Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“KEBUDAYAAN ISLAM”

  

OLEH:

KELAS B

KELOMPOK 10 :

1. ULFA SOPIANI
2. WAWAN ISLAMI
3. YASMINE NURUL AZMI
4. ZAHWA FIRA NIZ’AH

POLTEKKES KEMENKES MATARAM


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D IV KEPERAWATAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT dan segala puji syukur hanya bagi-Nya Tuhan semesta
alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan makalah Pendidikan
Agama Islam “Kebudayaan Islam” ini. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam
proses  pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Maksud penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat memenuhi tugas Pendidikan Agama
Islam.Makalah ini juga menguraikan beberapa materi mengenai Kebudayaan Islam  juga untuk
mempermudah pemahaman kepada kita semua, khususnya mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Mataram. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyampaikan terimakasih kepada yang
turut serta membantu dalam penyelasaian makalah ini. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak
lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami berharap semoga makalah yang kami buat
ini bisa menambah pengetahuan dan  bermanfaat bagi pembaca. Kami selaku penulis makalah ini
menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami
butuhkan untuk perbaikan makalah ini.
Mataram, 16 September 2020

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul.............................................................................................. i

Kata Pengantar............................................................................................. ii

Daftar Isi...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2
A. Konsep Kebudayaan dalam Islam dan sejarah peradabannya............. 2
B. Kebudayaan Menurut Para Ahli.......................................................... 2
C. Prinsip-prinsip dalam Kebudayaan Islam............................................ 3
D. Sejarah Intelektual Islam..................................................................... 4
E. Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam................................................ 6
F. Perkembangan dan Akulturasi kebudayaan Islam dengan budaya

Indonesia.............................................................................................. 7

BAB III PENUTUP.................................................................................... 11


A. Kesimpulan.......................................................................................... 11
B. Saran ……........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Kebudayaan merupakan  segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan sebagai
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. (koentjaraningrat). Kebudayaan itu meleket dengan
diri manusia, artinya manusia yang menciptakan kebudayaan. Sejak zaman dahulu hingga
sekarang.
Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia, karena yang akan menjadi sasaran
bimbinganya adalah umat manusia. Misinya yaitu memberikan bimbingan kepada umat manusia
agar dalam mengembangkan kebudayaanya tidak melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan.
Sebagaimana sabdanya yang berarti: “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan
akhlak”. Dalam mengawali tugasnya nabi meletakan dasar-dasar kebudayaan Islam yang
kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Dakwah Islam terjadi dalam proses yang
panjang dan rumit karena terjadi asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang
kemudian menghasilkan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu
peradaban yang diakui kebenaranya secara universal.

B.  Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan mengenai konsep Kebudayaan Islam dan Sejarah Peradabannya?


2. Apakah Kebudayaan menurut para ahli?
3. Prinsip-prinsip apa saja yang ada dalam Kebudayaan Islam?
4. Bagaimana sejarah intelektual Islam?
5. Apa yang dimaksud Masjid sebagai pusat peradaban Islam?
6. Bagaimana perkembangan dan akulturasi kebudayaan Islam dengan budaya Indonesia?

C.  Tujuan

Memahami mengenai konsep kebudayaan dalam Islam, Mengetahui prinsip-prinsip yang ada
dalam Islam, Mengetahui sejarah intelektual islam, Mengetahui masjid sebagai pusat peradaban
islam serta Mengetahui perkembangan dan akulturasi kebudayaan islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Konsep Kebudayaan dalam Islam dan sejarah peradabannya

Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil oleh akal, budi, ciptarasa, karsa,
karya manusia. Kebudayaan pasti tidak lepas dengan nilai nilai ketuhanan.
Kebudayaan yang telah terseleksi oleh nilai nilai kemanusiaan yang universal berkembang
menjadi peradaban. Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan
yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga
akan merugikan dirinya sendiri. Disini Agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia
dalam mengembangkan akal budaya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau
berperadaban Islam.
Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan
atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi Agama disini semakin jelas. Ketika
perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena
keterbatasan dalam memecahkan persoalan sendiri, disini sangat terasa akan perlunya suatu
bimbingan wahyu.
Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena yang akan menjadi sasaran
bimbingannya adalah umat manusia. Oleh itu sebab itu misi utama Nabi Muhammad diangkat
sebagai Rasul adalah menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam. Mangawali tugas
utamanya, Nabi meletakkan dasar dasar kebudayaan Islam yang kemudian berkembang menjadi
peradaban Islam.
Ketika dakwah Islam keluar dari jazirah Arab, kemudian tersebar keseluruh dunia, maka
terjadilah suatu proses Panjang dan rumit, yaitu asimilasi (penyesuaian) budaya-budaya setempat
dengan nilai-nilai Islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini
berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui keberadaannya secara universal.

B.       Kebudayaan Menurut Para Ahli

1. E.B. Taylor, mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks yang di


dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
2. R. Lintonn, mendefinisikan kebudayaan sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari
dari hasil tingkah laku yang unsur-unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh
anggota dari masyarakat tertentu.
3. S.T. Alisahbana, mendifinisikan kebudayaan adalah manisfestasi suatu bangsa.
4. Dr.M. Hatta, mendefinisikan kebudayaan adalah ciptaan hidup suatu bangsa.
5. Prof.Dr.Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari
kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan
dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalamkehidupan masyarakat.

(Munthoha dkk, 1998: 8)

Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa kebudayaan melekat dengan diri manusia, artinya akan
kebudayaan. Kebudayaan itu lahir bersama dengan kelahiran manusia itu sendiri. (Tim Depag
RI, 2004: 165).

C.      Prinsip-prinsip dalam Kebudayaan Islam


Kebudayaan Islam bukan kebudayaan yang diciptakan oleh orang Islam, tetapi kebudayaan yang
bersumber dari ajaran Islam atau kebudayaan yang bersifat Islami.

Prinsip-prinsip kebudayaan dalam Islam merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu:

1.      Menghormati akal. Manusia dengan akalnya bisa membangun kebudayaan baru.
Kebudayaan Islam tidak akan menampilkan hal-hal yang dapat merusak manusia. dijelaskan
dalam Qs, Ali-Imran, 3:190 yang artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi
dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang
berakal”.

1. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu. Firman Allah Swt :”Allah akan
mengangkat (derajad) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
berilmu beberapa derajad” (Qs, aL-Mujadalah, 58:11).
2. Menghindari taklid buta. Kebudayaan Islam hendaknya mengantarkan umat manusia
untuk tidak menerima sesuatu sebelum diteliti. Sebagaimana telah difirmankan Allah
Swt: “Dan janganlah kamu mengikuti dari sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani semua itu akan dimintai
pertanggungjawaban” (QS, al-Isra, 17:36).
3. Tidak membuat pengrusakan. Firman Allah Swt: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan” (Qs, al-Qhasash,
28:77).

Islam membagi kebudayaan menjadi tiga macam :

1. Kebudayaa yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam kaidah fiqih disebutkan : “al-
Adatu-muhakkamatun” artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang
merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan
hukum. Tetapi yang perlu dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang
belum ada ketentuannya dalam syariat Islam.
2. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam, kemudian
direkonstruksi sehingga menjadi kebudayaan Islami.
3. Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti, budaya Ngaben yang dilakukan
oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran mayat yang diselenggarakan dalam
suasana yang meriah dan gegap gempita, dan secara besar-besaran. Umat Islam tidak
boleh mengikutinya bahkam Islam melarangnya karena kebudayaan seperti itu
merupakan kebudayaan yang tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta
tidak mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia, sebaliknya justru merupakan
kebudayaan yang menurunkan derajat kemanusiaan. Karena mengandung ajaran yang
menghambur-hamburkan harta untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan menghinakan
manusia yang sudah meninggal dunia (Ahmadzain, 2006/12/08).

D. Sejarah Intelektual Islam


Pada masa awal perkembangan Islam, sistem pendidikan dan pemikiran yang sistematis
belum terselenggara karena ajaran Islam tidak diturunkan sekaligus. Namun ayat Al-Quran yang
pertama kali turun dengan jelas meletakkan fondasi yang kokoh atas pengembangan ilmu dan
pemikiran dalam Islam. Sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa :

1. Masa Klasik, yang terjadi antara tahun 650-1250 M.

Pada masa ini kemajuan umat Islam dimulai sejak dilakukannya ekspansi oleh dinasti Ummayah.
Ekspansi ini menimbulkan pertemuan dan persatuan berbagai bangsa, suku dan bahasa, yang
menimbulkan kebudayaan dan peradaban yang baru.

1. Dalam bidang hukum Islam, muncul ulama mazhab seperti Imam Hanafi, Imam Syafi’i,
dan Imam Malik.
2. Dalam bidang filsafat, muncul AL-Kindi (801), sebagai filosof Arab pertama, yang
berharap agar kaum muslimin menerima filsafat sebagai bagian kebudayaan Islam, sebab
filsafat tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Al-Razi (865) dan al-Farabi (870),
mereka dikenal sebagai pembangun utama sistem filsafat dalam Islam. Ibnu Miskawaih
(930) merupakan pemikir terkenal tentang pendidikan akhlak, karyanya yang terkenal
adalah Tahdzib al-Akhlaq. Tahun 1037 muncul Ibnu Sina, Ibnu Bajjah pada tahun 1138,
Ibnu Thufail pada tahun 1147, dan Ibnu Rusyd pada tahun 1126. Pada masa klasik
seorang raja dynasty abbasyah, yaitu al-Ma’mun (813-833) terkenal sebagai raja yang
cendekiawan, karena perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan sangat besar. Selain itu
dinasti Umayyah di Spanyol yang didirikan Abdurrahman, yang lolos dari kejaran Bani
Abbasiyah pada tahun 750 M. mendirikan pusat pemerintahan di Cordova, masjid,
universitas, dan perpustakaan yang berisi ribuan buku sebagai pusat pengembangan
budaya islam.

Di Mesir seorang Jenderal kekhalifahan Fathimiyah yang bernama Jasuhar as-Saqili, mendirikan
masjid al-Azhar di Cairo pada tahun 972 M, yang kemudian menjadi Universitas al-Azhar.
Disamping itu didirikan juga Darul Hikmah sebagai pusat kegiatan pengembangan ilmu
pengetahuan. (Sudrajat Ajat, 2008:228)

1. Masa Pertengahan (1250-1800)


1. Kemajuan dan Kemunduran Khilafah Abbasiyah

Kamajuan dalam hal ini mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat karena
beberapa faktor seperti:

1. Faktor Politik
1. Pindahnya ibu kota negara dari syam ke Irak dan Baghdad. Baghdad pada masa
itu merupakan kotayang paling tinggi kebudayaannya.
2. Banyaknya cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintah dan istana.
3. Faktor Sosiografi
1. Meningkatkan kemakmuran umat islam pada waktu itu.
2. Luasnya wilayah kekuasan islam menyababkan banyak orang Persia dan
Romawi yang masuk islam kemudian menjadi muslim yang taat. Hal ini
menyebabkan perkawinan campuran yang melahirkan keturunan yang
tumbuh memadukan kebudayaan yang berbeda.
3. Aktivitas Ilmiah
1. Penyusunan buku-buku ilmiah, berjalan melalui tiga fase yaitu
pertama adalah pencatatan pemikiran atau hadis atau hal-hal lain
pada kertas kemudian dirangkap. Kedua pembukuan dan yang
ketiga penyusunan dan pengaturan kembali buku.
2. Penerjemahan merupakan aktivitas yang paling besar peranannya
dalam mentrasfer ilmu pengetahuan yang berasal dari buku-buku
bahasa asing ke dalam bahasa Arab.
3. Setelah penerjemahan dilakukan penjelasan dan pengeditan.
4. Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Kemajuan ilmu agama yaitu ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam dan ilmu fikih, serta kamajuan
ilmu umum.

(Munthoha dkk, 1998:36)

1. Kemunduran

Islam mengalami masa kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam. Filsafat
oleh sebagian ulama dianggap sebagai penyebab pendangkalan dalam islam.akibat menjauhnya
umat Islam dari filsafat timbul kecenderungan akal yang dipertentangkan dengan wahyu, iman
dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Awal kemunduran ilmu pengetahuan dan filsafat dalam
Islam yaitu adanya perdebatan di kalangan para filosof muslim, juga terjadi terjadi perdebatan
diantara fuqoha (ahli fiqih) dengan para teolog (ahli ilmu kalam). Pemikiran yang berkembang
saat itu adalah pemikiran dikotomis yang membedakan agama dengan ilmu, dan urusan dunia
dengan akhirat. (Sudrajat Ajat, 2008:229)

1. Masa Modern

Periode ini merupakan masa kebangkitan umat Islam. Mereka menyadari ketertinggalannya
dengan barat. Ini disebabkan karena umat Islam meninggalkan tradisi klasik, yang kemudian
diadopsi dan dikembangkan oleh barat.

Para penguasa, ulama dan intelektual muslim mulai mencari jalan untuk mengembalikan umat
Islam ke zaman kejayaan yaitu dengan cara:

1. Memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur yang menjadi penyebab kemunduran umat
Islam.
2. Menyerap pengetahuan barat untuk mengimbangi pengetahuan mereka.
3. Melepaskan diri dari penjajahan bangsa barat.

Dalam prakteknya tidak semua alternative diterima oleh umat Islam. Karena dari sisi pemikiran,
realitas yang terjadi adalah umat Islam cenderung menjadi imitator, bahkan aplikator model
barat. Di samping itu dalam konteks pembangunan social politik dan ekonomi Negara-negara
yang mayoritas penduduknya beragama Islam tidak bisa lepas dari konteks makro yaitu barat
sebagai decisiom maker nya dan yahudi sebagai pengendalinya. Namun upaya untuk maju akan
terus dilakukan oleh umat Islam.

E. Masjid sebagai pusat Peradaban Islam

Secara etimologi, masjid adalah tempat untuk sujud. Secara terminologi, masjid diartikan sebagai
tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti luas (Muhaimin dan Abdul Mujib,
1993:295).

Pada umumnya, masjid dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti sholat.
Padahal, masjid di jaman Nabi Muhammad saw berfungsi sebagai pusat peradaban. Oleh sebab
itu, masjid oleh umat Islam dijadikan sebagai simbol persatuan umat. Sejak Nabi Muhammad
saw mendirikan masjid pertama kali, fungsi masjid masih orisinil kokoh sebagai pusat
peribadatan dan peradaban.

Menurut Athiyah al-Abrasyi, umat Islam telah memanfaatkan masjid untuk tempat ibadah dan
sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam dan pendidikan keagamaan, di mana
dipelajari kaidah-kaidah Islam, hukum-hukum agama, sebagai tempat pengadilan, sebagai tempat
pertemuan bagi pemimpin-pemimpin militer, dan bahkan sebagai istana tempat menerima duta
asing. Pendek kata masjid dijadikan sebagai pusat kerohanian dan sosial politik. (Athiyah al-
Abrasyi, 1984:58).

Namun, kondisi masjid-masjid saat ini sudah sangat berbeda. Fungsi masjid mulai menyempit,
orang banyak menggunakan masjid hanya untuk ibadah-ibadah ritual semata. Fungsi masjid
dapat lebih efektif jika di dalamnya disediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti :

1. Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagi disiplin ilmu.
2. Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum atau sesudah sholat berjama’ah.
3. Ruamg kuliah, yang bisa juga digunakan untuk pelatihan-pelatihan remaja masjid

(Muhaimin & Abdul Mujib, 1993:296).

Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah masjid di Indonesia dari tahun ke tahun kian bertambah.
Tetapi secara jujur diakui bahwa fungsionalisasinya belum optimal. Salah satu jalan untuk
memfungsikannya secara maksimal adalah dengan menumbuhkan kesadaran umat akan
pentingnya peranan masjid untuk mencerdaskan dan mensejahterakan jama’ahnya. Peran masjid
perlu dioptimalkan. Sebab, menurut Islam masjid mempunyai fungsi utama yang bertitik pusat
kepada pusat pembinaan umat manusia, yaitu sebagai pusat ibadah ritual dan ibadah sosial
(Sudrajat Ajat, 2008:232).
F. Perkembangan dan Akulturasi Kebudayaan Islam
Kebudayaan Islam merupakan salah satu peradaban besar dalam sejarah peradaban
manusia. Berbanding dengan beberapa peradaban besar lainnya yang telah hilang seperti Indus,
Huang Ho, Mesir, Yunani, Romawi, Inca, dan lainnya, maka peradaban Islam masih terus
berkembang, dari abad ke-6 sampai kini. Eksistensi peradaban Islam yang kontinu ini bukan saja
memaparkan kegemilangannya namun juga memperlihatkan bahwa peradaban Islam mampu
mengikuti perkembangan sang waktu. Peradaban Islam yang awalnya berasal dari Semenanjung
Arab, kini tersebar ke seluruh dunia dengan berbagai proses adaptasinya yang menarik.
Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang melintasi wilayah etnik dan bangsa. Ia adalah milik
seluruh umat Islam di dunia. Kebudayaan Islam meletakkan agama Islam sebagai dasar
terpenting dalam perkembangannya. Berawal dari Mekah dan Medinah, berkembang ke seluruh
jazirah Arab dan keluar dari Tanah Arab ke seluruh penjuru dunia. Perkembangannya sangat
pesat, hingga akhirnya Islam mampu muncul sebagai kuasa penting di beberapa kawasan seperti:
Asia Tengah, Benua Kecil India, China, Afrika, Asia Tenggara, dan sebagian Eropa. Nabi
Muhammad sejak awal telah membentuk generasi pertama Islam yang dijuluki sebagai al-jilu al-
Rabbaniyu al-muntazim atau mereka yang menghayati dan mengamalkan
setiap arahan Allah. Keadaan ini kemudian diteruskan di masa KhulafaurRasyidin. Dalam
periode ini, Islam berkembang pesat meliputi seluruh jazirah Arab, begitu juga wilayah
kekuasaan Romawi dan Persia lambat-laun menjadi kawasan Islam. Seiring dengan
perkembangan wilayah, maka pembentukan peradaban juga tak dilupakan. Untuk ini didirikan
berbagai perkotaan sebagai pusat peradaban Islam, seperti Damaskus di Syria, Basrah, Kufah,
Fustat di Mesir, Jerussalem di Palestina, dan lainnya. Dalam memandang perkembangan
perkotaaan Islam ini, Lapidus (dalam Beg 1983:27) menjelaskan: “Muslim cities, then, were the
products of Islamic civilization... Political institutions, religious values and forms of social
organisaion were the creations of city peoples.” Setelah era Khulafaur Rasyidin, perkembangan
kebudayaan Islam digerakkan dan dimotivasi oleh beberapa kerajaan Islam. Kerajaan Bani
Umayyah dan Abbasiah muncul sebagai kekuasaan penting dalam mengembangkan syiar Islam.
Oleh beberapa pakar politik, saat pemerintahan dinasti ini, aspek keduniawian lebih menonjol
dibanding era Khulafaur Rasyidin. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah Islam
mencapai kawasan Asia, Afrika, dan Eropa. Pada abad ke-8, beberapa kawasan Asia Tengah
telah berada di dalam kekuasan Islam. Kemudian dilanjutkan dengan penyebaran Islam ke
Bukhara, Samarkand, Khawarizmi, Farghnah, dan lainnya. Panglima Qutaibah bin Muslim telah
berhasil menaklukkan Sinkiang dan Kansu. Tahun 713 seorang utusan muslim diterima oleh
Maharaja Hsuan Tsung. Peristiwa ini adalah babak awal dalam perkembangan Islam di China
(Yahaya dan Halimi 1993). Di Afrika Islam masuk dibawa oleh Hassan bin Nukman al-
Ghassoni, yang kemudian diangkat sebagai gubernur pertama Afrika Utara dan Maghribi
kemudian diagntikan oleh Musa bin Nusair (Amir Qairawan) (Abdullah 1999).
Spanyol adalah gerbang utama masuknya Islam ke Eropa (Barat). Masuknya Islam di kawasan
ini adalah melalui penaklukan yang dipimpin Musa bin Nusair dan Tariq bin Ziad. Mereka
menguasai beberapa kota penting seperti Carmona, Sevilla, Toledo, Granada, dan lainnya.
Kekuasaan Islam bertapak di kawasan ini dari tahun 711 sampai 1492. Di Timur Tengah selain
Arab terdapat suku lain seperti Persia, Turki, dan Kurdi. Mereka ini setelah masuk Islam
mendirikan beberapa kerajaan seperti Tahiriyah di Khurasan, Saffariyah di Fars, Samaniyah di
Trensonxania, Sajidiyah di Azerbaijan, Ziyariyah di Jurjun, dan Buwaih di Irak. Begitu juga
muncul kerajaan Islam antara abad ke-9 sampai 12 di Turki, Mesir, Turkestan, Asia kecil, dan
lainnnya. Di India muncul kerajaan slam Ghori, Kilji, Tughluq, Lodi, dan Mughal (An-Nadwi
1992:33-56). Di Asia Tenggara muncul kerajaan Perlak, Samudera Pasai, Melaka, Demak,
Mataram, Ternate, Tidore, dan lain-lainnya. Pada masa sekarang ini Islam telah menyebar ke
seluruh dunia dengan densitas serta pemahaman yang berbeda-beda, namun satu dalam ukhuwah
Islamiyah (persaudaraan Islam yang senasib dan sepenanggungan).

Perkembangan budaya Islam tidak menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang


sudah ada di Indonesia. Karena kebudayaan yang berkembang di nusantara sudah begitu kuat di
lingkungan masyarakat. Sehingga terjadi akuturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan
yang sudah ada.

Hasil proses akulturasi antara kebudayaan masa pra-Islam dengan masa Islam masuk berbentuk
fisik kebendaan (seni bangunan, seni ukir atau pahat dan karya sastra) serta pola hidup dan
kebudayaan non fisik.

Bentuk lain akulturasi kebudayaan pra-Islam dan kebudayaan Islam adalah upacara kelahiran,
perkawinan, kematian, selamatan pada waktu tertentu berbentuk kenduri pada masyarakat Jawa.

Misal selamatan (kenduri) 10 Muharam untuk memeringati Hasan-Husen (putra Ali bin Abu
Thalib), Maulid Nabi (untuk memeringati kelahiran Nabi Muhammad), dan Ruwahan (Nyadran)
untuk menghormati para leluhur atau sanak keluarga yang sudah meninggal.

Berikut ini contoh bentuk akulturasi budaya Islam dengan budaya Indonesia:

 Seni Bangunan
Seni dan arsitektur bangunan Islam di Indonesia sangat unik, menarik dan akulturatif. Seni
bangunan yang menonjol di zaman perkembangan Islam di Indonesia adalah masjid, menara dan
makam. Seni bangunan Islam yang menonjol adalah masjid yang berfungsi utama sebagai tempat
beribadah. Selain itu juga sebagai pusat kebudayaan bagi orang-orang Muslim.

Ciri-ciri masjid kuno di Indonesia adalah:

1. Beratap tumpang atau bersusun, semakin ke atas semakin kecil, tingkat paling atas
berbentuk limas, dan jumlah tumpang biasanya ganjil
2. Tidak ada menara yang berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan. Waktu salat
ditandai dengan memukul beduk atau kentongan.
3. Umumnya didirikan di ibukota atau dekat istana kerajaan, di atas bukit atau dekat
makam.
Contoh bangunan masjid kuno adalah Masjid Menara Kudus dan Masjid Banten. Makam-makam
zaman Islam biasanya berlokasi dekat dengan masjid agung, bekas kota pusat kesultanan. Contoh
makam sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung Demak, makam raja-raja Mataram Islam
Kota Gede DI Yogyakarta.

 Seni ukir

Walau seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup secara nyata tidak
diperbolehkan dalam ajaran Islam. Maka seni patung tidak mengalami perkembangan,
tetapi seni ukir atau seni pahat terus berkembang. Seni hias yang berkembang adalah
seni ukir dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan, kaligrafi huruf Arab. Muncul
kreasi baru yaitu bila terpaksa melukiskan makhluk hidup disamarkan dengan berbagai
hiasan agar tidak jelas berwujud hewan atau manusia. Contoh ukiran di mimbar Masjid
Gelgel Klungkung, Bali dan ukiran di Masjid Mantingan, Jepara Jawa Tengah.

 Aksara dan seni sastra

Perkembangan Islam di Indonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau


tulisan. Abjad Arab untuk menulis bahasa Arab mulai digunakan di Indonesia. Huruf
Arab digunakan di bidang seni ukir. Berkembang seni kaligrafi. Perkembangan sastra di
zaman madya terpengaruh sastra Islam dan Persia tetapi tidak lepas dari pengaruh unsur
sastra sebelumnya. Sehingga terjadi akulturasi antara sastra Islam dengan sastra zaman
pra-Islam. Seni sastra zaman Islam berkembang di Melayu dan Jawa. Bentuk seni sastra
Islam berupa hikayat, babad, syair, dan suluk.

 Kesenian

Di Indonesia, Islam memunculkan kesenian bernafas Islam yang bertujuan


menyebarkan ajaran Islam. Kesenian berupa permainan debus, tarian Seudati dari Aceh,
dan pertunjukan wayang.

 Kalender

Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, kalender Islam
dibenahi. Perhitungan tahun yang dipakai berdasarkan peredaran bulan (komariyah)
yang disebut tahun Hijriyah. Umar menetapkan 1 Hijriyah pada 14 September 622
Masehi. Sistem kalender itu berpengaruh di Indonesia. Bukti perkembangan sistem
penanggalan kalender paling nyata adalah sistem kalender ciptaan Sultan Agung. Ia
melakukan sedikit perubahan nama-nama bulan pada tahun Saka. Misal bulan
Muharam diganti nama Sura dan Ramadhan diganti dengan Pasa. Kalender tersebut
dimulai 1 Muharam 1043 Hijriyah. Kalender Sultan Agung dimulai pada 1 Sura 1555
Jawa (8 Agustus 1633 Masehi).

BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Konsep kebudayaan dalam Islam adalah bahwa kebudayaan wajib berdasar kepada ajaran-
ajaran agama Islam. Agama Islam adalah agama wahyu yang diturunkan Allah kepada umat
manusia melalui perantaraan malaikat Jibril dan tugas kerasulan yang diemban Nabi
Muhammad. Islam sebagai wahyu adalah bukan bagian dari kebudayaan tetapi sebagai
pendorong terbitnya kebudayaan yang diridhai Allah. Kebudayaan sebagai hasil umat manusia,
dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya, wajib berdasar kepada ajaran-ajaran Islam.
Dalam persepsi ajaran-ajaran Islam terdapat berbagai terminologi yang berkaitan erat dengan
istilah kebudayaan yaitu: millah, ummah, hadarah, at-tahaqofah, tamaddun, adab dan lainnya—
yang intinya adalah merujuk kepada kebudayaan masyarakat yang islami. Kebudayaan dalam
Islam adalah menyeimbangkan antara aspek materi dan rohani serta tujuan hidup adalah dunia
ini sendiri dan akhirat kelak. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa kebudayaan melekat dengan
diri manusia, artinya akan kebudayaan. Kebudayaan itu lahir bersama dengan kelahiran manusia
itu sendiri. Demikian kira-kira uraian mengenai kebudayaan dalam Islam.

B.       SARAN

      Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakkan islam dalam kehidupan
keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan islam dengan landasan konsep yang
berasal dari islam pula.

DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, Ajat dkk. 2009. Din Al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Yogyakarta: UNY Press.
Munthoha dkk. 1998. Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: UII Press.

https://www.academia.edu/37791014/Makalah_Pendidikan_Agama_Islam_KEBUDAYAAN_IS
LAM

https://fatikhahfauziahh92.wordpress.com/2012/05/23/makalah-tentang-kebudayaan-islam/

https://www.researchgate.net/publication/327231492_KONSEP_KEBUDAYAAN_DALAM_IS
LAM

https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/21/160021069/akulturasi-dan-perkembangan-
budaya-islam?page=all

Anda mungkin juga menyukai