Anda di halaman 1dari 3

Tahapan Analisis dalam SEM – 205

Nama : Mohamad Husein


No.Absen : 05
NPM : 20197279113
Kelas : S2 MIPA 1o
Matkul : Statistik

Anda evaluasi validitasnya, dan mungkin harus diperbaiki terlebih dahulu untuk dapat
menjadi model pengukuran yang baik (established).

Untuk menetapkan model pengukuran awal, tahapan yang dilakukan adalah sebagai
berikut :

1. Mengidentifikasi setiap konstruk laten yang akan dimasukkan ke dalam model


penelitian baik sebagai variabel independen maupun dependen, dan sekaligus
membuat definisi konsep yang baik untuk setiap konstruk tersebut berdasarkan
teori.
Anda bisa menggunakan hasil-hasil studi terdahulu maupun kajian teoritik lainnya
untuk keperluan identifikasi dan membuat definisi.
2. Membuat operasionalisasi konstruk (lihat catatan tentang operasionalisasi konsep
di 2.3.1).
Tahap ini dilakukan dengan menghadirkan indikator-indikator/atribut/ukuran
untuk masing-masing konstruk yang telah teridentifikasi melalui tahap 1. Untuk itu
Anda bisa menggunakan hasil-hasil studi terdahulu maupun dari hasil studi
pendahuluan yang Anda lakukan. Uji pendahuluan (pretest) dapat Anda lakukan
dengan menggunakan responden yang mirip dengan keadaan populasi untuk
menjamin bahwa indikator yang dihadirkan adalah sesuai dengan konstruk
latennya. Studi pendahuluan juga dapat dilakukan melalui diskusi grup fokus (focus
group discussion, FGD).
Operasionalisasi konstruk juga meliputi aktivitas penetapan jenis skala pengukuran
untuk masing-masing indikator. Lihat kembali pembahasan jenis data di 2.2.2
hingga 2.2.4
3. Menentukan model pengukuran.
Model pengukuran dapat ditentukan dengan cara menghubungkan setiap konstruk
yang dilibatkan dalam model dengan masing-masing indikatornya. Meskipun
hubungan antara setiap konstruk dengan masing-masing indikatornya ini dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan matematis, yaitu persamaan
pengukuran seperti Tabel 4-3 dan Tabel 4-4, namun penetapan menggunakan
diagram jalur (path diagram) seperti Gambar 3-13 atau Gambar 6-2 di atas
dikatakan lebih mudah diterima.
Tahapan Analisis dalam SEM – 205

Untuk penetapan model pengukuran yang berupa model faktor orde kedua (second
order). Secara empiris dapat Anda lakukan dengan analisis faktor eksploration. Yang
harus Anda lakukan adalah menghadirkan sejumlah besar indikator/atribut yang
mengukur konstruk (dimensi) utama. Selanjutnya teknik analisis faktor eksploratori
akan mengekstraksi faktor berdasarkan interkorelasi antar atribut tersebut. Baca
pembahasannya di sub bab 3.3.1.
Isu penting yang berhubungan dengan penetapan model pengukuran adalah :
1. Menentukan banyaknya indikator untuk setiap konstruk.
Umumnya peneliti menginginkan sebanyak mungkin indikator untuk setiap
konstruk untuk menjamin representasi konstruk yang diukur dan sekaligus
memaksimalkan reliabilitasnya. Namun item pengukuran (indikator) yang banyak
tidak selalu baik, bahkan semakin banyak item menjadikan model semakin tidak
sederhana. Hal ini bertentangan dengan prinsip parsimoni dalam penelitian. Item
pengukuran yang terlalu banyak juga memerlukan ukuran sampel yang makin
besar, dan konsekuensi lainnya adalah sulitnya memenuhi aspek
unidimensionalitas.
Evaluasi terhadap model pengukuran dengan menggunakan analisis faktor
konfirmatori (6.1.3) akan memandu peneliti untuk menetapkan indikator-indikator
mana yang sesuai bagi masing-masing konstruk latennya.
2. Memastikan identifikasi model
Model pengukuran yang Anda ajukan haruslah teridentifikasi (identified) untuk
menjamin bahwa parameter model dapat diestimasi. Identifikasi adalah masalah
model bukan masalah data. Pelajari masalah identifikasi model ini di sub bab 5.3.

Selain kedua isu tersebut, Anda juga harus berhati-hati dalam membangun relasi antara
masing-masing indikator dengan konstruknya. Pastikan relasi tersebut
merepresentasikan dependensi secara statistik, dan model pengukuran yang dibangun
merupakan model varians (bukan relasi klasifikasi maupun perwujudan sebuah
proses). Untuk itu pelajari kembali sub bab 2.4.3 dan 2.4.4.
Tahapan Analisis dalam SEM – 205

6.1.2 Merancang Studi Empiris


Setelah model pengukuran untuk masing-masing konstruk yang terlibat dalam analisis
ditetapkan secara teoritis. Selanjutnya studi empiris dirancang untuk keperluan
estimasi parameter model, baik model pengukuran maupun struktural (6.1.3).
Perancangan studi ini meliputi 6 tahap sebagai berikut :

1. Menetapkan tipe matriks sebagai input analisis


Sebelumnya bacalah kembali pembahasan sub bab 4.3.4 dan 4.4.1. Untuk keperluan
analisis, SEM menggunakan data berupa matriks ringkasan statistik, yaitu matriks
varians-kovarians atau matriks korelasi beserta simpangan baku. Jika data mentah
yang Anda gunakan, maka program aplikasi komputer untuk SEM secara otomatis
akan mengubahnya terlebih dahulu menjadi matriks ringkasan statistik.
Yang mana yang harus digunakan sebagai data input, apakah matriks varians-
kovarians ataukah matriks korelasi beserta simpangan bakunya? Sebenarnya sama
saja. Jika kita perhatikan persamaan (4.12) di hal.112, maka dapat diketahui bahwa
kovariansantar 2 variabel adalah sama dengan korelasikedua variabel tersebut
dikali dengan masing-masing simpangan bakunya. Dengan kata lain, kovarians
adalah korelasi tidak terstandarisir, atau korelasi adalah kovarians terstandarisir
2. Menetapkan ukuran sampel
Bacalah kembali pembahasan tentang ukuran sampel di sub bab 4.5.SEM
memerlukan ukuran sampel yang besar untuk menjamin keterwakilan dan
keakuratan hasil estimasi. Selain itu, hasil analisis yang diperoleh dari sampel besar
tentunya akan mempunyai sampling error yang lebih kecil daripada dari sampel
yang lebih kecil.
Untuk menentukan ukuran sampel secara pasti dalam SEM memang tidak mudah,
karena ada banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti : banyaknya variabel
observed, kompleksitas model, metode estimasi yang dipilih, distribusi data,
banyaknya missing data, dan program aplikasi yang digunakan. Yang jelas,
kebanyakan analisis SEM tidak baik bila digunakan untuk sampel berukuran kurang
dari 100. Memaksimalkan ukuran sampel,

Anda mungkin juga menyukai