Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dengan vektor utamanya adalah Aedes aegypti

(Ae.aegypti). Penyakit DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian cukup tinggi dan berpotensi

menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).1

Insidensi DBD semakin meningkat diseluruh dunia dalam beberapa

dekade terakhir. World Health Organization (WHO) mencatat jumlah kasus DBD

pada tahun 2017 adalah 2,3 juta kasus meningkat dari tahun 2014 yang hanya

terdapat 1,2 juta kasus.2 Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu,

terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat negara Indonesia

sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.3

Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia

pada tahun 2017 sebanyak 59.047 orang penderita DBD dengan jumlah kematian

444 orang. Incidence rate (IR) mencapai 22,55 per 100.000 penduduk dengan

case fatality rate (CFR) mencapai 0,75%. Jumlah kasus DBD yang terjadi di

Provinsi Riau dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 1.928 orang dengan angka

kematian sebanyak 15 orang.4

Kabupaten Bengkalis merupakan daerah endemis DBD dengan kasus

tertinggi di Provinsi Riau yang semakin meningkat setiap tahunnya. Penyakit

DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Bengkalis

1
yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak mengingat penyakit ini

sangat potensial untuk terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dan merupakan

ancaman bagi masyarakat luas.5

Pada tahun 2016 Kabupaten Bengkalis merupakan daerah dengan kasus

tertinggi di Provinsi Riau dengan jumlah kasus DBD tercatat sebanyak 908 kasus

dengan jumlah kematian 12 orang, meningkat dari tahun 2014 sebanyak 591 kasus

dengan jumlah kematian 7 orang. Kecamatan Mandau merupakan salah satu

kecamatan di Kabupaten Bengkalis yang memiliki jumlah kasus DBD terbanyak

pada tahun 2016, yaitu sebanyak 189 kasus dengan kasus tertinggi berada di

Kelurahan Gajah Sakti sebanyak 125 kasus.5

Penularan DBD dapat terjadi salah satunya karena jumlah penduduk yang

terus meningkat dan kepadatan larva Ae. aegypti yang tinggi karena mempunyai

tempat perindukan pada tempat-tempat penampungan air atau kontainer yang

cocok bagi berkembangbiaknya. Kepadatan jumlah penduduk akan memudahkan

transmisi virus dengue karena bersifat (multiple bitting) dari vektor. Kepadatan

larva yang tinggi meningkatkan untuk terjadinya transmisi virus dengue dari

vektor kemanusia sehingga menyebabkan tingginya kasus DBD. Kepadatan

populasi vektor DBD dapat diukur dengan menggunakan indikator entomologis

yang terdiri dari angka bebas jentik (ABJ), house index (HI), container index (CI),

Breteau Index (BI) yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat penularan

DBD.6

Selain kepadatan larva Ae. aegypti dan jumlah penduduk yang meningkat,

penularan DBD juga di pengaruhi oleh sanitasi lingkungan dan pemukiman

masyarakat sekitar juga dapat berkontribusi dalam kejadian DBD. Maya index

2
adalah indikator yang dipakai untuk mengidentifikasi suatu area beresiko sebagai

tempat perkembangbiakan (breeding site) nyamuk. Hal ini didasarkan pada status

kebersihan lingkungan hygiene risk index (HRI) dan ketersediaan tempat-tempat

yang mungkin berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk breeding

risk index (BRI) di suatu area.7

Risiko penularan DBD dapat terjadi salah satunya karena adanya

kepadatan larva Ae. aegypti. Tingginya risiko penularan DBD setiap tahunnya

mengharuskan kita meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian DBD. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara menghitung serta menganalisis kepadatan larva dan

maya index yang dapat diukur dengan menggunakan indikator ABJ, HI, CI, BI,

HRI, dan BRI.1 Kelima indeks larva ini penting untuk pengukuran kepadatan dan

maya indeks larva Ae. aegypti. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan

Kursianto di Bogor, dimana didapatkan nilai HI sebesar 31,3%, CI sebesar 14,5%,

dan BI sebesar 40,3%. Berdasarkan nilai HI, CI dan BI maka didapatkan daerah

Bogor termasuk dalam kategori kepadatan sedang.8 Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Sang G. Purnama di Denpasar Selatan, didapatkan nilai HI = 23,33%;

CI = 10,69%; dan BI = 59%, berdasarkan indikator HI dan CI Kecamatan

Denpasar Selatan berarti memiliki risiko penularan sedang terhadap penyebaran

penyakit DBD.9

Berdasarkan hal tersebut yaitu masih tingginya angka kejadian DBD yang

terjadi di masyarakat serta daerah tersebut berpotensi untuk terjadinya DBD dan

belum pernah dilakukannya penelitian terkait kepadatan larva dan maya

index,maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana gambaran

3
maya index dan kepadatan larva Ae. aegypti di Kelurahan Gajah Sakti, Kecamatan

Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu bagaimana maya index dan kepadatan larva Ae. aegypti

di Kelurahan Gajah Sakti, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi

Riau.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui maya index dan

kepadatan larva Ae. aegypti di Kelurahan Gajah Sakti, Kecamatan Mandau,

Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui gambaran kepadatan larva (Density Figure) melalui indikator

angka bebas jentik, house index, container index dan Breteaux Index di

Kelurahan Gajah Sakti, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis,

Provinsi Riau.

2. Mengetahui gambaran maya index larva melalui indikator hygiene risk

index (HRI) dan breeding risk index (BRI) di Kelurahan Gajah Sakti,

Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

1.4 Manfaat penelitian

1. Peneliti

4
Meningkatkan dan menambah pengetahuan peneliti terutama mengenai

perhitungan kepadatan dan maya index larva Ae. aegypti dengan

menggunakan indikator ABJ, HI, CI, BI, HRI, BRI dan dapat melakukan

identifikasi karakteristik tempat perindukan larva Ae. aegypti.

2. Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dan pembanding untuk

penelitian selanjutnya.

3. Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk

penelitian selanjutnya.

4. Masyarakat Sekitar

Memberikan informasi mengenai persentase kepadatan dan maya index

larva Ae. aegypti di Kelurahan Gajah Sakti, Kecamatan Mandau,

Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

5. Pusat pelayanan kesehatan setempat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bagi pusat layanan kesehatan

setempat dan dapat mengurangi jumlah penderita DBD di Kelurahan

Gajah Sakti, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Anda mungkin juga menyukai