KEPERAWATAN MATERNITAS
DISUSUN OLEH :
Nurul Mufidah
NIM 202073003
1. Seorang perempuan umur 27 tahun GIV P3003 A0 36/37 minggu, hamil aterm datang ke
polindes Mawar. Ia datang di antar suaminya dengan keluhan kejang-kejang. Setelah
dilakukan pemeriksaan di temukan TD 190/140 mmHg, muka, tangan dan kaki oedema, VT
pembukaan serviks 5 cm.
a. Assessment apa saja yang harus dikaji agar kita mampu mengambil keputusan yang tepat
terkait kesejahteraan ibu dan janin?
a) Kaji riwayat hipertensi, obesitas, kehamilan ganda, usia, dan kekebalan tubuh.
Keadaan umum pasien, tanda- tanda vital pasien, cek tekanan darah secara rutin, cek
usia kehamilan, riwayat persalinan ibu dan jarak kehamilan, selain itu cek albumin
urine / pemeriksaan urine :prottein, reduksi, bilirubin, sadimen. Kardiotokografi
untuk menilai kesejahteraan janin
b. Jelaskan intervensi keperawatan komprehensif untuk mengatasi permasalahan pada ibu
intrapartal dengan kejang!
b) Dx: resiko tinggi asidosis b/d kejang-kejang berulang, penurunan cardiac output b/d
perdarahan dalam jumlah yang besar.
Tujuan/KH : tujuan setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x 24 jam resiko
asidosis respirasi tidak terjadi.
KH : kejang berkurang, sianosis tidak ada, nafas 20x/mnt.
Intervensi : 1) Berikan obat anti kejang sesuai terapi medis.
2) Berikan Oksigen2-6 liter/menit.
3) Observasi RR dan Nadi
Rahasia : 1) Memberikan ruang gerak bagi paru untuk mengembang
2) Membantu suplai oksigen sel jaringan tubuh
3) Menilai pola nafas dan kerja jantung
2. Seorang perempuan, post partum hari ke-8, mengeluh panas tinggi dan menggigil mulai hari
kedua sampai sekarang, darah nifas berbau, didapatkan suhu 38,5, TFU masih tinggi pada
pertengahan simpisis dan pusat. Dx medis: infeksi post partum.
a. Jelaskan intervensi keperawatan pada ibu dengan infeksi post partum!
Intervensi :
1) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
10) Pakai pakaian ganti atau jubah saat menangani bahan-bahan yang infeksius
17) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
3. Seorang perempuan, 25 tahun, post partum hari ke 11, mengeluh nyeri pada payudara, kemerahan
terlokalisir di bawah puting susu, bengkak, panas, bayi tidak mau menyusu. Dx medis: mastitis.
a. Pada ibu dengan mastitis, apakah ASI boleh diberikan pada bayi? Jelaskan !
Boleh, karena untuk mengurangi berisiko membuat perdangan bertambah parah dan
semakin bengkak
b. Bagaimana mencegah terjadinya mastitis pada ibu post partum?
a) Perawatan payudara pascanatal secara teratur untuk menghindari terjadinya statis aliran Air
Susu Ibu (ASI).
b) Posisi menyusui yang diubah-ubah.
c) Menggunakan bra/ BH yang menyangga dan membuka bra tersebut ketika terlalu menekan
payudara.
d) Susukan dengan adekuat
4. Seorang perempuan, 30 tahun, P1001, pasca persalinan 5 jam yang lalu, dengan HIV/AIDS.
Bayi yang dilahirkan dalam kondisi baik dan normal.
a. Bagaimana perawatan lanjutan agar bayinya terhindar dari penularan HIV/AIDS?
b. Jelaskan indikasi dan kontaindikasi pemberian ASI pada ibu dengan HIV-AIDS!
Jika ibu diketahui HIV positif dan status HIV anak tidak diketahui, harus dilakukan
konseling bagi ibu mengenai keuntungan dari menyusui dan begitu juga tentang risiko
penularan HIV melalui pemberian ASI. Jika susu pengganti dapat diterima, layak diberikan,
mampu dibeli, berkelanjutan dan aman (Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable and
Safe = AFASS), dapat direkomendasikan untuk tidak melanjutkan pemberian ASI.
Sebaliknya, pemberian ASI eksklusif harus diberikan jika anak berumur < 6 bulan dan
menyusui harus dihentikan segera setelah kondisi di atas terpenuhi.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang HIV positif yang terbebas dari infeksi perinatal,
mempunyai risiko yang lebih rendah untuk mendapat HIV jika tidak mendapat ASI.
Walaupun demikian, risiko kematian akan meningkat jika tidak mendapat ASI pada situasi
yang tidak menjamin ketersediaan susu formula (yang dipersiapkan dengan aman dan
memenuhi kecukupan gizi).
CDC tidak merekomendasikan ibu dengan HIV untuk menyusui. Namun, World Health
Organization (WHO) tetap mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan ibu
HIV, yang didahului oleh antiretroviral profilaksis.