Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR KEPERAWATAN MATERNITAS

I . PENGERTIAN

Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional keperawatan yang
ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi,
kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari,
beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik
dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.

Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu menyakini bahwa peristiwa kelahiran
merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan adaptasi fisik dan psikososial
dari idividu dan keluarga. Keluarga perlu didukung untuk memandang kehamilannya sebagai
pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya
sangat membutuhkan partisipasi aktif dari keluarganya.

Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, dapat mengakibatkan


krisis situasi selama anggota keluarga tidak merupakan satu keluarga yang utuh. Proses kelahiran
merupakan permulaan bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting. Pelayanan
keperawatan ibu akan mendorong interaksi positif dari orang tua, bayi dan angggota keluarga
lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam keluarga.. Sikap, nilai dan perilaku setiap
individu dipengaruhi oleh budaya dan social ekonomi dari calon ibu sehingga ibu serta individu
yang dilahirkan akan dipengaruhi oleh budaya yang diwarisi.

Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan
keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang
sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS
dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilanpersalinan dan nifas,
membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama
kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang
perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong
persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju
kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisikondisi yang membutuhkan
penanganan lebih lanjut.

1
Perawat mengadakan interaksi dengan klien untuk mengkaji masalah kesehatan dan sumber-
sumber yang ada pada klien, keluarga dan masyarakat; merencanakan dan melaksanakan tindakan
untuk mengatasi masalah-maslah klien, keluarga dan masyarakat; serta memberikan dukungan
pada potensi yang dimiliki klien dengan tindakan keperawatan yang tepat. Keberhasilan
penerapan asuhan keperawatan memerlukan kerjasama tim yang terdiri dari pasien, keluarga,
petugas kesehatan dan masyarakat.

II . FALSAFAH KEPERAWATAN MARTENITAS


1. Keperawatan maternitas dipusatkan pada:
a. Keluarga dan masyarakat askep yang holistic
b. Menghargai klien dan keluarga.
c. Klien, keluarga, masyarakat berhak keperawatan yang sesuai
2. Setiap individu berhak lahir sehat-optimal
a. Wanita hamil dan bayi yang di kandungnya
b. Wanita pasca persalinan beserta bayinya
3. Pengalaman: kehamilan, persalinan, gangguan kesehatan merupakan tugas perkembangan
keluarga dan dapat menjadi krisis situasi.
4. Yakin bahwa kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang normal, alamiah, partisipasi
aktif keluarga dibutuhkan untuk kepentingan kesehatan ibu dan bayi.
5. Awal kehamilan awal bentuk interaksi keluarga.
6. Sikap, nilai, dan perilaku sehat setiap individu dipengaruhi latar belakang, agama dan
kepercayaan
7. Keperwawatan maternitas berfungsi sebagai advocat/ pembela untuk melindungi hak klien
8. Mempromosikan kesehatan merupakan tugas penting bagi keperawatan maternitas
generasi penerus
9. Keperawatan maternitas memberi tantangan bagi peran perawat dan merupakan
masyarakat.
10. yakin bahwa penelitian keperawatan dapat menambah pengetahuan dalam menigkatkan
mutu pelayanan maternitas.

III . PARADIGMA KEPERAWATAN MARTENITAS.


Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi manusia, lingkungan, sehat dan
keperawatan.
a. Manusia
Terdiri dari wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system
reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur

2
40 hari, beserta keluarganya adalah anggota keluarga yang unik dan utuh, merupakan mahluk bio-
psikososial dan spiritual yang memiliki sifat berbeda secara individual dan dipengaruhi oleh usia
dan tumbuh kembangnya. Salah satu tugas perkembangan wanita adalah pengalaman melahirkan
danak yang dapat merupakan krisis situasi dalam keluarga tersebut apabila tidak mampu
beradaptasi dengan baik.
b. Lingkungan
Sikap, nilai dan prerilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan social
disamping pengaruh fisik Proses kehamilan danpersalinan serta nifas akan melibatkan semua
anggota keluarga dan masyarakat. Proses kelahiran merupakan permulaan suatu bentuk hubungan
baru dalam keluarga yang sangat penting, sehingga pelayanan maternitas akan mendorong
interaksi yang positif dari orang tua, bayi dan angota keluarga lainnya dengan menggunakan
sumber-sumber dalam keluarga.
c. Sehat
Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar, bersifat dinamis dimana perubahan-
perubahan fisik dan psikososial mempengaruhi kesehatan seseorang.setiap indivisu memeiliki hak
untuk lahir sehat sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang berkualitas.
d. Keperawatan Ibu
Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan professional yang ditujukan kepada wanita
usia subur wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan,
melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta
keluarganya yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan
psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Keperawatan ibu memberikan
asuhan keperawatan holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari
bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya.

IV . TUJUAN KEPERAWATAN MARTENITAS.


a. Membantu klien dalam mengatasi msalah reproduksi dalam mempersiapkan diri untuk
kehamilan.
b. Memberi dukungan agar ibu hamil memandang kehamilan sebagai pengalaman yang positif
dan menyenangkan.
c. Membantu memberikan informasi yang adekuat untuk calon orang tua.
d. Memahami social budaya klien.
e. Membantu mendeteksi secara dini penyimpangan abnormal pada klien.

3
V . TATANAN KEPERAWATAN MATERNITAS
1. RS

2. RSB

3. Puskesmas

4. Komunitas

VI . SASARAN PELAYANAN KEPERAWATAN MATERNITAS


1. WUS
2. PUS
3. Wanita hamil dan janinnya
4. Wanita masa persalinan
5. Wanita nifas sampai 6 minggu
6. Bayi usia 40 hari

VII . PERAN DAN KOPETENSI PERAWAT MATERNITAS


Peran
1. Care Provider.

2. Advocat.

3. Educator.

4. Researched.

5. Change Agent.

6. Political Activist.

Kompetensi :

1. Melakukan penelitian dalam keperawatan maternitas

2. Mengembangkan kebiasaan melakukan observasi dan mencatat sec.sistematis& akurat shg


dpt menentukan hasilnya

3. Memfokuskan observasi pd penemuan peanggulangan masalah keselamatan, kesembuhan


dan mengurangi cacat

4. Menevaluasi penemuan thd penelitian spy relevan pd prwt pasien

5.

4
VIII . TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN MARTENITAS.

A. MASALAH
1. PENYEBAB ANGKA KEMATIAN BAYI MASI TINGGI.

kematian pada bayi disebabkan oleh penyakit menular seperti radang paru-paru, diare dan
malaria, Penyakit yang merenggut paling banyak korban jiwa adalah radang paru-paru 18
persen, atau sebanyak 1,58 juta anak diare (15 persen, 1,34 juta) dan malaria 8 persen,0.73 juta.

2. PENYEBAB ANGKA KELAHIRAN BAYI MASI TINGGI.

Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi adalah pelayanan kesehatan yang semakin
meningkat, kurangnya pengetahuan masyarakat progam KB

3. PENYAKIT MENULAR SEXUAL

Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang
ke orang yang lain melalui kontak seksual.. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun)
adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru
tiap tahun adalah dari kelompok ini. Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS
yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi
lama. PMS lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang
disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak
mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin,
herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab
kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang
Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan
mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan.

4. ANGKA KEMATIAN IBU HAMIL ( AKI )

Angka Kematian Ibu (AKI) tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes RI,Dirjen Binkesmas, 2004)
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor- factor reproduksi,
komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio-ekonomi. Penyebab komplikasi obstetrik
langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan
postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya masih

5
banyak dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan
perdarahan yang belum jelas sumbernya (Chalik TMA, 1997). Secara sempit, risiko obstetrik
diartikan sebagai probabilitas kematian dari seorang perempuan atau ibu apabila ia hamil.
Indikator yang lebih kompleks adalah adalah risiko seumur hidup (lifetime risk) yang mengukur
probabilitas kematian perempuan atau ibu sebagai akibat kehamilan dan persalinan yang
dialaminya selama hidup. Bila istilah pertama hanya mencantumkan kehamilan maka yang
kedua mempunyai dimensi yang lebih lebar yaitu kemampuan dan jumlah fertilitas.
Tingginya kematian ibu sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang
tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu. Keterlambatan merujuk
disebabkan berbagai faktor seperti masalah keuangan, transportasi dsb.

B.PENEMUAN TEKNOLOGI BARU


1. Alat Kontrasepsi Implan Terbaru
UGM berhasil menemukan alat kontrasepsi implant atau susuk KB generasi ke tiga yang
dinamakan Gestplan. Kelebihan alat kontresepsi ini bias bertahan hingga 7 tahun di badingkan
implant saat ini yang ber umur 5 tahun. Penemuan ini hasil dari penelitian dari jurusan
Farmatologi dan Toksikologi UGM. ( WWW.KOMPAS.COM )
2. Water Birth
Proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air, manfaaatnya ibu akan
merasakan lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi
lebih elastic. Metode ini juga akan mempermudah proses mengejar sehingga rasa nyeri selama
persalinan tidak terlalu dirasakan, di dalam air proses proses pembukaan jalan lahir akan lebih
cepat. (http://id.wikepidia.org/wiki/persalinan_di_air )
3. USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D
Alat USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D adalah alat USG yang berkemampuan menampilkan
gambar 3 dan 4 dimensi di teknologi ini janin dapat terlihat utuh dan jelas seperti layaknya bayi
yang sesungguhnya ( DrJudi Januadi Endjun S.pog ).Alat USG ini bahkan dapat memperlihatkan
seluruh tubuh bayi berikut gerak- geriknya teknologi 3 dan 4 dimensimenjadi pelengkap bila di
duga janin dalam keadaan tidak normal dan perlu di cari kelainan bawaannya seperti bibir
sumbing, kelaina pada jantung dan sebagainya. Secara lebih detail kelebihan USG
( Ultrasonografi ) 3D dan 4D ini pada janin dapat terbaca secara lebih akurat, karena teknologi
ini dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan diagnosa. (http://www.mail-archive.com/milis-
nakita@news.gramedia-majalah.com/msgo4183.html )
4. Pil KB Terbaru
Pil KB dengan dorspirenone merupakan pil KB terbaru yang memberikan perlindungan
kontrasepsi yang dapat diandalkan, dengan berbagai manfaat tambahan dalam suatu kombinasi
yang unik Pil Kb dengan dorspirenone adalah pil yang membuat seseorang merasa lebih
nyaman. Mengandung progestin baru dorspirenone yaitu homon yang sangat menyerupai

6
progesteron salah satu hormon dalam tubuh. Dorspirenone mempunyai profil farmakologis yang
sangat mirip dengan progesteron alami dengan karateristik memiliki efek antimineralokortoid
dan antiandrogenik tidak memiliki aktifitas ekstrogenik, androgenik, glukortikoid dengan sifat
antineralokortikoid. Pil KB dengan dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan yaitu
tidak menaikkan berat badan, mengurangi gejala kembung, Haid menjadi teratur, mengurangi
nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid, tidak menaikan tekanan darah dengan
androgennya. Pil KB dengan dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan yaitu
mengurangi jerawat, dan mempercantik rambut dan kulit.
5. Robot akan digunakan untuk mengobati orang sakit
Diagnostik ini robot akan menggunakan penelitian global untuk memberikan pendapat ahli,
beberapa dokter yang akan berani untuk diabaikan. Pelatihan medis akan beralih dari apa yang
orang tahu, untuk mendapatkan data yang akurat yang robot bisa membuat keputusan, dan
menyediakan “high-touch” dukungan emosional. Ahli bedah akan selalu berada pada premium,
bersama-sama dengan tangan-on wali yang akan semakin berbasis masyarakat, dengan
kualifikasi yang sangat khusus. Operasi remote akan menjadi bagian rutin setiap pusat spesialis
rutin. Batas antara dokter dan perawat akan terus kabur sebagai perawat berwenang untuk
membuat lebih banyak keputusan. Akibatnya pelatihan perawat akan semakin panjang dan
perawat kelas atas akan lebih mahal. http /// TEKNOLOGI KEDOKTERAN MASA DEPAN «
KORAN ANAK INDONESIA.htm )

IX . MDGs

Penyebab utama kematian balita yang terjadi di Indonesia adalah masalah neonatal (asfiksia, berat
badan lahir rendah, dan infeksi neonatal), penyakit infeksi (utamanya diare dan pneumonia) dan
masalah gizi (gizi buruk dan gizi kurang). Berdasarkan Laporan Pencapaian MDGs di Indonesia
2011 mencatat bahwa status kesehatan anak Indonesia semakin membaik, berdasarkan angka
kematian balita yang menurun dari 97 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 44 per
seribu kelahiran hidup pada tahun 2007. Angka kematian bayi menurun dari 68 per seribu
kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi hanya 34 perseribu kelahiran hidup 2007. Angka
kematian neonatal juga menurun dari 32 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 19
per seribu kelahiran hidup pada tahun 2007. Namun demikian, jika dibandingkan hasil SDKI
2002-2003 dengan SDKI 2007 penurunan kematian neonatal, bayi maupun balita cenderung
stagnan. Masalah lain adalah disparitas angka kematian neonatal, kematian bayi dan angka
kematian balita yang cukup tinggi, antar provinsi.

Angka kematian ibu menjadi sasaran MDGs yang memerlukan upaya keras untuk mencapai target
102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Angka kematian ibu menurun dari 390 pada
tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Artinya selisih pencapaian
target tersebut adalah 126 per 100.000 kelahiran hidup. Namun hasil SDKI-2012 menyebutkan,

7
sepanjang periode 2007 hingga 2012 kasus kematian ibu melonjak cukup tajam. Diketahui, pada
2012, Angka Kematian Ibu mencapai 359 per 100.000 penduduk atau meningkat sekitar 57 persen
bila dibandingkan dengan kondisi pada 2007.

Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan masyarakat internasional dengan prinsip kerja
sama kemitraan, untuk mendukung upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Kerja sama dengan berbagai development partners dalam bidang kesehatan ibu dan anak telah
berlangsung lama, beberapa kemitraan tersebut adalah :
1) AIP MNH (Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health), bekerja sama
dengan Pemerintah Australia di 14 Kabupaten di Provinsi NTT sejak 2008, bertujuan menurunkan
angka kematian ibu dan bayi melalui Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak. Program ini bergerak
dalam
bidang pemberdayaan perempuan dan masyarakat, penigkatan kualitas pelayanan KIA di tingkat
puskesmas dan RS serta peningkatan tata kelola di tingkat kabupaten. Pengalaman menarik dari
program ini adalah pengalaman kemitraan antara RS besar dan maju dengan RS kabupaten di
NTT
yaitu kegiatan sister hospital.
2) GAVI (Global Alliance for Vaccine & Immunization) bekerja beberapa kabupaten di 5 provinsi
(Banten, Jabar, Sulsel, Papua Barat dan Papua), bertujuan meningkatkan cakupan imunisasi dan
KIA
melalui berbagai kegiatan peningkatan partisipasi kader dan masyarakat, memperkuat manajemen
puskesmas dan kabupaten/kota.
3) MCHIP (Maternal & Child Integrated Program) bekerjasama dengan USAID di 3 kabupaten
(Bireuen, Aceh, Serang-Banten dan Kab.Kutai Timur- Kalimantan Timur)
4) Pengembangan buku KIA oleh JICA walaupun kerjasama project telah berakhir namun buku
KIA telah diterapan di seluruh Indonesia.
5) UNICEF melalui beberapa kabupaten di wilayah kerjanya seperti ACEH, Jawa Tengah, Maluku,
Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur (kerjasama dengan Child Fund) serta Papua meningkatkan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat terkait kesehatan ibu dan anak dan peningkatan kualitas
pelayanan anak melalui manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
6) Tidak terkecuali WHO memfasilitasi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anakbaik
dalam dukungan penyusunan standar pelayanan maupun capasity building.

Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS (Expanding


Maternal and Neonatal Survival, bekerja sama dengan USAID dengan kurun waktu 2012 – 2016,
yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai salah satu bentuk kerjasama Pemerintah Indonesia
dengan USAID dalam rangka percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di 6
provinsi terpilih yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan

8
JawaTimur yang menyumbangkan kurang lebih 50 persen dari kematian ibu dan bayi di
Indonesia. Dalam program ini Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan JHPIEGO, serta
mitra-mitra lainnya seperti Save the Children, Research Triangle Internasional, Muhammadiyah
dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan Upaya yang akan dilaksanakan adalah dengan peningkatan
kualitas pelayanan emergensi obstetri dan neonatal dengan cara memastikan intervensi medis
prioritas yang mempunyai dampak besar. pada penurunan kematian dan tata kelola klinis (clinical
governance) diterapkan di RS dan Puskesmas. Upaya lain dalam program EMAS ini dengan
memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar
di Puskesmas sampai ke RS rujukan di tingkat kabupaten/kota. Masyarakat pun dilibatkan dalam
menjamin akuntabilitas dan kualitas fasilitas kesehatan ini. Untuk itu, program ini juga akan
mengembangkan mekanisme umpan balik dari masyarakat ke pemerintah daerah menggunakan
teknologi informasi seperti media sosial dan SMS gateway, dan memperkuat forum masyarakat
agar dapat menuntut pelayanan yang lebih efektif dan efisien melalui maklumat pelayanan
(service charter) dan Citizen Report Card. Tekad dan tujuan Kementerian Kesehatan untuk
mencapai Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan dapat diraih dengan dukungan
berbagai pihak, demi kesejahteraan masyarakat umumnya dan kesehatan ibu dan anak khususnya.
Tak ada harapan yang tak dapat diraih dengan karya nyata melalui kerja keras dan kerja cerdas.

X . INDIKATOR KESEHATAN MATERNAL.

Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan kesehatan ibu di Indonesia
adalah masih tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan. Menghadapi
masalah ini maka pada bulan Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang mempunyai
prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan wanita terutama pada masa kehamilan, persalinan
dan pasca persalinan.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga
pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care)
adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Facta berbagai
kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai
hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin
ke bidan ataupun dokter.
Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan
menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka.
Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat
dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya
tingkat pendidikan dan kurangnya informasi.

9
Pada penelitian yang dilakukan di RS Hasan Sadikin, Bandung, dan 132 ibu yang meninggal, 69
diantaranya tidak pernah memeriksakan kehamilannya atau baru datang pertama kali pada
kehamilan 7 -9 bulan (Wibowo, 1993). Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya
perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi
juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan.
Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada
beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka
waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pacta saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini
disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan- pantangan terhadap beberapa
makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita
hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau
anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dari data
penelitian Universitas bandung, terlihat bahwa prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia
sebesar 73,7%, dan angka menurun dengan adanya program-program perbaikan gizi menjadi 33%
pada tahun 1995. Dikatakan bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita
hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Disini, Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang
banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9
bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil
pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar
sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi
yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si
bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-
lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat
di daerah pedesaan.
Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil karena segala
kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Sejumlah
faktor memandirikan peranan dalam proses ini, mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan
ibu, pemilihan penolong persalinan, keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan kesehatan,
kemampuan penolong persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan gawat.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong
persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun

10
1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian
yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh
dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa
tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan
rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina
dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan
posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan
perdarahan,dan,pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa
alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam
upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari.
Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.
Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu
rnasih,dilakukan.
lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat
menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara medis, . penyebab klasik
kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan).
Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal
bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena
penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan
keputusan dalam keluarga. Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap
perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau
keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang
terjadi.
Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat
tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat. Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang
diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini
seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat
pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi
dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal.
Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala
ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan
sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat
dihindarkan.
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa
pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan
kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak

11
produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi
kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk
mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk
mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan
kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses
persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).
DAFTAR PUSTAKA

1. Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan, Profesional. Widya Medika : Jakarta.


2. Deitra Leonard Lowdermik, dkk. 1999. Maternity Nursing, fifth edition. St.Louis: Mosby.
3. Emily Slone McKinney, dkk. 2000. Maternal-Child Nursing. W.B.Saunders Company.
4. http://keperawatan-keperawatan.blogspot.com/2008/02/konsep-dasar-keperawatan-
maternitas.html
5. http://mutiarahmahners.blogspot.com/2012/01/askep-ibu-hamil-dengan-hivaids-psik-
fk.html

12
.

13

Anda mungkin juga menyukai