WABARAKATUHLAMU’ALAIKUM
KELOMPOK II
Anisah
Lusi Hermawa
Mega Sri Ali Hasan
TAFSIR AHKAM
Nabi Muhammad Saw beserta sahabat beliau, ketika di Mekah shalat menghadap Ka’bah,
ketika hijrah ke Madinah beliau diperintah untuk menghadap ke Bait al-Maqdis, yang sesuai
dengan kiblatnya orang-orang Yahudi yang tercantum dalam Taurat. Beliau shalat
menghadap Baitt al-Maqdis selama 16 atau 17 bulan, walaupun sebenarnya beliau lebih
menyenangi menghadap ke Ka’bah karena merupakan kiblatnya Nabi Ibrahim as. Orang-
orang Yahudi menyatakan bahwa Nabi telah mengikuti agama mereka dan mengikuti kiblat
mereka. Maka Nabi berkata kepada Jibril as, “Aku lebih menyukai seandainya Allah
memerintahkanku mengalihkan kiblat ke Ka’bah, karena itu kiblat Nabi Ibrahima as”. Jibril
menjawab, “Sesungguhnya aku hanyalah hamba sepertimu, engkau lebih mulia, maka
mohonlah kepada Tuhanmu, engkau mempunyai tempat yang agung disisi Allah Swt.
kemudian jibril naik ke langit, dan Nabi terus melihat ke langit dan berharap jibril turun
dengan membawa perintah peralihan kiblat. Maka Allah Swt menurunkan ayat ini.
HUJJAH GOLONGAN MADZHAB SYAFI’I
DAN
1. Dalil-dalil Al-qur’anHAMBALI
adalah zahir ayat yang berbunyi “ palingkanlah mukamu ke arah masjidil
haram”.
Letak dalilnya pada kata Syatra yang berarti arah
2. Dalil yang diambil adari hadits ialah sebagaimana yang diriwayatkan dalam shahih bukhari dan
muslim dari Usammah bin Zaid ra. Bahwa Ia berkata :” ketika nabi Saw. Masuk didalam ka’bah
beliau berdo’a disemua sisi ka’bah dan beliau tidak melakukan sisi shalat sebelum beliau keluar
dari ka’bah. Setelah keluar beliau bersembahyang dua rakaat dihadapan ka’bah. Lalu Ia bersabda
inilah kiblat.
3. Dalil yang diambil dari kias (analogi),
Mereka berkata juga:” Bahwasanya ka’bah itulah kiblat yaitu masalah yang pasti, yang tidak perlu
di persoalkan, bahwasanya selain ka’bah itu kiblat, adalah masalah yang diragukan kebenarannya,
sedang memelihara hal-hal yang menjadikan sahnya shalat adalah soal yang wajib oleh sebab itu,
maka wajiblah menggantungkan sahnya sholat menghadap kearah ka’bah dengan tepat”.
HUJJAH MALIKI DAN HAMBALI
1. Dalil yang mereka ambil dari Al-qur’an ialah zahir bunyi ayat Fawalli wajhaka
satrol masjidil haram. Ayat ini tidak menyebutkan syatrol ka’bati (kearah
ka’bah), melainkan syatrol masjidil haram.
Maka barang siapa dalam shalat menghadap ke arah sisi masjid, berarti
telah memenuhi apa yang dperintahkan, baik ia tepat menghadap ke tempat letak
ka’bah atau tidak.
2. dalil dari hadits ialah sabda Rasulullah Saw.: arah antara timur dan barat
disitulah kiblat.
3. Dalil yang diambil dari perbuatan para sahabat ialah bahwa penduduk quba’
pernah bersembahyang subuh di madinah dengan menghadap ke arah baitil
maqdis, membelakangi ka’bah. Maka mrk yang sdang dalam sholat itu memutar
badan ke arah ka’bah, tanpa meminta keterangan.
LANJUTAN . . .
WASSALAMU’ALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH