M. Chusnuts Tsawab
IAIN Kudus, Kudus, Indonesia
ctsawab999@gmail.com
Uswatun Khasanah
IAIN Kudus, Kudus, Indonesia
uswah04.kds@gmail.com
Abstrak
Dalam konteks pembelajaran, evaluasi memiliki kedudukan yang sangat
penting dan strategis, Evaluasi dalam pendidikan islam dilakukan secara
komprehensif dan terintegrasi, karena termasuk dalam langkah-langkah
pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
sistem pembelajaran. Ruang lingkupnya mencakup evaluasi dalam
program pembelajaran, proses pembelajaran, dan hasil pembelajaran.
Secara umum, prinsip evaluasi terdiri dari mengacu kepada tujuan,
obyektif, menyeluruh, kontinu (terus menerus). Dipandang dari jenisnya,
evaluasi pembelajaran terdiri dari evaluasi Formatif, Evaluasi Sumatif,
Evaluasi Diagnostik, Evaluasi penempatan (placement evaluation).
Sedangkan Implikasinya, evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di MTs NU Banat Kudus, dilakukan secara kontinuitas,
komprehensif, dan terintegrasi. Dengan demikian, pendidik Pendidikan
Agama Islam harus mampu mengevaluasi perkembangan peserta didik
mencakup aspek aqliyah, qolbiyah, dan amāliyah..
Kata kunci: Evaluasi, Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, MTs NU
Banat Kudus
Pendidikan merupakan salah satu indikator maju atau tidaknya negara tersebut,
karena masa depan sebuah negara dikatakan aman apabila berada ditengah
masyarakat yang berpendidikan. Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha manusia
dewasa untuk mendewasakan peserta didik agar menjadi manusia mandiri dan
bertanggung jawab baik terhadap dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya. Ikhtiar
mendewasakan mengandung makna sangat luas; transfer pengetahuan dan
keterampilan, bimbingan dan arahan penguasaan pengetahuan, keterapilan dan
pembinaan kepribadian, sikap moral dan sebagainya. Demikian pula peserta didik,
tidak hanya diartikan manusia muda yang sedang tumbuh dan berkembang secara
biologis dan psikologis, tetapi manusia dewasa yang sedang mempelajari
pengetahuan dan keterampilan dirinya juga dikualifikasikan sebagai peserta didik.1
1
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005). 4
2
PR inonesia, “Pasal 1 Ayat 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional”,
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_20_03.htm
merupakan dambaan semua orang, pada masyarakat manapun. Setiap orang tua
ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah yang bermutu, baik pada jenjang
pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Lebih jauh, dewasa ini
pendidikan bukan hanya penting bagi anak-anak dan masa depannya, bagi orang
dewasa pun tidak kalah pentingnya. Oleh karena itu banyak orang dewasa yang
menyempatkan diri belajar, baik pada pendidikan formal maupun nonformal di
masyarakat, sesuai dengan semboyan bahwa pendidikan berlangsung sepanjang
hayat, ‘life long education’3.
Banyak dari guru yang masih memiliki persepsi yang salah mengenai kegiatan
evaluasi, sehingga evaluasi yang terjadi dilingkungan lembaga pendidikan tidak
sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari proses kegiatan evaluasi ini. Evaluasi
adalah suatu proses dimana pertimbangan atau keputusan suatu nilai disebut dari
berbagai pengamatan, evaluasi merupakan kemampuan dasar yang mutlak harus
dimiliki guru atau calon guru. Salah satu tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui
tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan.4
ّ إقرأ بسم
( خلق اإلنسان من1) ربك الذي خلق
3
Sudardja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016). 4
4
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Jakarta: Direktorat jendral pendidikan islam, 2012). 25
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Sejalan dengan itu, maka tepat sekali apa yang dikatakan Immanuel Kant
bahwa manusia dapat menjadi manusia karena faktor pendidikan. Surah Al-Alaq
diatas, menempatkan masalah pendidikan dalam posisi yang sentral (central
position), dibebankan kepada seluruh umatnya tanpa terkecuali5.
Dalam dunia pendidikan apabila proses evaluasi tidak dilakukan oleh seorang
guru dalam proses pembelajaran yang ada, maka itu akan berakibat pada output
ataupun kualitas dari peserta didik tersebut, yakni tidak maksimalnya peserta didik
dalam memahami materi yang telah diajarkan serta tujuan yang diharapkan dari
sebuah lembaga pendidikan tersebut tidak dapat tercapai dengan maksimal. Dalam
perkembangannya masih terdapat beberapa guru yang belum maksimal dalam
melaksanakan kegiatan evaluasi, yakni masih terdapatnya guru yang tidak
melakukan perubahan dalam proses pembelajarannya, baik itu dalam penyampaian
materi maupun dalam kegiatan evaluasinya. Padahal sudah terlihat dengan jelas
bahwa peserta didik belum memahami materi yang diampaikan sehingga nilai yang
dihasilkan dalam proses pembelajaran tersenbut masih rendah. Selain itu adalah
guru menaikkan nilai raport peserta didik agar tuntas semua dalam mencapai nilai
KKM (Kriteria Ketuntassan Minimal) padahal dalam kenyataannya, masih ada
peserta didik yang nilainya jauh dari batas minimal yang telah ditentukan, Sehingga
nilai yang diterima peserta didik bukan nilai asli dari hasil pembelajaran yang telah
dilakukan.
5
Colle Said, “Paradigma Pendidikan Dalam Perspektif Surah Al-‘Alaq 1-5” Hunafa: Jurnal
Studia Islamika Vol. 13, No. 1, Juni 2016: 91-117, diakses pada 17 Februari, 2020,
http://oaji.net/pdf.html?n=2017/1163-1502160406.pdf
MTs NU Banat, merupakan salah satu lembaga yang dapat kami jadikan
sebagai tolak ukur dalam penerapan Pembelajaran, dalam hal ini MTs NU Banat
pun menerapkan Sistem Evaluasi dalam proses pembelajarannya,guna untuk
mengukur atau mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang
telah diberikan. Adapun beberapa penyebab yang menimbulkan masalah
pendidikan sebagaimana di uraikan di atas, salah satu penyebab yang menarik
untuk disoroti adalah belum optimalnya implementasi evaluasi yang efektif dan
efisien.
B. Metodologi Penelitian
6
Ano Suharno, “Evaluasi Pendidikan Perspektif Islam”, Jurnal Qathruna, Vol.3, No.2 (Juli-
Desember 2016), http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/20
7
Dayun Riyadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017), 225
bukan hanya kognitif semata-mata melainkan mencakup semua aspek
kehidupan, termasuk didalamnya nilai-nilai ketuhanan8
Artinya:
8
Ano Suharno, “Evaluasi Pendidikan Perspektif Islam”, Jurnal Qathruna, Vol.3, No.2 (Juli-
Desember 2016), http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/20
9
Dayun Riyadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam,( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017). 224
10
Al Qur’anul Karim, Surah Al Zalzalah:7-8,( Kudus: CV. Mubarokatan Thayyibah)
Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara
spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu
yang terencana, sistematik, berdasakan tujuan yang jelas dan komprehensif.
Agar evaluasi dapat akurat dan bermanfaat bagi para peserta didik dan
masyarakat, maka evaluasi harus menerapkan seperangkat prinsip-prinsip
umum sebagai berikut11:
11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015, hal. 401
12
Ano Suharno, “Evaluasi Pendidikan Perspektif Islam”, Jurnal Qathruna, Vol.3, No.2 (Juli-
Desember 2016), http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/20
دمآؤها ولكن
يناله لحومها ّّل
لن ينال ا
وال
على ّاالتقوى منكم كذلك س
ّ
ال ّ خرها لكم ل
ّ تكبروا
ّر
ما هدىكم وبش
(37) المحسنين
Artinya:
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah SWT, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya
kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah
kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-Hajj: 37)
14
Sawaluddin,” Konsep Evauasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam”, Jurnal Al-Thariqah,
Vol.3, No. 1, Januari-Juni 2018, http://www.journal.uir.ac.id/index.php/althariqah/article/view/1775
Jumat, 14 Februari 2020
pelajaran yang dipelajari, serta melatih keberanian, dan mengajak peserta
didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan
mengetahui tingkat perubahan perilakunya.
3) Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah,
sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar
kekurangannya.
15
Ano Suharno, “Evaluasi Pendidikan Perspektif Islam”, Jurnal Qathruna, Vol.3, No.2 (Juli-
Desember 2016), http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/20
ولنبلونكم بشيئ من الخوف والجوع ونقص
ّر
من اآلموال واآلنفس والثمرات وبش
(155) الصابرين
Artinya:
Artinya:
ّ
(103) ّا أسلم وتله للجبين
فلم
( قد104) ونادينه أن يا ابراهيم
ّنا كذالك نجزى
صدقت الرؤيا ا
هذا لهو 105) ّن
المحسنين (ا
البلؤا
( وفدينىه بذبح عظيم106) المبين
)107(
Artinya:
ّها ثم
ّ عرضهم على ّ و
علم ءادم اآلسماء كل
الملئكة فقال أنبئونى بأسماء
هؤآلء
(31) إنكنتم صادقين
Artinya:
Artinya:
Dalam proses wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Dra. Hj. Dianah,
M.Pd.I selaku guru mata pelajaran Qur’an Hadist kelas VIII dan IX MTs. NU Banat
Kudus, beliau menuturkan mengenai apa yang menjadi tujuan ataupun alasan
beliau menerapkan proses evaluasi dalam proses pembelajaran:
16
Tatang Hidayat dan Abas Asyafah,”Konsep Dasar Evaluasi Dan Implikasinya Dalam Evaluasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah”, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume
10. No. I 2019 P. ISSN: 20869118,
dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yakni dengan melalui penilaian proses,
penilaian pengetahuan maupun penilaian hasil pembelajaran. Adapun penilaian
proses dapat dilakukan dengan melalui penilaian pengamatan sikap. Penilaian ini
dilakukan ketika peserta didik melakukan kegiatan diskusi kelompok maupun
ketika proses presentasi dilakukan. Dari proses diskusi tersebut beberapa sikap
yang dinilai adalah: kerjasama, keaktifan, kepedulian, kesantunan, inisiatif serta
ketrampilan peserta didik.
Selain itu, Ibu Dra. Hj. Dianah, M.Pd.I., juga menjelaskan bahwa MTs. NU
Banat Kudus menerapkan proses evaluasi melalui PenilaianTengah Semester (PTS)
dan Penilaian Akhir Semester (PAS) seperti lembaga pendidikan yang lain. Untuk
kegiatan Penilaian Tengah Semester (PTS), MTs. NU Banat dilaksanakan secara
mandiri artinya mulai dari penyusunan kisi-kisi soal, kartu soal, sampai pada
naskah soal dibuat oleh madrasah sendiri, termasuk juga penggandaan naskah soal
dan lembar jawab. Adapun kegiatan Penilaian Akhir Semester (PAS) dilakukan
juga secara mandiri bahkan peserta didik dituntut untuk mengerjakannya dengan
menggunakan lembar jawab computer (LIK) dan dikoreksi melalui scan. Melalui
teknologi Scan tersebut, skor nilai beserta analisis soal akan keluar secara langsung
17
Dianah, wawancara oleh penulis, 23 Februari 2020
untuk kemudian dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pendidik untuk memperbaiki
sistem proses belajar mengajar kedepannya.
Artinya:
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balsan) nya pula (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
D. Simpulan
18
Dayun Riyadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017, hal. 224
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
pembelajaran yang dilakukan, fungsinya untuk mengetahui kapasitas
pendidik dan peserta didik, sehingga bisa dilakukan perbaikan jika
memang ditemukan ada faktor yang belum optimal dalam proses
pembelajaran. Kegunaan evaluasi dalam pembelajaran PAI untuk
perbaikan, penyesuaian, dan penyempurnaan program berdasarkan
pengalaman pendidik yang didapatkan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwikarta, Sudarja. Sosiologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016.
Al Qur’anul Karim, Surah Al Zalzalah:7-8 ( Kudus: CV. Mubarokatan
Thayyibah)
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan praktis berdasarkan
pendekatan interdisipliner, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat jendral
pendidikan islam, 2012
Dianah, wawancara oleh penulis, 23 Februari 2020
Hamzah , Dayun Riyadi, Nurlaili, Junaidi, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017
M. Nazar Al Masri, “Evaluasi Menurut Filsafat Pendidikan Islam”, Kutubkhanah:
Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 17, No. 2, Juli-Desember, 2014,
http://www.ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/kutubkhanah/article/download/819/779
Nurkholis, Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi, “Jurnal Kependidikan”,
Vol 1, No.1, November 2013,
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/download
/530/473/
PR Indonesia, Pasal 1 Ayat 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015
Rosmiati Aziz, A. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyajarta: Sibuku, 2019
Sawaluddin,” Konsep Evauasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam”, Jurnal Al-
Thariqah, Vol.3, No. 1, Januari-Juni 2018,
http://www.journal.uir.ac.id/index.php/althariqah/article/view/1775
Said, Colle “Paradigma Pendidikan Dalam Perspektif Surah Al-‘Alaq 1-5” Hunafa:
Jurnal Studia Islamika Vol. 13, No. 1, Juni 2016: 91-117 – 17 Februari, 2020,
http://oaji.net/pdf.html?n=2017/1163-1502160406.pdf
Suharno, Ano “Evaluasi Pendidikan Perspektif Islam”, Jurnal Qathruna, Vol.3, No.2
(Juli-Desember 2016,
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/20 Syar’I, Ahmad.
Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005.
Tatang Hidayat dan Abas Asyafah,”Konsep Dasar Evaluasi Dan Implikasinya Dalam
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah”, Al-Tadzkiyyah:
Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 P. ISSN: 20869118