka menikmati bantuan terhadap kekuatan
kemalaikatan.33

33
Syaykh Muhammad Hisham Kabbani , op.cit., hlm. 190-193

Anda mungkin juga menyukai