Anda di halaman 1dari 51

Retensio Urine ec BPH

dan Vesikolithiasis

Oleh:
ADEANA SARTIKA
Identitas Pasien

Jenis Kelamin : Laki-laki


Umur : 53 Tahun
Pekerjaan : Petani
KELUHAN UTAMA

Tidak bisa BAK sejak 2 hari SMRS


Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari SMRS pasien mengeluh tidak bisa BAK.
Pada awalnya pasien mengeluh sulit BAK
sehingga harus mengejan, pancaran lemah,
kencing terasa terputus-putus, kemudian BAK
menetes dan beberapa hari kemudian pasien
tidak bisa BAK sama sekali. Pasien juga
mengeluhkan saat BAK terasa nyeri terutama
saat diakhir kencing dengan air kencing
berwarna merah seperti teh.
2 hari SMRS pasien juga mengeluhkan perut bagian bawah
dirasa tegang dan sakit. Pasien tidak mengeluhkan nyeri
pinggang.

2 minggu SMRS pasien mengeluhkan sering terbangun


malam hari untuk BAK >5 kali, BAK sedikit, tidak puas dan
harus mengejan, pancaran lemah, dan terasa nyeri saat
BAK.

Riwayat BAK berpasir (-), keluar batu saat BAK (-), riwayat
trauma(-). BAB tidak ada keluhan, Demam, mual, dan
muntah tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Hipertensi (-)
• DM (-)
• Riwayat batu ginjal (+)

Riwayat Penyakit Keluarga


• Tidak ada keluarga yang mengeluhkan
hal seperti ini
• Hipertensi (-)
• DM (-)
± separuh dari > separuh
Tidak sama <1 dari 5 < dari separuh Hampir selalu
Keluhan pada bulan terakhir kejadian kejadian
sekali kejadian kejadian

Merasakan masih terdapat sisa pipis setelah


buang air kecil 0 1 2 3 4 5
Harus kencing lagi padahal belum ada dua
jam yg lalu buang air kecil 0 1 2 3 4 5
Mendapatkan bahwa kencing terputus-putus
0 1 2 3 4 5
Tidak dapat menahan keinginan BAK
0 1 2 3 4 5

Merasakan pancaran BAK lemah


0 1 2 3 4 5
Harus mengejan dalam memulai BAK
0 1 2 3 4 5

Frekuensi bangun di malam hari untuk BAK


Tidak pernah 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali
5 atau
dalam sebulan terakhir
lebih
Dengan keluhan seperti ini bagaimana anda
menikmati hidup Tidak bahagia = 6
International prostate symptom score
(IPSS)
TOTAL SKOR IPSS = 33
TOTAL SCORE QUALITY OF LIFE = 6
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
TD : 110/80 mmhg
Nadi : 86 kali/menit
Suhu : 36,5˚C
Pernafasan : 20 x/menit
Pemeriksaan Fisik

• Kepala & Leher : DBN


• Toraks : DBN
• Abdomen : DBN
• Ekstremitas : DBN
• Genitourinarius : status lokalis
Status Lokalis
• Pemeriksaan Urologis
• Flank Area
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Inspeksi Tanda trauma (-) Tanda trauma (-)

Tanda radang (-) Tanda radang (-)

Scar (-) Scar (-)


Ballotement (-) (-)
Nyeri tekan (CVA) (-) (-)
Nyeri ketok (CVA) (-) (-)
SUPRAPUBIK

Inspeksi : menonjol, kemerahan(-)


sikatrik (-), jejas (-)
Palpasi : distensi buli (+), nyeri tekan (+)

Kesimpullan : Retensio Urine


Action : Pemasangan Kateter
Folley No. 18 Fr
Genitalia Eksterna
Penis
Inspeksi : Penis normal, lurus, disirkumsisi, tanda inflamasi (-), massa (-),
tanda trauma (-), MUE terletak di tengah glans, telah terpasang Kateter
Urine Folley No. 18 Fr
Palpasi : nyeri tekan (-)

Skrotum
Tanda trauma : jejas (-), laserasi (-), hematom (-),
Tanda radang : merah (-), bengkak (-), sikatrik (-)
TESTIS
Pemeriksaan Dextra Sinistra

Keberadaan (+) (+)

Ukuran Normal Normal

Konsistensi Kenyal Kenyal

Nyeri tekan (-) (-)


RECTAL TOUCHER
Inspeksi : Inflamasi (-)
Palpasi :
 Tonus sfingter ani baik
 Refleks bulbokavernosus (+)
 Mukosa rektum licin
 Ampula recti tidak kolaps
 Tidak teraba nodul.
Prostat :
 Sulcus interlobaris menghilang,
 Konsistensi kenyal,
 Simetris,
 Pool atas tidak teraba,
 Nyeri (-), nodul keras (-)
Tafsiran berat prostat (TBP) : 30-40 gram

KESAN : BPH dengan tafsiran berat prostat 40 gram


Diagnosis Kerja
 Retensio urine ec.BPH

Diagnosis Banding
 Retensio urine ec. keganasan prostat
Pemeriksaan Penunjang
• Urinalisis
• Darah rutin dan kimia darah
• BNO IVP
• USG Transrectal
• USG Traktus Urinarius
• Foto rontgen Thorax
Pemeriksaan Penunjang
• Urinalisis
• Makroskopis
Warna : Kuning (N : Kuning Muda)
Kejernihan : Jernih (N: Jernih)
• Kimia Urin
Protein : Negatif (N : Negatif)
Glukosa : Negatif (N : Negatif)
Bilirubin : Negatif (N : Negatif)
Urobilinogen : 0.2 Umol/L ( N : 0.2 Umol/L)
pH : 6.0 ( N: 4,5-8,0)
Darah : Trace ( N: Negatif)
• Sedimen
Eritrosit : 2-3 LPB ( N : 0-1 LPB)
Leukosit : 3-4 LPB ( N : 0-5 LPB)
Kristal : Ca Oksalat (+)
Pemeriksaan Penunjang
• Darah rutin
Hb : 14,2g/dL
HT : 41,7 %
RBC : 4.59 x 106 uL
Leukosit : 6,07 x 103 uL
Trombosit : 269 x 103 uL
• Kimia Darah
Ureum : 24 mg/dl
Kreatinin : 1,20 mg/dl
Asam Urat : 7,3 mg/dl
• GDS : 99 mg/dl
Pemeriksaan Penunjang
• BNO IVP
Pemeriksaan Penunjang
• Foto Rontgen Thorax
Cor : besar dan bentuk
normal.
Pulmo : corakan
bronkovaskular normal,
infiltrat (-).
Diafragma dan sinus
kostofrenikus normal.
Diagnosis
• Retensio urin ec. BPH
• Vesikolithiasis Multiple

Penatalaksanaan
OPERATIF MEDIKAMENTOSA
 Sitoscopy  IUFD Ringer Lactat 20 tpm
 Vesicolithotripsi  Inj. Ceftriaxon 2x1 gram
 TURP  Inj. Ketorolac 2x 30 mg
Hasil Batu Buli Multiple dan
Prostat
Hasil Batu Buli Multiple dan Prostat
Benign Prostate Hyperplasia
Anatomi Prostat
• Kelenjar prostat terletak di sebelah inferior
buli-buli dan melingkari uretra posterior.
• Bentuknya sebesar buah kenari dengan
berat normal pada orang dewasa kurang
lebih 20 gram
Anatomi Prostat
Definisi Benign Prostatic Hyperplasia

• Benign Prostatic Hyperplasia sebenarnya merupakan


istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel
stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat

• Bph tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan


memiliki testis yang masih menghasilkan testosteron.

• Pertumbuhan kelenjar bergantung pada testosteron


yang didalam sel kelenjar prostat hormon ini akan
dirubah metabolit aktif Dihidrotestosteron(DHT) dengan
bantuan enzim 5a-reduktase.
Epidemiologi Benign Prostatic
Hyperplasia
• BPH terjadi pada sekitar 70% pria diatas 60 tahun. Angka ini akan meningkat
hingga 90% pada pria berusia diatas 80 tahun. Pembesaran kelenjar prostat
mengakibatkan terganggunya aliran urine sehingga menimbulkan gangguan
miksi.
• Angka kejadian BPH di Jakarta yaitu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) (1994-2013) terdapat 3.804 kasus dengan rata-rata umur penderita
66,61 tahun.
Etiopatogenesis Benign Prostatic Hyperplasia

DHT

Ketidakseimba
Teori sel ngan antara
estrogen-
stem testosteron

Berkurangnya Interaksi
kematian sel stroma-
prostat epitel
PATOFISIOLOGI
Diagnosis Benign Prostatic Hyperplasia
• Anamnesis
Salah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan
dan menentukan adanya gejala obstruksi akibat
pembesaran prostat adalah International Prostate
Symptom Score (IPSS).
• Pemeriksaan Fisik
Status Urologis
• Ginjal: Pemeriksaan ginjal pada kasus BPH untuk
mengevaluasi adanya obstruksi atau infeksi.
• Vesica Urinaria : Pemeriksaan dilakukan dengan
palpasi dan perkusi untuk menilai isi vesica urinaria
dan ada atau tidak tanda infeksi
Colok dubur
Pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya
nodul yang merupakan salah satu tanda dari
keganasan prostat. Mengukur volume prostat dengan
colok dubur cenderung lebih kecil dari pada ukuran
yang sebenarnya.
• Pemeriksaan Penunjang
1.Urinalisis
2.Pemeriksaan fungsi
ginjal
3.PSA
4.BNO IVP
5.CT SCAN Abdomen
Tatalaksana Benign Prostatic Hyperplasia
Konservatif Medikamentosa Pembedahan Kondisi Khusus
Invasif Terbuka
• Watchful Waiting • a‐blocker • TURP • Transvesikal • TWOC
• TUIP
• Life Style Advice • 5a‐reductase Inhibitor • TUEP • Retropubik • CIC
Education • TUEvP
• PDE5 Inhibitor • Laser • Sistostomi
• TUMT
• Terapi Kombinasi • TUNA • Kateter menetap
• Stent
• Fitoterapi • Etanol
• Botulinum
Toxin Injection
•Laparoskopi/ Robotik
Vesikolithiasis
DEFINISI
• adalah masa yang berbentuk kristal yang terbentuk atas material
mineral dan protein yang terdapat pada urin.
EPIDEMIOLOGI
• Kasus batu kandung kemih pada orang
dewasa sekitar 5% dan terutama diderita
oleh pria, sedangkan pada anak-anak
insidensinya sekitar 2-3%

• masih banyaknya kasus batu endemik yang


disebabkan diet rendah protein, tinggi
karbohidrat dan dehidrasi kronik
ETIOLOGI
• Dikarenakan adanya komponen baik
organik maupun anorganik yang
berpotensi menjadi inti batu.

• Teori pembentukan inti batu:


• Teori inti
• Teori matriks
• Teori inhibitor kristalisasi
FAKTOR RESIKO

• Riwayat keluarga
endogen • Jenis kelamin
• Gangguan metabolisme

• Iklim
• Diet
• Benda asing
eksogen •

Pekerjaan
Obat obatan
• Gangguan miksi
• infeksi
PATOFISIOLOGI
Faktor endogen / eksogen

Pembentukan inti batu

Obstruksi aliran urin

Distensi kandung kemih Hiperperistaltik Luka pada saluran kemih

Nyeri kolik Hematuria


Nyeri suprapubik

Mual muntah Anemia


Penghentian aliran
urin mendadak

Keinginan miksi
berulang
DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEM FISIK PENUNJANG

• Nyeri • (demam) • Lab darah


suprapubik • (Conj • Lab urin
• Penghentian anemis, akral • BNO polos
miksi tiba tiba anemis) • BNO IVP
• Poliuria • USG
• Terminal
Disuria
• (Hematuria)
Gejala Klinis Batu Buli (Vesikolithiasis)
. Batu Buli (Vesikolithiasis) :
- Batu Buli Kecil (diameter terbesar 30 mm)
- Batu Buli Besar (diameter terbesar > 30 mm)
- Batu Buli Sangat Besar (Huge Bladder Stone)
- Batu Bladder Neck

Pada keadaan ini terjadi sumbatan (obstruksi) pada buli-buli


atau penyumbatan satu atau kedua muara ureter kemudian
dapat terjadi aliran balik (back flow) urin melalui ureter ke
proksimal sehingga dapat terjadi pelebaran diameter ureter
(hidroureter) dan kemudian terjadi peristiwa hantaman aliran
balik urin ke proksimal (water hammer phenomene)
sehingga terjadi distensi kapsus ginjal yang selanjutnya
dapat menyebabkan penipisan parenkim/korteks ginjal
(hidronefrosis) dan selanjutnya dapat menjadi abses ginjal
dan seterusnya seperti di atas. Biasanya benjolan karena
penyebab ISK pada urethra ini adalah satu atau kedua sisi.
DIAGNOSA BANDING
NYERI
HEMATURIA
KOLIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG

LAB DARAH LAB URIN BNO polos BNO IVP


BNO

BNO IVP
USG SISTOSKOPI CT scan
USG

SISTOSKOPI
TATA LAKSANA • Diet (banyak minum air)

Konservatif

• Simptomatik
• Transurethral
Litotripsi

<5mm Cystolitholapaxy
• ESWL
• Pelarutan batu

• Precutaneus Suprapubic

<20mm
Operasi
Cystolitholapaxy
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai