Disusun Oleh :
HOIRUNNISA HASIBUAN
0305183174
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadiran Allah Swt. dimana
atas karunia dan rahmat-Nya peneliti dapat menyusun Laporan
“Pengaruh Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Melalui
Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question Dikelas Viii
Smp” untuk memenuhi tuga, Peneliti berharap Laporan ini dapat
sebagai acuan pembelajaran dan juga pengetahuan. Menyadari bahwa
tidak ada yang sempurna didunia ini, maka peneliti berharap bahwa
pembaca dapat mengoreksi atau memberikan saran kepada peneliti untuk
perbaikan yang lebih baik kedepannya. Peneliti juga meminta maaf apabila
terdapat beberapa tatanan atau kesalahan dalam penulisan didalam laporan
ini. Semoga para pembaca dapat mengerti akan apa yang telah peneliti
sajikan didalam laporan ini.
1
Erman Suherman,dkk.,2001 Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer,
(Bandung: UPI, hlm. 58.
ii
Permendiknas No 22 Tahun 2006 dinyatakan bahwa, salah satu tujuan
matematika pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah2
Dengan demikian dapat dipahami bahwa matematika menyatu dengan
pola kehidupan manusia. Terkait pentingnya matematika di sekolah, Topik
matematika dapat dianggap penting untuk alasan yang berbeda, seperti
kegunaannya dalam mengembangkan ide-ide matematika lainnya, dalam
menghubungkan berbagai bidang matematika, atau dalam memperdalam
apresiasi siswa matematika sebagai disiplin dan sebagai ciptaan manusia
berguna dalam representasi dan memecahkan masalah dalam atau di luar
matematika.3
Rendahnya nilai matematika siswa ditinjau dari lima aspek kemampuan
matematik yaitu kemampuan pemecahan masalah matematik, komunikasi
matematik, penalaran matematik, pemahaman konsep dan koneksi matematik.
Kelima kemampuan ini disebut dengan daya matematika (mathematical
power) atau keterampilan matematika. Belajar matematika dengan
pemahaman yang mendalam dan bermakna akan membawa siswa merasakan
manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman konsep
merupakan tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan.
Misalnya dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang
dibaca atau didengarnya, memberikan contoh lain dari yang telah dicontohkan,
atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.
Matematika tidak ada artinya kalau hanya dihafalkan. Kenyataan
dilapangan banyak siswa hanya mampu menghafal konsep tanpa mampu
menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kenyataan dilapangan siswa
hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut
Depdiknas. 1999 .Suplemen Garis-garis Besar Program Pengajaran Mata
2
iii
jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan
konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mampu
menentukan masalah dan merumuskannya. Berbicara mengenai proses
pembelajaran dan pengajaran yang sering membuat kita kecewa, apalagi
dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar. Indikator
pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah 1) menyatakan ulang sebuah
konsep, 2) memberi contoh dan bukan contoh, 3) mengaplikasikan konsep ke
pemecahan masalah.
Pembelajaran aktif mempunyai beberapa metode yang digunakan,
Dalam metode learning starts with a questionguru menyiapkan suatu
gambaran umum materi yang akan dibahas yang tidak terlalu detail, sehingga
siswa dapat memiliki rasa ingin tahu terhadap materi yang akan
disampaikan. Tujuan metode learning starts with a questionadalah agar
materi yang disampaikan oleh guru mendapat perhatian siswa dan menjadikan
siswa lebih aktif didalam proses pembelajaran4. Metode pembelajaran
Learning Starts With A Question (LSQ) yaitu metode yang mengajak siswa
untuk dapat bertanya dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka
ajukan dengan berdiskusi sesama kelompoknya agar mereka lebih mengerti
materi yang diajarkan oleh guru. Sebelum mereka mengemukakan pertanyaan
terlebih dahulu mereka harus membaca dan memahami materi yang diberikan
oleh guru agar mereka bisa mengemukakan pertanyaan yang mereka ingin
ajukan dari materi yang belum mereka pahami.
Pada metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) ini
siswa dituntut untuk aktif dalam bertanya karena pada prinsipnya metode
pembelajaran ini dimulai dengan sebuah pertanyaan, dalam hal ini guru
diharapkan dapat merancang rencana pembelajaran agar siswa dari awal
memulai pembelajaran sudah tertarik dan penasaran dengan apa yang akan
4
Ika Susanti, Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share(Tps)
Dengan Learning Starts With A Question(Lswq) Dan Think Pair Share(Tps) Pada Materi Bangun
Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Kemampuan Bekerja Sama Siswa Kelas Viiismp Negeri Di
Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015, Vol.4, No.9, Elektronik Pembelajaran
Matematika 2016, hlm 753-765.
iv
mereka pelajari.5 Siswa dalam belajar membutuhkan motivasi yang stabil agar
semangat selama dalam proses pembelajaran Siswa akan semangat dalam
belajar karena mereka ingin mempelajari ilmu pengetahuan sebanyak-
banyanya.siswa yang memilika motivasi belajar yang tinggi akan mendorong
perhatian dan minat untuk konsentrasi pada pelajaran.6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas identifikasi masalah
penelitian ini adalah : Bagaimana mengajarkan siswa untuk memahami
konsep matematika dengan mereka lebih memahami dan diajarkan untuk
bertanya materi yang tidak mereka pahami ?
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian yaitu:
kurang nya pemahaman dan keaktifan siswa dalam belajar.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah : “Bagaimana pengaruh kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa pada metode pembelajarana learning starts with a
quetions ?
?”
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan Rumusan maslah tersebut maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah adalah : . Apakah ada pengaruh
pengaruh kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada metode
pembelajarana learning starts with a quetions?
5
Uswatun Khasanah, Penerapan Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2
Trucuk Tahun Pelajaran 2015/2016, (Universitas Widya Dharma Klaten : FKIP, 2016), hlm. 5-6 .
6
Rizky Amelia, Pengaruh Strategi Pembelajaran Learning Starts With A Question Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Kelas Viii PadaMata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 40 Palembang, ( Univeritas Islam Negeri Raden Fatah Palembang :
FITK, 2018), hlm. 3-4
v
F. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti dapat dipergunakan untuk lebih memperdalam
pengetahuan mengenai teori-teori dan literature serta dapat
menambah wawasan dan pemahaman dalam berbagai hal
khususnya mengenai pemahaman konsep matematika dalam
menggunakan metode pembelajaran Starts With A Question
supaya dalam pembelajaran mengajarkan siswa-siswinya lebih
aktif.
2. Bagi Siswa supaya mereka lebih bisa untuk memahami setiap
materi pembelajaran yang mereka pelajari, dan dengan
menggunakan metode pembelajaran Starts With A Question
mereka diajarakan untuk membaca dan memahami materi,
setelah itu apa yang tidak dimengerti mereka bisa bertanya kepada
guru untuk memberikan jawaban yang mereka pertanyakan.
3. Bagi peneliti selanjutnya selain dapat menjadi informasi yang
dibutuhkan oleh pembaca yaitu menambah pengawasan peneliti
untuk membuat tulisan yang lebih baik lagi disaat yang akan
datang.
vi
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teori
1. Matematika
a. Hakekat Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika
yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang
berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).
Kata mathematika berhubungan pula dengan kata lainnya yang
hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar
(berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan
matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir
(bernalar).
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia,
yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.
Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua dan
dianggap sebagai induk atau alat dan bahasa dasar banyak ilmu.
Matematika terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang yang
merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak
merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam.
Pengertian Matematika menurut Roy Hollands,
”matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat
baik yang mempunyai banyak cabang.”7
Matematika pada suatu tingkat rendah terdapat ilmu hitung,
ilmu ukur dan aljabar (bagian dari matematika dan perluasan dari
7
Roy Hollands, 1995Kamus Matematika, Jakarta: Erlanga. hal . 225
7
ilmu hitung, yang banyak digunakan diberbagai bidang disiplin
lain, misal fisika, kimia, biologi, teknik, komputer, industri,
ekonomi, kedokteran dan pertanian).
Banyak cabang Matematika baru yang bertambah seperti:
1. Topologi (cabang-cabang matematika yang
mempelajari posisi dan posisi relatif unsur-unsur dalam
himpunan).
2. Mekanika (suatu cabang ilmu yang mempelajari kerja
gaya terhadap benda, kesetimbangan dan gerakan).
3. Dinamika (mempelajari penyebab dan sebab benda-
benda nyata bergerak).
4. Statistika (cabang matematika yang menangani segala
macam data numeris yang penting bagi masalah dalam
berbagai cabang kehidupan manusia, misal cacah jiwa,
angka kematian, angka produktivitas, pertanian, angka
perdagangan).
5. Peluang (kebolehjadian atau angka banding banyaknya
cara suatu kejadian dapat muncul dan jumlah
banyaknya semua kejadian yang dapat muncul).
6. Analisis (cara memeriksa suatu masalah, untuk
menemukan semua unsur dasar dan hubungan antara
unsur-unsur yang bersangkutan), serta.
7. Logika, ilmu ukur segitiga, dan banyak lagi yang
lainnya.
Menurut para ahli pendidikan matematika, matematika
adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan (pattern) dan
tingkatan (order). Sekali lagi hal ini menunjukkan bahwa guru
matematika harus memfassilitasi siswanya untuk belajar berpikir
melalui keteraturan (pattern) yang ada. Sedangkan The (Siswono,
2012:2) juga mencatat kumpulan pengertian matematika yang
dibuat oleh ahli-ahli pada tahun 1940-an sampai dengan 1970an.
8
Pengertian matematika dikelompokkan:
1. matematika sebagai ilmu tentang bilangan dan
ruang,
2. matematika sebagai ilmu tentang besaran
(kuantitas),
3. matematika sebagai ilmu tentang bilangan, ruang,
besaran, dan keluasan,
4. matematika sebagai ilmu tentang hubungan (relasi),
5. matematika sebagai ilmu tentang bentuk yang
abstrak, dan
6. matematika sebagai ilmu yang bersifat deduktif.
Perbedaan pengertian ini juga dipengaruhi terhadap objek-
objek keahlian dari matematikawan sendiri. Meskipun kesepakatan
pengertian tidak bisa dicapai, tetapi ciri-ciri dari matematika itu
dapat ditemu kenali. Matematika memiliki ciri-ciri, Soedjadi
(2000), yaitu:
1. memiliki objek yang abstrak
2. bertumpu pada kesepakatan
3. berpola pikir deduktif
4. memiliki simbol-simbol yang kosong arti
5. memperhatikan semesta pembicaraan
6. konsisten dalam sistemnya.
Objek matematika adalah objek mental yang tidak dapat
diindera, seperti dilihat, disentuh, atau dirasakan. Matematika
merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai
peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan-penerapan
bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan matematika itu
sendiri. Penguasaan materi matematika oleh peserta didik menjadi
suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi di dalam penataan
nalar dan pengambilan keputusan dalam era persaingan yang
9
semakin kompetitif pada saat ini. Matematika bukanlah ilmu yang
hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmu yang bermanfaat
untuk sebagian amat besar untuk ilmu-ilmu lain. Dengan makna
lain bahwa matematika mempunyai peranan yang sangat esensial
untuk ilmu lain, yang utama adalah sains dan teknologi.
Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006
tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Matematika merupakan ilmu pendidikan
yang paling dasar harus dipahami seseorang untuk memulai
sesuatu, matematika sangat besar pengaruhnya untuk
keberlangsungan kehidupan sesorang baik diberbagai bidang
manapun.
Matematika merupakan sistem ilmu yang berjenjang
sehingga harus diajarkan secara bertahap dan berkelanjutan. Maka
dari itu diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Oleh karenanya, pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua peserta didik sehingga diharapkan para peserta didik
memiliki kemampuan berpikir secara logis, sistematis, kritis,
kreatif, rasional dan percaya diri serta mampu untuk bekerja sama.
“Matematika merupakan pelajaran yang menuntut logika
berpikir secara sistematis. Dengan pelajaran matematika, siswa
diharapkan dapat berpikir logis, analitis, dan sistematis yang akan
berdampak positif bagi perkembangan masa depan siswa”.8 Akan
tetapi belajar matematika sering dianggap sesuatu yang
8
Istiqomah, (2007), Matematika SD ringkasan teori teori soal & pembahasan, Jakarta : PT Kawan
Pustaka, h.1.
10
menakutkan dan membosankan, hal ini terjadi karena selama ini
belajar matematika hanya cenderung berupa menghitung angka
yang seolah-olah tidak ada makna dan kaitannya dengan
peningkatan kemampuan berpikir untuk memecahkan berbagai
persoalan. Padahal dengan belajar matematika, siswa dilatih untuk
senantiasa berpikir logis dan kritis dalam memecahkan suatu
permasalahan atau suatu persoalan. Serta dapat melatih kejujuran,
keuletan, dan ketekunan
11
sudah ada. Sedangkan pengerjaan fungsional lebih menuntut siswa untuk
kreatif dalam memecahkan masalah. Dimisalkan dalam pengerjaan soal
cerita atau bentuk gambar, dimana siswa menganalisis soal dan
mengerjakannya menggunakan rumus yang sudah ia ketahui.
Konsep sendiri yaitu suatu abstraksi yang mewakili satu kelas
objekobjek, kejadian, kegiatan atau hubungan yang memiliki atribut yang
sama. Definisi lain menyimpulkan bahwa konsep adalah suatu gagasan
atau buah pemikiran seseorang berdasarkan pengalamannya terhadap suatu
objek atau kejadian yang bersifat abstrak.9 Jadi konsep merupakan sesuatu
yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan atau suatu
pengertian sehingga peserta didik dapat dikatakan memiliki kemampuan
pemahaman konsep matematika apabila ia dapat merumuskan strategi
penyelesaian, menerapkan perhitungan sederhana, menggunakan symbol
dalam mempresentasikan konsep serta mengubah suatu wujud seperti
pecahan dalam pelajaran matematika.10
Konsep-konsep yang terdapat pada kurikulum matematika SD
dapat dibagi tiga kelompok besar yaitu, penanaman konsep dasar,
pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan. Tujuan akhir
pembelajaran matematika di SD yakni supaya peserta didik dapat terampil
dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan
kedepan, namun untuk menuju tahap keterampilan harus menempuh
langkah yang
benar dan sesuai dengan kemampuan dan lingkungan peserta
didik. Dibawah ini merupakanpemaparan pembelajaran yang ditekankan
pada konsep matematika:
a. Penanaman Konsep Dasar Pembelajaran suatu konsep baru
matematika, yaitu saat peserta didik belum pernah mempelajari
9
Ida Fiteriani, Studi Komparasi Perbedaan Pengaruh Pemahaman Konsep Dan Penguasaan
Keterampilan Proses Sains Terhadap Kemampuan Mendesain Eksperimen Sains, TERAMPIL Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, Vol. 4 No.1 (2017)
10
2Siti Mawaddah, Kemampuan Konsep Matematis Siswa SMP Dalam Pembelajaran
Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery Learning), EDU-MAT Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol.4, No. 1, April 2016
12
konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar
merupakan jembatan yang dapat menghubungkan kemampuan
kognitif peserta didik yang konkret dengan konsep baru
matematika yang abstrak. Media dan alat peraga diharapkan dapat
digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir peserta didik.
b. Pemahaman Konsep Pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep
memiliki tujuan agar peserta didik bisa memahami suatu konsep
matematika. Pemahaman konsep sendiri terdiri dari dua pengertian.
Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman
konsep dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran pemahaman
konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda namun masih
merupakan lanjutan dari penanaman konsep, pada pertemuan ini
penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
c. Pembinaan Keterampilan Pembelajaran pembinaan keterampilan
bertujuan supaya peserta didik dapat terampil dalam menggunakan
berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman
konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri dari dua pengertian.
Pertama, merupakan kelanjutan pembelajaran penanaman konsep
dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua,
pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan
yang berbeda namun masih merupakan kelanjutan dari penanaman
dan pemahaman konsep, pada pertemuan ini penanaman dan
pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
Kemampuan awal matematika peserta didik adalah
kemampuan atau pengetahuan yang berlangsung, pemberian tes
kemampuan awal matematika peserta didik bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan peserta didik sebelum pembelajaran dan
untuk memperoleh kesetaraan rata-rata kelompok peserta didik
yang pembelajarannya diberikan perlakuan khusus dan yang tidak.
13
Menurut penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen
Depdiknas ada 7 indikator yang dicantukan dari kemampuan
pemahaman konsep diantaranya:
a. Mengklarifikasikan objek berdasarkan konsep
matematika.
b. Memberi contoh dan bukan contoh.
c. Menyajikan konsep dalam berbagai representasi.
d. Membangun syarat perlu dan syarat cukup dari suatu
konsep.
e. Mengembangkan dan memamfaatkan serta memilih
prosedur tertentu atau operasi tertentu.
f. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada
pemecahan masalah.11
11
Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November
2004.
12
Achmad Gilang Fahrudhin, dkk, Peningkatan Pemahaman …h.15
14
Menurut Suyono dan Hariyanto, konsep adalah suatu gugusan atau
sekelompok fakta atau keterangan yang memiliki makna.
13
Eka Fitri Puspa Sari, Pengaruh Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Mahasiswa
Melalui Metode Pembelajaran Learning Starts With Equation Sebuah Pertanyaan, Palembang:
Jurnal Mos Harafa, Vol.6 No.1 Januari 2017, h.27
15
b. Memberikan contoh (exemplifying), yaitu menemukan contoh-
contoh yang spesifik.
c. Mengklasifikasikan (classifying), yaitu membedakan sesuatu
berdasarkan kategorinya.
d. Meringkas (summarizing), yaitu membuat ringkasan secara umum.
e. Berpendapat (inferring), yaitu memberikan gambaran tentang
kesimpulan yang logis.
e. Membandingkan (comparing), yaitu mendeteksi hubungan antara 2
ide atau obyek.
f. Menjelaskan (explaining), yaitu mengkonstruksi model sebab-
akibat. (Munir, 2008: 55)
16
1. Saat membaca, siswa memberi garis bawah. Hal ini bertujuan
agar siswa mengetahui kata yang penting atau kata-kata yang
kurang dimengerti.
2. Siswa membuat catatan atau ringkasan hasil bacaan. Hal ini
bertujuan agar siswa mengetahi materi yang perlu dihafal atau
dikaji ulang.
17
penguasaan siswa tentang bahan pelajaran, membangkitkan minat
siswa untuk sesuatu sehingga akan menimbulkan keinginan untuk
mempelajarinya dan juga menarik perhatian siswa dalam belajar.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat akan
menghasilkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, sehingga diharapkan guru mampu memilih metode
yang sesuai dengan topik pembelajaran.
Dalam teknik bertanya, guru membatasi pertanyaan siswa
seputar topik pembelajaran saja, hal ini untuk menjaga etika siswa
terhadap guru. Model ini menuntut siswa untuk membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari dan
bertujuan untuk mendorong siswa lebih giat belajar dan
pembelajaran lebih mudah tercapai.
14
Mel Silberman, Op.Cit. h. 144.
18
yang tidak mereka mengerti. Dengan memberi tanda dokumen
dengan pertanyaan-pertanyaan pada informasi yang tidak
mereka mengerti, doronglah peserta didik memasukkan tanda
tanya sebanyak mungkin yang mereka harapkan. Jika waktu
mengizinkan, bentuklah pasangan ke dalam kwartet dan
berikan waktu kepada masingmasing untuk saling membantu.
c. Berkumpul lagi di kelas, dan jawab pertanyaan peserta didik
dengan tangkas. Guru mengajar denga jawaban terhadap
pertanyaan peserta didik daripada melalui sebuah “preset
lesson” atau jika menginginkannya, guru boleh mendengarkan
seluruh pertanyaan dan kemudian ajarkan sebuah “preset
lesson”, buatlah usaha khusus untuk merespon pertanyaan yang
diajukan peserta didik.
15
Zaini Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Op.Cit. h. 44.
19
pasangan belajar dengan pasangan yang lain, kemudian minta
mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang
telah diberi tanda.
d. Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta peserta didik
untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka
baca.
e. Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh
peserta didik.
f. Sampaikan pelajaran dengan jawaban pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
Belajar suatu yang baru akan lebih efektif jika siswa aktif
dan terus bertanya dari pada hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru. Salah satu cara untuk membuat siswa
belajar secara aktif adalah dengan membuat siswa bertanya tetang
materi belajar sebelum ada penjelasan dari guru. Strategi
pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) dapat
menggugah siswa untuk mencapai kunci belajar, yaitu bertanya.
Semakin banyak siswa yang bertanya akan menjadikan
proses pembelajaran berjalan dengan lancar, karena dapat dilihat
bahwa siswa yang tidak pernah mengajukan pertanyaan menjadi
berani mengajukan pertanyaan.
Kelebihan:
16
Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif (Medan: Media Persada, 2011) h. 206.
20
a. Pertanyaan akan mengundang siswa untuk berfikir
terhadap materi ajar yang akan disampaikan.
b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab ia kadang-
kadang buka buku untuk mencari jawaban yang diinginkan.
c. Dengan bertanya berarti siswa semakin tinggi rasa ingin
tahunya tentang pelajaran tersebut.
d. Penyajian materi akan semakin mendalam, karena materi
disampaikan melalui pertanyaan yang dilontarkan siswa.
e. Pembelajaran akan lebih hidup karena materi disampaikan
sesuai dengan keinginan dan kemampuan peserta didik.
Kelemahan:
a. Siswa kurang terbiasa membuat pertanyaan yang baik
dan benar.
b. Siswa tidak tahu apa yang mau ditanyakan kepada
gurunya.
c. Pertanyaan yang dibuat adakalanya hanya bersifat
sekedar dibuat-buat saja, yang penting ada
pertanyaannya dari pada tidak bertanya
B. Kerangka Pikir
21
aktivitas belajar secara optimal sesuai dengan kemampuannya masing-
masing.
22
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa,
serta meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap
pelajaran matematika. Model ini juga diharapkan dapat dapat
menarik minat siswa terhadap pembelajaran matematika yang pada
akhirnya akan meningkatkan hasil dan prestasi belajar.
C. Penelitian Relevan
Pada penelitain ini akan didukung dengan penelitian yang
sebelumnya dengan beberapa penelitian yang hampir sama diantaranya
yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Leni Kurnianingsih (2018)
mahasiswa Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe
Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Aktivitas dan
Pemahaman Konsep Matematika Peserta Didik Kelas VII SMP
Negeri 34 Padang”. Pengaruh Penerapan Model Aktif Learning
With a Queston Tip Learning , Berdasarkan analisis data dapat
disimpulkan bahwa aktivitas peserta didik yang belajar
menggunakan model pembelajaran aktif tipe LSQ belum
maksimal. Aktivitas peserta didik yang tidak baik adalah
aktivitas menuliskan materi yang tidak dipahami berupa
pertanyaan. Aktivitas peserta didik yang cenderung ada
perubahan untuk meningkat adalah aktivitas mempelajari bahan
ajar dan memberikan tanggapan atau jawaban. Selanjutnya,
pemahaman konsep matematika peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran aktif tipe LSQ lebih baik
daripada yang menggunakan pembelajaran langsung di kelas VII
SMPN 34 Padang dengan taraf kesalahan 5%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Leni Kurnianingsih (2018)
mahasiswa Universitas Iislam Negeri Sumatera Utara Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Discovery Learning
23
Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Di Kelas X SMA Negeri 1
Secanggang Kab. Langkat Tahun Ajaran 2018/2019”
1. Terdapat pengaruh kemampuan pemahaman konsep yang
diajarkan menggunakan model Pembelajaran Berbasis
Masalah dengan siswa yang diajar menggunakan model
Pembelajaran Discovery Learning pada materi perbandingan
trigonometri.
2. Terdapat pengaruh kemampuan pemecahan masalah siswa
yang diajarkan menggunakan model Pembelajaran Berbasis
Masalah dengan siswa yang diajar menggunakan model
Pembelajaran Discovery Learning pada materi perbandingan
trigonometri.
3. Terdapat pengaruh kemampuan pemahaman konsep dan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
diajarkan menggunakan model Pembelajaran Berbasis
Masalah dengan siswa yang diajar menggunakan model
Pembelajaran Discovery Learning pada materi perbandingan
trigonometri. Simpulan dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan
masalah matematis siswa lebih sesuai diajarkan
menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah
daripada model Pembelajaran Discovery Learning.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
24
1. Ho : Terdapat pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe
Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Aktivitas dan
Pemahaman Konsep Matematika.
Ha : Tidak terdapat pengaruh signifikansi Penerapan Model
Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ)
Terhadap Aktivitas dan Pemahaman Konsep Matematika
2. Ho : Terdapat pengaruh signifikansi Terdapat pengaruh kemampuan
pemahaman konsep yang diajarkan menggunakan model Pembelajaran
Berbasis Masalah dengan siswa yang diajar menggunakan model
Pembelajaran Discovery Learning pada materi perbandingan
trigonometri.
Ha : Tidak terdapat pengaruh signifikansi Terdapat pengaruh
kemampuan pemahaman konsep yang diajarkan menggunakan model
Pembelajaran Berbasis Masalah dengan siswa yang diajar
menggunakan model Pembelajaran Discovery Learning pada materi
perbandingan trigonometri.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Jenis Penelitian
26
posttest diberikan kepada kedua kelas dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
dengan pemberian soal yang sama mengenai pemahaman konsep bangun
ruang.
17
Indra Jaya & Ardat, (2013), Penerapan Statistik Untuk Pendidikan, Bandung: Citapustaka Media
Perintis, h. 20
27
VIII-6 38
VIII-7 39
Jumlah Siswa 276
2. Sampel
Sampel adalah sebahagian dari jumlah dan karekteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel terjadi bila populasi
besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi tersebut. Misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi.
Apa yang diketahui dari sampel tersebut, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi, maka sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul mewakili populasi.
Pengambilan sampel adalah melalui cluster random sampling.
Teknik sampling dengan menggunakan cluster random sampling
digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu,
melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster, dengan
catatan anggota berasal dari kelompokkelompok yang mempunyai
karakteristik yang sama (homogen).18
Dari 7 kelas VIII SMP Negeri 2 Kotapinang dipilih sampel
sebanyak 1 kelas, yaitu kelas VIII 2 untuk dilakukannya eksperimen.
D. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah the pretest-
posttest control group design.19 Adapun desain penelitian pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
18
Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Citapustaka Media, 2007),
hlm. 116.
19
Ibid, hlm. 105
28
Pembelajaran Kemampuan Model Pembelajaran
( B 1) Learning Starts With A
Question
¿ ¿)
Kemampuan Pemahaman A1 , B1
Konsep ( B1)
Keterangan :
E. Defenisi Operasional
29
untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu
dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka
siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari,
sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi
tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat
dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Untuk melihat
apakah siswa telah mempelajari materi tersebut, maka guru
melakukan pre test. Selain itu, guru memberi tugas kepada
siswa untuk membuat rangkuman serta membuat daftar
pertanyaan, sehingga dapat terlihat berapa persen siswa yang
belajar dan yang tidak belajar.
Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan
kawannya, membantu siswa lebih sempurna dalam menerima
informasi, atau dapat mengembangkan keterampilan kognitif
tingkat tinggi. Dengan demikian siswa tidak hanya akan belajar
bagaimana ”bertanya” yang baik dan benar, tetapi juga belajar
bagaimana pengaruh bertanya di dalam kelas. Kelancaran
bertanya (fluency) adalah merupakan jumlah pertanyaan yang
secara logis dan relevan diajukan guru kepada siswa didalam
kelas. Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan bagi guru di
dalam proses belajar-mengajar. Pertanyaan yang disajikan guru
diarahkan dan ditunjukkan pada pelajaran yang memiliki
informasi yang relevan dengan materi pelajaran, untuk
membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang telah
ditetapkan.
30
mengkomunikasikan dan mengajarkan kepada orang lain.
Pemahaman konsep merupakan hal yang diperlukan dalam
mencapai hasil belajar yang baik, termasuk dalam pembelajaran
matematika. “Pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan
suatu situasi atau tindakan. Seseorang dikatakan paham, apabila ia
dapat menjelaskan atau menerangkan kembali inti dari materi atau
konsep yang diperolehnya secara mandiri”.
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta,2013), hlm. 265-266
31
Dari kisi-kisi dan indikator yang telah dibuat untuk menjamin validitas
dari sebuah soal maka selanjutnya dibuat pedoman penskoran yang sesuai dengan
indikator untuk menilai instrumen yang telah dibuat. Adapun Kriterian penskoran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor rubrik yang diadaptasi dari Cai,
Lane dan Jacabsin, yaitu:21
a) Validitas Tes.
Dalam pengujian ini, uji validitas yang digunakan oleh peneliti
adalah menyangkut butir soal item dengan menggunakan rumus korelasi
product moment, yaitu :22
N ∑ XY −( ∑ X ) ( ∑ Y )
r xy =
2 2
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{ N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2
Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi antar skor suatu item (variabel X)
N = Jumlah responden
X = Nilai untuk setiap variabel X
Y = Nilai untuk seluruh item variabel Y
Dengan kriteria pengujian validitas adalah setiap item valid apabila
r xy >r tabel(r tabel diperoleh dari nilai kritis r product moment).
b) Reliabilitas Tes
Reabilitas merupakan ketepatan suatu tes tersebut diberikan kepada
subjek yang sama. Suatu tes dikatakan reliabel apabila beberapa kali
pengujian menunjukkan hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas objektif tes
21
Syifa Nurjanah, Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
Menggunakan Masalah Kontekstual Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa”(Jakarta :
UIN Syarif Hidayatullah, 2014), h. 35
22
Syahrum dan Salim, (2014), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung: Citapustaka Media,
Hal. 141.
32
dan angka dapat ditafsirkan dengan menggunakan rumus Alpha sebagai
berikut:23
∑ σ i2
(
r 11 =
n
n−1 )( 1−
σ
i
2 )
Untuk mencari varians total digunakan rumus sebagai berikut:
2
2 (∑ X )
∑X −
N
σ 2=
i N
2
2 (∑ Y )
∑Y −
N
σ 2=
t N
Keterangan:
r11 = Reliabilitas yang dicari
σ
∑ i2 = Jumlah varians skor setiap item
σ2
t = Varians total
n = Jumlah soal
N = Jumlah Responden
Tingkat reliabilitas soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.7 Klasifikasi Reliabilitas Tes
a) Tingkat Kesukaran
Untuk mengetahui taraf kesukaran tes digunakan rumus:24
23
Asrul, dkk, (2014), Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Citapustada Media, hal.132
24
Indra Jaya, Statistik Penelitian Untuk Pendidikan. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis. Hal.122
33
B
I=
N
Keterangan:
I = Indeks Kesukaran
B = Jumlah Skor
N = Jumlah Skor Ideal pada setiap soal tersebut ( n x Skor Maks)
Table 3.8
Tabel Tingkat Kesukaran Soal
25
Ibid, 123
34
0,20 ≤ D < 0,40 : Cukup
0,40 ≤ D < 0,70 : Baik
0,70 ≤ D ≤ 1,00 : Baik sekali
2. Observasi
Teknik pengumpulan data observasi biasanya digunakan
jika peneliti ingin mengetahui gejala tentang perilaku manusia,
gejala alam dan jika responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dalam proses pengumpulan data dengan observasi dua hal yang
penting adalah pengamatan dan ingatan. Instrumen dari teknik
pengumpulan data dengan observasi ini adalah peneliti itu sendiri.
Sehingga peneliti harus dibekali oleh kemampuan yang mumpuni.
Jika dilihat dari proses pelaksanaan pengumpulan data, maka
observasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. observasi participant
35
Observasi participant adalah teknik pengumpulan data dengan observasi
dimana peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau sumber penelitian. Sambil melakukan pengamatan peneliti melakukan
juga apa yang sumber data lakukan. Misla sumber data bekerja ke sawah, maka
peneliti juga ikut ke sawah. Keuntungan dari observasi participant adalah data
yang ditemukan menjadi lebih tajam dan akurat.Peneliti juga dapat mengetahui
makna dari setiap tindakan yang dilakukan.
b. observasi nonparticipant.
Berbanding terbalik, jika dalam observasi participant tadi peneliti ikut
serta hidup dan tinggal dilingkungan sumber data. Maka pengumpulan data
dengan observasi nonparticipant peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat yang independet.
1. Tes
Tes yang merupakan salah satu alat penilaian yang berwujud
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan
jawaban berupa lisan, tulisan, maupun dalam bentuk perbuatan. Tes pada
umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,
terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran (Nana Sudjana, 2003:
35). Pemberian tes ini ditujukan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Kasihan Bantul yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil
pemahaman konsep matematis siswa pada materi pokok bangun ruang.
Bentuk tes yang akan digunakan adalah tes uraian yaitu pertanyaan yang
menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraiakan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang
36
sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan alat penilaian yang banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun suatu proses
kegiatan baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan.
Observasi juga dapat mengukur partisipasi siswa dalam pembelajaran dan
partisipasi siswa dalam penggunaan alat peraga pada saat pembelajaran.
Teknik observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses suatu kejadian, gejala-gejala lingkungan, dan responden
yang diamati tidak terlalu besar.
Sugiyono (2015: 203) menyatakan bahwa observasi sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik yaitu tidak terbatas pada
orang namun juga obyek-obyek alam lainnya. Sedangkan menurut Nana
Sudjana (2003: 85) penggunaan observasi memiliki kelebihan yakni
pengamat lebih menghayati, merasakan, dan mengalami sendiri seperti
individu yang sedang diamatinya. Dengan demikian, hasil pengamatan
akan lebih berarti dan obyektif, sebab dapat dilaporkan sebagaimana
adanya proses pembelajaran tersebut terjadi. Dilaksanakannya observasi,
diharapkan gejala kesalahan atau ketidakberhasilan dalam perencanaan
tindakan dapat diketahui lebih dini sehingga dapat dilakukan tindakan
sebelum berjalan lebih lanjut.
1. Tes
Instrumen ini digunakan untuk mengukur pengetahuan dan
pemahaman konsep geometri bangun ruang. Tes diberikan
saat pretest dan posttest. Tes diberikan kepada siswa berupa tes tertulis
dalam bentuk soal-soal pemahaman konsep materi bangun ruang yang
terdiri dari 7 butir soal. Seperti pada penelitian ilmiah lainnya, maka
terlebih dahulu setiap butir soal melalui penyaringan dengan proses uji
validitas, uji reabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya pembeda.
Adapun kisi-kisi soal tes tersebut sebagai berikut:
37
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2015:
148) Instrumen ini digunakan untuk mengukur pengetahuan dan
pemahaman konsep geometri bangun ruang. Tes diberikan
saat pretest dan posttest. Tes diberikan kepada siswa berupa tes tertulis
dalam bentuk soal-soal pemahaman konsep materi bangun ruang yang
terdiri dari 7 butir soal. Seperti pada penelitian ilmiah lainnya, maka
terlebih dahulu setiap butir soal melalui penyaringan dengan proses uji
validitas, uji reabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya pembeda.
Adapun kisi-kisi soal tes tersebut sebagai berikut:
Mampu menerangkan
Siswa dapat memaparkan sifat-sifat
1. secara verbal mengenai 1
bangun ruang.
apa yang telah dicapai
38
bukan merupakan jaring-jaring
bangun ruang.
39
Data hasil postest hasil belajar dianalisis secara deskriftif
dengan tujuan mendeskrifsikan tingkat pemahaman konsep matematika
siswa setelah kemampuan pemahaman konsep matematika dengan
menggunakan model Learning Start With a Question (LSQ)untuk
menentukan criteria hasil belajar matematika siswa berpedoman pada
sudijono dengan kriteria yaitu: “Sangat kurang, Kurang, Cukup,
Baik, Sangat Baik”. Berdasarkan pandangan tersebut hasil postest
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada akhir
pelaksanaan dapat disajikan dalam interval kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.9
Interval Kriteria Skor Kemampuan Pemahaman Konsep
X́ =
∑ Xi
N
Keterangan:
∑ X i : Jumlah nilai
X́ : rata-rata skor
N: Jumlah sampel
26
Indra Jaya, hal.92
27
Indra Jaya, hal. 93
40
2
∑ X2 − ∑ X
SD=
√ N ( ) N
Keterangan :
SD = Standar deviasi
∑ X2 = Tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N.
N
2
∑X
( ) N
= Semua skor dijumlahkan, dibagi N kemudian
dikuadratkan.
N = jumlah individu
2. Analisis Inferensial
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data apakah data berdistribusi normal atau tidak. Untuk
menguji normalitas skor tes pada masing-masing kelompok digunakan uji
normalitas Lillifors. Langkah-langkah uji normalitas Lillifors sebagai berikut:28
a. Buat H 0 dan H a
b. Hitung rata-rata dan simpangan baku dengan rumus:
X́ =
∑X
n
2
c.
Dan
S=
√ n∑ X
n−1
2 (∑ X )
n
28
Indra Jaya, (2010), Statistik Penelitian Untuk Pendidikan, Bandung: Cita Pustaka Media
Perintis,Hal. 187
41
f. Bandingkan L0 dengan L tabel. Ambillah harga mutlak terbesar
disebut untuk menerima atau menolak hipotesis. Kita bandingkan L0
dengan kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata a=0,05
dengan kriteria :
1. Jika L0 < Ltabel maka data berdistribusi normal
2. Jika L0 < Ltabel maka data tidak berdistribusi normal
c. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran matematika realistic dan
model Cooperative Learning pada materi Theorema Phytagoras dilakukan
dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05. Dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hipotesis yang akan diuji:
29
Sudjana. (2005), Me (Bandung : Tarsito), hal. 250
42
Hipotesis 1
1. Hipotesis Pertama
H O : Terdapat pengaruh kemampuan pemahaman konsep matematika
dengan menggunakan model Pembelajaran Learning Start With a
Question (LSQ)
H a: Tidak terdapat pengaruh kemampuan pemahaman konsep
matematika dengan menggunakan model Pembelajaran Learning
Start With a Question (LSQ)
2 ( n1 −1 ) s 12 + ( n2−1 ) s 22
s=
n1+ n2−2
Keterangan:
❑1 = Rata-rata hasil belajar eksperimen I
❑2 = Rata-rata hasil belajar eksperimen II
n1 : Jumlah siswa kelas eksperimen I
n2 : Jumlah siswa kelas eksperimen II
S12 : Varians kelas eksperimen I
30
Ibid,hal 238
43
44