Anda di halaman 1dari 24

ASSAWARAHMATULLAHI

WABARAKATUHLAMU’ALAIKUM
KELOMPOK II
Anisah
Lusi Hermawa
Mega Sri Ali Hasan
TAFSIR AHKAM

 MENGHADAP KIBLAT KETIKA SHALAT


‫ ُقل‬،‫ َس َي ُق ْو ُل ال ُّس َفهَآ ُء ِم َن النَّآ ِس َما َواَّل مُه ْ َع ْن ِق ْبلَهِت ِ ُم الَّىِت اَك نُوا عَلَهْي َا‬: ‫قال هللا تعاىل‬
]142: ‫ هَي ْ ِدى َم ْن ي َ َشآ ُء ىَل رِص َ ٍاط ُّم ْس َت ِقمْي ٍ [سورة البقرة‬،‫اهَّلِل ِ الْ َمرْش ِ ُق َوالْ َم ْغ ِر ُب‬
‫ِإ‬
“Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia
akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat
Islam) dari kiblatnya (Bait al-Maqdis) yang dahulu mereka
telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-
lah timur dan Barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”
‫ول‬
ُ ‫الر ُس‬ َّ ‫َّاس َويَ ُكو َن‬ ِ ‫اء َعلَى الن‬ ِ ِ
َ َ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ ‫َوَك َذل‬
‫د‬ ‫ه‬ ‫ش‬ ‫وا‬ ‫ن‬‫و‬ ‫ك‬
ُ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫ط‬
ً ‫س‬ ‫و‬ ‫ة‬
ً ‫ُم‬
َّ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫ا‬ ‫ْن‬
‫ل‬ ‫ع‬ ‫ج‬ ‫ك‬
‫ت َعلَْي َها إِال لَِن ْعلَ َم َم ْن َيتَّبِ ُع‬ َْ ‫ن‬ ‫ك‬
ُ ‫ي‬ ِ‫ت‬َّ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ة‬
َ ‫ل‬
َ ‫ب‬ ِ
ْ ‫ َوَما َج َعلْنَا ال‬,‫َعلَْي ُك ْم َش ِهي ًدا‬
‫ْق‬
‫ين‬ ‫ذ‬ِ َّ‫ت لَ َكبِيرًة إِال َعلَى ال‬ ِ ِ ‫ي‬ ‫ب‬ ِ
ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ َ ْ َّ ‫ول‬
‫ن‬‫ا‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫إ‬‫و‬ , ‫ه‬ ‫ق‬ ‫ع‬ ‫ى‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫ب‬ ِ
‫ل‬ ‫ق‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬ ِ
‫م‬ َ ‫الر ُس‬
َّ
َ َ
‫يم‬ ‫ح‬ِ‫وف ر‬ ٌ ‫ء‬‫ر‬َ‫ل‬ ِ
‫َّاس‬ ‫ن‬ ‫ال‬ِ‫ إِ َّن اللَّهَ ب‬, ‫يع إِيمانَ ُكم‬ ‫ض‬ِ ‫ وما َكا َن اللَّهُ لِي‬,ُ‫َه َدى اللَّه‬
ٌ َ َُ ْ َ َ ُ ََ
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam); umat )١٤٣
yang(
adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak
menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya melainkan agar
Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke
belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
manusia‫ز‬
‫ك‬ ‫ه‬ ‫ج‬ ‫و‬ ِّ
‫ل‬ ‫و‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫اه‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫ة‬ ‫ل‬ ‫ب‬‫ق‬ِ ‫َّك‬
‫ن‬ ‫ي‬ِّ
‫ل‬‫و‬ ‫ن‬ ‫ل‬‫ف‬ ِ
‫اء‬ ‫م‬ ‫الس‬ ‫ي‬ ِ
‫ف‬ َ ‫ب َو ْج ِه‬
‫ك‬ ُّ
َ
َ َ ْ َ َ َ َ َْ ْ َ َ َُ َ ً َ َ َ َّ َ ‫قَ ْد َن َرى َت َقل‬
‫ين‬ ِ َّ‫ وإِ َّن ال‬, ُ‫ وحيثُما ُك ْنتُم َفولُّوا وجوه ُكم َشطْره‬, ‫َشطْر الْمس ِج ِد الْحر ِام‬
‫ذ‬
َ َ َ ْ َ ُ ُ َ ْ َ َْ َ ََ َْ َ
‫ َوَما اللَّهُ بِغَ ِاف ٍل َع َّما َي ْع َملُو َن‬, ‫ْح ُّق ِم ْن َربِّ ِه ْم‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ه‬َّ
‫ن‬ َ
َ ُ َ ُ ْ َ َ َ ‫أُوتُوا ال‬
‫أ‬ ‫ن‬‫و‬ ‫م‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫اب‬ ‫ت‬ ِ
‫ْك‬
 Sungguh Kami melihat wajahmu sering menengadah١٤٤ ke (
langit, maka akan Kami palingkan kamu ke kiblat yang
kamu sukai. Dan Hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram. Dan di mana saja kamu berada, hadapkanlah
wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang
diberi Al kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan
kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
‫ َوَما‬, ‫ك‬ ‫ت‬‫ل‬
َ ‫ب‬ ِ
‫ق‬ ‫وا‬ ‫ع‬ ِ
‫ب‬
َ َ ْ ُ َ َ َ ِّ َ َ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬ ٍ
‫ة‬ ‫آي‬ ‫ل‬ ‫ك‬
ُ ِ
‫ب‬ ‫اب‬ ‫ت‬ ِ
‫ْك‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫وا‬ ‫ت‬‫ُو‬
ُ َ ‫أ‬ ‫ين‬ ِ
‫ذ‬ َّ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ت‬ َ ِ
َ ْ َ ْ ‫َولَئ‬
‫ي‬ ‫ت‬ ‫أ‬ ‫ن‬
‫ت‬ ‫ع‬ ‫ب‬ َّ
‫ات‬ ‫ن‬ِ ِ
‫ئ‬ ‫ل‬‫و‬ , ‫ض‬ٍ ‫ع‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ْ‫أَن‬
َ َْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ‫ت ب‬
‫ب‬ ‫ة‬
َ ‫ل‬
َ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ع‬
ٍ ‫ب‬ ‫ا‬‫ت‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ض‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ت‬ ‫ل‬
َ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ع‬ٍ ‫ب‬ ‫ا‬‫ت‬
١٤٥ ‫ين‬ ‫م‬ِ ِ‫ك إِ ًذا لَ ِمن الظَّال‬ َّ
‫ن‬ ِ
‫إ‬ ِ
‫م‬ ‫ل‬ ِ
‫ْع‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ِ ِ ِ
َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ‫أ َْه َواءَ ُه ْم‬
‫م‬ ‫ك‬ َ ‫اء‬ ‫ج‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫م‬
 Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang
yang diberi Al kitab (Yahudi dan Nasrani) semua ayat (keterangan
dan bukti), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun
tidak akan mengikuti kiblat mereka. Sebagian mereka pun tidak
akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Sesungguhnya jika
kamu mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu
kepadamu, niscaya kamu termasuk orang-orang yang zalim
MUNASABAH AYAT
 Ketika masih di mekah, Rasulullah SAW. didalam shalatnya menghadap ke arah baitul
maqdis, sebagai yang dahulu dilakukan oleh para Nabi Israil, namun Rasulullah SAW.
berkeinginan sekali berkiblat ke arah ka’bah karena ka’bah adaalah kiblat Nabi Ibrahim
as., sedang beliau datang justru untuk menghidupkan kembali Agama Ibrahim dan
memperbaharui dakwahnya. Laginpula ka’bah adalah yang terdahulu diantar 2 kiblat
itu. Dalam pada itu orang-orang yahudi selalu mengatakan: “Muhammad tidak setuju
dengan Agama kami, tetapi dia mengikuti kiblat kami. Sekiranya tidak karena agama
kami, Ia tidak bakal mengetahui ke arah mana Ia mesti menghadap sholatnya oleh sebab
itu Nabi SAW. menjadi tidak senang, tetap mengikuti kiblat mereka,sehingga
diriwayatkan bahwa Nabi SAW. berkata kepadaa jibril:”alangkah inginku sekiranya
Allah SWT. memalingkan dari kiblatnya orang-orang yahudi ke kiblat yang lain, sejak
itu Rasulullah SAW. sering mengarahkan pandangannya ke langit, dengan harapan akan
datangnya wahyu kepadanya mengenai pemindahan kiblat ke ka’bah.
 Dalam salah satu ayat sekitar pemindahan ka’bah itu, Allah yang maha terpuji telah
memberikan Rasulnya yang mulia apa yang akan dikatakan oleh orang-orang yang
bodoh lagi jahil dari kaum yahudi yang munafik, sebelum pemindahan kiblat itu.
IKHTISAR KANDUNGAN AYAT
 Allah SWT. berfirman yang maksudnya antara lain: orang-orang yang tidak
berpikiran sehat diantara manusia, yaitu mereka yang sesat dari golongan
yahudi, kaum musyrikin dan orang-orang yang munafik, akan berkata: “apa
yang menjadikan mereka (yakin Nabi SAW. (beserta umatnya) berpaling
dan berpindah dari kiblat yang mereka pada mulanya berkiblat kepadanya,
ke arah baitul maqdis, yaitu kiblat para Nabi dan Rasul sebelum
Muhammad?” katakanlah, hai Muhammad kepada mereka itu:” kepunyaan
Allah lah timur dan barat bahkan semua penjuru adalah kepunyaan Allah
SWT. yang bepuasa untuk berbuat didalam kerajaannya apa saja yang dia
kehendaki, sesuai dengan apa yang dipandang perlu oleh hikmah
kebijaksanaanya yang sempurna. Dia memberi petunjuk orang yang
dikehendakinya diantara hamba-hamba-Nya, ke jalan yang lurus yang akan
menyampaikan kepada kebahagian hidup dunia dan akhirat.
Lanjutan...
 Selanjutnya kami tidak memerinyahkan kamu (Muhammad) agar kamu berpindah kiblat,
dari yang dahulu kamu berkiblat kepadanya, ke ka’bah, melainkan supaya nyata bagi
manusia siapa yang tetap teguh diatas imannya dan siapa yang ragu terhadap Agamanya
yang selalu menjadi sasaraan dari gelombang badai syubhat yang di bangkitkan oleh
musuh-musuh Agama, sehingga orang yang ragu terhadap Agamanya itu akan menjadi
munafik aatau kafir, lalu membuang Agamanya karena syubhat yang tidak berarti sama
sekali. Dan sungguh Allah tidak menyia-nyiakan sholat kalian, sebab Allah maha penyayang
kepadaa hamba-hamba-Nya, dia tidak mengadakan cobaan terhadapa mereka untuk
menya-nyiakan amalan-amalan mereka, melainkan justru untuk membalas segala amal
perbuatan baik mereka dengan pahala yang sebaik-baiknya.
 Sering kali kami melihat kamu, hai Muhammad, sebentar-sebentar melayangkan
pandanganmu kearah langit, menanti-nantikan turunnya wahyu dan merindukan
pemindahan kiblat. Maka kami akan menyuruhmu menghadap kearah kiblat yang
kamu sukai. Maka berkiblatlah dalam shalat kamu ke masjidil haram.
LANJUTAN…
 Dan kalian, wahai orang-orang yang beriman, hadapkanlah muka
kalian dalam shalat kalian kearah masjidil haramjuga. Ialah kiblat
kalian dan kiblat kakek kalian, Ibrahim. Orang-orang yang diberi
Al-Kitab sungguh mengetahui bahwa berkiblat kearah masjidil
haram itu adalah hal yang benar, yang diwahyukan oleh Allah
kepada Nabi-Nya, Muhammad saw. Namun mereka mengintimidasi
orang-orang mukmin yang lemah imannya, untuk menimbulkan
ragu-ragu dan bimbang dalam diri mereka terhadap agamanya
dengan jalan menanamkan syubhat dan kebathilan-kebathilan dihati
snubari orang-orang yang lemah imannya. Dalam pada itu Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan, sebab Allah
swt. Dialah yang maha mengetahui akan hal-hal yang zhahir dan
yang batin, Dialah Maha penghisab segala sesuatu yang tersembunyi
dan tidak nyata.
ASBABUNNUZUL…
a. Diriwayatkan oleh albukhari dan muslim dari Albarra bin Azzib Bahwasanya
nabi saw. Ketika telah tiba di madinah, beliau pada mulanya tinggal pada salah satu
keluarga mamandanya dari golongan Anshar, dan bahwasanya Nabi saw. Dalam
shalatnya berkiblat ke baitul maqdis selama 16 bln, beliau merasa senang sekali
karena kiblatnya kearah ka’bah, adapun shalat pertama yang beliau lakukan dengan
berkiblat ke ka’bah adalah shalat ashar, yang dimakmumi oleh segolongan umat.
Salah seorang yang ikut bersembahyang bersama beliau itu lalu keluar dari masjid. Ia
bejumpa dengan orang-orang yang sedang rukuk dalam shalatnya di masjid. Lalu ia
berkata:” Aku bersumpah, Demi Allah bahwa aku telah bersembahyang bersama
Rasulullah Saw. Dengan menghadap kearah mekah maka orang-orang yang sedang
bersembahyang itu mengubah arah kiblat mereka ke jurusan ka’bah seperti orang-
orang yang telah sembahyang dengan Nabi tadi.
LANJUTAN . . .

Dalam pada itu banyak orang-orang berkiblat ke baitul maqdis, sebelum


pemindahan kiblat ke ka’bah, yang telah tewas, dan kami tidak
mengetahui apa yang harus kami katakana mengenai mereka itu kemudian
Allah menurunkan: Wamaa kaana llahu liyudhii’a iimaanakum
” dan Allah sekali-kali tadak akan menyia-nyiakan iman kalian”
b. Dari Al Barra’ juga bahwasanya Rasulullah Saw. Padamulanya
bersembahyang berkiblat ke baitul maqdis dan beliau sering sekali melayangkan
pandangannya kearah langit, seolah-olah menanti-nanti perintah Allah. Lalu
Allah berfirman :” Sungguh kami sering melihat wajahmu menengadah ke
langit”.
LANJUTAN . . .

Beberapa Orang dari kaum muslimin berkata:” Kami ingin sekali


mengetahui dengan pasti mengenai orang-orang dari kami yang
telah meninggal sebelum kiblat dipindahkan kearah ka’bah, dan
bagaimana dengan shalat kamu dengan berkiblat kebaitul maqdis
pada dahulu. Maka Allah menurunkan ayat:” Dan Allah, Sejkali-kali
tidak akan menyia-nyiakan iman kalian.”
LANJUTAN . . .
c. Ali bin Abi Thalkhah dan Ibnu Abbas berkata, “Ayat nasakh pertama
dalam al-Qur’an adalah tentang kiblat”. Hal ini karena Nabi Muhammad
Saw ketika berhijrah ke Madinah, penduduk di Madinah kebanyakan
orang-orang Yahudi, maka Allah memerintahkan kepada Nabi untuk
menghadap ke Bait al-Maqdis, sehingga gembiralah orang-orang Yahudi.
Maka Nabi menghadap ke Bait al-Maqdis selama sepuluh bulan lebih,
namun beliau lebih menyukai kiblat leluhurnya Nabi Ibrahim, kemudian
beliau berdo’a kepada Allah dan sering melihat ke langit. Kemudian Allah
menurunkan ayat ini.
Lanjutan…

Nabi Muhammad Saw beserta sahabat beliau, ketika di Mekah shalat menghadap Ka’bah,
ketika hijrah ke Madinah beliau diperintah untuk menghadap ke Bait al-Maqdis, yang sesuai
dengan kiblatnya orang-orang Yahudi yang tercantum dalam Taurat. Beliau shalat
menghadap Baitt al-Maqdis selama 16 atau 17 bulan, walaupun sebenarnya beliau lebih
menyenangi menghadap ke Ka’bah karena merupakan kiblatnya Nabi Ibrahim as. Orang-
orang Yahudi menyatakan bahwa Nabi telah mengikuti agama mereka dan mengikuti kiblat
mereka. Maka Nabi berkata kepada Jibril as, “Aku lebih menyukai seandainya Allah
memerintahkanku mengalihkan kiblat ke Ka’bah, karena itu kiblat Nabi Ibrahima as”. Jibril
menjawab, “Sesungguhnya aku hanyalah hamba sepertimu, engkau lebih mulia, maka
mohonlah kepada Tuhanmu, engkau mempunyai tempat yang agung disisi Allah Swt.
kemudian jibril naik ke langit, dan Nabi terus melihat ke langit dan berharap jibril turun
dengan membawa perintah peralihan kiblat. Maka Allah Swt menurunkan ayat ini.
HUJJAH GOLONGAN MADZHAB SYAFI’I
DAN
1. Dalil-dalil Al-qur’anHAMBALI
adalah zahir ayat yang berbunyi “ palingkanlah mukamu ke arah masjidil
haram”.
Letak dalilnya pada kata Syatra yang berarti arah
2. Dalil yang diambil adari hadits ialah sebagaimana yang diriwayatkan dalam shahih bukhari dan
muslim dari Usammah bin Zaid ra. Bahwa Ia berkata :” ketika nabi Saw. Masuk didalam ka’bah
beliau berdo’a disemua sisi ka’bah dan beliau tidak melakukan sisi shalat sebelum beliau keluar
dari ka’bah. Setelah keluar beliau bersembahyang dua rakaat dihadapan ka’bah. Lalu Ia bersabda
inilah kiblat.
3. Dalil yang diambil dari kias (analogi),
Mereka berkata juga:” Bahwasanya ka’bah itulah kiblat yaitu masalah yang pasti, yang tidak perlu
di persoalkan, bahwasanya selain ka’bah itu kiblat, adalah masalah yang diragukan kebenarannya,
sedang memelihara hal-hal yang menjadikan sahnya shalat adalah soal yang wajib oleh sebab itu,
maka wajiblah menggantungkan sahnya sholat menghadap kearah ka’bah dengan tepat”.
HUJJAH MALIKI DAN HAMBALI

1. Dalil yang mereka ambil dari Al-qur’an ialah zahir bunyi ayat Fawalli wajhaka
satrol masjidil haram. Ayat ini tidak menyebutkan syatrol ka’bati (kearah
ka’bah), melainkan syatrol masjidil haram.
Maka barang siapa dalam shalat menghadap ke arah sisi masjid, berarti
telah memenuhi apa yang dperintahkan, baik ia tepat menghadap ke tempat letak
ka’bah atau tidak.
2. dalil dari hadits ialah sabda Rasulullah Saw.: arah antara timur dan barat
disitulah kiblat.
3. Dalil yang diambil dari perbuatan para sahabat ialah bahwa penduduk quba’
pernah bersembahyang subuh di madinah dengan menghadap ke arah baitil
maqdis, membelakangi ka’bah. Maka mrk yang sdang dalam sholat itu memutar
badan ke arah ka’bah, tanpa meminta keterangan.
LANJUTAN . . .

4. Dalil yang disimpulkan secaraa rasional adalah bahwa


orang yg tinggal di dekat mekah sudah tidak mungkin
baginya untuk menentukan dengan tepat letak ka’bah,
apalagi bagi yang bermukim ditempat-tempat yang jauh do
timur dan barat di bumi kita ini.
lanjutan . . .
 Nabi Muhammad Saw beserta sahabat beliau, ketika di Mekah shalat
menghadap Ka’bah, ketika hijrah ke Madinah beliau diperintah untuk
menghadap ke Bait al-Maqdis, yang sesuai dengan kiblatnya orang-orang
Yahudi yang tercantum dalam Taurat. Beliau shalat menghadap Baitt al-
Maqdis selama 16 atau 17 bulan, walaupun sebenarnya beliau lebih
menyenangi menghadap ke Ka’bah karena merupakan kiblatnya Nabi Ibrahim
as. Orang-orang Yahudi menyatakan bahwa Nabi telah mengikuti agama
mereka dan mengikuti kiblat mereka. Maka Nabi berkata kepada Jibril as, “Aku
lebih menyukai seandainya Allah memerintahkanku mengalihkan kiblat ke
Ka’bah, karena itu kiblat Nabi Ibrahima as”. Jibril menjawab, “Sesungguhnya
aku hanyalah hamba sepertimu, engkau lebih mulia, maka mohonlah kepada
Tuhanmu, engkau mempunyai tempat yang agung disisi Allah Swt. kemudian
jibril naik ke langit, dan Nabi terus melihat ke langit dan berharap jibril turun
dengan membawa perintah peralihan kiblat. Maka Allah Swt menurunkan
ayat ini.
HIKMAH

Kebijaksanaan Allah Swt. telah menetapkan untuk mempersatukan segenap


umat yang bertauhid atas satu kiblat, Maka dia memerintahkan ngambil
pilihannya, yaitu Ibrahim AS. Agar Ia membangun ka’bah, rumah yang tua itu
supaya rumah ini dapat menjadi tempat berkumpul bagi manusia dan tempat
yang aman, serta menjadi sumber bagi pemecahan cahaya dannur illahi dan
tempat bagi manusia melakukan ibadah haji kebaitullah yang diagungkan itu
yang dikunjungi manusia yang datang dari segenap penjuru dunia, supaya
mereka empersaksikan berbagai manfa’at bagi mereka dan supaya mereka
menyebut nama Allah. Allah telah memerintahkan Rasulnya yang mulia agar
ia ketika shalat berkiblat kepadanya, setelah sebelumnya beliau berkiblat ke
baitul maqdis selama 16 atau 17 bln. Hal ini diputuskan oleh Allah atas suatu
hikmah yang besar maknanya yaitu sebagai ujian bagi iman manusia dan
cobaan bagi kesejatiaan keyakinan mereka, agar tampak nyata siapa diantara
mereka yang mukmin sejati dan siapa yang pendusta munafik.
LANJUTAN . . .
 Imam Alfakhrurrazi berkata: Banyak hikmah yang disebutkan
mengenai masalah penetapan kiblat didalam shalat. Salah satu
daripadanya bahwa seorang hamba yang lemah, apabila ia sampai
ketempat majlis raja yang agung, maka hamba itu harus
menghadap raja itu dengan mukanya, dan tidak
membelakanginya, dan bahwa ia hharus memperbanyak pujian
dan sanjungan kepada raja itu. Harus menunjukan secara
berlebih-lebihan pengabdian dan ketundukanya kepada beliau.
 Untuk menghindari perselisihan, agar tercapai kesesuaian
(masalah arah diantara mereka)
 Untuk mengistimewakan dan sebagai penghormatan kepada Allah
REFERENSI

 ASh-shabuni, M.Ali. 1994. Ayat-ayat hukum dalam Al-qur’an. Bandung:


PT. Al-Ma’arif.
 http://ilusionst.blogspot.com/2011/04/Sabab-nuzul-surat-al-baqarah-ayat-
142.html?m=1
ADA PERTANYAAN ?
SEMOGA BERMANFA’AT
TERIMAKASIH . . .

WASSALAMU’ALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH

Anda mungkin juga menyukai