Anda di halaman 1dari 15

Manajemen Risiko

Modul 2
Identifikasi Risiko
Dr. Yoyo Sudaryo, S.E., M.M., Ak., CA

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II

IDENTIFIKASI RISIKO

Tujuan Instruksional Umum

Setelah perkuliahan pertemuan pertama atau pendahuluan dari materi Manajemen


Risiko (MR) Diharapkan mahasiswa dapat mengenal pemasaran adalah ilmu bisnis dan mampu
mengimplementasikan (psychomotor) ilmu bisnis tersebut.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah perkuliahan bagian pertama atau pendahuluan dari materi Manajemen Risiko
(MR), diharapkan para mahasiswa mampu :

1. Memahami identifikasi rIsiko

2. Memahami fishbone diagram

3. Mengerti Fault tree analysis (FTA)


4. Mengerti Failure Mode Effects Analysis (FMEA).

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II
BAB - II

IDENTIFIKASI RISIKO

IDENTIFIKASI RISIKO

Identifikasi risiko dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang berkaitan


dengan kegiatan bisnis untuk kemudian dianalisa mengenai potensi paparan risiko dan dampak
yang ditimbulkan. Informasi yang dibutuhkan untuk melakukan analisa dapat bersumber dari
rencana bisnis perusahaan, laporan operasional, laporan keuangan, laporan kejadian risiko di
masa lampau, studi banding dengan usaha sejenis, serta melakukan perhitungan statistik dari
kejadian risiko di masa lalu. Dalam mengidentifikasikan risiko bisnis, terdapat beberapa metode
yang bisa digunakan, antara lain Fault Tree Analysis, Failure Mode and Effect Analysis, serta
Fishbone Diagram. Dari hasil identifikasi awal, risiko-risiko yang teridentifikasi kemudian dibagi
dalam beberapa kategori, antara lain risiko

Ada banyak metode untuk mengetahui akar penyebab dari masalah yang muncul
diperusahaan. Metode – metode tersebut antara lain : Brainstorming, Bertanya Mengapa
beberapakali (WHY – WHY) dan metode Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa. Pada kesempatan ini yang dibicarakan adalah metode yang ke 3 yakni
Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa.

Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di dalam
meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause
effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr.
Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tikyo Jepang yang juga alumni teknik kimia
Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut
awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal
(non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang pertama yang

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II
memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram,
control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.

Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan
tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan
sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau
akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai
dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat)
karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan
pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan
faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-
faktor penyebab itu.

Diagram Fishbone telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan
memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan
tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai
pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua
anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan
mengapa masalah tersebut terjadi.

Manfaat Diagram Fishbone

Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan) adalah untuk mengidentifikasi dan
mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian
memisahkan akar penyebabnya . Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin”
dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan
apakah memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.

Dengan adanya diagram Fishbone ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi
dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan.
Masalah – masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah – masalah klasik yang ada di
industri manufaktur khusunya antara lain adalah : a) keterlambatan proses produksi, b) tingkat

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II
defect (cacat) produk yang tinggi, c) mesin produksi yang sering mengalami trouble, d) output lini
produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi, e) produktivitas yang tidak
mencapai target, f) complain pelanggan yang terus berulang

Namun, pada dasarnya diagram Fishbone dapat dipergunakan untuk kebutuhan-


kebutuhan berikut :a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah, b)
Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah, c) Membantu dalam
penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut, d) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk
menciptakan hasil yang diinginkan, e) Membahas issue secara lengkap dan rapi, f) Menghasilkan
pemikiran baru. Jadi ditemukannya diagram Fishbone memberikan kemudahan dan menjadi
bagian penting bagi penyelesaian masalah yang mucul bagi perusahaan.

Penerapan diagram Fishbone dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar
“penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal
dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.
Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah
perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan
memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar”
permasalahan sebenarnya.

Cara Membuat Diagram Fishbone

Dalam hal melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan,
yakni 1). Menyiapkan sesi analisa tulang ikan. 2). Mengidentifikasi akibat atau masalah. 3).
Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. 4). Menemukan sebab-sebab potensial dengan
cara sumbang saran. 5). Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. 6). Mencapai
kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Cara yang lain dalam menyusun Diagram Fishbone dalam rangka mengidentifikasi
penyebab suatu keadaan yang tidak diharap adalah sebagai berikut:

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II
1. Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama penting dan mendesak untuk
diselesaikan.

2. Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat
(effect). Tulislah pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian
gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan masalah
itu dalam kotak.

3. Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi


masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-
faktor penyebab atau kategori-kategori utama dapat dikembangkan melalui
Stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manusia, mesin,
peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll. Atau
stratifikasi melalui langkah-langkah aktual dalam proses. Faktor-faktor penyebab
atau kategori-kategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. Berikut
beberapa pendekatan yang bisa dijadikan panduan untuk merumuskan faktor-
faktor utama dalam mengawali pembuatan Diagram Cause and Effect:

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II
Pendekatan the 4 M’s

Pendekatan The 4 M’s (digunakan untuk perusahaan manufaktur). Faktor-faktor utama


yang bisa dijadikan acuan menurut pendekatan ini adalah 1) Machine (Equipment), 2) Method
(Process/Inspection), 3) Material (Raw, Consumables dll.), 4) Man power.

Pendekatan 4P

Pendekatan 4 P (pendekatan manajemen pemasaran). Pendekatan yang menggunakan


perspektif manajemen pemasaran untuk memberikan faktor utama yang bisa dijadikan acuan
yakni 1) Price, 2) Product 3) Place, 4) Promotion.

Pendekatan the 8 P’s

Pendekatan The 8 P’s (digunakan pada industri jasa). Menurut pendekatan ini, ada
setidaknya 8 hal yang bisa dijadikan acuan sebagai faktor utama antara lain 1) People, 2) Process,
3) Policies, 4) Procedures, 5) Price, 6) Promotion, 7) Place/Plant, 8) Product.

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II
PendekatanThe 4 S’s

PendekatanThe 4 S’s PendekatanThe 4 S’s (digunakan pada industri jasa). Pendekatan ini
memberikan acuan 4 faktor utama antara lain 1) Surroundings, 2) Suppliers, 3) Systems, 4) Skills

Fault Tree Analysis

Fault tree analysis (FTA) adalah alat grafis untuk mengeksplorasi penyebab kegagalan
tingkat sistem. Ini menggunakan logika boolean untuk menggabungkan serangkaian peristiwa
tingkat yang lebih rendah dan pada dasarnya pendekatan atas-bawah untuk mengidentifikasi
kegagalan tingkat komponen (peristiwa dasar) yang menyebabkan kegagalan tingkat sistem
(peristiwa teratas) terjadi. Analisis pohon kesalahan terdiri dari dua elemen "peristiwa" dan
"gerbang logika" yang menghubungkan peristiwa untuk mengidentifikasi penyebab peristiwa
yang tidak diinginkan teratas.

Analisis pohon kesalahan adalah metode yang lebih mudah daripada Mode Kegagalan dan
Analisis Efek (FMEA) karena berfokus pada semua kemungkinan kegagalan sistem dari acara
teratas yang tidak diinginkan. Sedangkan FMEA melakukan analisis untuk menemukan semua
kemungkinan mode kegagalan sistem terlepas dari tingkat keparahannya.

1. Sejarah Fault Tree Analisis

Fault tree analysis adalah pendekatan top down yang awalnya dikembangkan di
laboratorium Bell oleh H Waston dan A Mearns untuk angkatan udara pada tahun
1962. Konsep ini kemudian diadopsi oleh Boeing dan saat ini banyak digunakan di
ruang angkasa, mobil, kimia, nuklir dan industri perangkat lunak terutama acara
terkait keandalan dan keselamatan.

2. Kapan Anda Menggunakan FTA

Analisis pohon kesalahan dapat digunakan untuk melakukan semua jenis proses
penilaian risiko tingkat sistem. Tujuan FTA adalah untuk secara efektif
mengidentifikasi penyebab kegagalan sistem dan memitigasi risiko sebelum terjadi.
Ini adalah alat yang sangat berharga untuk sistem kompleks yang secara visual

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II
menampilkan cara logis untuk mengidentifikasi masalah. Selain itu, efisiensi sistem
dapat dicapai dengan analisis ini. Ini dapat diimplementasikan sendiri atau
melengkapi Failure Mode and Effects Analysis (FMEA).

3. Simbol FTA

Pohon kesalahan menggunakan gerbang logis untuk melakukan analisis. Ada banyak
simbol FTA yang ada, tetapi ini secara luas dibagi menjadi dua kategori, simbol Acara
dan simbol Gerbang.

Simbol Acara &Simbol Gate pada FTA

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II

4. Bagaimana Anda melakukan Analisis Pohon Kesalahan

a. Tentukan kegagalan utama yang akan dianalisis dengan kata lain


mengidentifikasi acara teratas yang tidak diinginkan

b. Identifikasi kontributor tingkat pertama yang berada tepat di bawah tingkat


teratas menggunakan informasi teknis yang tersedia

c. Tautkan kontributor ini ke acara tingkat atas dengan menggunakan gerbang


logis (gerbang AND, OR), dan lihat juga hubungannya, sehingga akan membantu
untuk mengidentifikasi gerbang logis yang sesuai

d. Identifikasi kontributor tingkat kedua dan tautkan ke atas dengan


menggunakan gerbang logis.

e. Identifikasi set potongan minimal

f. Ulangi langkah yang sama sampai penyebab dasarnya

g. Terakhir, selesaikan dan evaluasi FTA

h. Hitung probabilitas kemunculan elemen level terendah dan juga ukur


probabilitas dari bawah ke atas

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II

5. Set Potong Minimal

Salah satu faktor penting dalam analisis kualitatif pohon kesalahan adalah
mengidentifikasi set potongan minimal. Misalnya pohon kesalahan yang kompleks
dan besar harus menggunakan alat yang unggul (algoritma untuk ekstraksi) untuk
mendapatkan set potongan minimal.

Cut set: Serangkaian peristiwa dasar yang bersama-sama menyebabkan peristiwa


yang tidak diinginkan TOP.

Contoh: X, Y dan Z (dari gambar di bawah)

Minimal cut set: Cut set dengan jumlah minimal event yang masih bisa menyebabkan
event TOP yang tidak diinginkan. Dengan kata lain, peristiwa yang tidak diinginkan
TOP terjadi jika satu atau lebih set pemotongan minimal terjadi.

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II

6. Contoh Praktis FTA

Kebakaran terjadi di unit 1 perusahaan manufaktur kabel XYZ meskipun ada sistem
keamanan di tempat. General Manager sangat prihatin dengan kecelakaan tersebut
dan meminta keselamatan yang bertugas untuk mengevaluasi sistem. Namun
sebagai bagian dari analisis awal dari sistem yang ada, tim keselamatan
menggunakan FTA untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan yang berbeda.

Failure Mode and Effect Analysis

Failure Mode Effects Analysis (FMEA) adalah alat yang membantu kita mengantisipasi apa
yang mungkin salah dengan produk atau proses. Alat ini juga dapat menggunakannya untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan kemungkinan kegagalan.

1. Apa itu Mode Kegagalan?

Mode kegagalan adalah peluang terjadinya proses yang salah. Atau melihatnya
dengan cara lain, ini adalah peluang terjadinya cacat atau variasi pada suatu produk.
Setiap proses memiliki titik lemah potensial. Jika kami dapat mengenali ini
sebelumnya, kami akan berusaha meminimalkan kerusakan yang disebabkan. Itulah
mengapa FMEA adalah alat yang sangat berguna.

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II

2. Kapan Menggunakan FMEA

Lakukan FMEA saat Anda:

a. Menyiapkan proses baru, sebelum Anda mulai menjalankannya di lingkungan


produksi.

b. Memperbaiki proses yang sudah ada.

c. Mengubah proses yang ada - misalnya, memodifikasi jenis material yang


digunakan.

d. Mencari masalah kendali mutu (QC) yang ada dalam suatu proses.

3. Jenis FMEA

a. Desain (DFMEA)

DFMEA berfokus pada produk atau layanan. Biasanya Anda akan melakukannya
sebelum memasukkan produk atau layanan baru ke dalam manufaktur, atau saat
Anda mengubah desain keduanya. Saat Anda melakukannya, Anda melihat
potensi kegagalan, masalah keamanan, dan masalah peraturan dengan produk
akhir. Kemudian Anda mengurutkan tingkat keparahan ini. Langkah selanjutnya
adalah menemukan penyebab masalah potensial tersebut.

Gunakan DFMEA untuk meminimalkan efek kegagalan produk pada pelanggan


Anda. Di akhir DFMEA, Anda harus memiliki strategi untuk memperbaiki semua
masalah desain yang teridentifikasi.

b. Proses (PFMEA)

PFMEA melihat sebuah proses. Tidak seperti DFMEA, DFMEA melihat produk atau
layanan akhir hanya untuk menemukan masalah dengan proses yang
menghasilkannya. Lebih umum, Anda akan melihat keluaran dari proses sebagai
gantinya. Mengapa kedua hal ini berbeda? Karena sebagian besar produk dan
layanan adalah hasil dari banyak proses, bukan hanya satu. Misalnya, kamera

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II
digital memiliki banyak bagian, dan masing-masing bagian diproduksi
menggunakan setidaknya satu proses - seringkali lebih. Untuk menemukan
masalah dengan rana, misalnya, Anda akan melihat proses yang menghasilkan
rana, dan proses yang memperbaiki rana ke dalam kamera.

Mulai PFMEA pada atau setelah studi kelayakan, dan sebelum produksi dimulai.
Biasanya, Anda akan melakukan PFMEA setelah DFMEA, karena DFMEA
difokuskan pada desain, dan PFMEA difokuskan pada cara Anda menghidupkan
desain.

c. Sistem (SFMEA)

Juga dikenal sebagai FMEA fungsional (FFMEA). Mode kegagalan sistem dan
analisis efek melihat seluruh sistem pada tingkat tinggi. Saat Anda melakukan satu,
Anda melihat hal-hal seperti keterkaitan antara komponen dan proses. SFMEA
dapat berguna karena masalah tidak hanya terjadi dalam proses atau mesin
tertentu. Mereka juga terjadi di antara banyak proses atau mesin. Lakukan SFMEA
sebelum fase desain jika memungkinkan. Ini membantu Anda mengantisipasi dan
mengatasi masalah yang dapat memengaruhi DFMEA Anda.

inaba.ac.id
Manajemen Resiko
Modul II

DAFTAR PUSTAKA

An Introduction to Derivatives and Risk Management, 10th Edition Don Chance and Robert
Brooks, 2016, Cengage Learning

Fundamental of Risk Management, Paul HopkinThe Institute of Risk Management, 2017

Principles of Risk Management and Insurance, George E. Rejda Michael McNamara, Pearson
Education Limited 2017,

inaba.ac.id

Anda mungkin juga menyukai