Anda di halaman 1dari 18

Perekonomian Indonesia

Modul 5
PERTUMBUHAN EKONOMI
ISMI ISWANDI, DRS, M.Si

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
BAB 5
PERTUMBUHAN EKONOMI

1. Pertumbuhan Ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan income perkapita


masyarakat secara riil selama periode tersebut dengan tidak mengabaikan
pemerataan. Pertumbuhan ekonomi dapat pula diartikan sebagai suatu proses
peningkatan ekonomi kearah lebih baik dan berkesinambungan yang berlangsung
dalam satu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang baik tentu saja hanya terjadi
pada peningkatan income perkapita melainkan juga harus diiringi dengan
pemerataan pendapatan di mana jurang pendapatan antara si kaya dengan si miskin
semakin mengecil. Adalah hal yang sangat berbahaya bila terjadi pertumbuhan
ekonomi yang diiringi dengan semakin melebarnya jurang pendapatan antara si kaya
dengan si miskin.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan


bagi kelangsungan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Jumlah penduduk yang
terus bertambah membutuhkan konsumsi yang semakin tinggi. Bila tidak didukung
oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka ekonomi akan semakin mengalami
masalah. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi bila terjadi pertumbuhan ekonomi
yang sangat rendah atau nol atau bahkan negative disatu sisi sedangkan di sisi lain
terus terjadi pertambahan penduduk.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan merupakan


keharusan bagi keberlangsungan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan.
Jumlah penduduk setiap tahun sehinggi kebutuhan konsumsi juga meningkat harus
diiringi dengan kemampuan supply yang tinggi pula yang tentu saja harus diiringi
dengan purchasing power. Dari sisi supply, demand and labor, pertumbuhan ekonomi
harus diiringi dengan pertumbuhan kesempatan kerja. Bila hal ini tidak tercapai maka
kecenderungan akan mengakibatkan peningkatan jurang mereka yang

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
berpendapatan tinggi dan rendah akan semakin melebar dan akan terjadi kemiskinan
di tengah pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan pertambahan kesempatan kerja dalam


rangka mengurangi ketimpangan dalam pembagian pendapatan, bila hal ini tidak
terjadi mana pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkatkan ketimpangan
pendapatan.

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui Pendapatan Nasional. Terdapat


beberapa konsep pendapatan nasional, antara lain:

1. GDP (Gross Domestic Product), merupakan jumlah produk berupa barang dan
jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suaru negara
(domestic) yang dihitung dalam satu tahun; termasuk juga di sini hasil produksi
barang dan jasa oleh warga atau perusahaan asing di Indonesia.

2. GNP (Gross National Product) atau PNB (Pendapatan Nasional Bruto),


meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk
suatu negara selama satu tahun; termasuk juga hasil produksi oleh warga
negara yang berada di luar negeri tetapi tidak termasuk hasil dari warga
negara/perusahaan asing yang beroperasi di negara tersebut.
3. NNI (Net National Income), merupakan pendapatan yang dihitung menurut
jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik factor
produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari: NNP – Pajak Langsung.

Pada negara sedang berkembang (termasuk Indonesia), menghitung Pendapatan


Nasional dengan menggunakan konsep GDP. Hal ini karena biasanya lebih banyak
warga negara/pihak asing berinvestasi di negaranya dari pada warga negaranya
berinvestasi di luar negeri. Sehingga dengan menggunakan konsep GDP maka hasil
perhitungannya cenderung lebih besar. Sebaliknya pada negara maju, lebih
cenderung menggunakan konsep GNP karena lebih banyak warganya yang ber-
invest di luar negeri dari pada pihak asing yang ber-invest di negaranya. Pendapatan
Nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara yang
paling banyak digunakan.

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5

Pada negara yang sedang berkembang dan relative kurang stabil di mana terjadi
kecenderungan inflasi yang relative tinggi dan nilai uang terus terdepresiasi terhadap
mata uang asing, menghitung PDB atas dasar harga yang berlaku dapat membuat
orang salah dalam menafsirkan/ salah paham. Sepertinya PDB meningkat,
sesungguhnya belum tentu karena nilai PDB yang meningkat tersebut mungkin lebih
disebabkan oleh harga yang terus meningkat. Oleh karena itu memperhatikan PDB
atas dasar Harga Konstan cenderung lebih baik dan/atau lebih realistis.

Sejak kemerdekaan tahun 1945, Indonesia telah banyak memperoleh pengalaman


bidang politik dan ekonomi. Peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru telah memberikan
iklim politik yang lebih dinamis. Walaupun pemerintahan lebih mengarah ke otoriter
namun kehidupan ekonomi mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Pada masa
orde lama, kegiatan pemerintahan lebih banyak bertumpu pada urusan politik. Pada
masa orde baru kegiatan lebih banyak ke masalah urusan ekonomi. Pada masa orde
reformasi, urusan politik dan ekonomi diperhatikan secara sangat serius dan bahkan
urusan ekonomi menjadi sangat diperhatikan, terlebih Indonesia mengalami krisis yang
berkepanjangan.

Berikut akan dijelaskan pertumbuhan ekonomi mulai masa orde lama sampai sekarang:

1. Masa Orde Lama (1945 – 1966)

Pada masa ini perekonomian berkembang kurang menggembirakan sebagai dampak


ketidakstabilan politik dan seringnya pergantian cabinet. Pertumbuhan ekonomi
yangcukup menggembirakan dengan laju pertumbuhan 6,9% pada periode 1952 –
1958 turun drastic menjadi 1,9% dalam periode 1960 – 1965. Sementara itu deficit
anggaran belanja pemerintah terus meningkat . deficit tersebut ditutupi dengan
pencetakan uang baru sehingga harga terus melambung dan puncaknya terjadi pada
tahun 1966. Perilaku kenaikan harga sudah terlihat secara agresif mulai tahun 1955,
ketika itu laju inflasi naik 33%. Di tahun 1958 menjadi 40%. Pada tahun 1960 – 1961
laju inflasi terus meningkat dan bahkan pada akhir kekuasaan Orde Lama laju inflasi
mencapai 650%.

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
2. Masa Orde Baru.

Orde Baru dapat diartikan sebagai susunan atau tata cara hidup baru yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekwen. Pada masa
peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru ditandai dengan kondisi ekonomi yang tidak
menentu, antara lain:

a. Ketidakmampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban hutang luar negeri


sebesar lebih kurang US $. 2 miliar.

b. Penerimaan devisa ekspor hanya setengah dari pengeluaran untuk impor barang
dan jasa.

c. Ketidakmampuan pemerintah untuk mengendalikan anggaran belanja dan


memungut pajak.

d. Percepatan laju nflasi perbulan hingga mencapai 30% - 40%.

e. Buruknya kondisi prasarana ekonomi dan penurunan kapasitas produksi sector


industry dan ekspor.

Menghadapi perekonomian yang seperti tersebut, pemerintah peralihan membuat


langkah-langkah kebijaksanaan sebagai berikut:

a. Memerangi inflasi.

b. Mencukupkan stock bahan pangan terutama beras.

c. Merehabilitasi sarana-prasarana ekonomi.

d. Meningkatkan ekspor.

e. Menyediakan/menciptakan lapangan kerja,

f. Mengundang kembali investor asing.

Secara keseluruhan, program penyelamatan ekonomi di masa Orde Baru dibagi


menjadi 2 jangka waktu yang saling berkaitan yaitu program jangka pendek dan
program jangka panjang..

Program jangka pendek meliputi:

a. Tahap penyesuaian (Juli – Desember 1966).

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
b. Tahap rehabilitasi (Januari – Juli 1967)

c. Tahap konsolidasi (Juli – Desember 1967).

d. Tahap stabilisasi (Januari – Juni 1968).

Program jangka pendek ini dilanjutkan dengan program jangka panang yang terdiri
atas rangkaian Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang dimulai pada
bulan April 1969 sehingga berubah menjadi Pelita. Tahap pelaksanaan menjadi
Pelita, mulai dari Pelita I sampai Pelita V. Perjalanan waktu berikutnya Indonesia
menghadapi gangguan krisis moneter pada tahun 1997 yang berlanjut dengan krisis
ekonomi.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pelaksanaan pembangunan senantiasa


diarahkan pada pencapaian tiga sasaran pembangunan meskipun prioritasnya
berubah-ubah sesuai dengan masalah dan situasi yang dihadapi pada saat tersebut.
ketiga sasaran tersebutdikenal dengan trilogi pembangunan yang meliputi: stabilitas,
pertumbuhan, dan pemerataan atau stabilitas yang mantap dan dinamis,
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya di mana urutan tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang dihadapi
pada masa tersebut.

Pada Pelita VI (1994 – 1999) sebenarnya telah dicanangkan era pembangunan


ekonomi tinggal landas atau take off. Di mana sector pertanian memberikan
sumbangan terbesar terhadap PDB. Selanjutnya industry pengolahan yang
dikembangkan terutama industry substitusi impor namun sebagian dari kebutuhan
bahan baku atau bahan pembantu dipasok dari Negara lain (outward looking)
sedangkan orientasi pemasaran produk lebih tertuju pada pasar domestic (inward
looking) sehingga keberadaan industry ini menjadi penghambat devisa dan
ketergantungan menjadi lebih tinggi dan terus menerus. Akibatnya strategi industry
substitusi impor yang diterapkan tidak mampu membawa Indonesia ke fase take off.
Strategi ini ternyata tidak mampu mempersempit gap antara Indonesia dengan
Negara maju dan bahkan terjadi kemerosotan ekonomi. Keberadaan industry

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
substitusi impor ternyata mengakibatkan Indonesia semakin rentan terhada
perubahan kurs mata uang dan tingkat suku bunga luar negeri.

3. Masa Reformasi atau Masa/Orde Reformasi (1998 - sekarang).

Masa ini ditandai krisis ekonomi yang diawali oleh krisis moneter pada tahun
sebelumnya di mana kondisi krisis tersebut masih terasa pengaruhnya. Tahun 1998
hampir seluruh sector mengalami pertumbuhan negative seperti terjadi pada sector
pertambangan, perdagangan, transportasi, dan keuangan dan perbankan.

Pada tahun 1999 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan telah menjadi
positip. Ini menunjukkan petani telah terjadi pemulihan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan perhitungan PDB tahun 1993, laju pertumbuhan ekonomi tahun 1999
adalah sekitar 0,23% dan pertumbuhan ekonomi tanpa migas sebesar 0,35%. Nilai
PDB atas dasar harga konstan tahun 1993 pada tahun 1998 sekitar Rp.376 tiliun
dengan migas 36,9 tiliundan tanpa migas adalah sebesar Rp.341,8 triliun. Pada tahun
1999 diperkirakan meningkat menjadi 369 triliun dan tanpa migas adalah sebesar 343
triliun.

Untuk meningkatkan kinerja sector riil ternyata masih memerlukan waktu 3 sampai 5
tahun. Namun diperlukan pendekatan yang komprehensif karena kalau kita berbicara
tentang in-efisiensi, high cost economy berarti menyangkut banyak masalah yang
berada pada instansi yang berbeda-beda. Jadi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi harus ada koordinasi dan pendekatan konsentrasi antar institusi pemerintah.

Berikut dapat dilihat pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun:

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
6,3% 6,3% 6,3% 6,3% 5,1% 5,0% 5,07% 5,17% 5,02% -4%

Catatan: Untuk tahun 2020 merupakan angka perkiraan yang dibuat

pada pertengahan September 2020 di era Covid 2019.

2. Beberapa Teori Pertumbuhan Ekonomi.

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
Pada ahli ekonomi mempunyai perhatian terhadap penyebab adanya kemajuan
ekonomi di setiap Negara. Dari pemikiran mereka lahir beberapa teori tentang teori
pertumbuhan ekonomi, diantaranya: teori klasik, neo klasik, teori Keynesian, dan
beberapa teori pertumbuhan modern.

Teori klasik yang dipeopori oleh Adam Smith bahwa output akan berkembang
sejalan dengan perkembangan penduduk.dia memulai pipotesisnya ketika zaman
keemasan. Pada saat itu lahan belum bersifat langka, modal belum ada yang
diperhitungkan, hanya jumlah tenaga kerja yang diperhitungkan. Harga dan jumlah
produk hanya tergantung pada jumlah tenaga kerja yang tersedia, akibatnya
pertambahan penduduk dipandang sebagai faktr yang akan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Dari sinilah timbul semboyan banyak anak banyak rezeki., karena semakin
banyak anak akan semakin banyak tenaga kerja yang dikerahkan untuk menggarap
lahan yang pada saat itu masih sangat luas dan tidak/ belum menjadi masalah bagi
pertumbuhan output yang sejalan dengan perkembangan penduduk. Ketika itu belum
berlaku konsep the law of diminishing return.

Selanjutnya zaman keemasan mulai hilang. Penduduk semakin bertambah


sedangkan ketersediaan lahan tetap atau tidak berubah sehingga mulai dirasakan
lahan semakin sempit sehingga setiap pekerja mendapat lahan garapan semakin
sempit. Pada saat itu konsep the law of dinishing return mulai berlaku. Menurunnya
rasio antara jumlah pekerja dengan lahan yang tersedia mengakibatkan semakin
menurunnya marginal product sehingga sehingga akan menurunkan upah riil.

of dimishing return mengakibatkan tidak semua penduduk dapat terlibat dalam proses
produksi. Jika dipaksakan justru akan menurunkan tingkat output nasional; namun
pertambahan total product akan terjadi jika pertambahan tenaga kerja diikuti oleh
pertambahan modal.

Selanjutnya Malthus dan Ricardo (Sattar : 2017) mengamati pertumbuhan jumlah


penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Hasil pengamatan tersebut
didapat kesimpulan sebagai berikut:

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
1. Bila rasio antara jumlah penduduk lebih kecil dari factor produksi lainnya, akan
menimbulkan pertambahan jumlah penduduk, pertambahan jumlah tenaga kerja
dan sekaligus dapat meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat

2. Bila jumlah penduduk/tenaga kerja berlebihan dibandingkan dengan faltor produksi


lainnya maka pertumbuhan jumlah penduduk akan menurunkan produk perkapita.

3. Bila jumlah penduduk bertambah tanpa diikuti oleh pertambahan falktor lain maka
kemakmuran akan mundur atau berkurang.

Selanjutnya teori Teori Neo Klasik yang dipelopori oleh Robert Solow.

Solow berpendapat bahwa:

1. Pertumbuhan produk nasional ditentukan oleh dua jenis input yaitu pertumbuhan
jumlah modal dan pertumbuhan jumlah tenaga kerja. Proses pertumbuhan
ekonomi memerlukan:

a. adanya intensifikasi modal, dimana jumlah modal per tenagakerja terus


meningkat.

b. adanya tingkat kenaikan upah yang dibayarkan kepada para pekerja pada saat
terjadi intensifikasi modal sehingga daya beli masyarakat meningkat.

2. Perkembangan Teknologi

Menurut Solow bahwa peran teknologi dan peningkatan keahlian serta


keterampilan mempunyai peran sangat penting dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi. Pendapat Sollow diperkuat oleh Denison yang menganalisis
pertumbuhan ekonomi di Negara-negara maju yang mengatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi erat hubungannya dengan barang modal.

Teori Keynesian, yang dipelopori oleh John Maenard Keynes (JM Keynes),
mengatakan bahwa dalam jangka pendek output nasional dan kesempatan kerja
terutama ditentukan oleh permintaan aggregate. Kaum Keynes yakin bahwa
kebijakan moneter dan kebijakan fiscal harus digunakan untuk mengatasi
pengangguran dan menurunkan laju inflasi. Peran pemerintah sangat besar dalam

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
menciptakan pertumbuhan ekonom. Bila suatu perekonomian sering dihadapkan
pada kondisi ketidakstabilan, ketidakmerataan, dan ketidakefisienan akan
menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Beberapa Teori Modern, adalah:

Teori Rostow, bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses dari berbagai


perubahan, yaitu:

1. perubahan reorientasi organisasi ekonomi.

2. Perubahan pandangan masyarakat.

3. Perubahan cara menabung atau menanamkan modal menjadi lebih produktif.

4. Perubahan pandangan terhadap factor alam.

Manusia harus merubah keyakinan bahwa alam tidak akan menentukan


kehidupan manusia tetapi kehidupan manusia harus mampu mengendalikan dan
memanfaatkan kekayaan alam yang tersedia sehingga dapat menjadi sumber
kehidupan dan mencapai kemakmuran. Selanjutnya Rostow mengemukakan
tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi:

1. The Traditional society (masyarakat tradisional).

Artinya kondisi kehidupan ekonomi masyarakat masih secara tradisional dan


belum didasarkan pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Cara
berpikirnya kadang-kadang masih primitive dan irrasional.

2. The Precondition for take off (prasyarat tinggal landas).

Merupakan masa transisi masyarakat mempersiapkan dirinya mulai menerima


teknik-teknik baru dan pemikiran-pemikiran baru dari luar kehidupan mereka.

3. The take off (tinggal landas).

Pada tahap ini terjadi perubahan yang sangat drastic dan tercipta kemajuan yang
pesat melalui berbagai inovasi dalam produksi dan lain sebagainya.

4. The drive maturity (menuju kematangan).

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
Di tahap ini masyarakat secara efektif telah menggunakan teknologi modern
terhadap sebagian besar factor produksi dan kekayaan alam.

5. The age of high mass consumtion (konsumsi tinggi).

Di sini masyarakat sudah menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih
merata terhadap penduduknya dengan cara menciptakan distribusi pendapatan
yang lebih merata. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan kebutuhan pokok
tetapi terhadap konsumsi yang lebih tinggi yang meliputi barang tahan lama dan
barang mewah.

Schumpeter, dalam bukunya the theory of economic development menekankan


pentingnya peran pengusaha dalam pembangunan. Kemajuan suatu Negara sangat
ditentukan oleh peran entrepreneur atau pengusaha sebagai orang yang memiliki
inisiatif tinggi, kemampuan dan keberanian dalam dalam mengaplikasikan
penemuan-penemuan baru dan menggunakan cara-cara baru dalam berproduksi,
memperluas pasar, restrukturisasi dan reorganisasi dalam perusahaan untuk tujuan
yang lebih baik.

Harold-Domar, mengatakan bahwa investasi merupakan syarat yang harus dipenuhi


untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tangguh atau steady growth. Untuk
itu perlu meningkatkan tabungan. Pelaku ekonomi harus menyisihkan sebagian
pendapatannya untuk ditabung sebagai investasi di hari depan. Pemikiran Harold-
Domar sama dengan Keynes tentang pentingnya peran pemerintah dalam
merencanakan pertumbuhan ekonomi suatu Negara dan menghimpun dana untuk
keperluan investasi agar ekonomi meningkat.

Martin Feldst, Pertumbuhan ekonomi harus dimulai dari sisi aggregate supply. Dia
lebih menekankan supply side dalam economic growth. Konsepnya lebh didasarkan
pada pandangan klasik. Ia menekankan factor-faktor yang akan menaikkan
pertumbuhan output potensil seperti menaikkan tabungan dan investasi, memperbaiki
peraturan, maka pendapatan nasional akan turun, riil income masyarakat turun, dan
daya beli juga akan semakin turun. Hal ini akan berdampak terhadap hal-hal berikut:

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
1. Tabungan masyarakat yang mengalami penurunan berarti sumber dana untuk
investasi akan semakin mengecil.

2. Tingkat konsumsi masyarakat rendah, objek pajak semakin sempit, dan


penerimaan pemerintah dari sector pajak akan menurun.

Oleh karena itu, konsi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi adalah


meningkatkan aggregate supply. Untuk itu perlu menaikkan insentif dan
menurunkan tariff pajak. Hal ini sangat bertentangan dengan yang terjadi pada
perekonomian Indonesia di mana pajak dan sejenisnya terus mengalami kenaikan.

Selanjutnya dikenal pula teori perubahan struktur ekonomi. Teori ini menitik beratkan
pada mekanisme transformasi yang dialami oleh Negara-negara sedang berkembang
yang semula bersifat subsistem dan menitik beratkan pada sector tradisional menuju
ke struktur lebih modern yang didominasi oleh faktr-faktor non-primer khususnya
industry jasa. Chenery meminjam istilah Kuznets bahwa perubahan struktur ekonomi
secara umum disebut sebagai proses transformasi struktur ambunan : 2003).yang
diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu sama lain dalam
komposisi Agregate Demand (AD), Ekspor-Impor (X – M), Agregate Supply (AS) yang
merupakan produksi dan penggunaan factor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan
modal guna mendukung proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan (Tambunan : 2003).

Terdapat dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan
struktur ekonomi, yaitu dari Arthur Lewis tentang teori imigrasi dan Hollis Chenery
tentang transportasi structural.

Teori Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di
daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Lewis mengasumsikan bahwa
perekonomian suatu Negara terbagi menjadi dua yaitu perekonomian tradisional yang
ada dipedesaan yang didominasi sector pertanian dan perekonomian modern
diperkotaan dengan industry sebagai sector utama. Karena perekonomiannya masih
bersifat tradisional dan subsistem dan pertumbuhan penduduk yang tinggi maka
terjadi kelebihan suppy tenaga kerja. Over supply tenaga kerja ditandai dengan
produk marginal sama dengan nol dan tingkat upah riil rendah.

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
Kerangka pikir Chenery pada dasarnya sama seperti Lewis. Teori Chenery dikenal
sebagai teori pattern of development di mana pada teori ini lebih memfokuskan pada
perubahan struktur daam tahapan proses perubahan ekonomi di Negara Sedang
Berkembang (NSB) yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke
industry sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitiannya, Chenery
dan Syrquin (1975) mengidentifikasi bahwa dengan peningkatan perubahan
pendapatan masyarakat per kapita membawa perubahan kea rah konsumeristik dari
penekanan pada makanan dan kebutuhan pokok lainnya kea rah barang-barang
manufaktur dan jasa.

Menurut Chenery (Tambunan : 2003), proses transformasi structural akan mencapai


tarafnya yang paling cepat bila pola pergeseran permintaan domestic kea rah output
industry manufacturing diperkuat oleh perubahan serupa dalam komposisi
perdagangan luar negeri atau ekspr yang tinggi sebagaimana dialami oleh kelompok
Negara industry baru atau Newly Industrial Countries atau NIC’s seperti Korea
Selatan, Singapura, Taiwan, dan Hongkong.

3. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

Sejak kemerdekaan tahun 1945, Indonesia telah banyak memperoleh pengalaman


bidang politik dan ekonomi. Peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru telah
memberikan iklim politik yang lebih dinamis. Walaupun pemerintahan lebih mengarah
ke otoriter namun kehidupan ekonomi mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
Pada masa orde lama, kegiatan pemerintahan lebih banyak bertumpu pada urusan
politik. Pada masa orde baru kegiatan lebih banyak ke masalah urusan ekonomi.
Pada masa orde reformasi, urusan politik dan ekonomi diperhatikan secara sangat
serius dan bahkan urusan ekonomi menjadi sangat diperhatikan, terlebih Indonesia
mengalami krisis yang berkepanjangan.

Berikut akan dijelaskan pertumbuhan ekonomi mulai masa orde lama sampai
sekarang:

1. Masa Orde Lama (1945 – 1966)

Pada masa ini perekonomian berkembang kurang menggembirakan sebagai


dampak ketidakstabilan politik dan seringnya pergantian cabinet. Pertumbuhan

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
ekonomi yangcukup menggembirakan dengan laju pertumbuhan 6,9% pada
periode 1952 – 1958 turun drastic menjadi 1,9% dalam periode 1960 – 1965.
Sementara itu deficit anggaran belanja pemerintah terus meningkat . deficit
tersebut ditutupi dengan pencetakan uang baru sehingga harga terus melambung
dan puncaknya terjadi pada tahun 1966. Perilaku kenaikan harga sudah terlihat
secara agresif mulai tahun 1955, ketika itu laju inflasi naik 33%. Di tahun 1958
menjadi 40%. Pada tahun 1960 – 1961 laju inflasi terus meningkat dan bahkan
pada akhir kekuasaan Orde Lama laju inflasi mencapai 650%.

2. Masa Orde Baru.

Orde Baru dapat diartikan sebagai susunan atau tata cara hidup baru yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekwen. Pada masa
peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru ditandai dengan kondisi ekonomi yang
tidak menentu, antara lain:

a. Ketidakmampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban hutang luar negeri


sebesar lebih kurang US $. 2 miliar.

b. Penerimaan devisa ekspor hanya setengah dari pengeluaran untuk impor


barang dan jasa.

c. Ketidakmampuan pemerintah untuk mengendalikan anggaran belanja dan


memungut pajak.

d. Percepatan laju nflasi perbulan hingga mencapai 30% - 40%.

e. Buruknya kondisi prasarana ekonomi dan penurunan kapasitas produksi sector


industry dan ekspor.

Menghadapi perekonomian yang seperti tersebut, pemerintah peralihan membuat


langkah-langkah kebijaksanaan sebagai berikut:

a. Memerangi inflasi.

b. Mencukupkan stock bahan pangan terutama beras.

c. Merehabilitasi sarana-prasarana ekonomi.

d. Meningkatkan ekspor.

e. Menyediakan/menciptakan lapangan kerja,

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
f. Mengundang kembali investor asing.

Secara keseluruhan, program penyelamatan ekonomi di masa Orde Baru dibagi


menjadi 2 jangka waktu yang saling berkaitan yaitu program jangka pendek dan
program jangka panjang..

Program jangka pendek meliputi:

a. Tahap penyesuaian (Juli – Desember 1966).

b. Tahap rehabilitasi (Januari – Juli 1967)

c. Tahap konsolidasi (Juli – Desember 1967).

d. Tahap stabilisasi (Januari – Juni 1968).

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pelaksanaan pembangunan senantiasa


diarahkan pada pencapaian tiga sasaran pembangunan meskipun prioritasnya
berubah-ubah sesuai dengan masalah dan situasi yang dihadapi pada saat
tersebut. ketiga sasaran tersebutdikenal dengan trilogi pembangunan yang
meliputi: stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan atau stabilitas yang mantap dan
dinamis, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya di mana urutan tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi
yang dihadapi pada masa tersebut.

Pada Pelita VI (1994 – 1999) sebenarnya telah dicanangkan era pembangunan


ekonomi tinggal landas atau take off. Di mana sector pertanian memberikan
sumbangan terbesar terhadap PDB. Selanjutnya industry pengolahan yang
dikembangkan terutama industry substitusi impor namun sebagian dari kebutuhan
bahan baku atau bahan pembantu dipasok dari Negara lain (outward looking)
sedangkan orientasi pemasaran produk lebih tertuju pada pasar domestic (inward
looking) sehingga keberadaan industry ini menjadi penghambat devisa dan
ketergantungan menjadi lebih tinggi dan terus menerus. Akibatnya strategi industry
substitusi impor yang diterapkan tidak mampu membawa Indonesia ke fase take
off. Strategi ini ternyata tidak mampu mempersempit gap antara Indonesia dengan
Negara maju dan bahkan terjadi kemerosotan ekonomi. Keberadaan industry

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
substitusi impor ternyata mengakibatkan Indonesia semakin rentan terhada
perubahan kurs mata uang dan tingkat suku bunga luar negeri.

3. Masa Reformasi atau Masa Orde Reformasi (1998 - sekarang).

Masa ini ditandai krisis ekonomi yang diawali oleh krisis moneter pada tahun
sebelumnya di mana kondisi krisis tersebut masih terasa pengaruhnya. Tahun
1998 hampir seluruh sector mengalami pertumbuhan negative seperti terjadi pada
sector pertambangan, perdagangan, transportasi, dan keuangan dan perbankan.

Pada tahun 1999 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan telah menjadi
positip. Ini menunjukkan petani telah terjadi pemulihan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan perhitungan PDB tahun 1993, laju pertumbuhan ekonomi tahun 1999
adalah sekitar 0,23% dan pertumbuhan ekonomi tanpa migas sebesar 0,35%. Nilai
PDB atas dasar harga konstan tahun 1993 pada tahun 1998 sekitar Rp.376 tiliun
dengan migas 36,9 tiliundan tanpa migas adalah sebesar Rp.341,8 triliun. Pada
tahun 1999 diperkirakan meningkat menjadi 369 triliun dan tanpa migas adalah
sebesar 343 triliun.

Untuk meningkatkan kinerja sector riil ternyata masih memerlukan waktu 3 sampai
5 tahun. Namun diperlukan pendekatan yang komprehensif karena kalau kita
berbicara tentang in-efisiensi, high cost economy berarti menyangkut banyak
masalah yang berada pada instansi yang berbeda-beda. Jadi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi harus ada koordinasi dan pendekatan konsentrasi antar
institusi pemerintah.

Harus diakui bahwa pertumbuhan ekonomi dewasa ini (sebelum Covid-19) masih
kurang memuaskan hanya berada di kisaran 5% dan umumnya berada di bawah
target.. Dikatakan demikian kurang memuaskan karena pertumbuhan ekonomi
yang tercapai selama beberapa tahun sebelum tahun 2015 dapat mencapai 6% .
tampaknya factor dominan sebagai penyebabnya adalah kinerja ekspor yang
kurang memuaskan. Sering terjadi Indonesia mengalami deficit neraca
perdagangan. Artinya ekspor lebih kecil dari impor. Ini sejalan dengan posisi

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
peringkat ekspor Indonesia. Hal ini sejalan dengan peringkat daya saing produk
ekspor Indonesia hanya menduduki peringkat 45 sampai 46 dunia.

Hendaklah kita mampu mengetahui secara jelas penyebab kurang berhasilnya


ekspor Indonesia sehinga dapat mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut.
Harus kita akui bahwa salah satu penyebabnya memang ekonomi dunia dewasa
ini kurang menggembirakan, namun tidak bisa dipakai sebagai pembelaan. Kinerja
ekspor Indonesia kalah dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Vietnam
sedangkan jumlah penduduk Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah penduduk di Negara-negara tersebut. hal ini menunjukkan Indonesia kalah
dalam beberapa hal terutama dibidang sumber daya manusia. Motivasi dan kreasi,
produktivitas dan teknologi, skill, dan beberapa hal secara umum masih di bawah
beberapa Negara seperti Negara di atas. Akibatnya kalah dalam hal seperti: harga
jual, desain, kualitas dan bahkan negosiasi dalam perdagangan internasional baik
oleh pengusaha maupun melalui intervensi pemerintah masih kurang, seperti:
Indonesia dikenakan pajak yang tinggi dalam hal ekspor ikan tuna ke Eropa
sedangkan beberapa Negara Asean mengekspor ikan tuna ke Eropa bebas pajak.
Akibatnya kita menjual sebagian ikan tuna tersebut ke Negara tetangga dan
Negara tetalebih menyedihkan lagi sebagian dari ikan yang mereka ekspor
tersebut berasal dari mencuri di perairan Indonesia. Selain itu investasi melalui
PMDN masih kurang memuaskan dan investasi asing melalui PMA kurang
menggembirakan. Selain itu produk impor terutama berasal dari Cina menguasai
pasar di Indonesia muoai dari Pasar Tradisional sampai ke Mal terutama karena
masalah harga jual sampai ketangan konsumen yang lebih murah atau lebih
terjangkau. Akibatnya masyarakat cenderung memilih produk dengan harga yang
lebih murah; mereka tidak peduli apakah buatan dalam negeri atau buatan luar
negeri, yang penting harga lebih murah dan atau dapat dijangkau. Akibatnya impor
terus meningkat terutama produk dari Cina.

inaba.ac.id
Perekonomian Indonesia
Modul 5
DAFTAR PUSTAKA

Utama:

Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, PT. Raja Grafindo.

Grossman, Gregoary, 1967, Economic Systems, New Jersey, Prentice Hall, Inc.

Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, LP3E, Jakarta.

Sattar, 2017, Perekonomian Indonesia, CV. Budi Utama, Yogyakarta

Suroso, P.C., 1994, Perekonomian Indonesia, Buku Panduan Mahasiswa,


Gramedia, Jakarta.

Pendukung:

http://indonesiabaik.id/ebook/sekilas-perekonomian-indonesia-2019

https://ejournal.kemensos.go.id/index.php/Sosioinforma/article/view/47

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/9814

https://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/UtangLN.pdf

https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/ekonomi-indonesia-pada-
masa-pandemi-covid-19-potret-dan-strategi-pemulihan-2020-2021

https://kumparan.com/berita-terkini/pelaku-kegiatan-ekonomi-di-indonesia-dan-
peranannya-1wNGECkXOOs

https://media.neliti.com/media/publications/11250-ID-analisis-pertumbuhan sektor-
perbankan-di-indonesia-tahun-2001-2008.pdf

https://www.academia.edu/40936638/Peran_Pemerintah_Dalam_Bidang_Ekonomi

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-pertumbuhan-ekonomi/

https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-
makro/kemiskinan/item301

https://www.viva.co.id/arsip/1232162-bank-dunia-ungkap-penyebab-investasi
asing-sulit-masuk-ri

inaba.ac.id

Anda mungkin juga menyukai