Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE


PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION
DIKELAS VIII SMP

Disusun Oleh :
HOIRUNNISA HASIBUAN
0305183174

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadiran Allah Swt. dimana
atas karunia dan rahmat-Nya peneliti dapat menyusun Laporan
“Pengaruh Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Melalui
Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question Dikelas Viii
Smp” untuk memenuhi tuga, Peneliti berharap Laporan ini dapat
sebagai acuan pembelajaran dan juga pengetahuan. Menyadari bahwa
tidak ada yang sempurna didunia ini, maka peneliti berharap bahwa
pembaca dapat mengoreksi atau memberikan saran kepada peneliti untuk
perbaikan yang lebih baik kedepannya. Peneliti juga meminta maaf apabila
terdapat beberapa tatanan atau kesalahan dalam penulisan didalam laporan
ini. Semoga para pembaca dapat mengerti akan apa yang telah peneliti
sajikan didalam laporan ini.

Kotapinang, 20 Januari 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya.
Pendidikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan
yang lebih tinggi. “Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.”
Pendidikan merupakan salah satu sistem yang dirancang untuk tujuan
tertentu, dan merupakan upaya manusia secara sadar untuk mengembangkan
kemampuan dan kepribadian yang dimilikinya. Melalui pendidikan manusia
dapat mengembangkan potensi beserta kemampuannya dalam berbagai bidang
kehidupan, karena pendidikan pada hakekaktnya adalah salah satu usaha
manusia yang dilakukan semenjak lahir hingga akhir hayatnya. baik dari segi
kognitif, afektif maupun psikomotorik yang berlangsung di sekolah atau
lembaga pendidikan formal dan non formal, termasuk Pendidikan matematika.
Matematika mempunyai peranan yang cukup besar dalam memberikan
berbagai kemampuan kepada siswa guna penataan kemampuan berpikir dan
kemampuan dalam memecahkan masalah terutama dalam kehidupan sehari-
hari, lebih khususnya kehidupan lokal dimana peserta didik bersentuhan
secara langsung dengan lingkungannya. bahwa para siswa diharapkan untuk
menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-
hari.
Matematika yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar dan pendidikan
menengah adalah matematika sekolah1. Hal ini sebagaimana termaktub dalam

1
Erman Suherman,dkk.,2001 Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer,
(Bandung: UPI, hlm. 58.

ii
Permendiknas No 22 Tahun 2006 dinyatakan bahwa, salah satu tujuan
matematika pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah2
Dengan demikian dapat dipahami bahwa matematika menyatu dengan
pola kehidupan manusia. Terkait pentingnya matematika di sekolah, Topik
matematika dapat dianggap penting untuk alasan yang berbeda, seperti
kegunaannya dalam mengembangkan ide-ide matematika lainnya, dalam
menghubungkan berbagai bidang matematika, atau dalam memperdalam
apresiasi siswa matematika sebagai disiplin dan sebagai ciptaan manusia
berguna dalam representasi dan memecahkan masalah dalam atau di luar
matematika.3
Rendahnya nilai matematika siswa ditinjau dari lima aspek kemampuan
matematik yaitu kemampuan pemecahan masalah matematik, komunikasi
matematik, penalaran matematik, pemahaman konsep dan koneksi matematik.
Kelima kemampuan ini disebut dengan daya matematika (mathematical
power) atau keterampilan matematika. Belajar matematika dengan
pemahaman yang mendalam dan bermakna akan membawa siswa merasakan
manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman konsep
merupakan tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan.
Misalnya dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang
dibaca atau didengarnya, memberikan contoh lain dari yang telah dicontohkan,
atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.
Matematika tidak ada artinya kalau hanya dihafalkan. Kenyataan
dilapangan banyak siswa hanya mampu menghafal konsep tanpa mampu
menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kenyataan dilapangan siswa
hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut
Depdiknas. 1999 .Suplemen Garis-garis Besar Program Pengajaran Mata
2

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusbangkurrandik. hal.346


3
Lisna Agustina, Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Smp Negeri 4 Sipirok Kelas Vii Melalui Pendekatan Matematika
Realistik (Pmr), Vol 1, Eksakta 2016, hlm.2-3.

iii
jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan
konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mampu
menentukan masalah dan merumuskannya. Berbicara mengenai proses
pembelajaran dan pengajaran yang sering membuat kita kecewa, apalagi
dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar. Indikator
pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah 1) menyatakan ulang sebuah
konsep, 2) memberi contoh dan bukan contoh, 3) mengaplikasikan konsep ke
pemecahan masalah.
Pembelajaran aktif mempunyai beberapa metode yang digunakan,
Dalam metode learning starts with a questionguru menyiapkan suatu
gambaran umum materi yang akan dibahas yang tidak terlalu detail, sehingga
siswa dapat memiliki rasa ingin tahu terhadap materi yang akan
disampaikan. Tujuan metode learning starts with a questionadalah agar
materi yang disampaikan oleh guru mendapat perhatian siswa dan menjadikan
siswa lebih aktif didalam proses pembelajaran4. Metode pembelajaran
Learning Starts With A Question (LSQ) yaitu metode yang mengajak siswa
untuk dapat bertanya dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka
ajukan dengan berdiskusi sesama kelompoknya agar mereka lebih mengerti
materi yang diajarkan oleh guru. Sebelum mereka mengemukakan pertanyaan
terlebih dahulu mereka harus membaca dan memahami materi yang diberikan
oleh guru agar mereka bisa mengemukakan pertanyaan yang mereka ingin
ajukan dari materi yang belum mereka pahami.
Pada metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) ini
siswa dituntut untuk aktif dalam bertanya karena pada prinsipnya metode
pembelajaran ini dimulai dengan sebuah pertanyaan, dalam hal ini guru
diharapkan dapat merancang rencana pembelajaran agar siswa dari awal
memulai pembelajaran sudah tertarik dan penasaran dengan apa yang akan

4
Ika Susanti, Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share(Tps)
Dengan Learning Starts With A Question(Lswq) Dan Think Pair Share(Tps) Pada Materi Bangun
Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Kemampuan Bekerja Sama Siswa Kelas Viiismp Negeri Di
Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015, Vol.4, No.9, Elektronik Pembelajaran
Matematika 2016, hlm 753-765.

iv
mereka pelajari.5 Siswa dalam belajar membutuhkan motivasi yang stabil agar
semangat selama dalam proses pembelajaran Siswa akan semangat dalam
belajar karena mereka ingin mempelajari ilmu pengetahuan sebanyak-
banyanya.siswa yang memilika motivasi belajar yang tinggi akan mendorong
perhatian dan minat untuk konsentrasi pada pelajaran.6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas identifikasi masalah
penelitian ini adalah : Bagaimana mengajarkan siswa untuk memahami
konsep matematika dengan mereka lebih memahami dan diajarkan untuk
bertanya materi yang tidak mereka pahami ?

C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian yaitu:
kurang nya pemahaman dan keaktifan siswa dalam belajar.

D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah : “Bagaimana pengaruh kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa pada metode pembelajarana learning starts with a
quetions ?
?”
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan Rumusan maslah tersebut maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah adalah : . Apakah ada pengaruh
pengaruh kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada metode
pembelajarana learning starts with a quetions?
5
Uswatun Khasanah, Penerapan Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2
Trucuk Tahun Pelajaran 2015/2016, (Universitas Widya Dharma Klaten : FKIP, 2016), hlm. 5-6 .
6
Rizky Amelia, Pengaruh Strategi Pembelajaran Learning Starts With A Question Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Kelas Viii PadaMata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 40 Palembang, ( Univeritas Islam Negeri Raden Fatah Palembang :
FITK, 2018), hlm. 3-4

v
F. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti dapat dipergunakan untuk lebih memperdalam
pengetahuan mengenai teori-teori dan literature serta dapat
menambah wawasan dan pemahaman dalam berbagai hal
khususnya mengenai pemahaman konsep matematika dalam
menggunakan metode pembelajaran Starts With A Question
supaya dalam pembelajaran mengajarkan siswa-siswinya lebih
aktif.
2. Bagi Siswa supaya mereka lebih bisa untuk memahami setiap
materi pembelajaran yang mereka pelajari, dan dengan
menggunakan metode pembelajaran Starts With A Question
mereka diajarakan untuk membaca dan memahami materi,
setelah itu apa yang tidak dimengerti mereka bisa bertanya kepada
guru untuk memberikan jawaban yang mereka pertanyakan.
3. Bagi peneliti selanjutnya selain dapat menjadi informasi yang
dibutuhkan oleh pembaca yaitu menambah pengawasan peneliti
untuk membuat tulisan yang lebih baik lagi disaat yang akan
datang.

vi
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teori
1. Matematika
a. Hakekat Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika
yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang
berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).
Kata mathematika berhubungan pula dengan kata lainnya yang
hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar
(berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan
matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir
(bernalar).
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia,
yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.
Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua dan
dianggap sebagai induk atau alat dan bahasa dasar banyak ilmu.
Matematika terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang yang
merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak
merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam.
Pengertian Matematika menurut Roy Hollands,
”matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat
baik yang mempunyai banyak cabang.”7
Matematika pada suatu tingkat rendah terdapat ilmu hitung,
ilmu ukur dan aljabar (bagian dari matematika dan perluasan dari
7
Roy Hollands, 1995Kamus Matematika, Jakarta: Erlanga. hal . 225

7
ilmu hitung, yang banyak digunakan diberbagai bidang disiplin
lain, misal fisika, kimia, biologi, teknik, komputer, industri,
ekonomi, kedokteran dan pertanian).
Banyak cabang Matematika baru yang bertambah seperti:
1. Topologi (cabang-cabang matematika yang
mempelajari posisi dan posisi relatif unsur-unsur dalam
himpunan).
2. Mekanika (suatu cabang ilmu yang mempelajari kerja
gaya terhadap benda, kesetimbangan dan gerakan).
3. Dinamika (mempelajari penyebab dan sebab benda-
benda nyata bergerak).
4. Statistika (cabang matematika yang menangani segala
macam data numeris yang penting bagi masalah dalam
berbagai cabang kehidupan manusia, misal cacah jiwa, 
angka kematian, angka produktivitas, pertanian, angka
perdagangan).
5. Peluang (kebolehjadian atau angka banding banyaknya
cara suatu kejadian dapat  muncul dan jumlah
banyaknya semua kejadian yang dapat muncul).
6. Analisis (cara memeriksa suatu masalah, untuk
menemukan semua unsur dasar dan  hubungan antara
unsur-unsur yang bersangkutan), serta.
7. Logika, ilmu ukur segitiga, dan banyak lagi yang
lainnya.
Menurut para ahli pendidikan matematika, matematika
adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan (pattern) dan
tingkatan (order). Sekali lagi hal ini menunjukkan bahwa guru
matematika harus memfassilitasi siswanya untuk belajar berpikir
melalui keteraturan (pattern) yang ada. Sedangkan The (Siswono,
2012:2) juga mencatat kumpulan pengertian matematika yang
dibuat oleh ahli-ahli pada tahun 1940-an sampai dengan 1970an.

8
Pengertian matematika dikelompokkan:
1. matematika sebagai ilmu tentang bilangan dan
ruang,
2. matematika sebagai ilmu tentang besaran
(kuantitas),
3. matematika sebagai ilmu tentang bilangan, ruang,
besaran, dan keluasan,
4. matematika sebagai ilmu tentang hubungan (relasi),
5. matematika sebagai ilmu tentang bentuk yang
abstrak, dan
6. matematika sebagai ilmu yang bersifat deduktif.
Perbedaan pengertian ini juga dipengaruhi terhadap objek-
objek keahlian dari matematikawan sendiri. Meskipun kesepakatan
pengertian tidak bisa dicapai, tetapi ciri-ciri dari matematika itu
dapat ditemu kenali. Matematika memiliki ciri-ciri, Soedjadi
(2000), yaitu:
1. memiliki objek yang abstrak
2. bertumpu pada kesepakatan
3. berpola pikir deduktif
4. memiliki simbol-simbol yang kosong arti
5. memperhatikan semesta pembicaraan
6. konsisten dalam sistemnya.
Objek matematika adalah objek mental yang tidak dapat
diindera, seperti dilihat, disentuh, atau dirasakan. Matematika
merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai
peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan-penerapan
bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan matematika itu
sendiri. Penguasaan materi matematika oleh peserta didik menjadi
suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi di dalam penataan
nalar dan pengambilan keputusan dalam era persaingan yang

9
semakin kompetitif pada saat ini. Matematika bukanlah ilmu yang
hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmu yang bermanfaat
untuk sebagian amat besar untuk ilmu-ilmu lain. Dengan makna
lain bahwa matematika mempunyai peranan yang sangat esensial
untuk ilmu lain, yang utama adalah sains dan teknologi.
Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006
tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Matematika merupakan ilmu pendidikan
yang paling dasar harus dipahami seseorang untuk memulai
sesuatu, matematika sangat besar pengaruhnya untuk
keberlangsungan kehidupan sesorang baik diberbagai bidang
manapun.
Matematika merupakan sistem ilmu yang berjenjang
sehingga harus diajarkan secara bertahap dan berkelanjutan. Maka
dari itu diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Oleh karenanya, pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua peserta didik sehingga diharapkan para peserta didik
memiliki kemampuan berpikir secara logis, sistematis, kritis,
kreatif, rasional dan percaya diri serta mampu untuk bekerja sama.
“Matematika merupakan pelajaran yang menuntut logika
berpikir secara sistematis. Dengan pelajaran matematika, siswa
diharapkan dapat berpikir logis, analitis, dan sistematis yang akan
berdampak positif bagi perkembangan masa depan siswa”.8 Akan
tetapi belajar matematika sering dianggap sesuatu yang

8
Istiqomah, (2007), Matematika SD ringkasan teori teori soal & pembahasan, Jakarta : PT Kawan
Pustaka, h.1.

10
menakutkan dan membosankan, hal ini terjadi karena selama ini
belajar matematika hanya cenderung berupa menghitung angka
yang seolah-olah tidak ada makna dan kaitannya dengan
peningkatan kemampuan berpikir untuk memecahkan berbagai
persoalan. Padahal dengan belajar matematika, siswa dilatih untuk
senantiasa berpikir logis dan kritis dalam memecahkan suatu
permasalahan atau suatu persoalan. Serta dapat melatih kejujuran,
keuletan, dan ketekunan

2. Pemahaman Konsep Matematika


Pemahaman berawal dari kata paham yang mempunyai makna
tanggap atau mengerti dengan benar, sedangkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengemukakan pemahaman ialah pengertian, pendapat, pikiran,
pandangan, mengerti benar, pandai dan tahu benar. Pemahaman
merupakan kemampuan untuk memahami atau memperoleh makna dari
suatu informasi melalui pemikiran, dalam proses pemahaman terdapat
proses mengerti sedalamdalamnya mengenai konsep maupun materi yang
dipelajari bukan sekedar hafal secara verbalitas saja. Jadi pemahaman
merupakan suatu proses yang terdiri dari kemampuan untuk menerangkan
serta menginterpretasikan sesuatu dan mampu memberi gambaran, contoh
serta penjelasan yang lebih luas dan memadai juga mampu memberikan
uraian dan penjelasan yang lebih kreatif .
Terdapat beberapa definisi lain mengenai pemahaman dalam
matematika. Pollatsek membagi pemahaman matematika menjadi 2, yaitu
pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional. Pemahaman
komputasional adalah pemahaman di mana siswa dapat mengerjakan suatu
soal secara algoritmik saja. Pemahaman fungsional merupakan
pemahaman di mana siswa mampu menerapkan suatu rumus untuk
menyelesaikan kasus yang berbeda (Jihad, 2008: 167). Pengerjaan
komputasional dicontohkan saat siswa mengerjakan soal matematika
dalam bentuk angka, siswa hanya dituntut untuk menyelesaikan pola yang

11
sudah ada. Sedangkan pengerjaan fungsional lebih menuntut siswa untuk
kreatif dalam memecahkan masalah. Dimisalkan dalam pengerjaan soal
cerita atau bentuk gambar, dimana siswa menganalisis soal dan
mengerjakannya menggunakan rumus yang sudah ia ketahui.
Konsep sendiri yaitu suatu abstraksi yang mewakili satu kelas
objekobjek, kejadian, kegiatan atau hubungan yang memiliki atribut yang
sama. Definisi lain menyimpulkan bahwa konsep adalah suatu gagasan
atau buah pemikiran seseorang berdasarkan pengalamannya terhadap suatu
objek atau kejadian yang bersifat abstrak.9 Jadi konsep merupakan sesuatu
yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan atau suatu
pengertian sehingga peserta didik dapat dikatakan memiliki kemampuan
pemahaman konsep matematika apabila ia dapat merumuskan strategi
penyelesaian, menerapkan perhitungan sederhana, menggunakan symbol
dalam mempresentasikan konsep serta mengubah suatu wujud seperti
pecahan dalam pelajaran matematika.10
Konsep-konsep yang terdapat pada kurikulum matematika SD
dapat dibagi tiga kelompok besar yaitu, penanaman konsep dasar,
pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan. Tujuan akhir
pembelajaran matematika di SD yakni supaya peserta didik dapat terampil
dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan
kedepan, namun untuk menuju tahap keterampilan harus menempuh
langkah yang
benar dan sesuai dengan kemampuan dan lingkungan peserta
didik. Dibawah ini merupakanpemaparan pembelajaran yang ditekankan
pada konsep matematika:
a. Penanaman Konsep Dasar Pembelajaran suatu konsep baru
matematika, yaitu saat peserta didik belum pernah mempelajari

9
Ida Fiteriani, Studi Komparasi Perbedaan Pengaruh Pemahaman Konsep Dan Penguasaan
Keterampilan Proses Sains Terhadap Kemampuan Mendesain Eksperimen Sains, TERAMPIL Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, Vol. 4 No.1 (2017)
10
2Siti Mawaddah, Kemampuan Konsep Matematis Siswa SMP Dalam Pembelajaran
Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery Learning), EDU-MAT Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol.4, No. 1, April 2016

12
konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar
merupakan jembatan yang dapat menghubungkan kemampuan
kognitif peserta didik yang konkret dengan konsep baru
matematika yang abstrak. Media dan alat peraga diharapkan dapat
digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir peserta didik.
b. Pemahaman Konsep Pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep
memiliki tujuan agar peserta didik bisa memahami suatu konsep
matematika. Pemahaman konsep sendiri terdiri dari dua pengertian.
Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman
konsep dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran pemahaman
konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda namun masih
merupakan lanjutan dari penanaman konsep, pada pertemuan ini
penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
c. Pembinaan Keterampilan Pembelajaran pembinaan keterampilan
bertujuan supaya peserta didik dapat terampil dalam menggunakan
berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman
konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri dari dua pengertian.
Pertama, merupakan kelanjutan pembelajaran penanaman konsep
dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua,
pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan
yang berbeda namun masih merupakan kelanjutan dari penanaman
dan pemahaman konsep, pada pertemuan ini penanaman dan
pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
Kemampuan awal matematika peserta didik adalah
kemampuan atau pengetahuan yang berlangsung, pemberian tes
kemampuan awal matematika peserta didik bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan peserta didik sebelum pembelajaran dan
untuk memperoleh kesetaraan rata-rata kelompok peserta didik
yang pembelajarannya diberikan perlakuan khusus dan yang tidak.

13
Menurut penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen
Depdiknas ada 7 indikator yang dicantukan dari kemampuan
pemahaman konsep diantaranya:
a. Mengklarifikasikan objek berdasarkan konsep
matematika.
b. Memberi contoh dan bukan contoh.
c. Menyajikan konsep dalam berbagai representasi.
d. Membangun syarat perlu dan syarat cukup dari suatu
konsep.
e. Mengembangkan dan memamfaatkan serta memilih
prosedur tertentu atau operasi tertentu.
f. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada
pemecahan masalah.11

Pemahaman konsep matematika merupakan suatu kemampuan


yang penting untuk dikuasai oleh mahasiswa. Pemahaman konsep
matematika memungkinkan peserta didik untuk memahami esensi
pengajaran dan materi yang dipelajari.

Menurut Rahayu, pemahaman konsep adalah salah satu kecakapan


atau kemampuan untuk memahami dan menjelaskan suatu situasi atau
tindakan suatu kelas atau kategori, yang memiliki sifat-sifat umum yang
diketahuinya dalam matematika. Menurut Susanto,pemahaman konsep
adalah kemampuan menjelaskan suatu situasi dengan kata-kata yang
berbeda dan dapat menginterpretasikan atau menarik kesimpulan dari
tabel, data, grafik, dan sebagainya.12

Menurut Sagala, konsep adalah buah pemikiran seseorang atau


sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan
produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori.

11
Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November
2004.
12
Achmad Gilang Fahrudhin, dkk, Peningkatan Pemahaman …h.15

14
Menurut Suyono dan Hariyanto, konsep adalah suatu gugusan atau
sekelompok fakta atau keterangan yang memiliki makna.

Menurut Kusumawati, Pemahaman konsep adalah salah satu


kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai
dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahamn konsep
matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan
mengaplikasikan konsep secara luas, akurat, efisien dan tepat.13

Kemampuan pemahaman konsep adalah suatu aspek yang sangat


penting dalam pembelajaran matematika. Pemahaman konsep juga
merupakan landasan penting untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman konsep
terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep.

Menurut Sumarno dalam (jurnal Ummi Arifah dan Abdul Aziz


Saefudin)Pemahaman diartikan dari kata understanding dimana derajat
pemahaman ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur
atau fakta matematika dipahami secara menyeluruh jika hal-hal tersebut
membentuk jaringan dengan keterkaitan yang tinggi. Dan konsep diartikan
sebagai ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan
sekumpulan objek. Jadi pemahaman konsep adalah suatu pemahaman
ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta
matematika yang dipahami secara menyeluruh yang dapat digunakan
untuk menggolongkan sekumpulan objek

Menurut Bloom, pemahaman konsep matematika dapat dilihat dari


kemampuan siswa dalam:

a. Penerjemahan (interpreting), yaitu verbalisasi atau sebaliknya.

13
Eka Fitri Puspa Sari, Pengaruh Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Mahasiswa
Melalui Metode Pembelajaran Learning Starts With Equation Sebuah Pertanyaan, Palembang:
Jurnal Mos Harafa, Vol.6 No.1 Januari 2017, h.27

15
b. Memberikan contoh (exemplifying), yaitu menemukan contoh-
contoh yang spesifik.
c. Mengklasifikasikan (classifying), yaitu membedakan sesuatu
berdasarkan kategorinya.
d. Meringkas (summarizing), yaitu membuat ringkasan secara umum.
e. Berpendapat (inferring), yaitu memberikan gambaran tentang
kesimpulan yang logis.
e. Membandingkan (comparing), yaitu mendeteksi hubungan antara 2
ide atau obyek.
f. Menjelaskan (explaining), yaitu mengkonstruksi model sebab-
akibat. (Munir, 2008: 55)

3. Model Pembelajaran Learning Start With a Question (LSQ) dalam


Pembelajaran Matematika.
a. Pengertian Model Pembelajaran Learning Start With a
Question (LSQ)
Model Learning Start With a Question (LSQ) pada dasarnya
merupakan suatu model pembelajaran aktif dalam bertanya. Agar siswa
aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang
akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan
membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan
dipelajari, sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi
tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta
dibenarkan secara bersama-sama. Untuk melihat apakah siswa telah
mempelajari materi tersebut, maka guru melakukan pre test. Selain itu,
guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat rangkuman serta
membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat terlihat berapa persen siswa
yang belajar dan yang tidak belajar. Dengan membaca maka dapat
memetik bahan-bahan pokok yang penting. Dalam membaca terdapat
beberapa cara seperti:

16
1. Saat membaca, siswa memberi garis bawah. Hal ini bertujuan
agar siswa mengetahui kata yang penting atau kata-kata yang
kurang dimengerti.
2. Siswa membuat catatan atau ringkasan hasil bacaan. Hal ini
bertujuan agar siswa mengetahi materi yang perlu dihafal atau
dikaji ulang.

Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan kawannya,


membantu siswa lebih sempurna dalam menerima informasi, atau dapat
mengembangkan keterampilan kognitif tingkat tinggi. Dengan demikian
siswa tidak hanya akan belajar bagaimana ”bertanya” yang baik dan benar,
tetapi juga belajar bagaimana pengaruh bertanya di dalam kelas.
Kelancaran bertanya (fluency) adalah merupakan jumlah pertanyaan yang
secara logis dan relevan diajukan guru kepada siswa didalam kelas.
Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan bagi guru di dalam proses
belajar-mengajar. Pertanyaan yang disajikan guru diarahkan dan
ditunjukkan pada pelajaran yang memiliki informasi yang relevan dengan
materi pelajaran, untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran
yang telah ditetapkan.

b. Dasar Pertimbangan Pemilihan Srategi Pembelajaran


Learning Start With a Question (LSQ)
Mempelajari sesuatu yang baru akan lebih efektif jika
peserta didik itu aktif dan terus bertanya ketimbang hanya
menerima apa yang disampaikan oleh pengajar. Salah satu cara
untuk membuat peserta didik belajar secara aktif adalah dengan
membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada
penjelasan dari pengajar. Strategi ini dapat menggugah peserta
didik untuk mencapai kunci belajar, yaitu bertanya. Tujuan siswa
dalam belajar adalah mendorong siswa untuk berfikir dalam
memecahkan masalah suatu soal, menyelidiki dan menilai

17
penguasaan siswa tentang bahan pelajaran, membangkitkan minat
siswa untuk sesuatu sehingga akan menimbulkan keinginan untuk
mempelajarinya dan juga menarik perhatian siswa dalam belajar.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat akan
menghasilkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, sehingga diharapkan guru mampu memilih metode
yang sesuai dengan topik pembelajaran.
Dalam teknik bertanya, guru membatasi pertanyaan siswa
seputar topik pembelajaran saja, hal ini untuk menjaga etika siswa
terhadap guru. Model ini menuntut siswa untuk membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari dan
bertujuan untuk mendorong siswa lebih giat belajar dan
pembelajaran lebih mudah tercapai.

c. Prosedur Penerapan Strategi Pembelajaran Learning Start


With a Question (LSQ)
Menurut Mel Silberman,14 langkah-langkah penerapan
model pembelajaran Learning Starts With A Question adalah:
a. Distribusikan kepada peserta didik sebuah hand-out materi
pelajaran pilihan. Kunci pemilihan materi adalah kebutuhan
untuk merangsang pertanyaan bagi sebagian pembaca.
Selebaran yang memberikan informasi luas tapi kurang detil
atau penjelasan yang dibatasi sangatlah sesuai. Sebuah grafik
atau diagram yang menarik dan menggambarkan beberapa
disiplin ilmu merupakan pilihan yang baik. Teks yang terbuka
untuk interpretasi juga pilihan yang baik, dengan harapan untuk
menimbulkan rasa ingin tahu.
b. Suruhlah peserta didik mempelajari selebaran tersebut dengan
seorang teman. Mintalah pasangan tersebut membuat
pengertian hand-out sebanyak mungkin dan identifikasi apa

14
Mel Silberman, Op.Cit. h. 144.

18
yang tidak mereka mengerti. Dengan memberi tanda dokumen
dengan pertanyaan-pertanyaan pada informasi yang tidak
mereka mengerti, doronglah peserta didik memasukkan tanda
tanya sebanyak mungkin yang mereka harapkan. Jika waktu
mengizinkan, bentuklah pasangan ke dalam kwartet dan
berikan waktu kepada masingmasing untuk saling membantu.
c. Berkumpul lagi di kelas, dan jawab pertanyaan peserta didik
dengan tangkas. Guru mengajar denga jawaban terhadap
pertanyaan peserta didik daripada melalui sebuah “preset
lesson” atau jika menginginkannya, guru boleh mendengarkan
seluruh pertanyaan dan kemudian ajarkan sebuah “preset
lesson”, buatlah usaha khusus untuk merespon pertanyaan yang
diajukan peserta didik.

Sedangkan menurut Hisyam Zaini, Dkk.15 Langkah-langkah


dalam strategi pembelajaran Learning Starts With A Question
adalah

a. Pilih bahan bacaan yang sesuai kemudian bagikan kepada


peserta didik. Dalam halini bahan bacaan tidak harus
difotocopy kemudian dibagikan kepada peserta didik, akan
tetapi dapat dilakukan dengan memilih satu topik atau bab
tertentu dari buku teks. Usahakan bacaan itu bacaan yang
memuat informasi umum atau yang tidak detail, atau bacaan
yang memberi peluang untuk ditafsirkan dengan berbeda-beda.
b. Minta peserta didik untuk mempelajari bacaan sendirian atau
dengan teman.
c. Minta peserta didik untuk memberi tanda pada bagian bacaan
yang tidak dipahami. Anjurkan mereka untuk memberi tanda
sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan

15
Zaini Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Op.Cit. h. 44.

19
pasangan belajar dengan pasangan yang lain, kemudian minta
mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang
telah diberi tanda.
d. Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta peserta didik
untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka
baca.
e. Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh
peserta didik.
f. Sampaikan pelajaran dengan jawaban pertanyaan-pertanyaan
tersebut.

Belajar suatu yang baru akan lebih efektif jika siswa aktif
dan terus bertanya dari pada hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru. Salah satu cara untuk membuat siswa
belajar secara aktif adalah dengan membuat siswa bertanya tetang
materi belajar sebelum ada penjelasan dari guru. Strategi
pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) dapat
menggugah siswa untuk mencapai kunci belajar, yaitu bertanya.
Semakin banyak siswa yang bertanya akan menjadikan
proses pembelajaran berjalan dengan lancar, karena dapat dilihat
bahwa siswa yang tidak pernah mengajukan pertanyaan menjadi
berani mengajukan pertanyaan.

d. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran


Learning Start With a Question (LSQ)
Menurut Istarani,16 ada beberapa kelebihan dan
kelemahan dari strategi pembelajaran Learning Starts With A
Question ini, diantaranya adalah:

Kelebihan:

16
Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif (Medan: Media Persada, 2011) h. 206.

20
a. Pertanyaan akan mengundang siswa untuk berfikir
terhadap materi ajar yang akan disampaikan.
b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab ia kadang-
kadang buka buku untuk mencari jawaban yang diinginkan.
c. Dengan bertanya berarti siswa semakin tinggi rasa ingin
tahunya tentang pelajaran tersebut.
d. Penyajian materi akan semakin mendalam, karena materi
disampaikan melalui pertanyaan yang dilontarkan siswa.
e. Pembelajaran akan lebih hidup karena materi disampaikan
sesuai dengan keinginan dan kemampuan peserta didik.
Kelemahan:
a. Siswa kurang terbiasa membuat pertanyaan yang baik
dan benar.
b. Siswa tidak tahu apa yang mau ditanyakan kepada
gurunya.
c. Pertanyaan yang dibuat adakalanya hanya bersifat
sekedar dibuat-buat saja, yang penting ada
pertanyaannya dari pada tidak bertanya

B. Kerangka Pikir

Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan


materi yang akan diajarkan, merupakan salah satu pendukung keberhasilan
pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat pula dapat
menciptakan suasana yang aktif, kondusif, dan menarik, sehingga tidak
menimbulkan kebosanan pada siswa dimana siswa dapat mengembangkan

21
aktivitas belajar secara optimal sesuai dengan kemampuannya masing-
masing.

Strategi pembelajaran yang menggunakan strategi Learning Start


With a Question (LSQ) adalah strategi pembelajaran yang mempunyai
tujuan untuk merangsang siswa lebih berani bertanya tentang pelajaran
tanpa penjelasan terlebih dahulu dan mendorong tumbuhnya keberanian
mengeluarkan pendapat secara terbuka dan memperluas wawasan melalui
bertukar penadapat secara kelompok.

Dengan bertanya, guru akan mengetahui kesulitan apa yang sedang


dialami oleh siswanya dan dari pertanyaan yang diajukan siswa kepada
guru, guru akan mengetahui berapa persen siswa yang belajar dan yang
tidak belajar. Strategi Pembelajaran Learning Start With a Question (LSQ)
diharapkan dapat memicu keaktifan siswa di dalam kelas yang sasarannya
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Strategi Learning Start With a Question ini diterapkan karena


beberapa alasan diantaranya :

1. Strategi Learning Start With a Question membiasakan


siswa untuk bertanya diawal pembelajaran sehingga siswa
lebih terbiasa menanyakan pelajaran yang tidak mereka
mengerti.
2. Strategi Learning Start With a Question membuat siswa
bekerja lebih aktif sehinggasiswa dapat berpartisipasi
dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
3. Strategi Learning Start With a Question juga membuat
peserta didik lebih mudah memahami pelajaran karena
guru akan menjelaskan materi belajar dari pertanyaan
yang mereka ajukan.

Pembelajaran dengan menggunakan strategi Learning Start


With a Question (LSQ) di kelas VIII di SMP Negeri 2 Kotapinang

22
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa,
serta meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap
pelajaran matematika. Model ini juga diharapkan dapat dapat
menarik minat siswa terhadap pembelajaran matematika yang pada
akhirnya akan meningkatkan hasil dan prestasi belajar.

C. Penelitian Relevan
Pada penelitain ini akan didukung dengan penelitian yang
sebelumnya dengan beberapa penelitian yang hampir sama diantaranya
yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Leni Kurnianingsih (2018)
mahasiswa Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe
Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Aktivitas dan
Pemahaman Konsep Matematika Peserta Didik Kelas VII SMP
Negeri 34 Padang”. Pengaruh Penerapan Model Aktif Learning
With a Queston Tip Learning , Berdasarkan analisis data dapat
disimpulkan bahwa aktivitas peserta didik yang belajar
menggunakan model pembelajaran aktif tipe LSQ belum
maksimal. Aktivitas peserta didik yang tidak baik adalah
aktivitas menuliskan materi yang tidak dipahami berupa
pertanyaan. Aktivitas peserta didik yang cenderung ada
perubahan untuk meningkat adalah aktivitas mempelajari bahan
ajar dan memberikan tanggapan atau jawaban. Selanjutnya,
pemahaman konsep matematika peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran aktif tipe LSQ lebih baik
daripada yang menggunakan pembelajaran langsung di kelas VII
SMPN 34 Padang dengan taraf kesalahan 5%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Leni Kurnianingsih (2018)
mahasiswa Universitas Iislam Negeri Sumatera Utara Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Discovery Learning

23
Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Di Kelas X SMA Negeri 1
Secanggang Kab. Langkat Tahun Ajaran 2018/2019”
1. Terdapat pengaruh kemampuan pemahaman konsep yang
diajarkan menggunakan model Pembelajaran Berbasis
Masalah dengan siswa yang diajar menggunakan model
Pembelajaran Discovery Learning pada materi perbandingan
trigonometri.
2. Terdapat pengaruh kemampuan pemecahan masalah siswa
yang diajarkan menggunakan model Pembelajaran Berbasis
Masalah dengan siswa yang diajar menggunakan model
Pembelajaran Discovery Learning pada materi perbandingan
trigonometri.
3. Terdapat pengaruh kemampuan pemahaman konsep dan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
diajarkan menggunakan model Pembelajaran Berbasis
Masalah dengan siswa yang diajar menggunakan model
Pembelajaran Discovery Learning pada materi perbandingan
trigonometri. Simpulan dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan
masalah matematis siswa lebih sesuai diajarkan
menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah
daripada model Pembelajaran Discovery Learning.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

24
1. Ho : Terdapat pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe
Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Aktivitas dan
Pemahaman Konsep Matematika.
Ha : Tidak terdapat pengaruh signifikansi Penerapan Model
Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ)
Terhadap Aktivitas dan Pemahaman Konsep Matematika
2. Ho : Terdapat pengaruh signifikansi Terdapat pengaruh kemampuan
pemahaman konsep yang diajarkan menggunakan model Pembelajaran
Berbasis Masalah dengan siswa yang diajar menggunakan model
Pembelajaran Discovery Learning pada materi perbandingan
trigonometri.
Ha : Tidak terdapat pengaruh signifikansi Terdapat pengaruh
kemampuan pemahaman konsep yang diajarkan menggunakan model
Pembelajaran Berbasis Masalah dengan siswa yang diajar
menggunakan model Pembelajaran Discovery Learning pada materi
perbandingan trigonometri.

25
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Kotapinang yang


beralamat Jl. Rantauprapat Blok IX, Sisumumit, kec. Kotapinang,
Kab.Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan penelitian
dilakukan pada semester II kelas VIII Tahun Pelajaran 2018/2019,
Penetapan jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan
oleh kepala sekolah. Dengan penelitian yang berjudul pemahaman konsep
matematika pada materi bangun ruang.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi Experiment)


Karena dalam penelitian ini ingin mengetahui kemampuan pemahaman
konsep matematika dalam model pembelajaran learning starts with a
question dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalis pengaruh
pembelajaran model pembelajaran learning starts with a question terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematika yang dimiliki siswa.

Kelas eksperimen, yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran


menggunakan model pembelajaran discovery learning. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest control group design.
Rancangan penelitian tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Pretest dilakukan pada tahap sebelum diadakannya pembelajaran


pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dengan pemberian soal yang
sama mengenai pemahaman konsep bangun ruang. Treatment (tindakan)
dilakukan pada kelas eksperimen dengan mengaplikasikan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran learning starts with a question.

26
posttest diberikan kepada kedua kelas dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
dengan pemberian soal yang sama mengenai pemahaman konsep bangun
ruang.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Secara
singkat populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi dari hasil
penelitian. Generalisasi tersebut bisa saja dilakukan terhadap objek
penelitian dan bisa juga dilakukan terhadap subjek penelitian. Objek
penelitian adalah sesuatu yang akan menjadi bahan perhatian penelitian
kita. Sedangkan subjek penelitian adalah sesuatu dimana objek
penelitian tersebut melekat atau menjadi sumber dari objek penelitian,
yang biasanya dalam penelitian pendidikan berupa peserta didik, guru,
kepala sekolah, orang tua siswa dan semua elemen pada pendidikan
yang menghasilkan karakteristik-karakteristik atau sifat yang menjadi
perhatian peneliti.17 Adapun Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kotapinang tahun pembelajaran 2018-
2019 yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah 276 siswa.

Tabel Table 3.1. Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2


Kotapinang

Sekolah Kelas Jumlah Siswa


VIII-1 40
VIII-2 39
VIII-3 40
SMP N 2 KOTAPINANG VIII-4 40
VIII-5 40

17
Indra Jaya & Ardat, (2013), Penerapan Statistik Untuk Pendidikan, Bandung: Citapustaka Media
Perintis, h. 20

27
VIII-6 38
VIII-7 39
Jumlah Siswa 276

2. Sampel
Sampel adalah sebahagian dari jumlah dan karekteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel terjadi bila populasi
besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi tersebut. Misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi.
Apa yang diketahui dari sampel tersebut, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi, maka sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul mewakili populasi.
Pengambilan sampel adalah melalui cluster random sampling.
Teknik sampling dengan menggunakan cluster random sampling
digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu,
melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster, dengan
catatan anggota berasal dari kelompokkelompok yang mempunyai
karakteristik yang sama (homogen).18
Dari 7 kelas VIII SMP Negeri 2 Kotapinang dipilih sampel
sebanyak 1 kelas, yaitu kelas VIII 2 untuk dilakukannya eksperimen.

D. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah the pretest-
posttest control group design.19 Adapun desain penelitian pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Table 3.2. The Pre test-Post test Control

18
Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Citapustaka Media, 2007),
hlm. 116.
19
Ibid, hlm. 105

28
Pembelajaran Kemampuan Model Pembelajaran
( B 1) Learning Starts With A
Question
¿ ¿)
Kemampuan Pemahaman A1 , B1
Konsep ( B1)

Keterangan :

A1 B1 : Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa


yang diajar dengan
pembelajaran Learning Starts With A Question.

E. Defenisi Operasional

Penelitian ini berjudul Pengaruh Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematika Siswa Melalui Metode Pembelajaran Learning Starts With A
Question Dikelas VIII SMP Negeri 2 Kotapinang. Istilah-istilah yang
memerlukan penjelasan adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh Model Learning Start With a Question (LSQ)


Model Learning Start With a Question (LSQ) pada
dasarnya merupakan suatu model pembelajaran aktif dalam
bertanya. Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta

29
untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu
dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka
siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari,
sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi
tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat
dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Untuk melihat
apakah siswa telah mempelajari materi tersebut, maka guru
melakukan pre test. Selain itu, guru memberi tugas kepada
siswa untuk membuat rangkuman serta membuat daftar
pertanyaan, sehingga dapat terlihat berapa persen siswa yang
belajar dan yang tidak belajar.
Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan
kawannya, membantu siswa lebih sempurna dalam menerima
informasi, atau dapat mengembangkan keterampilan kognitif
tingkat tinggi. Dengan demikian siswa tidak hanya akan belajar
bagaimana ”bertanya” yang baik dan benar, tetapi juga belajar
bagaimana pengaruh bertanya di dalam kelas. Kelancaran
bertanya (fluency) adalah merupakan jumlah pertanyaan yang
secara logis dan relevan diajukan guru kepada siswa didalam
kelas. Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan bagi guru di
dalam proses belajar-mengajar. Pertanyaan yang disajikan guru
diarahkan dan ditunjukkan pada pelajaran yang memiliki
informasi yang relevan dengan materi pelajaran, untuk
membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang telah
ditetapkan.

2. Kemampuan Pemahaman Konsep

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya “mengerti


benar”. Dalam pengertian yang lebih luas pemahaman dapat
diartikan dengan mengerti benar sehingga dapat

30
mengkomunikasikan dan mengajarkan kepada orang lain.
Pemahaman konsep merupakan hal yang diperlukan dalam
mencapai hasil belajar yang baik, termasuk dalam pembelajaran
matematika. “Pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan
suatu situasi atau tindakan. Seseorang dikatakan paham, apabila ia
dapat menjelaskan atau menerangkan kembali inti dari materi atau
konsep yang diperolehnya secara mandiri”.

F. Instrumen Pengumpulan Data


Insrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah tes kemampuan komunikasi dan kemampuan
pemahaman konsep siswa. Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan
matematika siswa adalah melalui tes. Instrumen tes merupakan instrumen
yang digunakan untuk mengukur kemampuan konsep matematika siswa.
Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah
penelitian.
Itulah sebabnya insrumen pengumpulan data harus ditangani secara
serius dengan kegunaannya yaitu pengumpulan variabel yang tepat. Untuk
mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang
diteliti, digunakan tes.20 Oleh karena itu sebelum soal pretest dan postest
diujikan pada siswa, terlebih dahulu soal tes telah diuji cobakan kepada
siswa di luar sampel guna menguji validitas tes, reliabilitas tes, tingkat
kesukaran tes, dan daya pembeda tes

20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta,2013), hlm. 265-266

31
Dari kisi-kisi dan indikator yang telah dibuat untuk menjamin validitas
dari sebuah soal maka selanjutnya dibuat pedoman penskoran yang sesuai dengan
indikator untuk menilai instrumen yang telah dibuat. Adapun Kriterian penskoran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor rubrik yang diadaptasi dari Cai,
Lane dan Jacabsin, yaitu:21

a) Validitas Tes.
Dalam pengujian ini, uji validitas yang digunakan oleh peneliti
adalah menyangkut butir soal item dengan menggunakan rumus korelasi
product moment, yaitu :22
N ∑ XY −( ∑ X ) ( ∑ Y )
r xy =
2 2
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{ N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2

Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi antar skor suatu item (variabel X)
N = Jumlah responden
X = Nilai untuk setiap variabel X
Y = Nilai untuk seluruh item variabel Y
Dengan kriteria pengujian validitas adalah setiap item valid apabila
r xy >r tabel(r tabel diperoleh dari nilai kritis r product moment).
b) Reliabilitas Tes
Reabilitas merupakan ketepatan suatu tes tersebut diberikan kepada
subjek yang sama. Suatu tes dikatakan reliabel apabila beberapa kali
pengujian menunjukkan hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas objektif tes

21
Syifa Nurjanah, Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
Menggunakan Masalah Kontekstual Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa”(Jakarta :
UIN Syarif Hidayatullah, 2014), h. 35
22
Syahrum dan Salim, (2014), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung: Citapustaka Media,
Hal. 141.

32
dan angka dapat ditafsirkan dengan menggunakan rumus Alpha sebagai
berikut:23
∑ σ i2
(
r 11 =
n
n−1 )( 1−
σ
i
2 )
Untuk mencari varians total digunakan rumus sebagai berikut:
2
2 (∑ X )
∑X −
N
σ 2=
i N

2
2 (∑ Y )
∑Y −
N
σ 2=
t N
Keterangan:
r11 = Reliabilitas yang dicari
σ
∑ i2 = Jumlah varians skor setiap item
σ2
t = Varians total
n = Jumlah soal
N = Jumlah Responden
Tingkat reliabilitas soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.7 Klasifikasi Reliabilitas Tes

No Indeks Reliabilitas Klasifikasi


1 0,80 ≤ r 11 <1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi
2 0,60 ≤ r 11 <0,80 Reliabilitas Tinggi
3 0,40 ≤ r 11 <0,60 Reliabilitas Sedang
4 0,20 ≤ r 11 <¿ 0,40 Reliabilitas Rendah
5 0,00 ≤ r 11 <0,20 Reliabilitas Sangat Rendah

a) Tingkat Kesukaran
Untuk mengetahui taraf kesukaran tes digunakan rumus:24

23
Asrul, dkk, (2014), Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Citapustada Media, hal.132
24
Indra Jaya, Statistik Penelitian Untuk Pendidikan. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis. Hal.122

33
B
I=
N
Keterangan:
I = Indeks Kesukaran
B = Jumlah Skor
N = Jumlah Skor Ideal pada setiap soal tersebut ( n x Skor Maks)

Table 3.8
Tabel Tingkat Kesukaran Soal

No. Indeks Reliabilitas Klasifikasi


1. TK = 0,00 Terlalu Sukar
2. 0,00 <TK< 0,30 Sukar
3. 0,30 <TK< 0,70 Sedang
4. 0,70 <TK< 1 Mudah
5. TK = 1 Terlalu mudah

a) Daya Pembeda Soal


Untuk mengetahui daya beda soal (D) terlebih dahulu skor dari
siswa diurutkan dari skor tertinggi sampai skor terendah. Setelah itu
diambil 50% skor teratas sebagai kelompok atas dan 50% skor terbawah
sebagai kelompok bawah. Rumus untuk menentukan daya pembeda
digunakan rumus yaitu:25
S A −S B
DP=
IA
Keterangan:
DP = Daya pembeda soal
SA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
SB = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
IA = Jumlah skor ideal salah satu kelompok butir soal yang dipilih
Klasifikasi daya pembeda soal yaitu:
0,00 ≤ D < 0,20 : Jelek

25
Ibid, 123

34
0,20 ≤ D < 0,40 : Cukup
0,40 ≤ D < 0,70 : Baik
0,70 ≤ D ≤ 1,00 : Baik sekali

G. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data penelitian, penulis melakukan dengan 3 cara,
yaitu :
1. Angket (Questioner)
Dikutip dari Rachmatul,  dijelaskan bahwa angket adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertuliskepada responden untuk di jawab.
Teknik pengumpulan data dengan angket sangat baik jika peneliti
ingin mengumpulkan data dengan jumlah responden yang cukup banyak
atau banyak.Pengumpulan data dengan angket akan sangat efisien jika
peneliti sudah mengetahui variabel yang akan diukur dan mengetahui apa
yang diharapkan dari responden.

2. Observasi
Teknik pengumpulan data observasi biasanya digunakan
jika peneliti ingin mengetahui gejala tentang perilaku manusia,
gejala alam dan jika responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dalam proses pengumpulan data dengan observasi dua hal yang
penting adalah pengamatan dan ingatan. Instrumen dari teknik
pengumpulan data dengan observasi ini adalah peneliti itu sendiri.
Sehingga peneliti harus dibekali oleh kemampuan yang mumpuni.
Jika dilihat dari proses pelaksanaan pengumpulan data, maka
observasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. observasi participant

35
Observasi participant adalah teknik pengumpulan data dengan observasi
dimana peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau sumber penelitian. Sambil melakukan pengamatan peneliti melakukan
juga apa yang sumber data lakukan. Misla sumber data bekerja ke sawah, maka
peneliti juga ikut ke sawah. Keuntungan dari observasi participant adalah data
yang ditemukan menjadi lebih tajam dan akurat.Peneliti juga dapat mengetahui
makna dari setiap tindakan yang dilakukan.
b. observasi nonparticipant.
Berbanding terbalik, jika dalam observasi participant tadi peneliti ikut
serta hidup dan tinggal dilingkungan sumber data. Maka pengumpulan data
dengan observasi nonparticipant peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat yang independet.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian tindakan kelas berfungsi sebagai landasan refleksi.


Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan, maka
teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes
Tes yang merupakan salah satu alat penilaian yang berwujud
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan
jawaban berupa lisan, tulisan, maupun dalam bentuk perbuatan. Tes pada
umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,
terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran (Nana Sudjana, 2003:
35). Pemberian tes ini ditujukan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Kasihan Bantul yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil
pemahaman konsep matematis siswa pada materi pokok bangun ruang.
Bentuk tes yang akan digunakan adalah tes uraian yaitu pertanyaan yang
menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraiakan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang

36
sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan alat penilaian yang banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun suatu proses
kegiatan baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan.
Observasi juga dapat mengukur partisipasi siswa dalam pembelajaran dan
partisipasi siswa dalam penggunaan alat peraga pada saat pembelajaran.
Teknik observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses suatu kejadian, gejala-gejala lingkungan, dan responden
yang diamati tidak terlalu besar.
Sugiyono (2015: 203) menyatakan bahwa observasi sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik yaitu tidak terbatas pada
orang namun juga obyek-obyek alam lainnya. Sedangkan menurut Nana
Sudjana (2003: 85) penggunaan observasi memiliki kelebihan yakni
pengamat lebih menghayati, merasakan, dan mengalami sendiri seperti
individu yang sedang diamatinya. Dengan demikian, hasil pengamatan
akan lebih berarti dan obyektif, sebab dapat dilaporkan sebagaimana
adanya proses pembelajaran tersebut terjadi. Dilaksanakannya observasi,
diharapkan gejala kesalahan atau ketidakberhasilan dalam perencanaan
tindakan dapat diketahui lebih dini sehingga dapat dilakukan tindakan
sebelum berjalan lebih lanjut.
1. Tes
Instrumen ini digunakan untuk mengukur pengetahuan dan
pemahaman konsep geometri bangun ruang. Tes diberikan
saat pretest dan posttest. Tes diberikan kepada siswa berupa tes tertulis
dalam bentuk soal-soal pemahaman konsep materi bangun ruang yang
terdiri dari 7 butir soal. Seperti pada penelitian ilmiah lainnya, maka
terlebih dahulu setiap butir soal melalui penyaringan dengan proses uji
validitas, uji reabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya pembeda.
Adapun kisi-kisi soal tes tersebut sebagai berikut:

37
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2015:
148) Instrumen ini digunakan untuk mengukur pengetahuan dan
pemahaman konsep geometri bangun ruang. Tes diberikan
saat pretest dan posttest. Tes diberikan kepada siswa berupa tes tertulis
dalam bentuk soal-soal pemahaman konsep materi bangun ruang yang
terdiri dari 7 butir soal. Seperti pada penelitian ilmiah lainnya, maka
terlebih dahulu setiap butir soal melalui penyaringan dengan proses uji
validitas, uji reabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya pembeda.
Adapun kisi-kisi soal tes tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Pemahaman Konsep

NO. KRITERIA SUB INDIKATOR BUTIR SOAL

Mampu menerangkan
Siswa dapat memaparkan sifat-sifat
1. secara verbal mengenai 1
bangun ruang.
apa yang telah dicapai

Mengklasifikasi obyek Siswa dapat mengklasifikasikan


menurut sifat tertentu obyek-obyek menurut sifat-sifat
2. 2
sesuai dengan tertentu pada bangun ruang prisma,
konsepnya kubus, dan limas.

Siswa mampu menyebutkan kejadian-


Mampu menerapkan
kejadian nyata dalam kehidupannya
3. hubungan antara 3
yang berkaitan dengan bangun ruang
konsep dan prosedur.
beserta alasan mengungkapkannya.

4. Memberi contoh dan Siswa dapat menentukan contoh 4


non contoh jaring-jaring bangun ruang dan yang

38
bukan merupakan jaring-jaring
bangun ruang.

Siswa dapat menggunakan manfaat,


Menggunakan,
dan memilih prosedur atau operasi
memanfaatkan, dan
5. tertentu pada persoalan pemecahan 5
memilih prosedur atau
luas permukaan bangun ruang
operasi tertentu
gabungan (prisma dan limas)

Siswa dapat mengaplikasikan konsep


atau algoritma pemecahan masalah,
Mengaplikasikan
yaitu dengan menyelesaikan soal
6. konsep atau algoritma 6
cerita materi bangun ruang yang
pemecahan masalah
berhubungan dengan persoalan
kehidupan nyata.

Siswa dapat menyelesaikan


Mampu
permasalah bangun ruang gabungan,
mengembangkan
7. yang di aplikasikan dalam soal cerita 7
konsep yang telah
yang berhubungan dengan persoalan
dipelajari
kehidupan nyata.

H. Teknik Analisis Data


Untuk melihat pengaruh kemampuan pemahaman konsep
matematika dengan menggunakan model Pembelajaran Learning Start
With a Question (LSQ), teknik analisis dalam pengujian hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu uji-t. Untuk itu dilakukan pengujian
prasyarat analisis terlebih dahulu yaitu sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif

39
Data hasil postest hasil belajar dianalisis secara deskriftif
dengan tujuan mendeskrifsikan tingkat pemahaman konsep matematika
siswa setelah kemampuan pemahaman konsep matematika dengan
menggunakan model Learning Start With a Question (LSQ)untuk
menentukan criteria hasil belajar matematika siswa berpedoman pada
sudijono dengan kriteria yaitu: “Sangat kurang, Kurang, Cukup,
Baik, Sangat Baik”. Berdasarkan pandangan tersebut hasil postest
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada akhir
pelaksanaan dapat disajikan dalam interval kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.9
Interval Kriteria Skor Kemampuan Pemahaman Konsep

No Interval Nilai Kategori Penilaian


1 0 ≤ SKPK< 45 Kurang Sekali
2 45 ≤ SKPK< 65 Kurang
3 65 ≤ SKPK< 75 Cukup
4 75 ≤ SKPK< 90 Tinggi
5 90 ≤ SKPK ≤ 100 Tinggi Sekali

Keterangan : SKPK = Skor Kemampuan pemahaman konsep


a. Menghitung rata-rata skor dengan rumus:26

X́ =
∑ Xi
N
Keterangan:
∑ X i : Jumlah nilai
X́ : rata-rata skor
N: Jumlah sampel

b. Menghitung standar deviasi


Standar deviasi dapat dicari dengan rumus:27

26
Indra Jaya, hal.92
27
Indra Jaya, hal. 93

40
2
∑ X2 − ∑ X
SD=
√ N ( ) N
Keterangan :
SD = Standar deviasi
∑ X2 = Tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N.
N
2
∑X
( ) N
= Semua skor dijumlahkan, dibagi N kemudian

dikuadratkan.
N = jumlah individu

2. Analisis Inferensial
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data apakah data berdistribusi normal atau tidak. Untuk
menguji normalitas skor tes pada masing-masing kelompok digunakan uji
normalitas Lillifors. Langkah-langkah uji normalitas Lillifors sebagai berikut:28
a. Buat H 0 dan H a
b. Hitung rata-rata dan simpangan baku dengan rumus:

X́ =
∑X
n
2

c.
Dan
S=
√ n∑ X
n−1
2 (∑ X )
n

Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal


baku, kemudian dihitung peluang F ( Z i )=P ( Z ≤ Z i ).
d. Menghitung proporsi F ( Z i ), yaitu :
Banyaknya Z 1 , Z 2 , Z 3 , … , Z n
S (Zi )=
n
e. Hitung selisih [ F ( z )−S ( z i ) ]
i

28
Indra Jaya, (2010), Statistik Penelitian Untuk Pendidikan, Bandung: Cita Pustaka Media
Perintis,Hal. 187

41
f. Bandingkan L0 dengan L tabel. Ambillah harga mutlak terbesar
disebut untuk menerima atau menolak hipotesis. Kita bandingkan L0
dengan kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata a=0,05
dengan kriteria :
1. Jika L0 < Ltabel maka data berdistribusi normal
2. Jika L0 < Ltabel maka data tidak berdistribusi normal

c. Uji Homogenitas Data


Uji homogenitas varians antara kedua kelas yang diteliti
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians kedua kelas, sama
ataukah berbeda. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji varians dua
buah peubah bebas. Dalam penelitianini menggunakan rumus homogenitas
perbandingan varians, yakni sebagai berikut:
varians terbesar
F hitung =
varians terkecil
Kriteria pengujian adalah :
Fhitung≤F(α)(v1, v2), Ho diterima
Fhitung ≥F(α)(v1, v2), Ho ditolak
dengan :
taraf nyata α= 0,05
v1= n1 - 1 dan n1= ukuran varians terbesar
v2= n2 - 1 dan n2= ukuran varians terkecil.29

c. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran matematika realistic dan
model Cooperative Learning pada materi Theorema Phytagoras dilakukan
dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05. Dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hipotesis yang akan diuji:
29
Sudjana. (2005), Me (Bandung : Tarsito), hal. 250

42
Hipotesis 1
1. Hipotesis Pertama
H O : Terdapat pengaruh kemampuan pemahaman konsep matematika
dengan menggunakan model Pembelajaran Learning Start With a
Question (LSQ)
H a: Tidak terdapat pengaruh kemampuan pemahaman konsep
matematika dengan menggunakan model Pembelajaran Learning
Start With a Question (LSQ)

Dengan demikian, kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:


Jika t hitung>t tabel maka H a diterima dan Ho ditolak
Jika t hitung>t tabel maka H o diterima dan Ha ditolak
a. Menghitung t hitung dengan rumus:
❑1 −❑2
2 2
t= S1 S 2
√ +
n1 n2
dimana s adalah standar deviasi gabungan yang dihitung dengan rumus :30

2 ( n1 −1 ) s 12 + ( n2−1 ) s 22
s=
n1+ n2−2
Keterangan:
❑1 = Rata-rata hasil belajar eksperimen I
❑2 = Rata-rata hasil belajar eksperimen II
n1 : Jumlah siswa kelas eksperimen I
n2 : Jumlah siswa kelas eksperimen II
S12 : Varians kelas eksperimen I

S2 2 : Varians kelas eksperimen II


b. Membandingkant hitung dengan t tabel
c. Menarik kesimpulan.

30
Ibid,hal 238

43
44

Anda mungkin juga menyukai