Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tinjauan Pustaka Diabetes Melitus


1.1.1 Definisi
Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik atau
kelainan heterogen dengan karakteristik kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, gangguan
kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (ADA,2012; Perkeni,
2011; Soegondo dkk, 2004;dan Smeltzer, 2008).
1.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2014) dan Muhlisin
(2015) yaitu diabetes mellitus tipe 1 yang disebabkan karena kerusakan sel
β, tipe ini biasanya menyebabkan defisiensi insulin absolut.
Diabetesmelitus tipe I ini dimulai dari adanya penyakit autoimun dimana
sistem imun tubuh diserang yang kemudian berdampak pada produksi sel
pankreas dan berakibat insulin menurun yang menyebabkan ikatan
karbohidarat dalam darah terganggu.
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan dampak dari
ketidakseimbangan insulin dalam tubuh akibat obesitas, gaya hidup, dan
pola makan. Konsumsi karbohidrat yang berlebih menyebabkan
ketidakseimbangan ikatan insulin dan karbohidrat dalam darah. Diabetes
tipe lain disebabkan karena penyebab dari penyakit lain, misalnya cacat
genetik pada fungsi sel β, cacat genetik pada kerja insulin, penyakit
eksokrin pancreas serta dampak penyakit dan obat-obatan kimia seperti
dalam pengobatan HIV / AIDS atau setelah transplantasi organ.
Klasifikasi yang terakhir adalah diabetes mellitus kehamilan, tingginya
gula darah hanya terjadi pada masa kehamilan dan akan hilang sendiri
setelah melahirkan (ADA, 2014; (Muhlisin, 2015).
1.1.3 Faktor Resiko Diabetes Melitus
Faktor resiko diabetes mellitus antara lain:
a) Diturunkan sebagai sifat heterogen, multigenik. Kembar
identik mempunyai resiko 25% -50%, sementara saudara
kandung beresiko 6% dan anak beresiko 5% (Black, 2009
dalam Tarwoto, 2012)
b) Lingkungan seperti virus (cytomegalovirus, mumps, rubella)
yang dapat memicu terjadinya autoimun dan menghancurkan
sel-sel beta pancreas.
c) Usia diatas 45 tahun
d) Tidak mempunyai aktivitas fisik/ kurang olah raga
e) Obesitas, berat badan lebih : BB ≥20% BB idealatau IMT ≥ 25
kg/m2
f) Hipertensi, tekanan darah ≥140/90 mmHg, 8) Riwayat
gestasional diabetes melitus (Smeltzer, 2004 dalam Tarwoto,
2012)
g) Riwayat diabetes dalam kehamilan, riwayat abortus
berulang,melahirkan bayi cacat atau berat badan lahir bayi >
4000 gram
h) Riwayat atau penderitaPJK, TBC, atau hipertiroidisme
i) Kolesterol HDL lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl dan atau
trigliserida lebih dari 250 mg/dl ((ADA (2012), Gustaviani
(2007);Ignativicius & Workman (2006); Perkeni (2011);
Smeltzer et al; 2008dan Tarwoto (2012))
Faktor resiko diabetes mellitus timbul akibat dari gangguan sensitivitas
jaringan hati dan otot terhadap insulin, gangguan sekresi insulin oleh sel β
pankreas, kurangnya produksi insulin, dan ketidakmampuan menggunakan insulin
atau keduanya (ADA, 2014; Lewis dkk;2011).

1.2 TINJAUAN TANAMAN PEPAYA (Cacica papaya L)


1.2.1 Deskripsi Tanaman Pepaya
Nama papaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda
“papaja” dan pada masa lainnya diambil dari bahasa Arawak “papaya”. Dalam
bahasa jawa disebut “kates” dan dalam bahasa sunda disebut “gedang” (LPPM
IPB dan Gagas Ulung, 2014). Namun daerah lain dari papaya yaitu peute, betik,
ralempaya, punti kayu (Sumatra), pisang malaka, bandas, manjan, (Kalimantan).
Kalujawa, padu (Nusa Tenggara), kapalay, kaliki, unti jawa (Sulawesi). Nama
asing papaya antara lain papaya (Inggris), dan fan mu gua (Cina) (Harina, 2013).
Pepaya berasal dari Amerika Tengah. Tanaman buah menahun ini tumbuh
pada tanah lembab yang subur dan tidak tergenang air, dapat ditemukan di dataran
rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Tanaman pepaya merupakan semak yang
berbentuk pohon, bergetah, tumbuh tegak, tinggi 2,5-10m, batangnya bulat
berongga, tangkai di bagian atas kadang dapat bercabang. Pada kulit batang
terdapat tanda bekas tangkai daun yang telah lepas. Daun berkumpul di ujung
batang dan ujung percabangan, tangkainya bulat silindris, berongga, panjang 25-
100 cm. Bagian helaian daun yang bulat seperti telur berdiameter 25-75 cm,
berbagi menjari, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas
hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda, tulang daun menonjol di
permukaan bawah. Tanaman ini dapat berbuah sepanjang tahun dimulai pada
umur 6-7 bulan dan mulai berkurang setelah berumur 4 tahun. (Akujobi et al,
2010).

1.2.2 Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis


Penelitian yang dilakukan Peter et al (2014) menggunakan ekstrak air dan
methanol biji buah papaya dan ekstrak air dan kloroform daun papaya varietas
Pusa dwarf Linn terhadap Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa,
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Hasilnya membuktikan ekstrak
kloroform daun papaya tidak menunjukkan aktivitas hambatan terhadap bakteri
pathogen sedangkan ekstrak airnya menunjukkan potensi hambatan
Daun papaya (Carica papaya L) mengandung alkaloid karpainin, karpain,
pseudokarpain, vitamin C dan E, kaolin dan karposid. Daun papaya mengandung
suatu glukosinolat yang disebut benzyl isotiosionat. Daun papaya juga
mengandung mineral seperti kalium, kalsium, magnesium, tembaga, zat besi,
zink, dan mangan. Selain tu, daun papaya mengandung senyawa alkaloid karpain,
karikaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoid dan tannin (Milind dan
Gurdita, 2011). Ekstrak daun papaya dengan dosis 250 mg/kg BB tikus dan 500
mg/kg BB tikus mempunyai pengaruh menurunkan kadar gula darah tikus wistar
selama 12 jam pasca pemberian ekstrak daun papaya (Cynthia dkk, 2016)

1.3 Tinjauan Tanaman Daun Salam


1.3.1 Deskripsi Tanaman Daun Salam
Tumbuhan salam termasuk dalam tumbuhan menahun atau tumbuhan
keras karena dapat mencapai umur bertahun-tahun (Sumono dan Wulan, 2009;
Fahrurozy, 2012). Memiliki tinggi berkisar antara 18m hingga 27m dan biasanya
tumbuh liar di hutan.
Arah tumbuh batang tegak lurus dengan bentuk batang bulat dan
permukaan yang beralur, batangnya berkayu biasanya keras dan kuat. Cara
percabangan batangnya monopodial, batang pokok selalu tampak jelas. Memiliki
arah tumbuh cabang yang tegak (Fahrurozy, 2012).
1.3.2 Kandungan Daun Salam
Daun salam mempunyai kandungan kimia yaitu tannin, flavonoid,
dan minyak atsiri 0,05% (Tiara, 2016). Daun salam juga mengandung
metabolit sekunder yang memiliki banyak aktivitas farmakologi dalam
mengatasi berbagai penyakit (Heinrich et al., 2012) Berdasarkan penelitian
(N. et al., 2011), daun salam mengandung alkaloid, saponin, steroid,
fenolik, flavonoid. Ekstrak metanol daun salam banyak mengandung
golongan flavonoid dan fenol. Diketahui kandungan flavonoid sebesar
14,87 mg setara kuercetin/100 g ekstrak. Senyawa flavonoid dapat
menghambat transportasi asam amino leusin dan bersifat toksisitas
terhadap serangga (BBPPTP Ambon, 2013).
Minyak atsiri mengandung sitral dan eugenol yang berfungsi
sebagai anastetik dan antiseptik (Dalimartha, 2005). Eugenol adalah unsur
utama dari minyak atsiri yang terdapat pada golongan Myrtaceae dan
Lauraceae, contohnya seperti minyak cengkeh, batang dan daun cengkeh,
biji dan daun pimenta, dan daun kayu manis (Shabur Julianto, 2016).

Anda mungkin juga menyukai