Bab I-4
Bab I-4
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem perkemihan terdiri dari organ ginjal, ureter, vesika urinaria
(kandung kemih) dan uretra membentuk sistem urinarius. Fungsi utama ginjal
adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi asam- basa cairan
tubuh, mengeluarkan produk akhir metabolic dari dalam darah, dan mengatur
tekanan darah. Urine yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut
dari ginjal melalui ureter kedalam kandung kemih tempat urine tersebut
disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi kandung kemih
berkontraksi dan urine akan di ekskresikan dari tubuh lewat uretra ( Smeltzer,
2001 ).
Namun, fungsi masing-masing organ dari sistem perkemihan
tersebut tidak luput dari suatu masalah atau abnormal. Sehingga hal ini dapat
menimbulkan beberapa penyakit atau gangguan salah satunya berupa sindrom
nefrotik.
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh
peningkatan protein, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia),
edema dan serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah
(hiperlipidemia). Sindrom nefrotik merupakan keadaan medis bidang
nefrologi keterlambatan diagnosis klinis dan pengelolaan adekuat sering
menyebabkan kematian. Meskipun secara umum penyakit ini menyerang
anak-anak, namun sindrom ini juga menyerang orang dewasa termasuk lansia.
Penyebab yang pasti belum diketahui, umumnya dibagi menjadi;
sindrom nefrotik bawaan diturunkan sebagai resesif autosom atau karena
reaksi fetomaternal; sindrom nefrotik skunder, disebabkan oleh parasit
malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glumerulonefritis kronik,
trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, pradion,penisilamin, garam
emas, raksa), dan lain-lain; sindrom nefrotik idopatik.(Arif mansjoer, 2001).
Menurut penelitian terdapat perbedaan bentuk Sindrom nefrotik di
Indonesia (Negara tropis) dan Negara maju. Di Negara maju umumnya
1
sindroma nefrotik jenis kelainan minimal; pada Sindrom nefrotik terletak
pada tubulus dan glomerulus tidak mengalami gangguan fungsi. Di Indonesia
(RSCM) umumnya jenis Sindrom nefrotik bukan kelainan minimal yang
menurut dugaan penelitian disebabkan karena berbagai infeksi yang pernah
diderita pasien atau gangguan gizi (malnutrisi) pada waktu lampau,
kekurangan gizi menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga pasien
mudah mendapat infeksi yang merupakan salah satu pencetus dari Sindrom
nefrotik bukan kelainan minimal tersebut (Cecily L.Betz dan Linda A,
Sowden, 2002).
Di klinik (75 %-80 %) kasus Sindroma Nefrotik merupakan
Sindroma Nefrotik Idiopatik. Pada anak-anak (<16 tahun) paling sering
ditemukan nefropatik lesi minimal (75 %-85 %) dengan umur rata-rata 2,5
tahun, 80 % < 6 tahun saat diagnosis di buat dan laki-laki dua kali lebih
banyak daripada wanita. Pada orang dewasa paling banyak nefropati
membranosa (30 %-50 %), umur rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan laki-
laki dan wanita 2:1. kejadian Sindroma Nefrotik idiopatik 2-3 kasus/100.000
anak/tahun, sedangkan pada dewasa 3/1.000.000/tahun.
Insidens lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Mortalitas
dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi,
berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan
responnya trerhadap pengobatan. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak
dibawah usia 1 tahun. Sindrom nefrotik perubahan minimal ( SNPM )
menacakup 60 – 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak. Angka
mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya
terapi dan pemberian steroid. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia
adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal.
Dari uraian di atas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas
lebih lanjut mengenai Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem
Perkemihan Dengan Sindrom Nefrotik
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Sindrom Nefrotik?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem perkemihan?
3. Apa saja etiologi Sindrom Nefrotik ?
4. Apa saja manifestasi klinis pada pasien dengan Sindrom Nefrotik?
5. Bagaimana WOC Sindrom Nefrotik?
6. Apa saja komplikasi Sindrom Nefrotik?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik Sindrom Nefrotik?
8. Apa saja penatalaksanaan yang bisa dilakukan?
9. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien Sindrom
Nefrotik?
10. Bagaimana laporan kasus pada pasien dengan Sindrom Nefrotik?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan maklah ini adalah untuk mengetahui
teori Sindrom Nefrotik.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sindrom Nefrotik.
b. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem perkemihan.
c. Untuk mengetahui etiologi Sindrom Nefrotik.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada pasien dengan Sindrom
Nefrotik.
e. Untuk mengetahui WOC Sindrom Nefrotik
f. Untuk mengetahui Komplikasi Sindrom Nefrotik
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien Sindrom
Nefrotik.
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang bisa dilakukan.
i. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien
Sindrom Nefrotik
j. Untuk mengetahui laporan kasus pada pasien dengan Sindrom
Nefrotik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
B. Anatomi Fisiologi
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak
retroperitoneal dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan
vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh
karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal
kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi
batas bawah vertebra lumbalis III.
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas
piramid-piramid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-
tiap piramid dipisahkan oleh kolumna bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh
korteks, sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol ke dalam kaliks
minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2
atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan
di pelvis renalis inilah keluar ureter.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubuli, sedangkan pada
medula hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk
Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of
henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula duktus koligentes).
Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih
kurang 1,5-2 juta glomeruli.
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting
melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya
ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah
20% dari seluruh cardiac output.
1. Faal glomerolus
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang
dapat masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar
dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid osmotik.
Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula
filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas
pemukaan tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-90 cc/menit/luas
permukaan tubuh anak.
5
2. Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari
zat-zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus.
a) Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling
banyak melakukan reabsorbsi yaitu ± 60-80 % dari ultrafiltrat yang
terbentuk di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein, asam
amino dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan
elektrolit (Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat,
asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa
organik.
b) Loop of henle
Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb
dan ascending thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan
intratubuler lebih hipotonik.
c) Tubulus distalis
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit
dengan cara reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan
ion hidrogen.
d) Duktus koligentis
Mereabsorbsi dan menyekresi kalium. Ekskresi aktif kalium
dilakukan pada duktus koligen kortikal dan dikendalikan oleh
aldosteron.
C. Etiologi
6
2. Sindrom nefrotik sekunder Disebabkan oleh :
a) Malaria kuartana atau parasit lainnya.
b) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura
anafilaktoid
c) Glumerulonefritis akut atau kronik
d) Trombosis vena renalis.
e) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
air raksa.
3. Sindrom nefrotik idiopatik
Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer.
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn
pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron,
Churk dkk membaginya menjadi :
a) Kelainan minimal
Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus sel epitel
berpadu. Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG
pada dinding kapiler glomerulus.
b) Nefropati membranosa Semua glomerulus menunjukan penebalan
dinding kapiler yang tersebar tanpa proliferasi sel. Prognosis kurang
baik.
c) Glomerulonefritis proliferatif
Glomerulonefritis proliferatif esudatif difus. Terdapat proliferasi
sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkanan
sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat.
1) Dengan penebalan batang lobular. Terdapat prolefirasi sel
mesangial yang tersebar dan penebalan batang lobular.
2) Dengan bulan sabit ( crescent) Didapatkan proliferasi sel mesangial
dan proliferasi sel epitel sampai kapsular dan viseral. Prognosis
buruk.
3) Glomerulonefritis membranoproliferatif Proliferasi sel mesangial
dan penempatan fibrin yang menyerupai membran basalis di
7
mesangium. Titer globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis
buruk.
d) Glomerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering
disertai atrofi tubulus. Prognosis buruk.
D. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya
bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya
lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar
mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan
ekstermitas bawah. Penumpukan cairan pada rongga pleura yang
menyebabkan efusi pleura. Penumpukan cairan pada rongga peritoneal
yang menyebabkan asites.
2. Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa akibat penumpukan tekanan
permukaan akibat proteinuria.
3. Pucat
4. Hematuri
5. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
6. Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan
keletihan umumnya terjadi.
7. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang), (Betz, Cecily L.2002 :
335 ).
E. WOC (Pathway)
8
9
F. Komplikasi
1. Trombosis vena, akibat kehilangan anti-thrombin 3, yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya trombosis vena ini sering terjadi pada vena renalis.
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pemberian
heparin.
2. Infeksi (seperti haemophilus influenzae and streptococcus pneumonia),
akibat kehilangan immunoglobulin.
3. Gagal ginjal akut akibat hipovolemia. Disamping terjadinya penumpukan
cairan di dalam jaringan, terjadi juga kehilangan cairan di dalam
intravaskuler.
4. Edema pulmonal, akibat kebocoran cairan, kadang-kadang masuk
kedalam paru-paru yang menyebabkan hipoksia dan dispnea.
5. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi
sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma. (Rauf, .2002 : .27-28).
G. Pemeriksaan Diagnostic
1. Laboratorium
a) Pemeriksaan sampel urin
1) Protein urin – meningkat
2) Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
3) Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
4) Berat jenis urin – meningkat
b) Pemeriksaan darah
1) Albumin serum – menurun dimana kadar albumin kurang dari 30
gram/liter
2) Kolesterol serum – meningkat
3) Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
4) Laju endap darah (LED) – meningkat
5) Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit
perorangan.
10
2. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan apabila penyebabnya belum
diketahui secara jelas, yaitu:
a) Biopsi ginjal (jarang dilakukan pada anak-anak ).
b) Pemeriksaan penanda Auto-immune (ANA, ASOT, C3, cryoglobulins,
serum electrophoresis).
H. Penatalaksanaan
1. Suportif
a) Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring
b) Memonitor dan mempertahankan volume cairan tubuh yang normal.
1) Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium
sampai kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan
menggunakan garam secukupnya dan menghindar makanan yang
diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari Bila edema tidak
berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya
edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat
digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/hari), selama pengobatan
diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis
metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
2) Memonitor urin output
3) Pemeriksaan tekanan darah secara berkala
4) Pembatasan cairan, sampai 1 liter
c) Memonitor fungsi ginjal
1) Lakukan pemeriksaan elektrolit, ureum, dan kreatinin setiap hari.
2) Hitung GFR/LFG setiap hari.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG,
yang dihitung menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai
berikut:
LFG (ml/menit/1,73m2)=
*pada perempuan dikali 0,85
11
Dasar Derajat Penyakit
LFG
Derajat Penjelasan
(ml/mn/1.73m2)
12
1) Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60
mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80
mg/hari.
2) Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari
dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu
dengan dosis maksimum 60 mg/hari.
3) Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini
dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu
4) Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi
5) Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital
(Arif Mansjoer,2000)
13
obat-obatan masa lalu adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan
dokumentasikan..
- Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, tanyakan
hal berikut: Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output,
kaji onset keluhan bengkak pada wajah dan kaki apakah disertai
dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah, kaji adanya anoreksia
pada klien, kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
- Riwayat Penyakit Keluarga
- Diagnosa Medis dan Terapi
c. Pengkajian Pola Gordon
1) Pola Persepsi dan Menejemen Kesehatan
Apakah klien tahu tentang penyakitnya? Tanda dan gejala apa yang
sering muncul jika terjadi rasa sakit? Apa yang dilakukan jika rasa
sakitnya timbul? Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2) Nutrisi Metabolik
Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan? Apakah klien
mengalami anoreksia? Makan/minu: frekuensi, jenis, waktu, volume,
porsi?
3) Pola Eliminasi
Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi,
waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri, bau, sejak kapan?
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (mandiri, sebagian,
total)? Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?
5) Pola Kognitif dan Persepsi
Bagaimana pengindraan khusus klien (penglihatan, pendengaran,
rasa, sentuh,bau)? Penggunaan alat bantu? Tingkat kesadaran? Mood
dan afek? Tingkat orientasi: orang, waktu, tempat? Manajemen
nyeri? Frekuensi, waktu,skala, faktor pencetus?
14
6) Pola Persepsi-Konsep Diri
Tingkat kecemasan: skala, perubahan raut wajah, suara? Menjelaskan
tentang diri sendiri? Perubahan pada tubuh yang tidak dapat diterima?
Harga diri: penilaian diri sendiri?
7) Pola Tidur dan Istirahat
Apakah tidur klien terganggu, penyebab? Berapa lama, kualitas tidur
(siang dan/malam) ? Kebiasaan sebelum tidur?
8) Pola Peran-Hubungan
Tinggal bersama siapa? Status pekerjaan? Kepuasan menjalankan
peran? Proses pengambilan keputusan dalam keluarga? Partisipasi
dalam kegiatan sosial? Hubungan dengan orang lain?
9) Pola Seksual-Reproduksi
Masalah yang dialami? Kepuasan berhubungan seksual? Gambaran
perilaku seksual? Penggunaan alat kontrasepsi? Kecemasan?
10) Pola Toleransi Stress-Koping
Penyebab stress? Tingkat stress saat ini? metode yang sering
digunakan? Pengetahuan tentang menejemen stress?
11) Pola Nilai-Kepercayaan
Agama? Latar belakang budaya? Persepsi tentang kepuasan dengan
hidup? Kegiatan yang dilakukan selama di rumah dan di rumah sakit?
Pengaruh kepercayaan terhadap penyakit?
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat
kesadaran biasanya compos mentis. Pada TTV sering tidak didapatkan
adanya perubahan.
1) Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi
pleura karena distensi abdomen
2) Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg,
hipertensi ringan bisa dijumpai.
15
3) Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
4) Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
5) Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah
perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.
6) Sistem musculoskeletal
Dalam batas normal.
7) Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
8) Sistem endokrin
Dalam batas normal
9) Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
a) B1 (breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan
napas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama
pada fase akut. Pada fase lanjut sering didapatkan adanya gangguan
pola napas dan jalan napas yang merupakan respons terhadap
edema pulmoner dan efusi pleura.
b) B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respon sekunder dari
peningkatan beban volume.
c) B3 (Brain)
Didapatkan edema wajah terutama periorbital, sklera tidak ikterik.
Status neurologis mengalami perubahan sesuai tingkat parahnya
azotemia pada sistem saraf pusat.
d) B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola.
16
e) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan
asites pada abdomen.
f) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder
dari edema tungkai dari keletihan fisik secara umum
e. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Urin
Urinalisis adalah tes pertama kali digunakan dalam diagnosis
sindrom nefrotik.Proteinuria nefrotik akan terlihat oleh 3 + atau 4 +
pada dipstick bacaan, atau dengan pengujian semi kuantitatif oleh
asam sulfosalicylic. Sebuah 3 + merupakan 300 mg / dL dari protein
urin atau lebih, yaitu 3 g / L atau lebih dan dengan demikian
dalam kisaran nefrotik. Pemeriksaan dipsticks kimia albumin adalah
protein utama yang diuji.
a) Protein urin > 3,5 gram/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari
b) Urinalisa cast hialin dan granular, hematuria
c) Dipstick urin positif untuk protein dan darah
d) Berat jenis urin meningkat (normal : 285 mOsmol)
2) Darah
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:
a) Protein total menurun (N : 6,2-8,1 mg/100 ml)
b) Albumin menurun (N : 4-5,8 mg/100 ml). Hal ini disebut sebagai
hipoalbuminemia (nilai kadar albumin dalam darah < 2,5 gram/100
ml). Pada SN ternyata katabolisme protein meningkat akibat
katabolisme protein yang terjadi di tubuh ginjal. Peningkatan
katabolisme ini merupakan factor tambahan terjadinya
hipoalbuminemia selain dari proteinuria (albuminuria). Pada SN
sering pula dijumpai anoreksia akibat edema mukosa usus sehingga
intake berkurang yang pada gilirannya dapat menimbulkan
17
hipoproteinemia. Pada umumnya edema anasarka terjadi bila kadar
albumin darah < 2 gram/100 ml, dan syokhipovolemia terjadi
biasanya pada kadar < 1 gram/100 ml. (Betz, 2002)
3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Rontgen dada bisa menunjukkan adanya cairan yang berlebihan.
b) USG ginjal dan CT Scan ginjal atau IVP menunjukkan
pengkisutan ginjal.
c) Biopsi ginjal bisa menunjukkan salah satu bentuk
glomerulonefritis kronis atau pembentukkan jaringan parut yang
tidak spesifik pada glomeruli. (Betz, 2002)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b/d penurunan tekanan osmotic plasma
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kehilangan
nafsu makan (anoreksia).
c. Resiko Infeksi b/d Sistem imun menurun
d. Kerusakan integritas kulit b/d immobilitas
18
Suara nafas tidak normal kapiler paru, output kelebihan cairan (cracles,
Perubahan elektrolit jantung dan vital sign CVP , edema, distensi vena
Anasarka dalam batas normal leher, asites)
Ansietas Terbebas dari Kaji lokasi dan luas edema
Asotemia kelelahan, kecemasan Monitor masukan makanan /
Perubahan Tekanan atau kebingungan cairan dan hitung intake
Darah Menjelaskan indikator kalori harian
Perubahan Status mental kelebihan cairan Monitor status nutrisi
Perubahan pola Kolaborasi pemberian
pernafasan diuretik sesuai interuksi
Penurunan Hb dan Batasi masukan cairan pada
Hematokrit keadaan hiponatrermi dilusi
Edema dengan serum Na < 130
Peningkatan tekanan mEq/l
vena sntral Kolaborasi dokter jika tanda
Asupan melebih haluaran cairan berlebih muncul
Distensi Vena jugularis memburuk
Oliguria
Oriopnea’ Fluid Monitoring
Efusi pleura Tentukan riwayat jumlah dan
Reflek hepatojugularis tipe intake cairan dan
positif eliminaSi
Perubahan tekanan arteri Tentukan kemungkinan faktor
pulmonal’ resiko dari ketidak
seimbangan cairan
Kongersti paru
(Hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit
urine
Monitor serum dan
osmilalitas urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
Monitor parameter
hemodinamik infasif
Catat secara akutar intake dan
output
Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari
odema
19
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : Nutrition Management
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional Status : Kaji adanya alergi makanan
food and Fluid Intake Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : Intake nutrisi tidak Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah
cukup untuk keperluan Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang
metabolisme tubuh. berat badan sesuai dibutuhkan pasien.
dengan tujuan Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
Berat badan 20 % atau sesuai dengan tinggi Anjurkan pasien untuk
lebih di bawah ideal badan meningkatkan protein dan
Dilaporkan adanya intake Mampu vitamin C
makanan yang kurang mengidentifikasi Berikan substansi gula
dari RDA (Recomended kebutuhan nutrisi Yakinkan diet yang dimakan
Daily Allowance) Tidak ada tanda tanda mengandung tinggi serat
Membran mukosa dan malnutrisi untuk mencegah konstipasi
konjungtiva pucat Tidak terjadi penurunan Berikan makanan yang
Kelemahan otot yang berat badan yang terpilih ( sudah
digunakan untuk berarti dikonsultasikan dengan ahli
menelan/mengunyah gizi)
Luka, inflamasi pada Ajarkan pasien bagaimana
rongga mulut membuat catatan makanan
Mudah merasa kenyang, harian.
sesaat setelah Monitor jumlah nutrisi dan
mengunyah makanan kandungan kalori
Dilaporkan atau fakta Berikan informasi tentang
adanya kekurangan kebutuhan nutrisi
makanan Kaji kemampuan pasien
Dilaporkan adanya untuk mendapatkan nutrisi
perubahan sensasi rasa yang dibutuhkan
Perasaan
ketidakmampuan untuk Nutrition Monitoring
mengunyah makanan BB pasien dalam batas
Miskonsepsi normal
Kehilangan BB dengan Monitor adanya penurunan
makanan cukup berat badan
Keengganan untuk Monitor tipe dan jumlah
makan aktivitas yang biasa dilakukan
Kram pada abdomen Monitor interaksi anak atau
Tonus otot jelek orangtua selama makan
Nyeri abdominal dengan Monitor lingkungan selama
atau tanpa patologi makan
Kurang berminat Jadwalkan pengobatan dan
terhadap makanan tindakan tidak selama jam
20
Pembuluh darah kapiler makan
mulai rapuh Monitor kulit kering dan
Diare dan atau perubahan pigmentasi
steatorrhea Monitor turgor kulit
Kehilangan rambut yang Monitor kekeringan, rambut
cukup banyak (rontok) kusam, dan mudah patah
Suara usus hiperaktif Monitor mual dan muntah
Kurangnya informasi, Monitor kadar albumin, total
misinformasi protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
21
lingkungan patogen hidup sehat alat
Imonusupresi Ganti letak IV perifer dan line
Ketidakadekuatan imum central dan dressing sesuai
buatan dengan petunjuk umum
Tidak adekuat Gunakan kateter intermiten
pertahanan sekunder untuk menurunkan infeksi
(penurunan Hb, kandung kencing
Leukopenia, penekanan Tingktkan intake nutrisi
respon inflamasi) Berikan terapi antibiotik bila
Tidak adekuat perlu
pertahanan tubuh primer
(kulit tidak utuh, trauma Infection Protection (proteksi
jaringan, penurunan kerja terhadap infeksi)
silia, cairan tubuh statis, Monitor tanda dan gejala
perubahan sekresi pH, infeksi sistemik dan lokal
perubahan peristaltik) Monitor hitung granulosit,
Penyakit kronik WBCMonitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
22
4 Kerusakan integritas kulit NOC : NIC :
Tissue Integrity : Skin Pressure Management
Definisi : Perubahan pada and Mucous Anjurkan pasien untuk
epidermis dan dermis Membranes menggunakan pakaian yang
Kriteria Hasil : longgar
Batasan karakteristik Integritas kulit yang Hindari kerutan padaa tempat
Gangguan pada bagian baik bisa dipertahankan tidur
tubuh (sensasi, elastisitas, Jaga kebersihan kulit agar
Kerusakan lapisa kulit temperatur, hidrasi, tetap bersih dan kering
(dermis) pigmentasi) Mobilisasi pasien (ubah posisi
Gangguan permukaan Tidak ada luka/lesi pasien) setiap dua jam sekali
kulit (epidermis) pada kulit Monitor kulit akan adanya
Perfusi jaringan baik kemerahan
Faktor yang berhubungan : Menunjukkan Oleskan lotion atau
Eksternal : pemahaman dalam minyak/baby oil pada derah
Hipertermia atau proses perbaikan kulit yang tertekan
hipotermia dan mencegah Monitor aktivitas dan
Substansi kimia terjadinya sedera mobilisasi pasien
Kelembaban udara berulang Monitor status nutrisi pasien
Faktor mekanik Mampu melindungi Memandikan pasien dengan
(misalnya : alat yang kulit dan sabun dan air hangat
dapat menimbulkan luka, mempertahankan
tekanan, restraint) kelembaban kulit dan
Immobilitas fisik perawatan alami
Radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban kulit
Obat-obatan
Internal :
Perubahan status
metabolik
Tulang menonjol
Defisit imunologi
Faktor yang berhubungan
dengan perkembangan
Perubahan sensasi
Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
Perubahan status cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
23
BAB III
KASUS
A. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
Nama : Nn. E
Umur : 22 tahun
Suku Bangsa : Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kerinci
No. MR : 848489
Ruang Rawat : IRNA HCU Interne Wanita
Tanggal Masuk : 16 Februari 2015
Diagnosa Medik : Sindrom Nefrotik
Yang Mengirim/Merujuk : UGD
Cara Masuk : Kursi Roda
Alasan Masuk : Bengkak pada kedua tungkai sejak
3 hari sebelum masuk RS
Tinggi/Berat Badan : 157 cm/ 47 kg
Suhu : 37oC
Nadi : 101x/menit
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Pernafasan : 24x/menit
24
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu RT
Alamat : Kerinci
Terapi yang didapat
Istirahat
IVFD RL 10 tetes/ menit
Paracetamol 3X500 mg
Inj.Ceftriaxon 1x2 gr (IV)
Inj Furosemid 2x40 mg
2) Riwayat Kesehatan Pengkajian Kesehatan pada Pasien (11 Pendekatan
Fungsional Gordon)
a) Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Klien mengatakan sudah pernah di rawat dengan sakit ginjal sejak 3
bulan yang lalu dan berobat di RS Kerinci.
Riwayat kesehatan Sekarang (RKS)
Klien mengatakan kedua tungkai kaki sembab sejak 2 bulan yang lalu,
sembab hilang timbul, wajah dan kelopak mata klien juga sering bengkak
ketika bangun kemudian berkurang dan hilang di siang hari, klien juga
mengeluh mual-mual sejak 1 minggu yang lalu, BAK keruh dan kadang
berbusa sejak 2 bulan ini.
Pada saat pengkajian hari Rabu 18 Februari 2015 klien mengeluh badan
terasa lemas, kedua tungkai masih sembab dan nyeri, mual, sesak napas,
TD 130/90 mmHg, suhu 36,8oC, RR 24 x/i, nadi 100 x/i
Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Menurut klien dan keluarga tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit seperti yang diderita klien dan tidak juga ada yang menderita
penyakit menular
.
25
3) Pengkajian Fungsional Gordon
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Menurut keterangan klien dan keluarga, klien mempunyai kegiatan yang
padat dan klien jarang minum air putih. Ketika klien sakit klien
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan di daerah tempat tinggal klien
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Klien mengatakan sebelum sakit makan 3X sehari dengan sayur dan lauk,
porsi habis 1 piring.
Saat sakit dan dirawat sekarang klien sedang menjalani diet tinggi protein dan
diet rendah lemak. Klien mengeluh napsu makan menurun dan mual,
makanan habis ¼ porsi. Berat badan sebelum sakit 50 kg sesudah sakit
menjdi 47 kg. Klien sering merasa cepat kenyang. Kemampuan mengunyah
klien baik, dan klien tidak mengalami gangguan menelan. Klien tidak ada
alergi terhadap makanan. Asupan cairan didapat dari infus RL 10 tts/menit
dan klien mengatakan minum air putih maksimal 3 gelas sehari
3. Pola Eliminasi
Klien mengatakan sebelum sakit BAK klien agak sakit, frekuensi 4 X sehari,
warna kuning jernih. Saat sakit (saat pengkajian) klien terpasang kateter
dengan jumlah urine 500 ml selama 2 jam.
Klien mengatakan BAB klien lancar dan tidak ada masalah, frekuensi 1 X
sehari, warna kuning dengan konsistensi lembek
4. Pola Latihan/Aktivitas
Keadaan umum klien sedang, klien mengatakan badan lemas, sesak napas dan
sejak 1 bulan terakhir tidak bekerja lagi. Selama sakit dalam beraktivitas klien
dibantu oleh keluarga. Klien belum bisa melakukan aktivitas sambil berdiri,
klien bisa duduk tapi kalau duduk klien menjadi sesak napas sehingga klien
memilih untuk berbaring di tempat tidur dengan posisi semi fowler.
5. Pola Istirahat Tidur
Klien mengatakan sebelum sakit tidur malam dengan rentang 7-8 jam. Tidur
malam pukul 22.00 dan bangun pukul 06.00 WIB
26
Selama sakit Tidur klien sering terganggu karena sesak napas dan nyeri pada
tungkai yang edema. Klien mengatakan tidur malam jam 21.00 WIB dan
sering bangun dan jarang tidur siang
6. Pola Persepsi Kognitif
Status mental sadar, bicara normal. klien menggunakan bahasa daerah dalam
kehidupan sehari-hari. Kemampuan penglihatan klien baik, klien mampu
menyebutkan jenis benda yang ditunjuk oleh perawat. Pendengaran tidak ada
mengalami masalah. Tingkat ansietas sedang. Klien mengatakan kurang tahu
tentang penyakitnya, klien sering bertanya Tanya kepada perawat tentang
penyakit yang dideritanya.
7. Pola Persepsi Diri
Klien mampu mengenali dirinya dengan baik, klien merasa sedikit malu dan
minder dengan kondisi tubuhnya. Klien selalu berharap agar bisa sembuh dari
penyakitnya. Peran klien sebagai anak terganggu karena proses hospitalisasi.
8. Pola Hubungan Sosial
Orang terdekat klien adalah ibunya yang selalu merawat dan memperhatikan
dirinya. Klien tidak mengalami gangguan komunikasi dengan orang lain
9. Pola Reproduksi Seksual
Klien belum menikah dan klien mengatakan tidak mempunyai penyakit yang
berhubungan dengan seks.
10. Pola Koping dan Toleransi Stress
Klien mengatakan bahwa dirinya pasrah dengan apa yang menimpanya. Klien
mengatakan akan sabar dalam menghadapi penyakit ini. Bila ada masalah
klien selalu membicarakannya dengan orang tua terutama ibu.
11. Pola Spiritual
Klien adalah seorang muslim, klien menyadari bahwa penyakitnya adalah
ujian dari Allah SWT. Klien selalu berdoa agar penyakitnya cepat sembuh.
Selama sakit, klien tidak bisa melaksanakan sholat.
4) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan leher
Rambut : rambut hitam, lurus dan tampak kusam
Kulit kepala : bersih dan tidak ada ketombe
27
b. Mata
Konjugtiva : anemis
Palpebra : tampak oedema
Sklera : tidak ikterik
c. Kulit
Warna kulit : warna sawo matang
Turgor kulit : tidak elastis
d. Hidung
Simetris kiri kanan, tidak ada perdarahan
e. Mulut dan gigi
Rongga : Bersih
Gigi : putih, gigi lengkap dan adanya caries
Lidah : tampak kotor
Tonsil : tidak meradang
Mukosa : kering
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid maupun kelenjer getah bening
g. Dada
Paru-paru
- Inspeksi : Dinding dada simetris, , pergerakan dinding dada simetris,
tidak ada retraksi, tidak ada pelebaran sela iga
- Palpasi : Fremitus kiri = kanan
- Perkusi : Sonor kanan dan kiri. Batas paru-hepar pada SIC V linea
midclavikula dextra
h. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba iga ke 5 linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas atau tepi kiri jantung pekak terletak pada ruang
interkostal III/IV pada garis parasternal kiri
Auskultasi : Irama jantung teratur
28
i. Abdomen
Inspeksi : Perut tidak membuncit, pergerakan dinding perut simetris
Auskultasi : Peristaltik usus (+) 8x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Hepar dan Limfe tidak teraba, nyeri tekan tidak ada
j. Muskuloskeletal
Kekuatan otot 555 555
444 444
Tonus Otot baik
k. Neurologi
Tingkat kesadaran kompos mentis, status mental GCS 15
l. Ektremitas
Ektremitas Atas : Teraba hangat, edema (-), deformitas (-), terpasang
infus RL di ekstremitas sebelah kanan
Ekstremitas Bawah : Teraba hangat, edema (+), deformitas (-)
Reflek : Fisiologis (+/+) kesan normal, Patologis (-/-)
5) Data laboratorium
29
ANALISA DATA
No
Data Etiologi Masalah
.
- Hb : 9,5 g/dl
-RR: 24X/i
-TTD: 130/90 mmHg
-N: 100x/i
DS:
-Klien mengatakan badan terasa
lemas
- Klien mengatakan kedua kaki
bengkak hilang timbul sejak 2
bln ini
- Klinen mengatakan kulit kaki
terasa meregang
-Klien mengatakan wajah dan
kelopak mata sering bengkak di
pagi hari dan kemudian
berkurang dan hilang di siang
hari
30
- Klien mengatakan napas sesak
bila beraktifitas
DS :
- Klien mengatakan napsu
31
makan menurun
- Klien mengatakan sering
merasa mual
- Klien mengatakan sering
merasa cepat kenyang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
32
Intake-output / 24 Kolaborasi pemberian diuretik
jam seim-bang sesuai interuksi
Tidak terjadi Kolaborasi dokter jika tanda
orthostatic cairan berlebih muncul
hypotension memburuk
Membran mukosa
lembab
Fluid Management (4120)
Nilai HMT dan Monitor intake-output
elektrolit serum
dalam batas normal Monitor serum dan elektrolit
urine
Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, kuatnya nadi)
Monitor vital sign
Monitor indikasi kelebihan
cairan (cracles, edema,
distensi vena jugularis,
acites)
Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal,
gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )
Kelola pemberian th/cairan
Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
33
Tidak terjadi Batasi pengunjung
Infeksi bila perlu
Menunjukkan Instruksikan pada
kemampuan untuk pengunjung untuk
mencegah mencuci tangan saat
timbulnya infeksi berkunjung dan
setelah berkunjung
Jumlah leukosit meninggalkan pasien
dalam batas normal
Pertahankan
Menunjukkan
lingkungan aseptik
perilaku hidup
selama pemasangan
sehat
alat
Pernafasan dalam
Gunakan kateter
batas normal
intermiten untuk
Temperatur suhu menurunkan infeksi
tubuh dalam kandung kencing
rentang normal
Tingktkan intake
Hidrasi baik nutrisi
34
kemerahan, panas, drainase
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Berikan antibiotik sesuai
indikasi
Libatkan klien dan keluarga
untuk mencegah infeksi
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi
35
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
36
Sindrom nefrotik merupakan kumpulan manifestasi klinis dan berhubungan
dengan kelainan primer parenkim ginjal dan sebabnya tidak diketahui secara pasti.
Sindroma nefrotik ini ditandai dengan odema, anasarka, proteinuria,
hipoalbuminemia.
Pasien dengan sindrom nefrotik perlu dirawat di rumah sakit karena
memerlukan pengawasan dan pengobatan yang khusus. Masalah klien yang perlu
diperhatikan adalah edema anasarka, diet, resiko komplikasi dan pengawasan
mengenai pengobatan/gangguan rasa aman dan nyaman.
Asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom nefrotik menggunakan
format pengkajian konseptual Gordon yang terdiri dari 11 pola. Hal ini
dikarenakan mempermudah dan menunjang dalam memperoleh data focus.
Sedangkan proses diagnose dan intervensi menggunakan NANDA, NOC dan NIC
B. Saran
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sindrom
Nefrotik diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Informasi
atau pendidikan kesehatan berguna untuk klien dengan sindrom nefrotik misalnya
istirahat yang cukup, makan makanan yang tinggi protein rendah lemak, serta
Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA
37
Nanda. (2009) Nursing Diagnosis : definition and classification (NANDA) 2009-
2011. Willey-blackwell.
Smeltezer, S.C, bare, B.G. (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal bedah
brunner & shudart ed.8. vol 1. Jakarta : EGC
http//AsuhanKeperawatanAplikasiNANDAAsuhanKeperawatanNefrotikSyndrom
eAplikasiNIC,NOCNANDA.html
http//AsuhanKeperawatanpadaKasusSindromNefrotik_RizaMunandar.html
38