BAB – I
Disusun oleh:
Hj. M.A. Hamda Roni, Dra., M.Si. Koordinator
Palupi Permata Rahmi, S.P., M.Si.
Tri Febrianti, SE., M.Si
1.1 PENDAHULUAN
1. Model Ikonik/Fisik.
Model ikonik/fisik adalah suatu penyajian fisik yang tampak seperti aslinya
dari suatu sistem nyata dengan skala yang berbeda. Contoh mainan
anak-anak, potret, histogram, maket, dan lain-lain.
2. Model Analog.
Model analog lebih abstrak dibanding model ikonik, karena tak kelihatan
sama antara model dengan sistem nyata. Misalnya jaringan tempat air
mengalir dapat digunakan dengan pengertian yang sama sebagai
distribusi aliran listrik. Contoh lain peta dengan bermacam warna yang
menunjukkan laut, dataran rendah dan sebagainya merupakan model
analog.
1. Merumuskan masalah
Pada tahap ini, riset operasi membuat pernyataan yang ringkas dan
jelas. Hal ini menjadikan kemudahan dalam membuat arahan dan
penjelasan untuk langkah-langkah selanjutnya. Pada tahap ini
merupakan bagian yang paling penting dan sulit untuk dilakukan.
Karena memerlukan analisis bagaimana memecahkan masalah untuk
satu masalah yang dapat mempengaruhi masalah lain atau kondisi
pada umumnya. Oleh karena itu, ketika pengukuran sulit dilakukan,
maka diperlukan penghindaran dalam masalah yang terlalu spesifik
dan pengukuran objektivitas yang tidak dapat dipecahkan.
2. Pembentukan model
Tahap selanjutnya ialah membentuk model. Sederhananya, model
merupakan representasi (biasanya dalam bentuk matematis) dari
suatu situasi. Terdapat berbagai macam bentuk model. Arsitek
terkadang menggunakan model fisik yang merupakan bangunan dari
rancangan yang akan dibuat. Para insinyur membangun scale model
dari pabrik-pabrik (plants) kimia, yang dikenal dengan pilot plants.
Schematic model merupakan gambar, sketsa, atau grafik/bagan dari
realitas. Mobil, gear, kipas angin dan berbagai jenis bentuk peralatan
memiliki schematic model yang menunjukkan bagaimana alat tersebut
bekerja.
Hal yang membuat riset operasi terpisah dari teknik lainnya ialah
model tersebut menggunakan penyelesaian secara matematis. Model
matematis merupakan rangkaian hubungan matematis. Dalam banyak
kasus, hubungan tersebut disampaikan dalam bentuk persamaan dan
pertidaksamaan, seperti pada model spreadsheet yang
dikomputasikan pada penjumlahan, rata-rata, atau standar deviasi.
Walaupun dalam model yang dibentuk mempertimbangkan
STIE Indonesia Membangun (inaba) 4
www.inaba.ac.id
fleksibilitas, kebanyakan model dibentuk dari satu atau lebih variabel
dan parameter.
1. Proportionality
Naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia
akan berubah sebanding (proportional) dengan perubahan tingkat
kegiatan.
2. Additivity
Nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam LP
dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z) yang diakibatkan oleh
kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian
nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.
4. Deterministic
Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter dalam model dapat
diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.
1. Pendekatan Matematis
Fungsi tujuan :
x1, x2, …, xn ≥ 0
Lambang Kalimat
= Sama dengan
Kebutuhan
Jenis produk Buruh Bahan kulit Harga (Rp)
(jam/unit) (kg/unit)
Sepatu 5 4 300
Tas 2 6 500
Dompet 4 3 200
1. Variabel keputusan
Tiga variabel yang terdiri dari sepatu, tas, dompet yang harus dihasilkan
diberi notasi sebagai berikut:
2. Fungsi tujuan
Tujuan yang ingin dicapai perusahaan adalah memaksimumkan profit,
maka:
Kendala:
5 X1 + 2 X2 + 4 X3 ≤ 240
4 X1 + 6 X2 + 3 X3 ≤ 400
X1 , X2 , X3 ≥ 0
Syarat: X1 , X2 , X3 ≥ 0
X2 = jumlah daging
X3 = jumlah susu
b. Fungsi tujuan:
Tujuannya adalah meminimumkan biaya total menu per hari ditulis
sebagai berikut:
c. Sistem kendala:
Kendala berupa kebutuhan minimum akan zat-zat makanan per hari
yang dapat dituliskan sebagai berikut:
5X1 + X2 ≥ 8
2X1 + 2X2 + X3 ≥ 10
X1 + 5X2 + 4X3 ≥ 22
Syarat X1 , X2 , X3 ≥ 0
Jawab:
X1 = meja
X2 = kursi
Fungsi tujuan:
Maks Z = 7 X1 + 5 X2
STIE Indonesia Membangun (inaba) 15
www.inaba.ac.id
Kendala :
X1 , X2 ≥ 0
2 X1 + X2 ≤ 100……(II) è 2 X1 + X2 =100
X2 = 40
3. Substitusi X2 ke persamaan II
2 X1 + X2 = 100
2 X1 + 40 = 100
2 X1 = 60
X1 = 30
Z = 7 (30) + 5 (40)
Z = 410
Jawab:
X1 = Pasta
X2 = Mie
Fungsi tujuan :
Min Z = 100 X1 + 80 X2
STIE Indonesia Membangun (inaba) 17
www.inaba.ac.id
Kendala :
Protein : 2 X1 + 3 X2 ≥ 12…..(II)
Pasta : X1 ≥ 2………(III)
Mie : X2 ≥ 1………(IV)
X1 , X2 ≥ 0
2 X1 + 3 X2 ≥ 12…(II) è 2 X1 + 3 X2 = 12
2 X1 + 3 X2 = 12 -
2 X2 = 4
X2 = 2
3. Substitusi X2 ke persamaan I
2 X1 + X2 = 8
2 X1 + 2 =8
2 X1 = 6
X1 = 3
Z = 460
Kesimpulan:
Referensi Utama: