Anda di halaman 1dari 23

Kelayakan Blush On Shimmer Dengan Formulasi Tepung Garut Dan Tepung

Buah Bit (Beta vulgaris) Berbentuk Powder

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Yang Diampu
Oleh :
Dra. Hj. Suhartiningsih, M.Pd.
Dra. Dewi Lutfiati, M.Kes.

Disusun Oleh :
Debby Carolina Sherwin
18050634023

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA RIAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya tugas
proposal mata kuliah Metodologi Penelitian dengan tepat waktu. Harapan kami dengan
proposal yang berjudul “Kelayakan Blush On Shimmer Dengan Formulasi Tepung
Garut Dan Tepung Buah Bit (Beta vulgaris) Berbentuk Powder” dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Untuk selanjutnya, Pembaca dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi proposal agar menjadi lebih baik.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami selama pembuatan proposal ini berlangsung sehingga
terealisasikanlah proposal ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga proposal
ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap proposal ini agar
kedepannya bisa diperbaiki

Lombok, 25 Agustus 2020


Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .........................................................................................
.............................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI........................................................................................................
.............................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Indeks Penelitian............................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
D. Tujuan .............................................................................................................. 2
F. Manfaat ............................................................................................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 4
A. Kosmetik .......................................................................................................... 4
B. Zat Pewarna ...................................................................................................... 4
C. Blush One ......................................................................................................... 7
D. Sediaan Blush On ............................................................................................. 8
E. Garut atau Ararut (Maranta arundinacea) .......................................................... 10
F. Cara Pengolahan Garut menjadi Tepung Garut .................................................. 11
G. Buah Bit (Beta vulgaris) ................................................................................... 11
H. Cara Pengolahan Buah Bit menjadi Bubuk atau Tepung Bit .............................. 14
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 15
A. Jenis Penelitian ................................................................................................. 15
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 15
C. Variabel dan Devinisi Operasional Variabel ...................................................... 15
D. Proses Pembuatan ............................................................................................. 15
E. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 16
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 17
G. Instrumen Penilaian .......................................................................................... 17
H. Analisis Data .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini penggunaan pewarna dalam dunia kosmetik sudah
semakin meluas dipakai. Salah satu kosmetik yang menggunakan pewarna yaitu
perona pipi atau blush on yang saat ini sangat diminati masyarakat karena dapat
memberikan kesan wajah yang fresh apabila dipakai. Pewarna menurut asalnya terdiri
dari pewarna alami dan pewarna sintetik. Pewarna alami (pigmen) merupakan pewarna
yang secara alami terdapat dalam tanaman maupun hewan. Penggunaan pewarna alami
untuk sediaan kosmetik tidak memberikan efek merugikan bagi kesehatan kulit,
sedangkan pewarna sintetik, memiliki sifat zat karsinogenik yaitu zat yang dapat
menyebabkan pertumbuhan sel kanker. Pada kosmetik, beberapa pewarna sintetis
kurang aman untuk digunakan karena mengandung logam berat berbahaya, oleh sebab
itu, perlu ditingkatkan pencarian alternative sumber pewarna alami yang berpotensi
untuk diekstrak, di antaranya adalah betalain
Menurut Mastuti (2010), umbi bit mengandung pigmen betalain yang
kompleks. Umbi bit memiliki kandungan betalain mencapai 200mg/100g. Betalain
merupakan zat warna alami yang berwarna merah, mengandung 2 komponen yaitu
betasianin yang berwarna merah dan beta-xanthin yang berwarna kuning. Pigmen
betalain yang diproduksi dalam skala besar sampai saat ini hanya berasal dari Beta
Vulgaris L. Betalain dari Beta Vulgaris L diketahui memiliki efek anti-radikal dan
antioksidan yang tinggi sehingga mewakili kelas baru yaitu dietary cationized
antioxidant. Stabilitas betasianin dari ekstrak buah bit merah lebih tinggi dari pada
betasianin dari ekstrak buah lainnya seperti raspberry, strawberry, apel dan kedelai
hitam yang banyak digunakan pada pembuatan minuman dan makanan.
Dalam penelitian blush on ini akan menggunakan tepung buah bit karena
umbi bit mengandung pigmen betalain yang kompleks seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya dan tepung buah bit memiliki stabilitas yang sempurna dan karakteristik
kelarutan yang baik, kadar airnya rendah sehingga umur simpannya lebih lama.
Pemilihan sediaan berupa shimmer dari tepung garut dan berbentuk powder ditujukan
untuk mendapatkan pewarna pipi yang hasil akhirnya lebih lembut, lebih terlihat

1
bercahaya, memiliki adhesi yang baik dengan kulit, serta mudah disapukan merata
pada kulit, dan membuat wajah lebih segar. Menggunakan tepung garut atau tepung
ararut menjadi bahan pengganti untuk shimmer dari serbuk mica.
Sediaan blush on hampir mirip dengan bedak (powder) yaitu memiliki sifat
lembut, bebas dari partikel kasar, mudah diaplikasikan pada kulit pipi, memiliki adhesi
yang baik dengan kulit dan memiliki covering power yang baik, serta zat warna yang
ditambahkan pada sediaan blush on harus tercampur secara merata sebab pemakaian
blush on akan menimbulkan warna pada kulit pipi.

B. Indeks Penelitian
1. Buah bit belum pernah saya temukan dimanfaatkan sebagai pewarna untuk
pembuatan sediaan blush on shimmer.
2. Tepung Ararut atau tepung garut belum pernah dipakai dalam pembuatan blush on
shimmer.
3. Penggunaan bahan sintetis dapat berbahaya jika digunakan terus menerus atau
jangka panjang.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan tepung buah bit?
2. Bagaimana cara pembuatan tepung garut atau tepung ararut?
3. Bagaimana cara pembuatan blush on shimmer dengan tepung garut dan tepung
buah bit?
4. Bagaimanakah kelayakan tepung garut dan tepung buah bit digunakan untuk
bahan dasar pewarna alami dalam pembuatan blush on shimmer berbentuk
powder ?

D. Tujuan
1. Menjelaskan cara pembuatan tepung buah bit.
2. Menjelaskan cara pembuatan tepung garut atau tepung ararut.
3. Menceritakan cara pembuatan blush on shimmer dengan tepung garut dan
ekstrak buah bit.

2
4. Mendeskripsikan kelayakan tepung garut dan tepung buah bit digunakan untuk
bahan dasar pewarna alami dalam pembuatan blush on shimmer berbentuk
powder.

E. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a) Menambah pengetahuan mahasiswa tata rias tentang proses pembuatan
blush on shimmer dengan tepung garut dan tepung buah bit dalam bentuk
powder
b) Meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam pengembangan olahan dari
tepung garut dan tepung buah bit.
2. Bagi Universitas
a) Meningkatkan kepedulian universitas terhadap perkembangan pengolahan
kosmetik blush on shimmer dengan tepung garut dan tepung buah bit.
3. Bagi Masyarakat
a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penelitian yang
berkaitan dengan pembuatan blush on shimmer dari buah bit dan kegunaan
buah bit sebagai pewarna alami dalam pembuatan blush on
b) Meningkatkan kesadaran masyarakat atas manfaat dari buah bit dan tepung
garut.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan
menghias dan mengatur. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) RI No. HK.00.05.42.1018 mendefenisikan bahwa kosmetika adalah setiap
bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa
mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik
Berikut kosmetika menurut cara pembuatan yaitu :
a. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk
di antaranya adalah cosmedic).
b. Kosmetik tradisional : misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan
diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.
Produsen kosmetik harus mencantumkan label, kode dan informasi dari
sediaan kosmetik yang dibuat terutama zat warna yang digunakan dalam kosmetik
yang akan dipasarkan sehingga konsumen atau pengguna dapat mempertimbangkan
efeknya. Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 00386/C/SK/II/90 tentang zat
warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan dan
kosmetika didapatkan beberapa zat warna yang dilarang penggunaannya sebab
merupakan pewarna untuk tekstil sehingga dalam sediaan kosmetika dapat
berpengaruh buruk terhadap kesehatan pengguna.

B. Zat Pewarna
Warna mempunyai arti dan peranan yang sangat penting pada komoditas
pangan dan hasil pertanian lainnya. Peranan tersebut berpengaruh terhadap daya tarik,
tanda pengenal dan atribut mutu. Menurut Edwards (2012) mendefinisikan pewarna
tambahan merupakan zat warna atau bahan lain yang dibuat dengan cara sintetik atau
kimiawi atau bahan alami dari tanaman, hewan ataupun sumber lain yang diekstrak

4
kemudian ditambahkan atau digunakan ke bahan makanan, obat maupun kosmetik
dapat menjadi bagian dari warna bahan tersebut. Penggolongan pewarna tambahan
berdasarkan bahan pembuatnya dibedakan menjadi dua yaitu, zat warna alami dan zat
warna sintetik.
1. Zat Warna Alami
Pewarna alami merupakan zat warna yang berasal dari ekstrak tumbuhan
(seperti bagian daun, bunga, biji), hewan dan mineral yang telah digunakan sejak
dahulu sehingga sudah diakui bahwa aman jika masuk kedalam tubuh. Pewarna
alami yang berasal dari tumbuhan mempunyai berbagai macam warna yang
dihasilkan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis tumbuhan, umur
tanaman, tanah, waktu pemanenan dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, Food
and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat menggolongkan zat warna
alami ke dalam golongan zat pewarna yang tidak perlu mendapat sertifikasi atau
dianggap masih aman. Jenis-jenis zat pewarna alami yang banyak digunakan dalam
industri pangan antara lain ialah zat pewarna asal tanaman, seperti karotenoid,
antosianin, klorofil dan curcumin.
Berdasarkan sumbernya, zat pewarna alami dibagi atas:
1. Zat pewarna alami yang berasal dari tanaman, seperti: antosianin, karotenoid,
betalains, klorofil, dan kurkumin.
2. Zat pewarna alami yang berasal dari aktivitas mikrobial, seperti: zat pewarna
dari aktivitas Monascus sp, yaitu pewarna angkak dan zat pewarna dari
aktivitas ganggang.
3. Zat pewarna alami yang berasal dari hewan dan serangga, seperti: Cochineal
dan zat pewarna heme.
Berdasarkan komponen zat pewarnanya, pewarna alami dapat dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu:
a. Karotenoid: isoprenoid dan derivatnya.
b. Klorofil dan senyawa heme: pigmen porphyrin.
c. Antosianin: 2-fenilbenzopyrylium dan derivatnya.
d. Pewarna tumbuhan lainnya: betalains, cochineal, riboflavin dan kurkumin.
e. Melanoidin dan karamel: terbentuk selama proses pemanasan dan
penyimpanan.

5
Keuntungan dalam penggunaan pewarna alami adalah tidak adanya efek
samping bagi kesehatan. Selain itu, beberapa pewarna alami juga dapat berperan
sebagai bahan pemberi flavor, zat antimikrobia, dan antioksidan. Namun
penggunaan zat pewarna alami dibandingkan dengan zat pewarna sintetis
memiliki kekurangan, yaitu pewarnaannya yang lemah, kurang stabil dalam
berbagai kondisi, aplikasi kurang luas dan cenderung lebih mahal.
2. Zat Warna Sintetis
Zat pewarna sintesis merupakan zat warna yang berasal dari zat kimia,
yang sebagian besar tidak dapat digunakan sebagai pewarna makanan karena dapat
menyebabkan gangguan kesehatan terutama fungsi hati di dalam tubuh. Proses
pembuatan zat warna sintesis biasanya melalui penambahan asam sulfat atau asam
nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang
bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organic sebelum mencapai produk
akhir,harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan
sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru
yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa
kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 persen dan timbal tidak boleh
lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam berat lainnnya tidak boleh ada.
Minimnya pengetahuan produsen mengenai zat pewarna untuk bahan
pangan, menimbulkan penyalahguanaan dalam penggunaan zat pewarna sintetik
yang seharusnya untuk bahan non pangan digunakan pada bahan pangan. Hal ini
diperparah lagi dengan banyaknya keuntungan yang diperoleh oleh produsen yang
menggunakan zat pewarna sintetik (harga pewarna sintetik lebih murah
dibandingkan dengan pewarna alami). Ini sungguh membahayakan kesehatan
konsumen, terutama anak-anak yang sangat menyukai bahan pangan yang
berwarna-warni.
Contoh-contoh zat pewarna sintesis yang digunakan antara lain indigoten, allura
red, fast green, tartrazine.
Kelarutan pewarna sintetik ada dua macam yaitu:
1. Dyes
Merupakan zat warna yang larut air dan diperjual belikan dalam bentuk
granula, cairan, campuran warna dan pasta. Biasanya digunakan untuk

6
mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti, kue-kue produk susu,
pembungkus sosis, dan lain-lain.
2. Lakes
Merupakan pigmen yang dibuat melalui proses pengendapan dari penyerapan
dye pada bahan dasar, biasa digunakan pada pelapisan tablet, campuran
adonan kue, cake dan donat.

C. Blush On
Blush on merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi
dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah,
menambah warna sehingga wajah tampak lebih cantik, lebih segar dan berdimensi.
Selain itu, menurut Draelos (2000) blush on merupakan kosmetik penting yang dapat
digunakan untuk menyamarkan bekas jerawat yang membuat wajah terlihat kurang
menarik. Blush on tersedia dari warna merah, merah muda, oranye hingga cokelat
bergantung pada keinginan konsumen (Draelos, 2000). Blush on juga tersedia dalam
berbagai bentuk, diantaranya yaitu compact powder yang lebih popular dan dapat
melekat dengan baik. Bentuk lain yaitu cream atau disebut rouge yang memberikan
tampilan warna wajah terlihat alami ketika mengaplikasikannya. Namun, menurut
Draelos (2000) konsumen lebih menyukai pemerah pipi dalam bentuk compact powder
sebab mudah dalam pengaplikasian pada kulit pipi. Blush On tersedia dalam bentuk,
sebagi berikut
1. Cream Blush, yaitu blush on dalam bentuk cream yang lebih lama bertahan
daripada blush on powder biasa. Cream Blush biasanya kaya akan moisturizer atau
komponen minyak yang cocok untuk kulit kering.
2. Gel atau Fluid Blush, yaitu blush on yang memiliki konsistensi gel dan bisa
memberikan efek bercahaya secara instan. Kebanyakan blush on jenis gel bebas
dari minyak dan cocok untuk kulit berminyak. Gel Blush mampu mengering
dengan cepat dan dapat membuat wajah kita terlihat mulus.
3. Shimmer Blush, yaitu blush on yang mampu memberikan efek bercahaya dari
glitternya atau shimmernya. Blush on ini dapat juga digunakan pada kelopak mata
atau sekitar dahi untuk efek bronzing.

7
4. Powder Blush, yaitu blush on yang cocok untuk segala jenis kulit. Efek dari
pemakaian powder blush akan membuat warna yang awet di pipi dan
memancarkan cahaya.
5. Tint Blush, yaitu jenis blush on yang cepat mengering dan akan sangat awet di
kulit sampai kita membersihkannya. Tint blush sangat cocok untuk kulit
berminyak.

D. Sediaan Blush On
Sediaan blush on adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membuat
kosmetik blush on sehingga hasilnya dapat mewarnai pipi dengan sentuhan artistik dan
dapat meningkatkan estetika dalam tatarias wajah. Persyaratan sediaan blush on
hampir sama dengan bedak (powder) yaitu harus memiliki sifat lembut, bebas dari
partikel kasar, mudah diaplikasikan pada kulit pipi, memiliki adhesi yang baik dengan
kulit dan memiliki covering power yang baik, serta zat warna yang ditambahkan pada
sediaan blush on harus tercampur secara merata sebab pemakaian blush on akan
menimbulkan warna pada kulit pipi (Bindharawati, 2013). Berdasarkan kriteria
tersebut maka terpilih formula standar dengan menggunakan bahan-bahan sebagai
berikut yaitu talk, zink stearate, liquid ester ,methylparaben, titinated mira pearl ,
fragrance (Bulter, 2000). Pada formula standar binding agent belum ditentukan
sehingga pada penelitian ini digunakan liquit ester karena dapat mendistribusikan
ukuran partikel secara homogen pada sediaan akhir (Bulter, 2000), mudah menyebar
serta menampilkan kesan kering (Anonim, 2014d). Konsentrasi lazim liquid ester
sebagai bahan pengikat adalah 0-10%.
Pewarna pada sediaan blush on merupakan sediaan yang penting sebab fungsi
utamanya yaitu memberikan rona warna merah di wajah terutama pada bagian pipi.
Menurut Muliyawan dan Suriana (2013) warna blush on yang digemari adalah warna-
warna lembut dan diulaskan secara halus hingga tampak natural pada saat
pengaplikasian.
1. Talkum
Komponen utama dalam pembuatan face powder yaitu talkum. Talkum
merupakan magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
aluminium silikat (Bindharawati, 2013). Talkum merupakan bahan dasar dari
sediaan blush on yang memiliki sifat mudah menyebar dan kekuatan menutupi

8
yang rendah, talkum juga memiliki ciri-ciri putih, halus dan tidak berbau
(Fahraint, 2013). Konsentrasi talkum dalam beberapa produk yang berfungsi
sebagai bahan pengisi (slip agent) dapat mencapai hingga 70% atau 75% dalam
formulasi (Butler, 2000).
2. Zink Stearat
Zink stearate merupakan pengikat kering yang dibutuhkan untuk meningkatkan
tekanan bagi kompaknya sediaan dan juga memberikan pelekatan pada kulit
(Butler, 2000). Zink stearate lebih disukai sebab dianggap memiliki sifat
lembut dan menyejukkan pada sediaan. Kadar maksimum penggunaan zink
starate yaitu antara 3% dan 10%, apabila penambahan kadar yang terlalu tinggi
dapat menimbulkan dampak jerawat pada kulit (Butler, 2000).
3. Methylparaben
Methylparaben merupakan salah satu jenis pengawet yang digunakan dalam
produk kosmetik. Pengawet digunakan untuk mencegah kerusakan pada
produk, dapat membunuh bakteri dan jamur (Fahraint, 2013). Kontaminasi
mikroorganisme dapat berasal dari proses pembuatan produk dan juga selama
digunakan oleh konsumen baik dari tangan pengguna ataupun aplikator seperti
kuas dan spon yang digunakan. Menurut Butler (2000) jenis produk kosmetik
yang berbentuk bubuk biasanya sulit tercemar mikroorganisme, namun
penggunaan ekstrak tumbuhan dalam sediaan secara dramatis dapat mengubah
hal tersebut sehingga harus dihindari dengan menambahkan bahan pengawet.
4. Liquid Ester
Liquid ester merupakan sediaan kosmetik yang ditujukan sebagai agen
pengikat, selain itu juga berfungsi sebagai bahan pembasah yang akan
membantu menyeragamkan distribusi kelembapan produk (Butler, 2000).
5. Titinated Mica Pearl
Menurut Butler (2000) bahan berbasis mika mutiara digunakan untuk
memberikan efek fokus dan lembut pada kulit sehingga dengan demikian akan
meminimalkan munculnya garis-garis kerutan. Sifat dari sediaan ini yaitu
translucent dan memiliki warna yang jernih dan berkilau.
6. Pengharum (Fragrance)
Pengharum atau yang disebut fragrance merupakan unsur penting dalam
sebagian besar produk face powder. Kadar penambahan pengharum sebaiknya

9
rendah dan memiliki bau harum yang tidak terlalu tajam (Butler, 2000).
Umumnya, produsen kosmetik memilih pengharum dengan aroma berbagai
macam bunga untuk ditambahkan pada produk yang dibuatnya.

E. Garut atau Ararut (Maranta arundinacea)


Garut atau Ararut (Maranta arundinacea) merupakan umbi tropis asli
Indonesia. Garut adalah sayuran umbi bertepung yang mirip dengan ubi, singkong, ubi
jalar, dan talas.Garut biasa diolah menjadi bubuk yang disebut juga tepung garut.
Bubuk diekstrak dari rimpang tanaman, batang bawah tanah dengan banyak akar yang
menyimpan pati dan energinya. Garut sebagian besar digunakan di dapur, karena
bekerja dengan baik dalam hidangan manis dan gurih, meskipun mungkin juga
memiliki khasiat obat. Selain memiliki protein tinggi dan beberapa nutrisi, garut sangat
mudah dicerna, sehingga ideal untuk anak-anak dan orang dewasa yang mungkin
membutuhkan makanan yang lebih lembut.
Satu porsi 1 cangkir (120 gram) porsi garut mentah yang diiris mengandung:
 Kalori : 78
 Karbohidrat : 16 gram
 Serat : 2 gram
 Protein : 5 gram
 Lemak : 0 gram
 Folat : 102% dari Nilai Harian (DV)
 Fosfor : 17% dari DV
 Besi : 15% dari DV
 Kalium : 11% dari DV
Garut memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan umbi
lainnya, kemasan 5 gram per 1 cangkir (120 gram), dibandingkan dengan 2,3 gram
dalam jumlah ubi yang sama. Selain itu, ia menyediakan lebih dari 100% DV untuk
folat (vitamin B9), yang penting untuk perkembangan selama kehamilan dan
pembentukan DNA. Rendahnya tingkat vitamin ini dikaitkan dengan peningkatan
risiko cacat lahir dan penyakit kronis seperti kanker. Didalam garut terdapat juga
sejumlah besar fosfor, besi, dan kalium.
Garut atau Ararut lebih sering dikonsumsi sebagai bubuk. Biasa digunakan
sebagai bahan pengental untuk saus, puding, dan jeli, serta bahan makanan yang

10
dipanggang seperti kue. Selain itu, tepung garut menjadi pengganti populer untuk
tepung terigu dalam resep bebas gluten. Tepung Garut biasa juga dipakai dalam
kosmetik kosmetik karena dugaan kapasitas penyerap minyak, meskipun tidak
didukung oleh bukti ilmiah. Berikut beberapa kegunaan populer tepung garut dalam
kosmetik meliputi:
 Sampo kering. Pijatkan bubuk garut ke kulit kepala Anda untuk menyegarkan
rambut Anda tanpa air.
 Bahan deodoran. Campurkan bubuk garut, minyak kelapa, dan soda kue dengan
perbandingan yang sama untuk membuat deodoran buatan sendiri.
 Pengganti bedak dan bedak bayi. Bubuk tepung garut dikatakan dapat menyerap
kelembapan dan meningkatkan kehalusan.
 Riasan buatan sendiri. Campur bubuk garut dengan kayu manis dan pala untuk
membuat bedak atau alas bedak dan bubuk coklat untuk bronzer.
Garut yang sudah di buat menjadi tepung memiliki tektur halus dan memiliki
kandungan berupa gliter mengkilap dimana dapat dibuat menjadi pengganti shimmer.

F. Cara Pengolahan Garut menjadi Tepung Garut


 Siapkan umbi/ubi garut yang telah di cuci bersih
 Haluskan umbi/ubi garut dengan cara diparut atau bisa juga di haluskan dengan
cara ditumbuk
 Garut yang telah dihaluskan tadi campur dengan air secukupnya
 Kemudian, Pisahkan sari pati garut dengan ampasnya dengan cara memeras
dan menyaring (seperti pembuatan santan).
 Diamkan air bercampur pati yang di peras tadi sampai air berubah menjadi
jernih
 Buang air yang telah menjadi jernih dan tersisa sari pati garut yang mengendap di
bawahnya.
 Jemur bagian endapan sari pati garut hingga benar-benar kering
 Setelah benar-benar kering, Tepung garut atau ararut sudah siap untuk dipakai.

G. Buah Bit (Beta vulgaris)


Klasifikasi tanaman Buah Bit (Beta vulgaris) adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae

11
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnolipsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Chenopodiaceae
Genus : Beta
Spesies : Beta Vulgaris L.
Buah Bit (Beta vulgaris) merupakan tanaman berbunga, yang berasal dari
daerah pesisir barat dan selatan Benua Eropa, dari Swedia selatan dan Kepulauan
Britania ke selatan Laut Mediterania. Buah Bit merupakan tanaman semusim yang
berbentuk rumput. Batang bit sangat pendek, hampir tak terlihat. Akar tunggangnya
tumbuh menjadi umbi. Daunnya tumbuh terkumpul pada leher akar tunggang (pangkal
umbi) dan berwarna kemerahan. Umbi bit berbentuk bulat atau menyerupai gasing.
Akan tetapi ada pula yang berbentuk lonjong. Ujung umbi bit terdapat akar. Bunganya
tersusun dalam rangkaian bunga yang bertangkai panjang banyak (racemes). Tanaman
ini sulit berbunga di Indonesia.
Daun dari tanaman bit biasanya dimanfaatkan sebagai sayur sedangkan umbi
bit juga dapat dimanfaatkan untuk produksi gula karena tingginya kandungan gula
sukrosa pada umbi bit. Buah Bit banyak digemari karena rasanya enak, sedikit manis,
dan lunak. Umbi bit tersebut tidak digunakan sebagai pemanis saja melainkan juga
dapat digunakan sebagai pewarna alami (Andarwulan, 2012). Bit berwarna merah
karena mengandung gabungan warna ungu betasianin dan pigmen kuning betasianin.
Betasianin merupakan pigmen berwarna merah atau merah violet. Betasianin
adalah salah satu pewarna alami yang banyak digunakan dalam system pangan. Hingga
saat ini pigmen betasianin yang telah diproduksi dalam skala besar hanya berasal dari
bit (Beta vulgaris) telah diketahui memiliki efek anti radikal dan aktivitas antioksidan
yang tinggi (Mastuti 2010) Warna merah bit segar disebabkan oleh pigmen betasianin,
suatu senyawa yang mengandung nitrogen. Bit juga mengandung betaxantin, suatu
pigmen berwarna kuning.
Menurut Wirakusumah (2007) beberapa nutrisi yang terkandung dalam umbi
bit yaitu, vitamin A, B, dan C dengan kadar air yang tinggi. Selain vitamin, umbi bit
juga mengandung karbohidrat, protein, dan lemak yang berguna untuk kesehatan tubuh.

12
Disamping itu juga ada beberapa mineral yang terkandung dalam umbi bit seperti zat
besi, kalsium dan fosfor. Bit mengandung zat anti radang sehingga membantu
meredakan reaksi alergi. Bit merupakan sumber yang potensial akan serat pangan serta
berbagai vitamin dan mineral yang dapat digunakan sebagai sumber antioksidan yang
potensial dan membantu mencegah infeksi. Kandungan pigmen yang terdapat pada bit,
diyakini sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit kanker (Santiago dan Yahlia,
2008).
Tabel Kandungan Nutrisi dalam 100 g Umbi Bit
Kandungan Gizi Jumlah

Air (%) 76,6

Protein (%) 1,1

Lemak (%) 0,8

Karbohidrat (%) 20,4

Serat 1,10,133(*)
(%)Betalain (mg/ml)

Kalori (Kal) 336

Sodium (mg) 472

Kalsium (mg) 182

Besi (mg) 8,7

Vit A (ugRE) 315

Vit B1 (mg) 0,24

Vit C (ppm) 790

Vit B3 (mg) 3,15

Umbi bit mengandung pigmen betalain yang kompleks. Pigmen warna merah-
ungu pada umbi bit merupakan turunan dari betasianin yang disebut betanin. Umbi bit
memiliki kandungan betanin mencapai 200mg/100g. Pigmen bit berwarna merah yang
diketahui sebagai betalain diklasifikasikan sebagai antosianin seperti pada kebanyakan
pigmen pada tumbuhan berbunga namun memiliki perbedaan yaitu pigmen tersebut
mengandung nitrogen. Betalain adalah zat warna alami yang berwarna merah,
mengandung 2 komponen yaitu: betasianin berwarna merah dan beta-xanthin yang

13
berwarna kuning. Zat warna betalain ini bersifat polar, sehingga larut dalam pelarut
polar. Sampai saat ini, pigmen betalain yang diproduksi dalam skala besar hanya
berasal dari Beta Vulgaris L. Betalain dari akar bit (Beta Vulgaris L) telah diketahui
memiliki efek antiradikal dan aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga mewakili
kelas baru yaitu dietary cationized antioxidant (Winanti, 2013). Yang mana antiradical
bebas dan antioksidan ini memiliki manfaat bagi kecantikan kulit yaitu: Meningkatkan
produksi kolagen, Mengurangi timbulnya jerawat, Menetralkan radikal bebas,
Antioksidan, Mengurangi bitnik hitam.

H. Cara Pengolahan Buah Bit menjadi Bubuk atau Tepung Bit


 Siapkan buah bit yang telah di cuci bersih
 Kemudian iris tipis buah bit yang sudah bersih (seperti pembuatan kripik)
 Tata irisan buah bit pada tempat yang sudah disediakan
 Lanjut, Jemur buah bit atau dapat juga menggunakan food dehydrator untuk
mengeringkan lapisan garut.
 Pastikan Lapisan yang dijemur benar-benar kering sempurna seperti kripik.
 Haluskan Buah bit yang sudah kering menggunakan blender atau dapat juga
penggilingan kopi.
 Setelah dihaluskan bubuk bit yang didapat diayak terlebih dahulu untuk
menghasilkan bubuk yang halus.
 Jadilah bubuk atau tepung bit yang dapat dipakai.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).
Penelitian eksperimen semu dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu perlakuan
terhadap karakteristik subjek yang diteliti. Pada penelitian eksperimen semu tidak
memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kelayakan blush on shimmer dengan formulasi tepung
garut atau ararut dengan tepung buah bit.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Ruko (Rumah Toko) yang beralamatkan di Jalan
RM. Panji Anom Rk 5 Mataram- Lombok pada bulan Desember 2020. Pengerjaan
proposal bertempat di Ruko (Rumah Toko) yang beralamatkan di Jalan RM. Panji
Anom Rk 5 Mataram- Lombok pada bulan Oktober hingga Desember 2020.

C. Variabel dan Devinisi Operasional Variabel


Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent), variabel
terikat (dependent), dan variabel kontrol.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah formulasi tepung garut atau ararut dan
tepung bit.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kelayakan blush on shimmer.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini adalah berbentuk powder.

D. Proses Pembuatan
1. Proses pembuatan Tepung Garut atau Ararut
Langkah pertama, siapkan semua alat dan bahan digunakan. Cuci bersih umbi
garut, kemudian haluskan garust yang sudah dicuci bersih menggunakan parutan atau

15
dapat juga dihaluskan dengan cara ditumbuk. Setelah garut sudah halus, campur
dengan air secukupnya. Kemusian, pisahkan sari pati garut dengan ampas dengan cara
memeras dan menyaring (seperti pembuatan santan). Lanjut diamkan air yang
bercampur pati yang diperas tadi sampai air berubah menjadi jernih. Buang air yang
telah jernih dan tersisa pari garut yang mengendap di bawahnya. Lalu, jemur bagian
endapan saripati garut hingga benar benar kering, setelah kering tepung garut atau
ararut siap dipakai.
2. Proses Pembuatan Tepung Bit
Langkah pertama, siapkan alat dan bahan yang digunakan, kemuadian cuci
bersih buah bit yang digunakan. Iris tipis buah bit yang sudah bersih (seperti
pembuatan kripik). Taruh Lapisan irisan buah bit pada tempat yang sudah disediakan,
Lanjut, Jemur buah bit atau dapat juga menggunakan food dehydrator untuk
mengeringkan lapisan garut. Pastikan Lapisan yang dijemur benar-benar kering
sempurna seperti kripik. Setelah kering, haluskan Buah bit yang sudah kering
menggunakan blender atau dapat juga penggilingan kopi. Setelah dihaluskan bubuk
bit yang didapat diayak terlebih dahulu untuk menghasilkan bubuk yang halus. Setelah
itu bubuk atau tepung bit siap dipakai.
3. Proses Pembuatan Blush On Shimmer dengan Formulasi Tepung Garut atau
Ararut dan Buah Bit
Langkah pertama siapkan alat dan bahan, Kemudian siapkan wadah untuk
pencampuran tepung garut atau ararut dengan tepung buah bit. Masukan tepung garut
dan buah bit dengan perbandingan 1 : 1 kemudian campurkan dengan cara diaduk atau
dapat juga wadah dikocok sehingga tercamput secara sempurna, pastikan kedua tepung
tercapur dengan sempurna, tes warna blush on apabila sduh sesuai, maka blush on siap
untuk dipakai dan di tes kelayakannya.

E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitan yang dilakukan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut.
1. Mencari literatur untuk menyusun tema penelitian.
2. Mengkonsultasikan kepada dosen mata kuliah metodologi penelitian.
3. Mencari bahan di pasar terdekat.

16
4. Melakukan penelitian pembuatan blush on shimmer dari formulasi tepung garut
atau ararut dan tepung buah bit di ruko (rumah toko) yang beralamat di Jalan RM.
Panji Anom Rk 5 Mataram- Lombok
5. Mengabdikan beberapa gambar proses pembuatan menggunakan kamera di ruko
(rumah toko) beralamat Jalan RM. Panji Anom Rk 5 Mataram- Lombok.
6. Mengadakan uji coba produk secara acak kepada 15 orang dengan usia kisaran 17-
30 tahun.
7. Melakukan analisis produk berdasarkan uji coba tekstur dan validasi blush on
shimmer hasil wawancara.
8. Menyusun proposal penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui
wawancara. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Akan tetapi seiring
perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-
media tertentu, misalnya telepon, email, dll. Pada penelitian ini wawancara yang
dipakai yaitu wawancara terstruktur yaitu, dalam wawancara terstruktur, peneliti telah
mengetahui dengan pasti informasi apa yang hendak ditanyakan kepada narasumber.
Pada wawancara terstruktur, peneliti sudah membuat daftar pertanyaan secara
sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen penelitian seperti alat
bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.

G. Instrumen Penilaian
Pada Penelitian ini menggunakan tes organolepik atau uji organoleptik atau
biasa disebut uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan
terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam
penerapan mutu. Diharapkan dengan melakukan tes organolepik tekstur dan kelayakan
blush on shimmer dengan formulasi tepung garut atau ararut dan tepung bit dapat diuji
kelayakannya.

17
H. Analisis Data
Metode analisis data adalah cara menganalisis data yang telah diperoleh dari
hasil pengujian. Analisis data digunakan untuk menjabarkan data, mendiskripsikan
data yang diperoleh dari penelitian dengan metode statistik atau non statistik untuk
menjawab permasalahan pada penelitian. Metode analisis data yang akan digunakan
yaitu, Metode analisis data untuk mengetahui tingkat kesukaan blush on shimmer
dengan formulasi tepung garut atau ararut dan tepung buah bit. Metode analisis yang
digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap blush on shimmer dengan
formulasi tepung garut atau ararut dan tepung buah bit menggunakan analisis deskriptif
persentase. Analisis deskriptif kualitatif persentase digunakan untuk mengetahui
kesukaan konsumen, artinya kuantitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis
terlebih dahulu untuk dijadikan data kualitatif. Adapun mutu organoleptik yang akan
dianalisis yaitu blush on shimmer dengan formulasi tepung garut atau ararut dan tepung
buah bit.

18
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Tsalis. 15 September 2020. “6 Macam Metode Analisis Data ynga Perlu
Diketahui”, (Online), (https://www.ekrut.com/media/macam-macam-metode-
analisis-data), diakses 25 Desember 2020
Asfihan, Akbar. 4 Oktober 2019. “Ekstraksi Adalah : Prinsip Dasar, Contoh dan
Metode Ekstraksi”, (Online), (https://adalah.co.id/ekstraksi/), diakses 31
Oktober 2020.
Bindharawati, N. (2013). Formulasi Sediaan Pemrah Pipi Dari Ekstrak Kelopak Bunga
Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) Sebagai Pewarna Dalam Bentuk Compact
Powder. Skripsi Fakultas Farmasi. Universitas Katolik Widya Mandala.
Surabaya
Deramus. 2020. “Apa Itu Garut, dan Bagaimana Cara Menggunakannya?”, (Online),
(https://id.drderamus.com/what-is-arrowroot-11050), diakses 3 November
2020
Fahraint, I. (2013). Formulasi Sediaan Pemerah Pipi dalam Bnetuk Padat dengan
Menggunakan Ekstrak Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa belimbi L.). Skripsi
Program Eksistensi Sarjana Farmasi. Fakultas Farmasi , Universitas Sumatra
Utara , Medan.
Fhienha. 3 April 2013. “Pewarna alami dan pewarna sintetik”, (Online),
(https://fhienhasidwi.wordpress.com/category/mpit/), diakses 2 November
2020
Nurhayati, Ifa. (2016). Pembuatan Blush On dari Buah Naga. Semarang: Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang.
Ochell. 10 Agustus 2018. “Beautypedia : Mica Powder Bahaya untuk Kulit?”,
(Online), (https://editorial.femaledaily.com/blog/2018/08/10/beauty pedia-
mica-powder-bahaya-untuk-kuli/), diakses 30 Oktober 2020.
Oktaviani, Ade Eka. (2019). Kelayakan Blush On Shimmer DenganPewarna Alami
Ekstrak Buah Bit Berbentuk Compact. Semarang: Teknik Universitas Negeri
Semarang.
Ulya. 28 Oktober 2017. “Ekstrak dan Ektraksi”, (Online),
(https://ulyadays.com/ekstrak-dan-ektraksi/), diakses 30 Oktober 2020.
Winarti, E. R. (2013). Pengaruh Penambahan Bit (Beta Vulgaris) sebagai Pewarna
Alami Terhadap Karakteristik Fisiokimia dan Sensori Sosis Daging Sapi. Solo:
Universitas Sebelas Maret.
Wirakusumah, Emma. (2007). Cantik Awet Muda Dengan Buah Sayur dan Herbal.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Yuwono, Sudarwinto Setyo. 4 Januari 2016. “Tanaman Bit (Beta vulgaris L.)”,
(Online), (http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2016/01/tanaman-bit-beta-vulg aris-
l/), diakses 2 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai