PENDAHULUAN
disebabkan oleh virus dengue dengan vektor utamanya adalah Aedes aegypti
Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian cukup tinggi dan berpotensi
dekade terakhir. World Health Organization (WHO) mencatat jumlah kasus DBD
pada tahun 2017 adalah 2,3 juta kasus meningkat dari tahun 2014 yang hanya
terdapat 1,2 juta kasus.2 Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat negara Indonesia
pada tahun 2017 sebanyak 59.047 orang penderita DBD dengan jumlah kematian
444 orang. Incidence rate (IR) mencapai 22,55 per 100.000 penduduk dengan
case fatality rate (CFR) mencapai 0,75%. Jumlah kasus DBD yang terjadi di
Provinsi Riau dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 1.928 orang dengan angka
1
yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak mengingat penyakit ini
sangat potensial untuk terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dan merupakan
tertinggi di Provinsi Riau dengan jumlah kasus DBD tercatat sebanyak 908 kasus
dengan jumlah kematian 12 orang, meningkat dari tahun 2014 sebanyak 591 kasus
pada tahun 2016, yaitu sebanyak 189 kasus dengan kasus tertinggi berada di
Penularan DBD dapat terjadi salah satunya karena jumlah penduduk yang
terus meningkat dan kepadatan larva Ae. aegypti yang tinggi karena mempunyai
transmisi virus dengue karena bersifat (multiple bitting) dari vektor. Kepadatan
larva yang tinggi meningkatkan untuk terjadinya transmisi virus dengue dari
yang terdiri dari angka bebas jentik (ABJ), house index (HI), container index (CI),
Breteau Index (BI) yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat penularan
DBD.6
Selain kepadatan larva Ae. aegypti dan jumlah penduduk yang meningkat,
masyarakat sekitar juga dapat berkontribusi dalam kejadian DBD. Maya index
2
adalah indikator yang dipakai untuk mengidentifikasi suatu area beresiko sebagai
tempat perkembangbiakan (breeding site) nyamuk. Hal ini didasarkan pada status
kepadatan larva Ae. aegypti. Tingginya risiko penularan DBD setiap tahunnya
dapat dilakukan dengan cara menghitung serta menganalisis kepadatan larva dan
maya index yang dapat diukur dengan menggunakan indikator ABJ, HI, CI, BI,
HRI, dan BRI.1 Kelima indeks larva ini penting untuk pengukuran kepadatan dan
maya indeks larva Ae. aegypti. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan
dan BI sebesar 40,3%. Berdasarkan nilai HI, CI dan BI maka didapatkan daerah
penyakit DBD.9
Berdasarkan hal tersebut yaitu masih tingginya angka kejadian DBD yang
terjadi di masyarakat serta daerah tersebut berpotensi untuk terjadinya DBD dan
3
maya index dan kepadatan larva Ae. aegypti di Kelurahan Gajah Sakti, Kecamatan
masalah penelitian yaitu bagaimana maya index dan kepadatan larva Ae. aegypti
Riau.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui maya index dan
angka bebas jentik, house index, container index dan Breteaux Index di
Provinsi Riau.
index (HRI) dan breeding risk index (BRI) di Kelurahan Gajah Sakti,
1. Peneliti
4
Meningkatkan dan menambah pengetahuan peneliti terutama mengenai
menggunakan indikator ABJ, HI, CI, BI, HRI, BRI dan dapat melakukan
penelitian selanjutnya.
3. Peneliti lain
penelitian selanjutnya.
4. Masyarakat Sekitar
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bagi pusat layanan kesehatan