Anda di halaman 1dari 25

Evaluasi Pendidikan Islam Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Di MTs NU Banat Kudus

EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM


PEMBELAJARAN DI MTs NU BANAT KUDUS

M. Chusnuts Tsawab
IAIN Kudus, Kudus, Indonesia
ctsawab999@gmail.com

Uswatun Khasanah
IAIN Kudus, Kudus, Indonesia
uswah04.kds@gmail.com

Nor Faelashofa Afrida


IAIN Kudus, Kudus, Indonesia
nor.faelashofa18@gmail.com .

Abstrak
Dalam konteks pembelajaran, evaluasi memiliki kedudukan yang sangat
penting dan strategis, Evaluasi dalam pendidikan islam dilakukan secara
komprehensif dan terintegrasi, karena termasuk dalam langkah-langkah
pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
sistem pembelajaran. Ruang lingkupnya mencakup evaluasi dalam
program pembelajaran, proses pembelajaran, dan hasil pembelajaran.
Secara umum, prinsip evaluasi terdiri dari mengacu kepada tujuan,
obyektif, menyeluruh, kontinu (terus menerus). Dipandang dari jenisnya,
evaluasi pembelajaran terdiri dari evaluasi Formatif, Evaluasi Sumatif,
Evaluasi Diagnostik, Evaluasi penempatan (placement evaluation).
Sedangkan Implikasinya, evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di MTs NU Banat Kudus, dilakukan secara kontinuitas,
komprehensif, dan terintegrasi. Dengan demikian, pendidik Pendidikan
Agama Islam harus mampu mengevaluasi perkembangan peserta didik
mencakup aspek aqliyah, qolbiyah, dan amāliyah..
Kata kunci: Evaluasi, Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, MTs NU
Banat Kudus

1 Ilmu Pendidikan Islam_Maisyanah, M,Pd.I


A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu indikator maju atau tidaknya negara tersebut,
karena masa depan sebuah negara dikatakan aman apabila berada ditengah
masyarakat yang berpendidikan. Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha manusia
dewasa untuk mendewasakan peserta didik agar menjadi manusia mandiri dan
bertanggung jawab baik terhadap dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya. Ikhtiar
mendewasakan mengandung makna sangat luas; transfer pengetahuan dan
keterampilan, bimbingan dan arahan penguasaan pengetahuan, keterapilan dan
pembinaan kepribadian, sikap moral dan sebagainya. Demikian pula peserta didik,
tidak hanya diartikan manusia muda yang sedang tumbuh dan berkembang secara
biologis dan psikologis, tetapi manusia dewasa yang sedang mempelajari
pengetahuan dan keterampilan dirinya juga dikualifikasikan sebagai peserta didik.1

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, aklaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara2. Bangsa kita telah menyadari dan menyakini bahwa
pendidikan mampu meningkatkan kualitas hidup. Artinya orang yang
berpendidikan akan memiliki kehidupan yang lebih baik, makin tinggi tingkat
pendidikan dan makin baik pendidikan itu, makin bermutulah kehidupan, baik pada
tahap individu maupun masyarakat. Orang juga percaya bahwa pendidikan yang
baik adalah yang diselenggarakan dan berlangsung secara baik, dalam sistem
persekolahan yang baik, dalam keluarga yang baik, dan dalam lingkungan
masyarakat yang baik pula. Dewasa ini penyelenggaraan pendidikan yang baik

1
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005). 4
2
PR inonesia, “Pasal 1 Ayat 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional”,
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_20_03.htm
merupakan dambaan semua orang, pada masyarakat manapun. Setiap orang tua
ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah yang bermutu, baik pada jenjang
pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Lebih jauh, dewasa ini
pendidikan bukan hanya penting bagi anak-anak dan masa depannya, bagi orang
dewasa pun tidak kalah pentingnya. Oleh karena itu banyak orang dewasa yang
menyempatkan diri belajar, baik pada pendidikan formal maupun nonformal di
masyarakat, sesuai dengan semboyan bahwa pendidikan berlangsung sepanjang
hayat, ‘life long education’3.

Banyak dari guru yang masih memiliki persepsi yang salah mengenai kegiatan
evaluasi, sehingga evaluasi yang terjadi dilingkungan lembaga pendidikan tidak
sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari proses kegiatan evaluasi ini. Evaluasi
adalah suatu proses dimana pertimbangan atau keputusan suatu nilai disebut dari
berbagai pengamatan, evaluasi merupakan kemampuan dasar yang mutlak harus
dimiliki guru atau calon guru. Salah satu tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui
tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan.4

Dalam islam pendidikan sangat penting sebagai upaya menanamkan dan


mengaktualisasikan nilai-nilai islam pada kehidupan ini. Pentingnya pendidikan
terdapat dalam wahyu pertama QS. Al-Alaq ayat 1 – 5

ّ ‫إقرأ بسم‬
‫( خلق اإلنسان من‬1) ‫ربك الذي خلق‬

‫ّم‬ ّ‫( إقرأ و‬2) ‫علق‬


‫( الذي عل‬3) ‫ربك األكرم‬
(5) ‫ّم اإلنسان مالم يعلم‬
‫( عل‬4) ‫بالقلم‬
Artinya :

3
Sudardja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016). 4
4
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Jakarta: Direktorat jendral pendidikan islam, 2012). 25
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Sejalan dengan itu, maka tepat sekali apa yang dikatakan Immanuel Kant
bahwa manusia dapat menjadi manusia karena faktor pendidikan. Surah Al-Alaq
diatas, menempatkan masalah pendidikan dalam posisi yang sentral (central
position), dibebankan kepada seluruh umatnya tanpa terkecuali5.

Dalam dunia pendidikan apabila proses evaluasi tidak dilakukan oleh seorang
guru dalam proses pembelajaran yang ada, maka itu akan berakibat pada output
ataupun kualitas dari peserta didik tersebut, yakni tidak maksimalnya peserta didik
dalam memahami materi yang telah diajarkan serta tujuan yang diharapkan dari
sebuah lembaga pendidikan tersebut tidak dapat tercapai dengan maksimal. Dalam
perkembangannya masih terdapat beberapa guru yang belum maksimal dalam
melaksanakan kegiatan evaluasi, yakni masih terdapatnya guru yang tidak
melakukan perubahan dalam proses pembelajarannya, baik itu dalam penyampaian
materi maupun dalam kegiatan evaluasinya. Padahal sudah terlihat dengan jelas
bahwa peserta didik belum memahami materi yang diampaikan sehingga nilai yang
dihasilkan dalam proses pembelajaran tersenbut masih rendah. Selain itu adalah
guru menaikkan nilai raport peserta didik agar tuntas semua dalam mencapai nilai
KKM (Kriteria Ketuntassan Minimal) padahal dalam kenyataannya, masih ada
peserta didik yang nilainya jauh dari batas minimal yang telah ditentukan, Sehingga
nilai yang diterima peserta didik bukan nilai asli dari hasil pembelajaran yang telah
dilakukan.

5
Colle Said, “Paradigma Pendidikan Dalam Perspektif Surah Al-‘Alaq 1-5” Hunafa: Jurnal
Studia Islamika Vol. 13, No. 1, Juni 2016: 91-117, diakses pada 17 Februari, 2020,
http://oaji.net/pdf.html?n=2017/1163-1502160406.pdf
MTs NU Banat, merupakan salah satu lembaga yang dapat kami jadikan
sebagai tolak ukur dalam penerapan Pembelajaran, dalam hal ini MTs NU Banat
pun menerapkan Sistem Evaluasi dalam proses pembelajarannya,guna untuk
mengukur atau mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang
telah diberikan. Adapun beberapa penyebab yang menimbulkan masalah
pendidikan sebagaimana di uraikan di atas, salah satu penyebab yang menarik
untuk disoroti adalah belum optimalnya implementasi evaluasi yang efektif dan
efisien.

Dalam artikel ini kami menggunakan sudut pandang keislaman sebagai


penguat tulisan dalam artikel, karena dalam artikel ini sangat relevan apabila
dikaitkan dengan ilmu keislaman yang ada, karena ilmu keislaman bersumber dari
Alqur’an yang dimana akan terus relevan dipakai dimanapun dan kapanpun
zamannya. Selain itu alasan penggunaan ilmu keislaman ini adalah sebagai patokan
atau berpijak agar tulisan artikel ini tidak meleneng dari ajaran agama islam yang
telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas konsep dasar


evaluasi dan implikasinya dalam proses pembelajaran di MTs NU Banat Kudus.
Pembahasan ini diharapkan mampu menyelesaikan salah satu penyebab
permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan, salah satunya berkaitan dengan
permasalahan evaluasi pembelajaran dan untuk meluruskan persepsi para pendidik
dan calon pendidik dalam memaknai apa itu kegiatan evaluasi yang diterapkan
dalam sebuah lembaga pendidikan.

B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian kualitatif, yakni sebuah penelitian yang


menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber datanya langsung. Dalam hal ini
peneliti berusaha mencari data-datadengan menggali berbagai sumber yang terkait
dengan fokus penelitian. Penulis mengumpulkan sumber literatur dalam bentuk
dokumen, baik dari buku, jurnal, hasil seminar, dan diskusi dengan ahli yang relevan
dengan penelitian. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data. Pembahasan
yang dilakukan terhadap informasi yang berasal dari dokumentasi baik dalam bentuk
tulisan, rekaman, dan gambar, biasa dikenal dengan penelitian analisis isi

Jadi, Penelitian Kualitatif Deskriptif adalah penelitian yang menggunakan


lingkungan alamiah sebagai sumber datanya langsung dan data yang diperoleh
ditarik makna dan konsepnya melalui pemaparan deskriptif analitik, dan lebih
mengutamakan proses terjadinya sesuatu peristiwa tingkah laku dalam situasi
alam.

Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu:

1. Sumber Data Primer

Data Primer merupakan data yang langsung dikumpulkan dari Hasil


Wawancara langsung kepada salah satu guru yang melakukan evaluasi di
Sekolah MTs NU Banat Kudus. Dalam Hal ini adalah Ibu Dra. Hj. Dianah,
M.Pd.I. ,Guru mata pelajaran Qur’an Hadist Kelas dan IX MTs. NU Banat
Kudus

2. Sumber Data Sekunder

Sumber Data Sekunder dalam penelitian ini, didapat dari beberapa


literatur terkait seperti dari buku-buku, dan jurnal-jurnal yang sesuai dengan
topic pembahasan artikel ini. .

C. Hasil dan Pembahasan

1. Evaluasi Pendidikan Islam


a. Definisi Evaluasi Pendidikan Islam
Secara Etimologi, evaluasi berasal dari bahasa inggris “Evaluation”
yang berarti penilaian dan penaksiran. Dalam bahasa arab, dijumpai istilah
imtihan, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil
akhir dari proses suatu kegiatan6. Sedangkan menurut istilah, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown dalam
essensial of educational evaluation, Mengatakan bahwa Evaluasi adalah suatu
tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk menentukan nilai dari segala
sesuatu dalam dunia pendidikan, atau keputusan-keputusan yang diambil
dalam Proses pendidikan secara umum, baik megenai perencanaan,
pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan atau yang menyangkut
peroragan, kelompok maupun kelembagaan7

Oleh karena itu, yang dimaksud dengan evaluasi dalam pendidikan


islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan
pendidikan islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang
selaras dengan nilai-nilai islam sebagai tujuan dari pendidikan islam itu
sendiri. Begitupun juga pengertian pendidikan telah banyak dikemukakan
oleh para ahli pendidikan. Menurut Ahmad D. Marimba sebagaimana dikutip
Mansur Muslich pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.

Sementara Gunawan sebagaimana dikutip Mansur Muslich Pendidikan


pada dasarnya adalah suatu proses untuk menciptakan kedewasaan pada
manusia. Proses yang dilalui untuk mencapai kedewasaan tersebut
membutuhkan waktu yang lama, karena aspek yang ingin dikembangkan

6
Ano Suharno, “Evaluasi Pendidikan Perspektif Islam”, Jurnal Qathruna, Vol.3, No.2 (Juli-
Desember 2016), http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/20
7
Dayun Riyadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017), 225
bukan hanya kognitif semata-mata melainkan mencakup semua aspek
kehidupan, termasuk didalamnya nilai-nilai ketuhanan8

Dari beberapa pengertian pendidikan yang telah dipaparkan ahli


pendidikan, meskipun berbeda secara redaksional namun secara essensial
terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor yang terdapat didalamnya yaitu
bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan,
tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti:
pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya untuk mencapai kedewasaan
jasmani dan rohani, dalam interaksinya dengan lingkungan disekitarnya.

Al Qur’an sebagai dasar segala disiplin ilmu termasuk ilmu pendidikan


islam, secara implisit sebenarnya telah memberikan deskripsi tentang
evaluasi pendidikan dalam islam9. Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an
Surat Al-Zalzalah: 7-810.

ّ‫فمن يعمل مثقال ذ‬


‫( ومن‬7) ‫رة خيرا يره‬
ّ‫ّة ش‬
(8) ‫را يره‬ ‫يعمل مثقال ذر‬

Artinya:

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya


dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan
kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balsan) nya pula
(QS. Al-Zalzalah: 7-8)

8
Ano Suharno, “Evaluasi Pendidikan Perspektif Islam”, Jurnal Qathruna, Vol.3, No.2 (Juli-
Desember 2016), http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/20
9
Dayun Riyadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam,( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017). 224
10
Al Qur’anul Karim, Surah Al Zalzalah:7-8,( Kudus: CV. Mubarokatan Thayyibah)
Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara
spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu
yang terencana, sistematik, berdasakan tujuan yang jelas dan komprehensif.

b. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam

Agar evaluasi dapat akurat dan bermanfaat bagi para peserta didik dan
masyarakat, maka evaluasi harus menerapkan seperangkat prinsip-prinsip
umum sebagai berikut11:

Pertama, evaluasi mengacu kepada tujuan. Setiap aktifitas


manusia sudah barang tentu mempunyai tujuan tertentu, karena
aktifitas yang tidak mempunyai tujuan berarti merupakan aktifitas atau
pekerjaan sia-sia. Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada
umatnya agar meninggalkan aktifitas yang sia-sia tersebut 12. Hal ini
dapat dipahami dari hadits Nabi SAW
‫تركه ماال يغنيه‬ ‫من حسن إسالم‬
‫المرء‬
)‫(رواه الترمذي‬
Artinya : “Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah dia akan
meninggalkan segala aktifitas yang tidak berguna baginya (sia-
sia)”(H.R. Turmudzi)
Kedua, evaluasi dilaksanakan secara obyektif, dalam arti bahwa
evaluasi itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data
yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektifitas dari evaluator
(penilai). Dalam Al-Qur’an dijelaskan:

11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015, hal. 401
12
Ano Suharno, “Evaluasi Pendidikan Perspektif Islam”, Jurnal Qathruna, Vol.3, No.2 (Juli-
Desember 2016), http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/20
‫دمآؤها ولكن‬
‫يناله‬ ‫لحومها‬ ‫ّّل‬
‫لن ينال ا‬
‫وال‬
‫على‬ ّ‫االتقوى منكم كذلك س‬
ّ
‫ال‬ ّ ‫خرها لكم ل‬
ّ ‫تكبروا‬
‫ّر‬
‫ما هدىكم وبش‬
(37) ‫المحسنين‬
Artinya:
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah SWT, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya
kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah
kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-Hajj: 37)

Ketiga, Evaluasi bersifat menyeluruh. Evaluasi harus dilakukan secara


menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psiikomotorik dan
meliputi seluruh materi ajar serta berdasarkan pada strategi dan prosedur
penilaian.

Keempat, evaluasi itu harus dilakukan secara kontinu (terus menerus).


Bila aktifitas pendidikan agama Islam dipandang sebagai suatu proses untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka evaluasi pendidikannya pun harus
dilakukan secara kontinue (terus-menerus), dengan tetap memperhatikan
prinsip (obyektifitas) dan prinsip (harus dilakukan secara komprehensif).
Prinsip keempat ini selaras dengan ajaran istiqomah dalam
Islam, yakni bahwa setiap umat Islam hendaknya tetap tegak beriman
kepada Allah, yang diwujudkan dengan senantiasa mempelajari Islam,
mengenalkannya serta tetap membela tegaknya agama Islam.
Meskipun terdapat berbagai tantangan dan rintangan yang senantiasa
dihadapinya.
c. Jenis-Jenis Evaluasi Pendidikan
Dengan menggunakan evaluasi yang tepat sasaran, maka seorang guru
akan dapat mengetahui dengan pasti tentang kemajuan, kelemahan dan
hambatan-hambatan peserta didik dalam pelaksanaan tugasnya yang pada
gilirannya akan dijadikan bahan perbaikan program atau secara langsung
dilaksanakan remidial teaching, atau bila dipandang perlu peserta didik diberi
bimbingan belajar secara lebih intensif. Berikut adalah jenis-jenis evaluasi13:

1) Evaluasi Formatif, yang menetapkan tingkat penguasaan manusia didik


dan menentukan bagian-bagian tugas yang belum dikuasai dengan tepat.

2) Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian secara umum tentang keseluruhan hasil


dari proses belajar mengajar yang dilakukan pada setiap akhir periode
belajar mengajar secara terpadu.

3) Evaluasi Diagnostik ialah penilaian yang dipusatkan pada proses belajar


mengajar dengan melokalisasikan suatu titik awal yang sesuai. Misalnya,
mengklasifikasikan murid sesuai dengan kesamaan minat, bakat,
kepribadian, latar belakang, kecerdasan, keterampilan dan riwayat
pendidikan atau penguasaan strategi belajar mengajar tertentu atau
metode tertentu yang hendak direalisasikan. Evaluasi diagnostik ini
bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan suatu pengertian yang
telah dikuasai murid serta untuk menetapkan tahap-tahap program
berikutnya.

4) Evaluasi penempatan (placement evaluation) yang menitik beratkan pada


penilaian tentang permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan:

a. Ilmu pengetahuan dan keterampilan murid yang diperlukan untuk


awal proses belajar mengajar.
13
Arifin, Ilmu Pendidikan Isalm: Tinjauan Teoritis dan praktis berdasarkan pendekatan
interdisipliner, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, hal 167
b. Pengetahuan murid tentang tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
sekolah.
c. Minat dan perhatian, kebiasaan bekerja, corak kepribadian yang
menonjol yang mengandung konotasi kepada suatu metode belajar
tertentu misalnya, belajar berkelompok dan sebagainya.

Meskipun dalam sumber ilmu pendidikan islam, klasifikasi jenis


evaluasi diatas tidak ditemukan secara eksplisit, namun dalam praktik
dapat diketahui bahwa pada prinsipnya evaluasi-evaluasi sejenis itu
sering kali ditemukan dalam Al Qur’an dan Sunnah Nabi. Misalnya,
murid-murid al kuttab pada periode awal perkembangan islam hanya
ditetapkan untuk anak-anak, Demikian juga Jawiyyah hanya diikuti oleh
orang-orang yang berminat sama yaitu tasawuf.

Juga prinsip Ibnu Sina dalam pemberian pelajaran yang harus


dimulai dari pelajaran yang mudah menuju yang susah mengingat
kemampuan murid yang belum dapat menguasai secara cepat bahan-
bahan pengetahuan yang diberikan oleh guru (ini hasil evaluasi beliau).
Dalam sejarah pendidikan islam terbukti bahwa setiap akhir unit
pelajaran diselenggarakan Khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari
proses pendidikan di madrasah-madrasah di negara kita sejak dahulu
telah dikenal sistem imtihan atau ujian.

d. Tujuan dan Fumgsi Evaluasi Pendidikan Islam


Menurut Abdul Mujib dkk, bahwa tujuan evaluasi adalah sebagaii berikut14:

1) Merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.

2) Mengetahui tingkat efektifitas metode yang digunakan dalam


meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik terhadap materi

14
Sawaluddin,” Konsep Evauasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam”, Jurnal Al-Thariqah,
Vol.3, No. 1, Januari-Juni 2018, http://www.journal.uir.ac.id/index.php/althariqah/article/view/1775
Jumat, 14 Februari 2020
pelajaran yang dipelajari, serta melatih keberanian, dan mengajak peserta
didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan
mengetahui tingkat perubahan perilakunya.

3) Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah,
sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar
kekurangannya.

4) Mengumpulkan informasi yang dapat dipergunkan sebagai dasar untuk


mengadakan pengecekan yang sistemaatis terhadap hasil pendidikan yang
telah dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Pendapat senada mengungkapkan bahwa tujuan evaluasi yaitu untuk


mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompetensi/subkompetensi
tertentu setelah mengikuti proses pembelajaran, untuk mengetahui kesulitan
belajar peserta didik (diagnostik test) dan untuk memberikan arah dan lingkup
pengembangan evaluasi selanjutnya.

Tujuan dan fungsi evaluasi dalam pendidikan islam mengacu pada


sistem evaluasi yang digariskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan
dijabarkan dalam sunnah, yang dilakukan Rasulullah SAW. Dalam proses
pembinaan risalah Islamiyyah. Secara umum tujuan dan fungsi evaluasi
pendidikan islam sebagai berikut15:

Pertama, untuk menguji. Hal ini digambarkan dalam ayat Al-Qur’an


tentang menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai
macam problema kehidupan yang dihadapi.

15
Ano Suharno, “Evaluasi Pendidikan Perspektif Islam”, Jurnal Qathruna, Vol.3, No.2 (Juli-
Desember 2016), http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/20
‫ولنبلونكم بشيئ من الخوف والجوع ونقص‬
‫ّر‬
‫من اآلموال واآلنفس والثمرات وبش‬
(155) ‫الصابرين‬

Artinya:

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit


ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Baqarah:
155)

Kedua, untuk mengetahui. Hal ini digambarkan dalam ayat Al-Qur’an


tentang sejauhmana atau samapai dimana hasil pendidikan wahtu yang telah
diaplikasikan Rasulullah SAW. Kepada umatnya sebagaimana firman Allah
SWT

‫قال الذين عنده علم من الكتاب‬


‫إليك‬ ّ ‫أناءاتىك به قبل ان ي‬
‫رتد‬
‫طرفك‬
ّ ‫ف‬
‫لما رؤاه مستقرا عنده قال هذا من فضل‬
ّ
‫كر‬V ‫ربى ليبلونى ءاشكر ام اكفر ومن ش‬
ّ ‫ّنما‬
‫ربى‬ ‫ّنما يشكر لنفسه ومن كفر فإ‬
‫فإ‬
(40) ‫ّ كريم‬
‫غني‬

Artinya:

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al kitab: “Aku akan


membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.”Maka tatkala
sulaiman melihat singgasana itu terletak dihadapannya, iapun berkata: “Ini
termasuk karunia tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka
sesungguhnya diabersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa
yang ingkar, maka sesungguhnya tuhanku Maha Kaya Lagi Maha Mulia.”
(QS. An Naml: 40)

Ketiga, untuk menentukan klasifikasi atau tingkat . Hal ini


digambarkan dalam ayat Al-Qur’an tentang klasifikasi atau tingkat hidup
keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah SWT,
Terhadap Nabi Ibrahim as. Yang menyembelih Nabi Ismail as.putra yang
dicintainya. Sebagaimana Firman Allah

ّ
(103) ‫ّا أسلم وتله للجبين‬
‫فلم‬
‫( قد‬104) ‫ونادينه أن يا ابراهيم‬
‫ّنا كذالك نجزى‬
‫صدقت الرؤيا ا‬
‫هذا لهو‬ 105) ‫ّن‬
‫المحسنين (ا‬
‫البلؤا‬
‫( وفدينىه بذبح عظيم‬106) ‫المبين‬
)107(

Artinya:

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan


anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan kami panggil
dia: “ Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”,
SSesungguhnya demikian kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.(QS. Al-Shaffat: 103-
107)
Keempat, untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan
pelajaran yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluaian terhadap
Nabi Adam as. Tentang asma’ yang diajarkan Allah SWT kepadanya
dihadapan para malaikat

‫ّها ثم‬
‫ّ عرضهم على‬ ّ ‫و‬
‫علم ءادم اآلسماء كل‬
‫الملئكة فقال أنبئونى بأسماء‬
‫هؤآلء‬
(31) ‫إنكنتم صادقين‬

Artinya:

Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar. (QS. Al-Baqarah: 31)

Kelima, Memberikan semacam tabsyir (berita gembira)/reward bagi


yang beraktivitas baik, dan memberikan semacam ‘Iqab (sikssa) /punishment
bagi mereka yang beraktifitas buruk. Sebagaimana Firman Allah SWT

ّ‫فمن يعمل مثقال ذ‬


‫( ومن‬7) ‫رة خيرا يره‬
ّ‫ّة ش‬
(8) ‫را يره‬ ‫يعمل مثقال ذر‬

Artinya:

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya


dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan
kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula
(QS. Al-Zalzalah: 7-8)

2. Implikasi Evaluasi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran Di MTs NU


Banat Kudus
Pembelajaran merupakan salah satu aspek inti dalam proses pendidikan yang
didalamnya mencakup berbagai aspek, seperti: perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Pembelajaran yang baik dapat diketahui tatkala evaluasi telah dilakukan,
Adapun evaluasi memiliki kedudukan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, yakni digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Dan dalam penelitian ini kami mengambil
sampel lembaga pendidikan Mts NU Banat Kudus yang merupakan salah satu
lembaga pendidikan di Kudus yang ikut menerapkan kegiatan evaluasi setelah
proses pembelajaran dilakukan. 16.

Dalam proses wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Dra. Hj. Dianah,
M.Pd.I selaku guru mata pelajaran Qur’an Hadist kelas VIII dan IX MTs. NU Banat
Kudus, beliau menuturkan mengenai apa yang menjadi tujuan ataupun alasan
beliau menerapkan proses evaluasi dalam proses pembelajaran:

“ Tujuan penilaian bagi saya adalah untuk mengetaui kadar/ukuran


pemhaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatihbkeberanian dan
mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan,
disamping itu juga untuk mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan
yang lemah sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar dia dapat mengejar
kekurangannya., juga untuk mengevaluai dari sejauh mana saya
bersungguhsungguh dalam menjalankan tugas saya untuk mencapai tujuan
tersebut.”

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kita bisa mengetahui


bahwa beliau selalu melakukan proses evaluasi pembelajaran kepada peserta didik

16
Tatang Hidayat dan Abas Asyafah,”Konsep Dasar Evaluasi Dan Implikasinya Dalam Evaluasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah”, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume
10. No. I 2019 P. ISSN: 20869118,
dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yakni dengan melalui penilaian proses,
penilaian pengetahuan maupun penilaian hasil pembelajaran. Adapun penilaian
proses dapat dilakukan dengan melalui penilaian pengamatan sikap. Penilaian ini
dilakukan ketika peserta didik melakukan kegiatan diskusi kelompok maupun
ketika proses presentasi dilakukan. Dari proses diskusi tersebut beberapa sikap
yang dinilai adalah: kerjasama, keaktifan, kepedulian, kesantunan, inisiatif serta
ketrampilan peserta didik.

Adapun penilaian Pengetahuan didapatkan dari nilai tugas yang meliputi:


tugas mandiri, tugas kelompok, ataupun tugas proyek. Tugas mandiri dilakukan
denagn cara mengerjakan lembar kerja siswa (LKS), tugas kelompok dengan cara
menyusun makalah, dan tugas proyek dilakukan dengan cara misalnya mencari
ayat-ayat terkait dengan bacaan tajwid. Penilaian pengetahuan juga dilakukan
melalui penilaian ulangan harian yang dilakukan setiap menyelesaikan satuan
Kompetensi Dasar (KD). Penilaian ulangan harian dilakukan dengan teknik post-
test yakni berupa tes tertulis yang disesuaikan dengan materi yang sedang
dipelajari. Peserta yang nilainya kurang dari KKM akan kembali melewati proses
remedial dan yang nilainya diatas KKM akan tetap mendapatkan soal pengayaan17.

Selain itu, Ibu Dra. Hj. Dianah, M.Pd.I., juga menjelaskan bahwa MTs. NU
Banat Kudus menerapkan proses evaluasi melalui PenilaianTengah Semester (PTS)
dan Penilaian Akhir Semester (PAS) seperti lembaga pendidikan yang lain. Untuk
kegiatan Penilaian Tengah Semester (PTS), MTs. NU Banat dilaksanakan secara
mandiri artinya mulai dari penyusunan kisi-kisi soal, kartu soal, sampai pada
naskah soal dibuat oleh madrasah sendiri, termasuk juga penggandaan naskah soal
dan lembar jawab. Adapun kegiatan Penilaian Akhir Semester (PAS) dilakukan
juga secara mandiri bahkan peserta didik dituntut untuk mengerjakannya dengan
menggunakan lembar jawab computer (LIK) dan dikoreksi melalui scan. Melalui
teknologi Scan tersebut, skor nilai beserta analisis soal akan keluar secara langsung

17
Dianah, wawancara oleh penulis, 23 Februari 2020
untuk kemudian dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pendidik untuk memperbaiki
sistem proses belajar mengajar kedepannya.

Sebagaimana dalam Al Qur’an yang telah menjelasakn secara implisit


tentang evaluasi pendidikan dalam islam18.

‫( ومن‬7) ‫ّة خيرا يره‬


‫فمن يعمل مثقال ذر‬
(8) ‫ّا يره‬
‫ّة شر‬
‫يعمل مثقال ذر‬

Artinya:

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balsan) nya pula (QS. Al-Zalzalah: 7-8)

D. Simpulan

Sebagaimana penjelasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat


disimpulkan bahwa: Evaluasi dalam pendidikan islam harus dilakukan
secara komprehensif dan terintegrasi, sehingga tujuan yang inginkan
dapat tercapi secara maksimal sesuai denagn apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Dalam sistem pendidikan islam evaluasi
memiliki kedudukan yang sangat penting, karena evaluasi menempati
posisi yang sangat sentral yakni untuk mengetahui keberhasilan proses
pembelajaran dan seberapa jauh peserta didoik memahami marteri yang
telah disampaikan

18
Dayun Riyadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017, hal. 224
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
pembelajaran yang dilakukan, fungsinya untuk mengetahui kapasitas
pendidik dan peserta didik, sehingga bisa dilakukan perbaikan jika
memang ditemukan ada faktor yang belum optimal dalam proses
pembelajaran. Kegunaan evaluasi dalam pembelajaran PAI untuk
perbaikan, penyesuaian, dan penyempurnaan program berdasarkan
pengalaman pendidik yang didapatkan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwikarta, Sudarja. Sosiologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016.
Al Qur’anul Karim, Surah Al Zalzalah:7-8 ( Kudus: CV. Mubarokatan
Thayyibah)
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan praktis berdasarkan
pendekatan interdisipliner, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat jendral
pendidikan islam, 2012
Dianah, wawancara oleh penulis, 23 Februari 2020
Hamzah , Dayun Riyadi, Nurlaili, Junaidi, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017
M. Nazar Al Masri, “Evaluasi Menurut Filsafat Pendidikan Islam”, Kutubkhanah:
Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 17, No. 2, Juli-Desember, 2014,
http://www.ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/kutubkhanah/article/download/819/779
Nurkholis, Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi, “Jurnal Kependidikan”,
Vol 1, No.1, November 2013,
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/download
/530/473/
PR Indonesia, Pasal 1 Ayat 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015
Rosmiati Aziz, A. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyajarta: Sibuku, 2019
Sawaluddin,” Konsep Evauasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam”, Jurnal Al-
Thariqah, Vol.3, No. 1, Januari-Juni 2018,
http://www.journal.uir.ac.id/index.php/althariqah/article/view/1775
Said, Colle “Paradigma Pendidikan Dalam Perspektif Surah Al-‘Alaq 1-5” Hunafa:
Jurnal Studia Islamika Vol. 13, No. 1, Juni 2016: 91-117 – 17 Februari, 2020,
http://oaji.net/pdf.html?n=2017/1163-1502160406.pdf
Suharno, Ano “Evaluasi Pendidikan Perspektif Islam”, Jurnal Qathruna, Vol.3, No.2
(Juli-Desember 2016,
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/20 Syar’I, Ahmad.
Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005.
Tatang Hidayat dan Abas Asyafah,”Konsep Dasar Evaluasi Dan Implikasinya Dalam
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah”, Al-Tadzkiyyah:
Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN: 20869118

Anda mungkin juga menyukai