Harut Marut
Harut Marut
ﺴ ُﺪ
ِ ﻦ ُﻳ ْﻔ
ْ ﻞ ﻓِﻴﻬَﺎ َﻣ
ُ ﺠ َﻌ
ْ ﺧﻠِﻴ َﻔ ًﺔ ﻗَﺎﻟُﻮا َأ َﺗ
َ ض
ِ ﻞ ﻓِﻲ ا ْﻟَﺄ ْر
ٌﻋ
ِ ﻚ ِﻟ ْﻠ َﻤﻠَﺎ ِﺋ َﻜ ِﺔ ِإﻧﱢﻲ ﺟَﺎ
َ ل َر ﱡﺑ
َ َوِإ ْذ ﻗَﺎ
ﻻ
َ ﻋَﻠ ُﻢ ﻣَﺎ
ْ ل ِإﻧﱢﻲ َأ
َ ﻚ ﻗَﺎ
َ س َﻟ
ُ ك َو ُﻧ َﻘﺪﱢ
َ ﺤ ْﻤ ِﺪ
َ ﺢ ِﺑ
ُ ﺴﺒﱢ
َ ﻦ ُﻧ
ُﺤ
ْ ﻚ اﻟ ﱢﺪﻣَﺎ َء َو َﻧ
ُ ﺴ ِﻔ
ْ ﻓِﻴﻬَﺎ َو َﻳ
ل َأ ْﻧ ِﺒﺌُﻮﻧِﻲ
َ ﻼ ِﺋ َﻜ ِﺔ َﻓﻘَﺎ
َ ﻋﻠَﻰ ا ْﻟ َﻤ
َ ﺿ ُﻬ ْﻢ
َ ﻋ َﺮ
َ ﺱﻤَﺎ َء ُآﱠﻠﻬَﺎ ُﺛﻢﱠ
ْﻻ
َ ﻋﱠﻠ َﻢ ءَا َد َم ا
َ ( َو٣٠)ن
َ َﺗ ْﻌَﻠﻤُﻮ
ﻋﱠﻠ ْﻤ َﺘﻨَﺎ
َ ﻋ ْﻠ َﻢ َﻟﻨَﺎ إِﻻ ﻣَﺎ
ِ ﻻ
َ ﻚ ُ (ﻗَﺎﻟُﻮا٣١)ﻦ
َ ﺱ ْﺒﺤَﺎ َﻧ َ ن ُآ ْﻨ ُﺘ ْﻢ ﺻَﺎ ِدﻗِﻴ
ْ ﺱﻤَﺎ ِء َهﺆُﻻ ِء ِإ
ْ ِﺑ َﺄ
ل
َ ﺱﻤَﺎ ِﺋ ِﻬ ْﻢ ﻗَﺎ
ْ ﺱﻤَﺎ ِﺋ ِﻬ ْﻢ َﻓَﻠﻤﱠﺎ َأ ْﻧ َﺒَﺄ ُه ْﻢ ِﺑَﺄ
ْ ل ﻳَﺎﺁ َد ُم َأ ْﻧ ِﺒ ْﺌ ُﻬ ْﻢ ِﺑ َﺄ
َ (ﻗَﺎ٣٢)ﺤﻜِﻴ ُﻢ
َ ﺖ ا ْﻟ َﻌﻠِﻴ ُﻢ ا ْﻟ
َ ﻚ َأ ْﻧ
َ ِإ ﱠﻧ
ن َوﻣَﺎ ُآ ْﻨ ُﺘ ْﻢ
َ ﻋَﻠ ُﻢ ﻣَﺎ ُﺗ ْﺒﺪُو
ْ ض َوَأ
ِ ﻻ ْر
َ ت وَا
ِ ﺴ َﻤﻮَا
ﺐ اﻟ ﱠ
َ ﻏ ْﻴ
َ ﻋَﻠ ُﻢ
ْ ﻞ َﻟ ُﻜ ْﻢ ِإﻧﱢﻲ َأ
ْ َأَﻟ ْﻢ َأ ُﻗ
(٣٣)ن
َ َﺗ ْﻜ ُﺘﻤُﻮ
1
Departeman Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Adi Grafika,
Semarang,1994, hlm. 13-14
2
Syaykh Muhammad Hisham Kabbani, Dialog dengan Para Malaikat Perspektif Sufi,
terj. Nur Zain Hae., Hikmah, Jakarta, 2003, hlm. 189-190
36
Al-Qur’an menyebut kata Harut dan Marut hanya pada satu tempat,
yaitu pada surat al-Baqarah: 102 :
ﻦ
َ ﻃ ْﻴ
ِ ﻦ اﻟﺸﱠﻴﺎ
ن وَﻟ ِﻜ ﱠ ُ ﻦ ج َوﻣَﺎ َآ َﻔ َﺮ
ُ ﺱَﻠﻴْﻤَﺎ َ ﺱَﻠﻴْﻤ
ُ ﻚ
ِ ﻦ ﻋَﻠﻰ ُﻣ ْﻠ
ُ ﻃ ْﻴ
ِ وَا ﱠﺗ َﺒ ُﻌﻮْا ﻣَﺎ َﺗ ْﺘُﻠﻮْا اﻟﺸﱠﻴﺎ
ط
ت
َ ت وَﻣ َﺎرُو
َ ﻞ هَﺎرُو
َ ﻦ ِﺑﺒَﺎ ِﺑ
ِ ﻋﻠَﻰ اﻟ َﻤَﻠ َﻜ ْﻴ َ ﺤ َﺮ ق َوﻣَﺎ ُا ْﻧ ِﺰ
َ ل ْﺱِ س
َ ن اﻟﻨﱠﺎ
َ َآ َﻔ ُﺮوْا ُﻳ َﻌﱢﻠ ُﻤ ْﻮ
3
Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi, al-Islam II, Pustaka Rizki, Semarang, 2000, hlm. 203
37
َ ﻼ َﺗ ْﻜ ُﻔ ْﺮ ط َﻓ َﻴ َﺘ َﻌﱠﻠ ُﻤ ْﻮ
ن ِﻣ ْﻨ ُﻬﻤَﺎ َوﻣَﺎ َ ﻦ ِﻓ ْﺘ َﻨ ٌﺔ َﻓ
ُﺤ
ْ ﺡ ﱠﺘﻰ َﻳ ُﻘﻮْﻵ ِا ﱠﻧﻤَﺎ َﻧ
َ ﺡ ٍﺪ
َ ﻦ َا
ْ ن ِﻣ
ِ َوﻣَﺎ ُﻳ َﻌِﻠﻤَﺎ
ط ط
ﷲ
ِ نا
ِ ﻻ ِﺑ ِﺎ ْذ
ﺡ ٍﺪ ِا ﱠ
َ ﻦ َا
ْ ﻦ ِﺑ ِﻪ ِﻣ
َ ﻀﺎ ِر ْﻳ
َ َوﻣَﺎ ُه ْﻢ َﺑ ﺟ ِﻪ
ِ ﻦ اﻟ َﻤ ْﺮ ِء َو َز ْو
َ ن ِﺑ ِﻪ َﺑ ْﻴ
َ ُﻳ َﻔ ِّﺮ ُﻗ ْﻮ
ﻦ
ْ ﺧ َﺮ ِة ِﻣ
ِﻻ
َ ﺱ َﺘ َﺮ ُﻩ ﻣَﺎﻟَﻪ ﻓِﻰ ا
ْ ﻦ ِا َ ﻻ َﻳ ْﻨ َﻔ ُﻌ ُﻬ ْﻢ ط َوَﻟ َﻘ ْﺪ
ِ ﻋِﻠ ُﻤﻮْا َﻟ َﻤ َ ﻀﺮﱡ ُه ْﻢ َو
ُ ن ﻣَﺎ َﻳ
َ َو َﻳ َﺘ َﻌﱠﻠ ُﻤ ْﻮ
َ ﺴ ُﻬ ْﻢ ط َﻟ ْﻮ آَﺎ ُﻧﻮْا َﻳ ْﻌَﻠ ُﻤ ْﻮ
.ن َ ﺵ َﺮ ْو ِﺑ ِﻪ َا ْﻧ ُﻔ َ ﻖ ﻗﻒ َوَﻟ ِﺒ ْﺌ
َ ﺲ ﻣَﺎ ٍ ﺧَﻠ
Artinya : “ Dan Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada
masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman
itu mengerjakan sihir), padahal sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia
dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil
yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan
(sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:“ sesungguhnya
kami hanya cobaan (bagi mu), sebab itu janganlah kamu kafir”.
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) denga
istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat
dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah.
Dan mereka memperlajari sesuatu yang memberi mudharat
kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya
mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (
kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di
akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya
dengan sihir, kalau mereka mengetahui”. 4
Harut dan Marut sebagaimana yang disebut dalam ayat di atas adalah
bagian dari malaikat langit, dimana keduanya diturunkan kedunia ini
berkaitan dengan maraknya praktek sihir pada zaman Nabi Sulaiman. Mereka
berdua tidaklah mengajarkan amalan sihir, melainkan mereka turun
memberikan peringatan.
At-Thabathabai menjelaskan bahwa keberadaan dua malaikat tersebut
adalah untuk menepis bahwa apa yang terjadi pada Sulaiman yang menguasai
jin, manusia, angin dan sebagainya adalah karena sihir. Padahal apa yang
terjadi pada Nabi Sulaiman adalah mukjizat yang telah diberikan Allah
4
Departeman Agama Republik Indonesia, AL-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Adi
Grafika, Semarang, 1994, hlm. 28
38
5
Muhammad Husain at-Thabathabi, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Juz I, t.tp., Beirut, t.th.,
hlm. 232
39
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dengan adanya sihir ini manusia tidak
boleh kufur atau ingkar demikian juga dengan mengamalkannya adalah
larangan keras, kecuali dalam keadaan terpaksa demi keselamatan jiwa. 6
Al-Maraghi menambahkan bahwa kebiasaan orang-orang di zaman
Harut dan Marut sama seperti keadaan di zaman sekarang. Jika bermaksud
memutuskan permasalahan rohaniyah, mereka akan berkonsultasi dengan
orang bijak dan agung, yakni para ahli taqwa dan bijak.
Setan yang ikut menimba ilmu gaib (sihir) dari yang diajarkan oleh
Harut dan Marut, akhirnya menyebarkan sihir tersebut kepada manusia. Akan
tetapi jauh setelah itu ketika Nabi Sulaiman berkuasa, sihir beliau larang.
Semua buku-buku sihir pada masanya konon beliau tanam di bawah
singgasana beliau. Seperti diketahui kekuasaan yang dianugerahkan Allah
kepada beliau sangat besar. Manusia, jin, setan, binatang, angin ditundukkan
Allah untuk beliau. Ketika Nabi Sulaiman wafat, setan yang telah lepas
kendali menemukan dan mengajarkan kembali sihir-sihir tersebut. Di sinilah
sebagian orang Yahudi mengikuti setan-setan, dan percaya apa yang
dibisikkan setan kepada mereka, bahwa sebenarnya kekuasaan Nabi
Sulaiman bersumber dari sihir dan kehebatan yang terlihat pada beliau itu
adalah karena sihir.7
Sedangkan mengenai ilmu sihir yang diajarkan oleh Harut dan Marut
sampai sekarang masih belum tersingkapkan hakekat ilmu yanmg mereka
pelajari. Apakah ilmu itu mempunyai pengaruh tersendiri atau karena sebab
lain yang masih abstrak. Atau memang sama sekali tidak ada pengaruhnya
dan hanya karena kepercayaan yang bersangkutan sehingga timbul kekuatan
ghaib.
Juga masalah sihir yang belum jelas permasalahannya. Apakah yang
mereka pelajari itu hanya jimat-jimat, jampi-jampi atau hipnotis, atau bahkan
bisikan setan? Jelasnya, semua jenis ilmu tersebut merupakan perincian dari
penjelasan secara global pengertian yang telah disebutkan di dalam al-
6
Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, t.tp., t.th., hlm. 181
7
Ibid., hlm. 180
40
Qur’an. Dalam hal ini al-Maraghi tidak mempersoalkan jenis ilmu yang
mereka pelajari dari keduanya. Sebab, jika hal tersebut bermanfaat, maka
Allah pasti akan menjelaskan perinciannya. Tetapi masalah tersebut
sepenuhnya Allah serahkan kepada hasil penyelidikan-penyelidikan umat
Islam dan perkembangan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Pada
prinsipnya hanya Allah-lah yang menyingkap segala misteri dan
menampakkan hakekat sesuatu.
Harut dan marut tidak dianugerahi kekuatan ghaib melebihi yang
lainnya. Bahkan keberhasilan mereka itu karena adanya hubungan yang
diciptakan Allah. Jadi, jika ada seseorang yang tertimpa bahaya karena
perbuatan mereka, maka kejadian tersebut hanyalah kehendak Allah dan atas
izin-Nya. Sebab, hanya Allah-lah yang menciptakan sebab akibat tertimpanya
musibah.
Mengingat hal yang mereka pelajari hanya berguna untuk
menciptakan bahaya orang lain, maka hal itulah yang membuat murka Allah.
Siapa saja yang sudah merasa terkenal seringkali membuat luka orang banyak
dengan menggunakan ilmu sihir. Ia akan dibenci oleh setiap orang dan semua
orang akan menjauh karena merasakan bahaya jika bergaul dengannya,
disamping tidak adanya manfaat. Dizaman sekarang ini, banyak orang yang
mengambil profesi dibidang ilmu sihir, biasanya dari kelompok orang miskin
dan hina. Itulah keadaan mereka di dunia. Tidak bisa dibayangkan,
bagaimana keadaan mereka diakherat kelak. Setiap orang akan dibalas sesuai
dengan amal perbuatannya. Sudah barang tentu balasan untuk mereka akan
lebih mengerikan.
Mereka menyadari bahwa pilihannya ini bearti mengesampingkan
ilmu yang berkaitan dengan masalah pokok-pokok agama, hukum syari’at
dan akhlak yang bisa mengantarkan kepada kebahagiaan di dunia dan
akherat. Jadi, ilmu yang mereka pelajari itu akan menyebabkan dirinya
kehilangan pahala kelak di akherat. Sebab, mereka telah melanggar ajaran
kitab Taurat yang secara tegas mengamalkan ilmu sihir. Kitab Taurat
mengancam hukuman orang yang mengikuti dan mengabdi setan, jin dan
41
8
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Jilid I, CV. Toha Putera,
Semarang, 1992, hlm :332-334
42
9
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an), Lentera Hati, Jakarta, cet. I, 2000, hlm. 266-267
43
10
Ibid, hlm 267
11
Muhammad Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam
Al-Qur’an-As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, Lentera Hati,
Jakarta, 2000, hlm 163
44
dan Marut, karena apa yang dibawa (sihir) oleh kedua malaikat adalah lebih
penting dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia.12
Turunnya kedua malaikat yang mengajarkan sihir, maka yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana mungkin Allah memerintahkan
malaikat untuk mengajari manusia ilmu sihir ?. Menanggapi hal tersebut, al-
Thabari menyatakan bahwa Allah menurunkan kebaikan dan kejahatan
adalah bersama-sama, akan tetapi Allah tetap menjelaskan dengan diutusnya
para Rasul yang menunjukkan mana yang halal dan mana yang haram,
semisal: zina, mencuri dan sejenisnya. Dan sihir adalah satu di antara yang
dilarang Allah dan telah diberitahukan bahwa larangan keras bagi yang
melaksanakannya.
Hal tersebut berangkat dari asumsi bahwa ilmu sihir adalah tidak
berdosa, adapun yang menyebabkan dosa adalah dengan mengamalkannya.
Sehingga benar apa yang dilakukan oleh kedua malaikat tersebut sebelum
mengajarkan ilmu sihir, mereka mengatakan dengan: innama nahnu fitnatun
fala takfur. Inilah bentuk dari ketaatan malaikat bahwa dengan diturunkannya
di dunia adalah sebagai ujian dan kedua malaikat tersebut mempunyai
spesialisasi bentuk sihir, yaitu memisahkan hubungan antara suami-istri.
Oleh karenanya seorang mukmin akan menjadi murni imannya jika
mampu meningggalkan belajar dari kedua malaikat Harut dan Marut dan
seorang akan menjadi kafir lagi hina dengan belajar sihir. Padahal pengajaran
dari kedua malaikat tersebut adalah dalam koridor taat kepada Allah, karena
Allah telah memberi izin kepada mereka untuk mengajarkan ilmu Allah yang
mereka dapatkan. 13
12
Abu al-Qasim Mahmud bin Umar al-Zamakhsyari al-Khawarizy, al-Kasysyaf, Dar al-
Fikr, Beirut, t.th., hlm. 301
13
Abi Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabary, Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an,
Juz I, Dar al-Fikr, t.tp., hlm. 445-dst. Di sana juga dipaparkan riwayat-riwayat berkaitan dengan
eksistensi kedua malaikat Harut dan Marut, yang kebanyakan dari cerita tersebut adalah berangkat
dari cerita kaum Yahudi, terutama pada masa Rasulullah dengan mengatakan bahwa Nabi
Sulaiman adalah tukang sihir, dengan bukti kuasanya akan segala sesuatu pada waktu, akhirnya
alibi tersebut dibantah dengan turunnya al-Qur’an bahwa Nabi Sulaiaman tidaklah kafir, yang kafir
dan mengajarkan sihir adalah setan. Adapun kedua malaikat tersebut adalah diturunkan khusus
untuk ujian bagi manusia sekaligus sebagai pembeda mana yang mukjizat dan mana yang sihir.
45
14
Muhammad Fethullah Gulen, Menghidupkan Iman dengan Mempelajari Tanda-Tanda
Kebesaran-Nya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 39
46
15
Ibid., hlm. 70-71
16
Muhammad Bayumi, Malaikat Langit dan Bumi, Terj. FSI Himaka, Cendekia Sentra
Muslim, Jakarta, 2000, hlm. 49
17
Abi Fida’ al-Hafidh Ibn Katsir al-Dimisyqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, Juz I, al-Nur
al-‘Alamiyah, Beirut, t.th., hlm. 131
47
18
Firmansyah Maulana, Merambah Dunia Ghaib, Pustaka Pelajar, Surabaya, 2003, hlm.
218-219
19
Muhammad Quraish Shihab, op. cit., hlm. 167-168
48
Pelajaran penting lain yang dapat diambil dari cerita simbolik (hal ini
penulis sampaikan karena mengingat ke-ma’shum-an para malaikat) Harut
dan Marut adalah dengan adanya sihir.20 Memang dampak dari sihir sendiri
mampu membuat cerai berai hubungan suami istri sehingga menjadi sesuatu
hubungan yang jahat dan rusak. Demikian juga sebagai akibat dari sihir itu
sendiri adalah aspek negatifnya tinggi, karena ia merupakan tipuan belaka
dengan bantuan atau bisikan setan.21
Hal tersebut dapat dimaklumi bahwa apa yang menjadi ritual dari
sihir sendiri adalah dengan melakukan alat-alat kotor, berbau bahkan
mengotori kitab suci dengan darah dan aneka najis. Hal ini mempunyai
tujuan untuk memuaskan sang guru, yaitu setan yang dipercaya dapat
membantu mewujudkan keinginan penyihir atau kliennya.22 Padahal setan
adalah makhluk durhaka dan musuh Allah. Dengan demikian sihir adalah
ujian bagi manusia selamanya, sebagaimana pesan Harut dan Marut ketika
mengajarkan sihir bagi mereka yang meminta, kalau ia meninggalkan dan
berpaling kepada Allah maka akan selamat. Begitu sebaliknya jika
menjadikan berpaling kepada setan maka akan merugi.23
Harut dan Marut dapat diambil pelajaran, bahwa dengan tingginya
sebuah kedudukan suatu saat bisa jatuh, terkecuali jika seseorang itu mampu
akan mengekang hawa nafsu dan keinginan duniawi yang dapat
menjerumuskan manusia ke dalam jurang kehinaan. Demikian juga dengan
ajarannya, sihir dalam perkembangannya selalu mendapat tempat mulai dari
20
Sihir sendiri didefiniskan sebagai pengetahuan yang dengannya seseorang memiliki
kemamapuan kejiwaan yang dapat melahirkan hal-hal aneh dan sebab-sebab tersembunyi.
Pendapat lain menyatakan bahwa sihir adalah uacapan-ucapan yang mengandung pengagungan
kepada selain Allah yang dipercaya oleh pengamalnya dapat menghasilkan sesuatu dengan kadar-
kadarnya. Untuk melihat seberapa jauh pembahasan sihir dan pendapat-pendapat ulama tentang
sihir dapat dibaca dalam Muhammad Quraish Shihab, op.cit., hlm. 166
21
Muhammad, Husain al-Thaba’thab’i, op.,cit. hlm. 232
22
Muhammad Quraish Shihab, op.cit., hlm. 165
23
Walaupun di satu sisi sihir dikecam untuk tidak diamalkan (karena di antara fungsinya
adalah memisahkan suami dan istrinya, kawan, saudara lelaki dan saudara perempuan atau yang
menghasilkan kejadian buruk bagi orang lain) tetapi dalam prakteknya ditemukan dalam
manifestasi kehidupan manusia, di antaranya adalah seni menarik penikmatnya dengan sesuatu
yang sama dengan sihir. Musik juga berisi sentuhan yang mengguncang rasa dan mengantar
seseorang pada dimensi kegembiraan atau euforia. Dimensi inilah dikatakan sebagai sihir yang
berguna. Oleh karenanya sihir sendiri juga terbagi dalam dua kategori, yaitu black magic dan
white magic. Baca dalam Syaykh Muhammad Hisham Kabbani, Dialog dengan Para Malaikat
Perspektif Sufi, Terj. Nur Zain Hae., Hikmah, 2003, hlm. 193
49
zaman Nabi Musa sampai sekarang, sihir selalu menjadi perhatian yang
menarik dan banyak disukai manusia.
Hal lain yang dapat diambil dari kisah Harut dan Marut adalah
kerterlibatannya sebagai malaikat, bahwa mempercayai hal-hal yang
diinformasikan agama dalam bidang metafisika, walaupun tidak difahami
akal sama sekali tidak berarti merendahkan akal atau mengabaikan peranan
nalar, karena kepercayaan yang dituntut Islam, bukanlah hal-hal yang
bertentangan dengan akal. Agama tidak menuntut untuk percaya, bahwa dua
tambah dua sama dengan lima, karena ini bertentangan dengan akal. Yang
dituntutnya untuk diimani adalah sesuatu yang tidak dapat dimengerti oleh
akal. Ini beralasan, karena objek iman adalah sesuatu yang berada di luar
wilayah nalar. Anda keliru bila menuntut telinga menginformasikan rasa
manis atau kecut suatu buah. Dan keliru pula jika mengharapkan lidah untuk
menyelesaikan persoalan matematika, bukan wilayah kerja atau fungsi kedua
indera itu. Agama, ketika menuntut untuk mempercayai hal-hal yang bersifat
metafisika, walau tidak difahami oleh akal, pada hakekatnya hanya menuntut
manusia untuk memfungsikan alat yang dianugerahkan untuk digunakannya,
yaitu qalbu. Iman bukannya pembenarannya akal, tetapi pembenaran hati,
sama halnya dengan cinta.
Sekali lagi ketika agama menuntut iman terhadap hal-hal yang tidak
dimengerti oleh akal, pada hakekatnya hanya menempatkan sesuatu pada
tempatnya yang wajar serta memfungsikan sesauatu itu sesuai dengan fungsi
yang harus diembannya. Yang mengingkari persoalan-persoalan metafisika
yang diinformasikan Allah, walau berada di luar jangkauan akal, sungguh
telah menganiaya dirinya sendiri, karena ia mengabaikan potensi qalbu, yang
dapat mengantarkannya untuk percaya dan beriman. Bahkan dengan
pengingkarannya, ia-pun telah menganiaya akalnya, karena ia telah
mengatasnamakannya menolak apa yang berada di luar wilayah
jangkauannya.
Percaya kepada malaikat paling tidak mempunyai pengaruh kepada
diri pribadi yang beriman, yaitu:
50
24
Muhammad Quraish Shihab, op. cit., hlm. 251-252
51
perbuatan, dan yang menggiring awan, yang hal itu telah disebutkan Al-
Qur’an, baik semuanya maupun sebagian besarnya.25
Harut dan Marut memang tidak bisa dilepaskan dari isu sihir yang
merebak pada waktu itu. Dalam surat al-Baqarah 102 diterangkan bahwa
Sulaiman dituduh oleh orang-orang kafir serta betapa sedih tukang sihir atau
ahli sihir. Di mana ilmu-ilmu sihir itu di dapat atau diajarkan setan kepada
Sulaiman. Padahal sesungguhnya Sulaiman bukanlah seorang tukang sihir.
Hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Merekalah yang
mengajarkan sihir kepada manusia.
Setan memang kafir, karena ajaran sihirnya, sehingga logikanya
adalah sebagai berikut apabila seseorang mempunyai ilmu sihir kemudian
mengamalkannya ia termasuk setan. Dan setan termasuk kafir, maka orang
yang mengikuti setan termasuk dianggap kafir terhadap Allah.
Hal tersebut dapat dilihat bahwa sesungguhnya setan telah
mengajarkan ilmu-ilmu sihir kepada manusia, dan mengajarkan pula ajaran-
ajaran untuk mencerai beraikan suami-istri yang diturunkan kepada Harut
dan Marut. Adapun diturunkan duanya ialah untuk mengajarkan ilmu sihir
kepada manusia, bukan mengajarkan amalan sihir. Hal itu sesuai dengan
keterangan-keterangan sebagai berikut:
a. Banyak tukang sihir dan peminat sihir yang mengaku dirinya sebagai
seorang wali atau Nabi lalu memecah belah umat manusia. Sebab itu
Harut danS Marut diturunkan untuk mengajarkan ilmu sihir (teori)
terhadap tujuan untuk menentang keburukan-keburukan pembohong
yang mengakui dirinya sebagai Nabi.
25
Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Menjelajah Alam Malaikat, Pustaka Hidayah, Bandung,
2003, hlm. 19-20
52
Bahwa Jin itu memiliki beberapa kepandaian tentang ilmu sihir yang
tak semuanya diajarkan kepada manusia. Oleh karena itu Tuhan menurunkan
ilmu sihir kepada Harut dan Marut dengan tujuan mengajarkan ilmu sihir
yang selama ini masih sebagian besar dirahasiakan oleh Jin.26
Pendapat mufasir yang menyatakan Harut dan Marut sebagai manusia
seperti pendapatnya Abdullah Yusuf Ali didalam tafsirnya bahwa kata dua
malaikat yang di terapkan kepada Harut dan Marut ialah kata kiasan yang
berarti orang-orang baik, berpengetahuan, berilmu (arif bijaksana), dan
mempunyai kekuatan.
Harut dan Marut hidup di Babilonia sebagai manusia yang baik, Harut
dan Marut sudah tentu tidak mau menceburkan diri kedalam kejahatan dan
mereka bersih dari segala penipuan, tetapi ilmu dan seni jika dipelajari oleh
orang yang memang jahat, dapat digunakan untuk maksud-maksud jahat
pula. Disamping praktek sihirnya yang keji, setan akan mempelajari juga
ilmu yang benar itu sedikit-sedikit akan digunakannya untuk maksud-maksud
jahat. Harut dan Marut pun tidak menyembunyikan ilmu, namun mereka
belum pernah mengajarkan kepada siapapun tanpa memberikan peringatan
seperlunya mengenai bahaya dan godaannya apabila berada di tangan orang
jahat. Sebagai manusia yang mempunyai tinjauan yang dalam, mereka
melihat bukan tidak mungkin kekufuran akan keluar dari lidah orang-orang
jahat dan mereka akan membusungkan dada karena ilmunya, dan karena
itulah mereka diberi peringatan. Ilmu sihir memang merupakan cobaan dan
godaan, kalau manusia sudah diberi peringatan maka akan tahu bahayanya.
Kalau Allah sudah menganugerahkan kepada manusia suatu kebebasan
26
Firmansyah Maulana, loc.cit.,
53
berkehendak, manusia harus bebas memilih mana yang memberi manfaat dan
mana yang membawa marat.27
M. Hasbi As-Shiddiqi yang mengatakan bahwa Harut dan Marut dari
unsur manusia, ia menguraikan dalam tafsirnya dimana ada seorang pendeta
Yahudi yang telah membelakangi Taurat dan al-Qur’an, ia mengajarkan sihir,
kemudian diajarkan oleh orang-orang yang berprilaku jahat dan buruk pada
masa Nabi Sulaiman. Orang-orang yang berprilaku jahat itu mengatakan
bahwa Nabi Sulaimanlah yang telah mengumpulkan kitab-kitab sihir dan
menyembunyikan dibawah kursinya. Dengan sihir itulah Nabi Sulaiman
memperoleh kekuasaannya. Kemudian kitab-kitab sihir itu dikeluarkan oleh
orang-orang yang menemukannya, lalu mempelajari dan mengajarkannya
kepada orang lain. Mereka menyandarkan kitab-kitab sihir itu kepada Nabi
Sulaiman padahal ia terbebas dari tuduhan yang demikian itu.
Orang-orang Yahudi mengajarkan apa yang diajarkan oleh setan
dimasa pemerintahan Sulaiman dan apa yang diajarkan oleh dua orang Babil
yaitu Harut dan Marut, yang bersikap saleh dan takwa. Kedua orang itu oleh
masyarakat dipandang sebagai malaikat yang turun dari langit. Mereka
mengatakan bahwa Harut dan Marut menerima sihir dari Tuhan, padahal
sama sekali Tuhan tidak menurunkan sihir kepada mereka.
Harut dan Marut apabila hendak mengajarkan sihir kepada seseorang
terlebih dahulu mereka memberi nasehat dan menerangkan, bahwa mereka
adalah cobaan (fitnah) bagi manusia. Mereka berbuat demikian adalah untuk
menambah keyakinan murid-muridnya, bahwa mereka benar-benar orang
baik. Dari kedua orang itulah mereka mempelajari ilmu yang dapat
dipergunakan untuk menceraikan suami isteri yang saling mengasihi, yang
dalam bahasa sekarang disebut guna-guna pembenci lawan dari guna-guna
pengasih.
Sebenarnya kedua orang itu (Harut dan Marut) tidaklah diberi
kekuatan ghaib, semua yang mereka lakukan tidak terlepas dari hukum sebab
27
Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, Juz I-XV, Pustaka Firdaus,
cet.I, Jakarta, 1993, hlm. 45
54
28
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi, Tafsir al-Qur’anul Majid (An-Nur), Pustaka
Rizki Putra, Semarang, cet. II, 1995, hlm169-171
29
Hamka, Tafsir al-Azhar, PT. Pembimbing Masa, Jakarta, cet.II, 1970, hlm. 241
30
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir Munir, Juz I, Dar al-Fikr, Beirut, t.th., hlm. 242-246
55
31
Wahbah al-Zuhaili, op.cit., hlm. 253-254
56
rahasia yang hebat. Dia memutuskan untuk memperoleh itu tidak masalah
bahwa itu akan mengorbankannya. Dia mengundang kedua malaikat tersebut
ke rumahnya dan menyiapkan makan besar bersama mereka. Dia memberi
mereka makanan dan minuman terbaik. Sejak mereka diberikan jiwa rendah
manusia, mereka rentan dan bisa disuap, sehingga di bawah pengaruh anggur
dan musik kepala mereka menjadi cahaya dan mereka lupa bahwa mereka
malaikat. Akhirnya mereka jatuh cinta kepada Zahra. Sewaktu dia meminta
mereka untuk menunjukkan kepadanya identitas mereka yang sebenarnya,
mereka menyingkap diri mereka sendiri dan mereka membuka nama Yang
Maha Suci. Serta merta Zahra mengucapkan nama itu dan segera setelah ia
melafalkannya, dia terbang dan lenyap dari muka bumi dan tidak pernah lagi
kelihatan di sana. Dikatakan bahwa Tuhan dunia memaafkannya dan
menetapkannya sebagai sebuah bintang di atas cakrawala. Ia dipanggil Venus
(Zahra) dan muncul di langit di awal pagi atau awal malam.
Sementara itu kedua malaikat yang tertinggal perlahan-perlahan
mereka pulih dari kesadarannya. Tetapi ketika mereka berusaha untuk
melafalkan rahasia nama itu, mereka mendapati bahwa mereka tidak lagi bisa
melepaskan diri dari wujud duniawi mereka. Mereka terperangkap dan tidak
mungkin meloloskan diri dari eksistensi duniawi mereka. Ini karena dalam
waktu yang amat singkat mereka menukar jubah ingatan kepada Allah
dengan jubah ingatan kepada dunia. Kemudian kenyataan tersebut terjadi atas
mereka. Akan tetapi kekhilafan mereka harus dibayar dengan harga mahal,
yaitu antara dua pilihan siksa dunia atau akhirat, meraka memilih siksa dunia.
Akhirnya masyarakat waktu itu berduyun-duyun kepadanya dan dari ucapan
mereka inilah manusia pada waktu itu mengatakan itulah sihir.32
Mereka menyadari bahwa kebenaran firman Allah mengenai manusia,
mereka takjub akan ketabahan para Nabi dan wali yang tidak pernah alpa
akan Allah sedetikpun, walaupun mereka adalah manusia. Akhirnya Harut
dan Marut tetap tinggal di bumi sebagai sebuah pelajaran dan ujian bagi
32
Abi Fida’ al-Hafidh Ibn Katsir al-Dimisyqi, op.,cit, hlm. 134-135
57
manusia. Para bakal calon pelajar sihir mendatangi mereka dan meminta
diajarkan, tetapi mereka berdua selalu menemui mereka dengan kata-kata:
“Kami hanyalah godaan, jadi hati-hatilah! Ingat Allah, dan jangan
mengingkari-Nya !”. Mereka mengajarkan manusia segala jenis seni esoteris
dan cabang-cabang pengetahuan gaib, seperti astrologi, alkimia, numerologi,
seni penyembuhan dan sihir. Bagaimana mereka tidak pernah memberikan
pengetahuan mereka tanpa satu peringatan kepada yang akan
mengamalkannya: jika hatinya murni, ia akan selamat. Jika tidak mereka
dalam bahaya, yaitu kehilangan diri mereka di antara makhluk yang lebih
rendah di bumi yaitu jin.
Oleh karenanya dengan sihir yang diajarkannya adalah setara manfaat
dan mudlaratnya, ketika ia masuk ke dalam pikiran. Dualitas sihir ini
tercerminkan dalam cerita dua manusia dan malaikat sekaligus, yang dimensi
manusianya melupakan dan dimensi malaikatnya mengingatkan dan
mengajarkan. Orang-orang yang berurusan dengan kekuatan batin sekarang
ini dengan cara yang sama terbagi menjadi dua kelompok. Ada yang
membawa orang pada keuntungan material semata dan tidak menghentikan
mereka dari kerugian orang lain. Hal tersbut harus dihindari, karena mereka
membahayakan diri mereka sendiri dan orang-orang yang berkonsultasi pada
mereka. Dan yang kedua adalah orang yang menolong untuk membangun
hidupnya dengan cara yang berguna dan spiritual. Jenis kerja terakhir inilah
untuk kebaikan dan mereka menikmati bantuan terhadap kekuatan
kemalaikatan.33
33
Syaykh Muhammad Hisham Kabbani , op.cit., hlm. 190-193