PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak belum merupakan suatu
pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja
Namun setelah terbentuknya suatu negara, pajak merupakan iuran wajib rakyat
kepada negara. Dari pajak ini yang mana akan digunakan untuk membiayai
dipisahkan menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat yang dipungut oleh
pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
1
Marihot p, siahaan, pajak daerah dan retribusi daerah, PT raja grafindo persada,
jakarta, 2005
2
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah dalam lembaran
negara republik indonesia nomor 5587
1
Peran pemerintah pusat ini adalah melakukan supervisi, memantau,
sumber keuangannya sendiri sesuai dengan dan dalam batas peraturan perundang-
pemerintah daerah tergantung pada peranan pendapatan asli daerah. Hal ini
pendapatan asli daerah, yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
Melihat sektor diatas, maka salah satu sektor yang perlu ditingkatkan untuk
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Pungutan pajak dan retribusi daerah masih belum dapat dimanfaatkan
3
Siahaan, Marihot P 2010, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Rajawali Pers, Jakarta.
2
secara optimal oleh daerah sebagai sumber pembiayaan desentralisasi. Keadaan
dengan penggalian dan peningkatan PAD, terutama hal ini disebabkan oleh
Kondisi yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi dengan potensi sumber daya
alam yang sangat minim memaksa pemerintah kabupaten kuantan singingi untuk
lebih kreatif mengoptimalkan potensi yang lain. Salah satu potensi yang
mengatur sektor perpakiran ini, yaitu perda nomor 6 tahun 2012 tentang retribusi
pembangunan daerah di berbagai sektor. Salah satu sumber pendapatan asli daerah
Kabupaten Kuantan Singingi adalah retribusi parkir. Retribusi parkir di tepi jalan
umum merupakaan jenis retribusi jasa umum yaitu pelayanan parkir ditepi jalan
Dalam hal ini yang termasuk parkir di tepi jalan umum adalah tempat parkir
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor di sisi jalan, baik pada badan
jalan maupun bahu jalan yang merupakan jalan umum. Jalan umum yang
4
Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2012 tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan
umum dalam lembaran daerah kabupaten kuantan singingi nomor 26
3
dimaksud adalah jalan yang ramai dilintasi atau digunakan untuk umum, baik
jalan nasional, jalan daerah provinsi, jalan derah kabupaten dan jalan kecamatan.
Selain kriteria yang disebutkan diatas maka tidak termasuk dalam retribusi
parkir di tepi jalan umum, seperi taman parkir, gedung parkir dan tempat parkir
atau pelataran yang bersangkutan atau disebut juga tempat parkir khusus.
Permasalahan retribusi atau retribusi daerah lebih tepatnya diatur dalam Undang-
Undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.5
ditepi jalan umum ini adalah tata cara pemungutannya, dimana kurangnya
pekerjaan yang menyerap tenaga kerja.6 Serta petugas pemungut parkir /juru
peraturan daerah kabupaten kuantan singingi nomor 6 tahun 2019 yang telah
5
Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam
lembaran Negara Republik indonesia Nomor 5049
6
Pasal 2 angka 2 PERDA Nomor 6 tahun 2012 tentang retribusi parkir ditepi jalan
umum
4
Berdasarkan uraian yang penulis paparkan diatas, maka penulis tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan
2. Manfaat Penelitian
5
b. Kegunaan Praktis, hasil penelitian diharapkan dapat membantu dinas terkait
Singingi Nomor 6 Tahun 2012 agar berjalan dengan maksimal dan sesuai
fungsinya.
D. Kerangka Teoritis
Negara hukum ialah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin
kebahagian hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar negara dari pada
keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi
warga negara yang baik. Demikian pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya
ada jika peraturan hukum itu mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup antar
warga negaranya8.
pemegang hukum dan keseimbangan saja. Kesusilaan yang akan menentukan baik
bahwa yang penting adalah mendidik manusia menjadi warga negara yang baik
karena sikapnya yang adil akan terjamin kebahagian hidup warga negaranya9.
Secara umum, dalam setiap negara yang menganut paham negara hukum,
selalu berlakunya tiga prinsip dasar, yakni supremasi hukum (supremacy of law),
7
Resmi, Siti 2011, Perpajakan:Teori dan Kasus Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
8
Moh.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim,op.cit,hlm.153
9
Ibid ,hlm.154
6
kesetaraan dihadapan hukum (equality before the law), dan penegakan hukum
Prinsip penting dalam negara hukum adalah perlindungan yang sama (equal
protection ) atau persamaan dalam hukum (equality before the law). Perbedaan
perlakuan hukum hanya boleh jika ada alasan yang khusus, misalnya anak-anak
yang berumur dibawah 17 tahun mempunyai hak yang berbeda dengan anak-anak
XIX sampai dengan abad XX. Arti negara hukum itu sendiri pada hakikatnya
berakar dari konsep teori kedaulatan hukum yang pada prinsipnya menyatakan
bahwa kekuasaan tertinggi didalam suatu negara adalah hukum, oleh sebab itu
seluruh alat perlengkapan negara apapun namanya termasuk wagra negara harus
tunduk dan patuh serta menjunjung tinggi hukum tampa kecuali. Krabe
mengemukakan:
harus tunduk pada hukum yang berlaku. Dalam arti ini hukum membawakan
rakyat, maka hukum mempunyai wibawa yang tidak berkaitan dengan seseorang
(impersonal).10
ketatanegaraan, yaitu:
10
Usep ranawijaya, 1983, hukum tata negara dasar-dasarnya, ghalia Indonesia, Jakarta,
hlm.181
7
1. Jaminan hak asasi manusia (warga negara). Unsur ini ditempatkan yang
pertama kali karena sejatinya negara itu terbentuk karena adanya kontrak
kemasyarakatan. Hal ini bisa terjadi, karena didalam kontak sosial tersebut
kedudukan antara negara sebagai suatu ikatan organisasi disuatu pihak dengan
mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Oleh sebab itulah diantara
negara menjadi mutlak dan diletakkan dalam tanggung jawab maupun tugas
dari negara.
secara absolut oleh satu tangan dan dilaksanakan secara otoriter karena tidak
11
Rangkuti,Freddy, “Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis”, Cet Ke XXI. PT
Gramedia, Jakarta. 2015.
8
(legislative), dan kekuasaan unruk melaksankan peradilan (yudikatif) harus
dari aspek kelembagaan sedangkan mengenai fungsi dan tugasnya masih tetap
bisa berhubungan. Ada juga yang berdimensi pemisahhan secara baik secara
disebut negara tetap bertujuan agar kekuasaan itu tidak disalahgunakan yang
pada akhirnya justru menindas harkat dan martabat kemanusian dari warga
negara.
3. Asas legalitas pemerintahan. Maksud dari asas ini adalah pemerintah dalam
4. Prinsip Peradilan yang bebas dan tidak memihak. Prinsip seperti ini bagi
proses peradilan yang harus bebas dan tidak memihak menyangkut organ-
9
organ penengak hukum, seperti haki, jaksa, kepolisian maupun para pengacara
(advokat).
Unsur-unsur yang terdapat didalam konsep negara hukum yang demikian ini,
dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban hidup besama dalam ikatan
hukum, namun negara harus tetap tunduk pada hukum ciptaanya. Argumentasi
keamanan dan ketertiban hidup bersama. Konsepsi seperti ini kemudian lazim
unsur yang tedapat didalam konsep negara hukum formil tersebut diatas juga
dan hukum, tugas dan fungsi negara tidak hanya terbatas pada konstruksi tugas
dan fungsi ketiga kekuasaan yang ada (legislative, eksekutif, dan yudikatif) serta
kehidupan masyarakat (warga negara) dengan berbagai macam dimensi yang ada
didalamnya. Pola-pola kehidupan dan kegiatan dari warga negara makin lama
sukar untuk dipisahkan dengan pola dan kegiatan yang dilakukan oleh negara
(pemerintah).
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Cetakan ke-21;
Bandung: Alfabeta, 2014.
10
Oleh sebab itulah fungsi dan tugas negara mulai mengalami pergeseran dan
menjaga keamanan dan ketertiban, melainkan sudah mulai ikut terlibat dalam
pergeseran fungsi dan tugas negara inilah, maka paham negara hukum formil juga
pergeseran dan ditambah, yaitu bagi negara untuk ikut terlibat dalam membantu
terkandung didalamnya mulai berganti dengan konsep negara hukum modern atau
negara kesejahteraan (welfare state) yang lazim juga disebut sebagai negara
hukum materill.
ini menjadi negara tidak hanya bertindak laksana penjaga malam, melainkan
terpenting dan utama adalah bertindak pelayan masyarakat (public service), dalam
giddens konsep fungsi negara yang demikian ini menjadikan negara yang
mempunyai sifat intervensionist, artinya negara selalu akan ambil bagian dalam
kesejahteraan umum.14
13
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
14
Ibid, hlm. 20
11
Tugas dan fungsi negara dalam konsep negara hukum materil menjadi
penyimpangan dan penyalagunaan wewenang yang dilakukan oleh negara ini lah,
unsur-unsur yang dikenal di dalam negara hukum formil tetap dipertahan kan
keputusan tertulis yang dikeluarkan oleh pejabat atau badan administrasi negara
yang dianggap merugikan. Dengan demikian, unsur terpenting dari negara hukum
2. Pemisahan/pembagian kekuasaan
3. Legalitas pemerintahan
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas
12
otomoni dan tugas pembantuan dengan prinsip seluas-luasnya dalam sistem dan
pemerintahan sendiri.
dalam arti luas. Oleh sebab itu pemerintahan didaerah sebenarnya bukan dalam
dalam pasal 18, pasal 18a, dan pasal 18b UUD 1945.
15
Pasal 1 angka 2 UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
16
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemda dalam lembaran NRI Nomor 244
17
Bagir manan, 1993, perjalanan historis pasal 18 UUD 1945 ( rumusan dan undang-
undang pelaksanaanya ), unsika karawang, hlm, 35.
13
kiranya bahwa antara kedua peristilahan tersebut mengandung makna yang
Bertitik tolak dari adanya perbedaan istilah tersebut diatas, didalam buku ini
juga dikenal adanya satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah, seperti negara
konfederasi swiss.
berikut:
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah propinsi dan daerah
propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota: tiap-tiap propinsi, kabupaten dan
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otomoni dan tugas
pembantuan.
pemilihan umum.
14
5. Pemerintah daerah menjlankan otomoni seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan pusat.
undang-undang.
propinsi, daerah kabupaten, dan kota, atau antara propinsi dan kabupaten dan
keragaman daerah.
daerah yang bersifat istimewa dan kesatuan masyarakat adat. Pasal ini secara
lengkap menyatakan :
15
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Dalam khasanah teori hukum tata negara dikenal pula adanya bentuk
tersebut adalah:
belaka
16
a. Urusan-urusan pemerintahan atau wewenang pemerintahan yang
prakarsa sendiri
dan otonom) pernah dilakukan secara bersama di satu wilayah. Hal ini Nampak
daerah. Didalam undang-undang ini dinyataka bahwa didalam satu wilayah akan
dipisahkan secara tegas. Baik UU no. 22 tahun 1999 maupun UU No. 23 Tahun
didalam hal ini dilakukan oleh gubernur sebagai wakil pemerintahan pusat
didaerah. Hal ini namapak dari ketentuan pasal 9 UU No. 22 tahun 1999 yang
menyatakan :
18
Penjelasan umum UU no. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan didaerah
17
1. Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam
yang tidak atau belum dapat dilaksanakan didaerah kabupaten dan daerah kota
pemerintah
bersangkutan.
penyelenggaraan, yaitu :
1. Asas Sentralisasi
Yaitu suatu asas pemerintahan yang terpusat, artinya tidak dikenal adanya
dikenal adanya inisiatif atau prakarsa dari pemerintahan lokal. Kondisi semacam
a. Kebaikan
1. Menjadi alat yang ampuh dari kesatuan politik, persekutuan atau masyarakat
19
Rahayu, Siti Kurnia. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2010.
18
2. Dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencengah timbulnya keinginan
dari bagian negara untuk melepaskan diri dan dapat pula dipergunakan sebagai
dari bagian-bagian
5. Sebagai sarana untuk mengumpulkan tenaga dari masing bagian yang tidak
6. Dalam keadaan tertentu dapat memeberikan efisen yang lebih besar dalam
organisasi pemerintahan
b. Kelemahan
welfare state, maka tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemerintahan pusat
semakin berat.20
3. Pengambilan keputusan untuk masalah yang bersifat lokal menjadi sulit untuk
20
Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-XX; Bandung:
Rosadakarya, 2014.
19
4. Pengambilan keputusan cenderung diseragamkan tanpa mengindahkan
prinsip partisipasi
negara hukum )
Ditinjau dari aspek kelebihan dan kelemahan asas sentralisasi ini, maka
2. Asas Desentralisasi
pemerintahan lokal untuk diatur dan diurus sendiri sebagai urusan rumah tangga
sendiri.
pemerintah/daerah tingkat yang lebih atas kepada daerah untuk menjadi urusan
21
Sumarsono, Sony. 2010. Manajemen Keuangan Pemerintahan-Ed, Cet.1. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
20
Perbedaan defenisi dari ketiga undang-undang tersebut diatas, dapat ditinjau
pemerintahan
penyerahan urusan pemerintahan. Lain dari pada itu, makna dari desentralisasi
tersebut
wewenang ini, maka daerah otonom dapat mengatur dan mengurus urusan
federalistis.
21
Terjadinya perbedaan makna dalam mendefenisikan pengertian desentarlisasi
yang cukup panjang.22 Alih-alih dari rumusan inilah, maka terjadi otonomi daerah
negara. Menurut hans kelsen negara itu merupakan tatanan hukum (legal order).
Didalam negara ada kaidah-kaidah hukum yang berlaku sah untuk seluruh
wilayah negara yang sering disebut kaidah sentral (central norm) dan ada pula
kaidah hukum yang belaku sah dalam bagian wilayah yang berbeda yang disebut
desentral atau kaidah lokal (desentral or local norm). jadi menurut hans kelsen,
apabila kita membicarakan tatanan hukum desentralistik, maka hal ini akan
yang disebut desentralisasi adalah bentuk susunan dari organisasi negara yang
terdiri dari satuan pemerintahan pusat dan satuan pemerintahan yang lebih rendah
Pendapat seperti ini memberikan gambaran kepada kita bahwa yang namaya
22
Susanto. 2014. Manajemen Strategik Komprehensif. Jakarta: Erlangga
23
Bagir manan, 1994, hubungan antara pusat dan daerah menurut uud 1945, sinar
harapan, Jakarta, hlm.24.
24
Ibid, hlm. 22.
22
Irawan soedjito mengatakan bahwa, desentralisasi memiliki arti sebagai
pemerintahan lokal tingkat yang lebih atas kepada daerah untuk menjadi
menjadi negara besar dan daerah kecil yang berhak atau berwenang mengatur
prakarsanya masing-masing
a. Kelemahan
25
Irawan soedjito, 1984, hubungan pemerintahan pusat dan pemertintahan daerah, bina
aksara, Jakarta, hlm. 20.
26
Joeniarto, 1982, perkembangan pemerintahan local menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku dengan pelaksanaan didaerah propinsi jawa tengah dan
daerah istimewa Yogyakarta, alumni, bandung, hlm. 29.
23
1. Membuka kemungkinan adanya bagian (daerah/wilayah) untuk melepaskan
b. Kelebihan
1. Memberiakn penilaian yang relatif tepat pada sifat yang berbeda-beda dari
bertingkat-tingkat
kedaerahan ( lokal )
27
Bagir manan, 1989, pemerintahan daerah bagia 1, bahan penataran administrative
and organization planning kerja sama Indonesia-belanda, ugm, Yogyakarta, hlm 8.
24
horizontal diantara ketiga cabang kekuasaan didlam negara (eksekutif,
berikut:28
dari pemerintahan pusat/daerah tingkat yang lebih atas kepada badan yang
dari pemerintah pusat atau daerah tinggkat yang lebih atas kepada badan
fungsional tertentu.
25
d. Desentralisasi Kebudayaan, yakni memberikan hak kepada golongan kecil
menyatakan :
dalam Undang-Undang
1. Penyerahan Penuh, yaitu baik tentang asas (prinsipnya) maupun tentang cara
pemerintahan pusat sendiri. Tipe ini disebut juga sebagai asas tugas
pembantuan (madebewind).29
29
Bagir manan, perjalanan historis …., op.cit, hlm. 55-56.
26
Dengan adanya dua tipe penyerahan urusan atau wewenang pemerintaahn
otonom bagi suatu daerah, juga menimbulkan hak medebewind. Dalam hal ini
menjalankan saja, tetapi cara menjalankan ini bisa besar artinya bagi setiap
daerah”.30
Lain dari pada itu, asas tugas pembatuan (medebewind) ini termasuk dalam
ranah asas desentralisasi juga, karena asas ini sebenarnya digunakan untuk uji
(menjadi hak otonomi secara penuh). Argumentasi seperti ini, yuridis memperoleh
27
2. Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang propinsi juga
3. Penyerahan urusan pemerintahan sebagaimana diataur pada ayat (1) dan ayat
(2) disertai dengan perangkaat daerah, pembiayaan dan sarana atau prasarana
yang diperlukan
urusan pemerintahan tersebut akan diserahkan secara penuh sebagai hak otonomi.
3. Asas Dekonsentrasi
konseptual yang cukup signifikan. Ketentuan seperti ini berbeda dengan ketentuan
32
Illahi, Robby Noer.2014.“Pengaruh Pemungutan Pajak Parkir terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD)” (Studi Kasus Dinas PLAGIAT MERUPAKAN
TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pengelolaan Keuangan DanAsset Daerah (Dpkad)
Kabupaten Purwakarta Periode 2009-2013)
28
pemerintahan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat
pusat di daerah
1. Didalam UU no. 22 tahun 1999 dan UU no. 32 tahun 2004, asas dekonsentrasi
diletakkan pada diri gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dan atau
perangkat pusat didaerah ( instansi vertikal diwilayah tertentu). Hal ini berarti
seluruh pejabat yang ada didaerah, seperti gubernur, bupati dan wali kota, bisa
2. Didalam UU no. 22 tahun 1999 dan UU no. 32 tahun 2004, luas cakupan asas
Ditinjau dari pengertian dan makna yang terkandung di dalamnya, maka pada
29
c. Merupakan manifestasi penyelenggaraan tata laksana pemerintahan umum
pusat daerah
Pada zaman orde baru, melalui UU no. 5 tahun 1974 pelaksanaan asas
orde baru, otonomi di daerah tidak dapat berjalan dengan baik, konsepsi-konsepsi
a. Kedudukan kepala daerah disemua tingkatan (dati I dan dati II) sekaligus
b. Dalam mekanisme pemilihan kepala daerah (dati I dan dati II) peran DPRD
kepala wilayah dan garis komando yang tidak terputus dari atas ke bawah.33
maka UU No.5 Tahun 1974 diubah oleh UU No. 22 Tahun 1999 yang selanjutnya
diubah lagi oleh UU No.23 Tahun 2014. Perubahan UU No. 22 Tahun 1999
33
Bhenyamin hoessein, dalam syamsudin haris dan riza sihbudi (ed), 1995, menelaah
kembali format politik orde baru, gramedia pustaka utama, Jakarta, hlm. 60-61.
30
menjadi UU No.32 Tahun 2004 dilatar belakangi oleh kelemahan UU No. 22
Tahun 1999 yang lebih mengarah kepada corak federalistis dan dianggap
4. Asas Madebewind
pemahaman, maka disini akan penulis ulas kembali mengenai asas madebewind
tersebut.
pasal 1 huruf d yang menyatakan bahwa tugas pembantuan adalah tugas untuk
Tahun 1974 dan UU No. 22 Tahun 1999, sedangkan UU No. 23 Tahun 2014
tugas pembantuan karena, asas ini sebenarnya merupakan langkah uji coba untuk
31
dalam pasal 17 PP No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan
ini terlebih dahulu. Namun dalam praktek sekarang ini, justru pemekaran daerah
35
Direktorat Jendral Pajak, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan
Ketiga atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
32
tidak dilalui dengan langkah uji coba melalui asas madebewind, sehingga secara
Secara implisit definisi otonomi tersebut mengandung dua unsur, yaitu : 36 Adanya
pemberian tugas dalam arti sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan serta
tugas itu.
Dari berbagai batasan tentang otonomi daerah tersebut diatas, dapat dipahami
Magir Manan (1991: 22),”… memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi
36
Suryawikarta 1995, otonomi daerah
33
rakyat untuk turut serta dalam mengambil bagian dan tanggung jawab dalam
negara hukum yang demokratik, adalah bagaimana disatu pihak menjamin dan
segala persoalan apabila hal tersebut bersifat kedaerahan yang beraneka ragam
coraknya. Oleh sebab itu untuk menjamin efisiensi dan efektivitas dalam
masalah yang bersifat lokal akan mendapat perhatian dan pelayanan yang
perikehidupan sejahtera.
34
Dengan adanya pemerintahan daerah yang berhak mengatur dan mengurus
dan kebutuhannya.37
Kebijakan otonomi daerah yang demikian itu merupakan kebijakan Negara yang
ditetapkan dalam kebijakan Negara tersebut. Pelaksanaan otonomi daerah itu tentu
tujuan-tujuan policy kepada prosedur rutin dan teknik, melainkan lebih jauh
daripada itu, melibatkan berbagai faktor mulai dari faktor sumber daya, hubungan
E. Teori Retribusi
37
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang nomor 24 Tahun 2014
35
Retribusi menurut uu Nomor 28 Tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau
Berbeda dengan pajak pusat seperti pajak penghasilan dan pajak pertambahan
nilai yang dikelola oleh direktorat jendral pajak, retribusi daerah berbeda dengan
pajak daerah.39
3. Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil
38
Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang retribusi dalam lembaran negara
republik Indonesia nomor 5049
39
https://id.,m. Wikipedia. Org/wiki/retribusi dikunjungi hari kamis tanggal 04 juli 2019
jam 13.00
36
B. Retribusi jasa usaha :
4. Retribusi terminal
C. Retribusi perizinan
D. Retribusi lain-lain
1. Pajak hotel
2. Pajak restoran
3. Pajak hiburan
37
6. Pajak mineral bukan logam dan bantuan
E. Kerangka Konseptual
berdasarkan rencana yang telah disusun atau dibuat dengan cermat dan
terperinci sebelumnya.41
persetujuan DPRD dan yang harus memenuhi syarat formil tertentu dapat
4. Retribusi
40
https: // studylibid .com / doc / bb-ii-tinjauan-umum-1. 1- pengertian- tinjauan-
yuridis, dikunjungi hari sabtu tanggal 2 november 2019 jam 19.08
41
https: // alihamdan. Id/ implementasi dikunjungi hari sabtu tanggal 2 november 2019
jam 19.08
42
Peraturan daerah nomor 16 tahun 2012 tentang retribusi tempat parkir kabupaten
kuantan singingi,pasal 1
38
Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah
5. Parkir
F. Metode Penelitian
disebabkan karena disamping digunakan untuk mendapat data yang sesuai dengan
Menurut Munir Fuady, metode penelitian adalah suatu cara yang paling dapat
terorganisir, valid dan verifikatif untuk mencari suatu kebenaran dari suatu
data dan keterangan, untuk membuktikan teori atau membantah teori yang sudah
ada dan atau menciptakan teori baru, dan dengan menggunakan metode statistik
43
Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang retribusi dalam lembaran negara
republik Indonesia nomor 5049
44
Pasal 1 angka 10 peraturan daerah nomor 6 tahun 2012 tentang retribusi pelayanan
parkir di tepi jalan umum dalam lembaran aerahh kabupaten kuantan singingi nmoor
26
39
atau tidak, dengan tujuan akhir untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
1. Jenis Penelitian
(observational).
3. Objek penelitian
4. Lokasi penelitian
Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang
45
Munir fuady, Metode Riset Hukum: Pendekatan Teori dan konsep, Rajawali pers,
Depok, 2018, hlm.1
46
Soerjono soekanto, pengantar penelitian hukum, Jakarta : ui press, 1986, hlm.32
47
www.sarjanaku .com /2013/01 / pengertian –populasi-sampel-dan- sampling. Html?
m=1, dikunjungi hari sabtu tanggal 2 november 2019 jam 19.08
48
ibid
40
Dalam pengambilan sampel penulis memekai beberapa responden pada
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu jumlah sampel yang
mewakili dari populasi yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh peneliti terlebih
dahulu untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
a. Data primer
Yaitu data yang di dapat dengan cara melakukan penelitian langsung pada
b. Data sekunder
1. Bahan hukum primer itu diartikan sebagai bahan hukum yang bersifat
judul penelitian terdiri dari : a. Perda nomor 6 tahun 2012 yang berkaitan
41
2. Bahan hukum sekunder
3. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum
pengertian atas bahan hukum lainnya yang terdiri dari kamus, ensiklopedia,
dan lain-lain.
responden.
4. Analisis data
dengan cara data dari kuesioner dikumpulkan, kemudian diolah dan disajikan
dengan cara membandingkan antara data lapangan dengan pendapat para ahli atau
penelitian.
G. Sistematika Penulisan
42
Bab I : PENDAHULUAN, yaitu gambaran umum tentang kegelisahan
Bab II : TINJAUAN UMUM, yaitu teori dan konsep yang dikaji meliputi
Bab IV: PENUTUP, berisikan beberapa kesimpualn dan saran dari hasil
penelitian.
43