Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma
uteri, leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri
merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadiannya
lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian
mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan
estrogen. (Dokterku online, 19 Maret 2012, Novie Hediyani, diakses tanggal 27 Agustus
2012).
Berdasarkan penelitian World health organisation (WHO) penyebab angka
kematian ibu karna mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 (1,95 %) kasus dan tahun
2011 sebanyak 21 (2,04 %) kasus. (Penelitian who, 2010 diakses tanggal 13 Juli 2012)
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan
tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.
Penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori menyebutkan
pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma
jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot kandungan
(miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh lebih cepat pada
kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah
menopause (mengecil pada pascamenopause) Sering kali mioma uteri membesar ke arah
rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut rahim. Ini yang sering disebut sebagai
Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa German yang berarti lahir). Tumor yang ada
dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, pada perabaan memiliki konsistensi kenyal,
berbentuk bulat dan permukaan berbenjol-benjol seperti layaknya tumor perut. Beratnya
bervariasi, mulai dari beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau
lebih.
Mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin.Diagnosis
mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa
yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah

1
bagian dari uterus. Sedangkan untuk pemeriksaan untuk mengetahui adanya mioma dapat
dilakukan Ultrasonografi, Histeroskopi dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang
Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan
karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam makalah ini akan membahas mengenai
konsep medis Mioma Uteri dan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Mioma
Uteri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep medis Mioma Uteri ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Mioma Uteri ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas dan mengetahui serta memahami tentang penyakit
mioma uteri.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep medis Mioma Uteri.
b. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep asuhan keperawatan pada
pasien dengan Mioma Uteri.

2
BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal dengan
istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul,
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi
reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan,
persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).

2.1.2 Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui
1. Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri 
mempengarui pertumbuhan tumor
2. Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang
membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid.
Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi
paternal.
3. Mioma biasanya membesar pada saa tkehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).

Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:


1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma
uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid).

3
Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%
(Joedosaputro, 2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada
jaringan miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
(Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1
(satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 1992).

2.1.3 Tanda dan Gejala


Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul
diantaranya:
1. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
a. Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium karena pengaruh ovarium.
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya.

4
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di
antara serabut miometrium.
2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat
menstruasi
3. Pembesaran perut bagian bawah
4. Uterus membesar merata
5. Infertilitas
6. Perdarahan setelah bersenggama
7. Dismenore
8. Abortus berulang
9. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)

2.1.4 Klasifikasi
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana
mereka tumbuh. Klasifikasinyasebagaiberikut :
1. Mioma intramural
Merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar
tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu
miometrium.
2. Mioma subserosa
Merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang
paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis mioma
ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari
induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga peritoneum
disebut wandering/parasitic fibroid  Ditemukan kedua terbanyak.
3. Mioma submukosa
Merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam
sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt .
(Chelmow, 2005).

5
2.1.5 Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam mioma etrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. Ukuran myoma sangat
bervariasi. Sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi
dapat juga terjadi pada servik. Tumor subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh
darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat
besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan
menyebabkan perubahan rongga uterus.
Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai
dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi
atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi
akibat dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk
uterus atau tuba falopi. Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi
secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang
membuat bayi lahir sulit.

6
2.1.6 Pathway Mioma Uteri

7
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis mioma uteri , sebagai berikut :
1. Ultra Sonografi (USG)
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium
dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis.
2. Mioma juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT
scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih mahal.
3. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan
ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal
dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
5. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
7. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat
menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

8
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu :
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadi sindrom abdomen akut.

2.1.9 Penatalaksanaan
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor :
Penanganan mioma uteritergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, dan terbagi atas :
1) Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b. Monitor keadaan Hb.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma.
2) Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
a. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia.
b. Nyeri pelvis yang hebat
c. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena
mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa).
d. Gangguan buang air kecil (retensiurin).
e. Pertumbuhan mioma setelah menopause.
f. Infertilitas.
g. Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
3) Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi

9
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih
sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum.
Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum
memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan
(Chelmow, 2005).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk
mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri
ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo,
2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan
anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang
simptomatik atau yang sudah bergejala.
Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama
mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi.
2. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus
gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina
misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).

Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists


(ACOG) untuk histerektomia dalah sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba
dari luar dan di keluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan
anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat
dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang
kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi
miksi yang sering (Chelmow, 2005).

10
2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,
analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu
lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk
kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri
atau obstruksi mekanik.

11
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Mioma Uteri


3.1.1 Pengkajian
I. Data Subyektif
1. Identitas
Umur 35-45 tahun mempunyai resiko terkena mioma uteri
(20%) dan jarang terjadi setelah menopause, karena pada menopause
estrogen menurun, suku bangsa kulit. Kulit hitam lebih banyak
beresiko terkena mioma daripada kulit putih (Wiknjosastro, 2007:339).

2. Keluhan utama
Gejala awal yang dirasakan oleh penderita mioma uteri
menurut Wiknjosastro, (2005:342) yaitu :
a. Perdarahan abnormal (hypermenore, menoragia, metoragie).
b. Rasa nyeri, akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma
yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
c. Gangguan BAK (poliuri, retensio urine, disuria), hal ini akibat
tekanan pada kandung kemih.
d. Gangguan BAB (obstipasi dan tanesmia), hal ini akibat tekanan
pada rectum.
e. Edema tungkai dan nyeri panggul akibat penekanan pada pembuluh
darah dan pembuluh limfe.

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu dan Sekarang
Padamioma uteri sering ditemukan pada penderita yang
sering mengalami perdarahan (hypermenorrhoe, menorrhagia,
metrorrhagia) yang lama dan terus – menerus kadang-kadang
disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah dan riwayat kontak
berdarah dan dysparenia (Hamilton, 1995:18-19).

12
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah anggota keluarga pasien (ibu, kakak) yang menderita
/ pernah menderita penyakit yang sama seperti pasien yang berupa
perdarahan terus-menerus dan lama karena predisposisi dari
mioma adalah factor keturunan. Pada keluarga adakah riwayat
gangguan pembekuan darah yang dapat mengakibatkan perdarahan
yang sulit berhenti (Wiknjosastro, 2005:338).

c. Riwayat Kebidanan
Menurut Wiknjosastro, (2005:342) yaitu:
1. Haid
Pada riwayat haid sering ditemukan adanya hipermenorhea,
menoragle, metoragie, dan dysmenorea
2. Mioma uteri tidak terjadi sebelum menarche.
3. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10%
saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.

Pengaruh mioma pada kehamilan menurut Wiknjo sastro,


(2006:421) adalah:
1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama
pada mioma uteri sub mukosium.
2. Kemungkinan abortus bertambah
3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang
besar dan letak subserus

Pengaruh mioma pada persalinan


1. Menghalangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang
letaknya diserviks.
2. Inersia uteri dan atonia uteri
3. Mempersulit lahirnya plasenta.

d. Riwayat KB

13
KB hormonal dengan kadar estrogen yang tinggi
merupakan pencetus terjadinya mioma karena estrogen lebih tinggi
kadarnya dari pada wanita yang menggunakan KB hormonal
(Hartanto, 2003:98).

e. Pola-Pola Fungsi Kesehatan Gordon


1. Nutrisi
Pada tumor yang berat dapat terjadi nafsu makan turun,
rasa sesak dan lain-lain (Wiknjosastro, 1999:347).
2. Eliminasi
Pola kebiasaan sehari-hari terutama pola eliminasi
mengalami perubahan. Perubahan pola BAK dapat berupa
polakisuria, dysuria, dan kadang terjadi retensio urine,
perubahan pola BAB dapat berupa obstipasi dan tonesmi
(Wiknjosastro, 1999:288).
3. Seksualitas
Perubahan pola seksual dapat berupa kontak berdarah
dyspareunia, karena adanya mioma pada alat genetalia interna
juga kadang menyebabkan libido menurun (Wiknjosastro,
2007:342).
4. Aktifitas
Pola aktifitas terganggu akibat rasa nyeri yang timbul
(Wiknjosastro, 2007:342).
5. Kondisi psikososial
Ibu mengalami kecemasan di sebabkan karena dampak /
gejala yang di timbulkan oleh adanya penyakit seperti
perdarahan, ada benjolan, perdarahan yang terus-menerus dan
lama.
6. Kondisi spiritual
Ibu merasa terganggu dengan adanya perdarahan dan
gejala lain dari penyakitnya, terutama bagi pasien yang
beragama Islam, tidak dapat / terganggu dalam melaksanakan
ibadah

14
II. Data Obyektif
1. Keadaan Umum
lemah, anemis
2. Kesadaran
Composmentis sampai somnolen karena perdarahan menimbul kan
gangguan keseimbangan cairan.
3. TTV
a. Tensi
Dalam keadaan syok hipovolemik akan terjadi penurunan tensi
(hipotensi).
b. Nadi
Dalam keadaan syok hipolemik akan terjadi takikardi.
c. Suhu
Dapat normal dan dapat juga terjadi peningkatan suhu apabila sudah di
temukan infeksi / dehidrasi berat.
d. Nafas
Mengalami peningkatan sehubungan dengan gejala sekunder yaitu :
sesak nafas karena gangguan sirkulasi O2.
4. PemeriksaanFisik
a. Muka
Tampak pucat dan anemis.
b. Mata
Konjungtiva pucat, sclera putih, kelopak mata tidak odem.
c. Mulut
Mukosa mulut dan bibir tampak kering dan pucat. Bau aseton bias
terjadi bila telah terjadi asidosis akibat dehidrasi / shock hipolemik
yang hebat.
d. Dada 
Gerakan nafas cepat karena adanya usaha nafas untuk memenuhi O 2
akibat sesak nafas.
e. Abdomen

15
Tampak adanya pembesaran, teraba tumor di perut bagian bawah,
teraba lunak / keras, berbatas tegas, kenyal, dan berbeda dengan
jaringan di sekitarnya.
f. Genetalia
Adanya perdarahan pervaginam menoragie, metoragie.
g. Anus
Karena penekanan mioma pada rectum dapat menyebabkan haemoroid
akibat pengerasan faces.
h. Ekstremitas
Dapat terjadi penekanan edema tungkai akibat penekanan pada
pembuluh darah dan pembuluh lymfe.

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan khusus
a. Pemeriksaan bimanual
Teraba tumor padat uterus terletak di garis tengah atau agak
ke samping, teraba berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat
mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus
(Wiknjosastro, 2005:344).
b. Pemeriksaan uterus sonde
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi
luas, sehingga diagnosanya ditegakkan dengan uterus sonde
(Wiknjosastro, 2005:344).
c. USG
USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan
menegakkan duagaan klinis. USG abdominal dan transvaginal
digunakan untuk memantau apakah mioma tadi bertambah besar
atau tidak. Mioma dengan ukuran kecil dapat diketahui dan
letaknya terhadap cavum uteri juga dapat ditentukan, apakah suatu
mioma submukosum, intramural, atau subserosum.
2. Laboratorium
Pada mioma uteri yang disertai dengan perdarahan banyak
dapat terjadi penurunan kadar hemoglobin (Manuaba, 1998:410).

16
3.1.2 Diagnosa Keperawatan
Pada pasien dengan mioma uteri KU baik/buruk dengan kemungkinan masalah:
1. Anemia berhubungan dengan adanya perdarahan yang abnormal (Manuaba,
1998:410).
2. Cemas berhubungan dengan proses penyakitnya/perawatan di RS (Carpenito,
1992:12).

3. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan penekanan mioma uteri


terhadap kandung kencing (Manuaba, 1998:410).

4. Gangguan pola BAB berhubungan dengan mioma uteri terhadap rectum


(Manuaba, 1998:410).

5. Gangguan rasa nyaman (nyeri)berhubungan dengan penekanan pada urat saraf


oleh mioma uteri (Manuaba, 1998:410).

6. Gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan mual/nafsu makan menurun


(Carpenito, 1998:130).

3.1.3 Perencanaan dan Intervensi

1. Diagnosa kondisi : Pasien dengan mioma uteri KU baik/buruk

- Tujuan    :  Mioma uteri dapat teratasi

- Kriteria   hasil : 

1. Mioma tidak bertambah besar

2. Tidak timbul komplikasi lain

3. Tanda-tanda vital dalam batas normal :

a. T : 110/70-140/90 mmHg

b. N : 70-96 x/mnt

17
c. S : 36,5-37,2oC

d. R : 16-20 x/mnt

Intervensi Rasional
1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan 1. Ibu bisa kooperatif dengan tindakan
dari penyakitnya. yang akan dilakukan.

2. Jelaskan tentang tindakan yang akan 2. Agar ibu lebih tenang dalam
dilakukan untuk mengatasi penyakit menghadapi pengobatan yang
ibu. dilakukan.

3. Minta persetujuan klien dan keluarga 3. Agar klien dan keluarganya bisa
tentang tindakan yang akan dilakukan. kooperatif dengan tindakan yang akan
dilakukan.
4. Kolaborasi dengan dokter spesialis
untuk penatalaksanaan mioma uteri. 4. Untuk mendapatkan pengobatan yang
tepat (Doenges, 2001:120).

2. Masalah I : Anemia berhubungan dengan adanya perdarahan


yang abnormal.

- Tujuan    :  Anemia dapat teratasi

- Kriteria hasil  : 

1. Kadar Hb normal : 12 gr-16 gr%

2. Kepala tidak pusing

3. Muka tidak pucat

18
4. Konjungtiva palpebra merah muda

Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada ibu penyebab 1. Dengan diberikan informasi tentang
perdarahan yang dialami. penyakit ibu akan lebih mengerti dan
kooperatif.
2. Jelaskan pada ibu untuk makan-
makanan yang mengandung ferum. 2. Makanan yang mengandung ferum
dapat meningkatkan kadar Hb.
3. Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian diit TKTP. 3. Protein membantu pembentukan Hb.

4. Kolaborasi dengan tim medis untuk 4. Untuk meningkatkan kadar Hb.


pemberian tranfusi darah

3. Masalah II : Cemas berhubungan dengan penyakitnya/perawatan di RS.

- Tujuan    :  Cemas dapat berkurang/hilang.

- Kriteria hasil   : 

1. Tanda-tanda vital dalam batas normal

2. Klien mengungkapkan cemas berkurang/hilang

3. Wajah tidak tegang dan melamun (Carpenito, 1998:10)

Intervensi Rasional
1. Berikan penjelasan tentang mioma uteri 1. Health education untuk menumbuhkan
dan dampaknya. mekanisme koping yang positif.

2. Berikan dukungan moril tentang 2. Rasa percaya diri akan timbul dalam
perubahan fisiologik baik diri klien, sehingga dapat
fisik/psikologi. menumbuhkan sikap yang kooperatif.

3. Berikan pengertian terhadap keluarga, 3. Dukungan keluarga merupakan sarana


klien atas perubahan fisiologis baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri
fisik/psikologis.

19
4. Berikan ketenangan pada klien dengan klien.
duduk disampingnya.
4. Pendekatan therapeutik dapat

5. Berikan kesempatan klien memberikan dukungan moril secara

mengungkapkan perasaannya. positif.

5. Diharapkan klien dapat kooperatif


dengan baik sehingga masalah yang
dihadapi teratasi (Carpenito,
1998:136).

4. Masalah III : Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan penekanan


mioma uteri terhadap kandung kencing (Manuaba, 1998:410).

- Tujuan    :  Klien dapat BAK dengan lancar.

- Kriteria  hasil : 

1. Klien dapat BAK dengan frekuensi normal 4-5 kali sehari.

2. Produksi urine 40-80 ml/jam atau 1-2 liter/hari.

Intervensi Rasional
1. Berikan penjelasan tentang 1. Pasien bisa mengerti dan kooperatif
penyebab sulit BAK.
2. Proses pengeluaran urine yang lancar
2. Anjurkan ibu untuk BAK setiap dapat mencegah terjadinya proses
ada rangsangan untuk BAK. infeksi serta dapat memberikan rasa
nyaman.
3. Berikan ransangan apabila terdapat
kandung kemih. 3. Ibu dapat segera BAK.

4. Observasi intake dan output cairan. 4. Mengetahui keseimbangan cairan


dengan pantauan intake dan output
(Carpenito, 1998:404).

20
5. Masalah IV : Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan penekanan
mioma uteri pada rectum.

- Tujuan    :  Klien dapat BAB dengan frekuensi normal 1 kali/hari.

- Kriteria   : 

1. Klien terjadi obstipasi.

2. BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak.

Intervensi Rasional
1. Berikan penjelasan tentang kesulitan 1. Pasien mengerti dan kooperatif.
BAB.
2. Menahan faeces yang lama pada
2. Anjurkan ibu untuk BAB secara teratur rectum dapat menyebabkan keadaan
dan agar ibu tidak menahan BAB. faeces semakin keras dan semakin
sudah BAB.
3. Anjurkan ibu untuk banyak minum ± 2
liter atau ± 8-10 gelas perhari. 3. Dengan masuknya air yang cukup
dapat mempermudah pengeluaran
4. Anjurkan pada klien untuk minum air
BAB.
hangat 30 menit sebelum sarapan pagi.
4. Air hangat dapat merangsang
5. Anjurkan ibu untuk melakukan
pengeluaran faeces.
olahraga ringan.
5. Membantu memperlancar BAB.
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk
memberikan laxansia. 6. Dapat meningkatkan peristaltik usus
sehingga BAB lancar (Carpenito,
1998:24).

6. Masalah V : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan


urat syaraf oleh mioma uteri

- Tujuan    :  Nyeri dapat berkurang/hilang

- Kriteria hasil   : 

21
1. Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang

2. Klien tidak menangis menahan sakit.

Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tentang penyebab 1. Dengan menjelaskan mengenai
nyeri. penyebab nyeri, klien akan mengerti
dan kooperatif dengan tindakan.
2. Ajarkan kepada klien tentang strategi
relaksasi dengan bernafas perlahan, 2. Dapat mengurangi rasa nyeri.
teratur atau nafas dalam.
3. Obat analgesic akan merangsang
3. Beri pengurang rasa nyeri (analgesic) syaraf dengan menekan rasa nyeri
bila nyeri sangat hebat. sehingga mengurangi rasa nyeri.

4. Observasi tanda-tanda vital 4. Nyeri hebat ingin menimbulkan


pengeluaran adrenalin yang berlebihan
sehingga berpengaruh pada kenaikan
frekuensi denyut nadi dan tekanan
darah (Carpenito, 1998:30).

7. Masalah VI : Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan adanya


mual/nafsu makan menurun

- Tujuan    :  Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.

- Kriteria hasil  : 

1. Nafsu makan meningkat, makan 3x sehari porsi sedang.

2. Pasien tidak mual

3. BB ideal

Intervensi Rasional
1. Berikan penyuluhan tentang porsi 1. Porsi kecil memberi kesempatan agar
makanan yang efektif untuk klien yaitu lambung tidak bekerja terlalu berat
porsi kecil tapi sering. sehingga mengurangi rasa mual.

22
2. Hindari makanan berlemak dan 2. Makanan berlemak lebih lama tinggal
merangsang asam lambung. di dalam lambung sehingga
menimbulkan rasa penuh (enek)
(Carpenito, 1998:130)

3.1.4 Implementasi
Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap ketiga dalam proses asuhan
kebidanan yang merupakan perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun
dalam tahap perencanaan, implementasi akan dilaksanakan pada kasus nyata serta
sesuai dengan kondisi klien.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :


a. Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi
yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.
b. Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :
independen,dependen,dan interdependen.
c. Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

3.1.5 Evaluasi
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
Berikut adalah ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi yang meliputi:
1. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telahditetapkan.

23
2. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang telah ditetapan.
3. Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan  bahkan timbul masalah baru.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Penutup
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada wanita berusia lebih
dari 35 tahun yaitu sekitar 20 hingga 30 persen Hampir separuh dari kasus mioma uteri
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak
mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu
tumor dalam uterus. Karenanya sangat penting untuk melakukan deteksi pribadi secara
dini untuk menghindari dan mencegah timbulnya penyakit ini, kalaupun penyebabnya
genetik pada keluarga paling tidak dapat di deteksi secara dini sebelum penyakit ini
bertambah hebat dan menyebabkan komplikasi yang serius bagi organ organ
disekelilingnya yakni dengan melakukan pemeriksaan ginekologis rutin dan USG,

24
sedangkan Histeroskopi dan MRI merupakan pilihan lain untuk hasil lebih akurat, namun
dengan USG saja sudah bisa dideteksi Mioma yang berkembang pada rahim seseorang.

4.2 Saran
1. Apabila seorang wanita mengalami perdarahan diluar siklus menstruasi dan
mengalami nyeri abdomen bagian bawah, maka sebaiknya segera memeriksakan diri
ke petugas kesehatan.Penegakan diagnosa untuk mioma uteri ditunjang dengan
pemeriksaan USG. Pengkajian data juga harus dilakukan lebih dalam dimana petugas
kesehatan melakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga agar ditemukan data yang
akurat, baik itu data subjektif maupun objektif, karena dalam menentukan diagnosa
sangatlah penting untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Sebagai petugas kesehatan, diharapkan senantiasa berupaya untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih
profesional.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hediyani,N(http://referensiartikelkedokteran.blogspot.com/2011/05 /mioma-
uteri.diakses tanggal 20 Maret 2015)

2. Anonim (http://www.scribd.com/online/Makalah-Mioma-Uteri, tanggal 20 Maret


2015

3. Manuaba, I.B.G 2010, ilmu Kebidanan penyakit Kandungan dan KB untuk


pendidikan Bidan, penerbit buku Kedokteran EGC. Edisi II Jakarta

4. Fakhruddin, E,(http://www.emirfakhruddin.com/2010/02/mioma-uteri.html) diakses


tanggal 20 Maret 2015

5. Winkjosastro.H 2009.ilmu Kebidanan .Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo. Edisi IV. Jakarta

25
6. LieweIIyn.j 2002. Dasar-dasar Obsestri dan Ginekologi.Yayasan joko suyono. Edisi
VI.Jakarta

7. Manuaba, IBG 2001. Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan
KB. Penerbit buku kedokteran EGC Jakarta

8. Simatupang, E.J, 2006. Penerapan unsur – unsur manajemen dalam praktek


kebidanan. Awan indah. Jakarta

26

Anda mungkin juga menyukai