Latar Belakang
Dalam rangka mempercepat dan menyinergikan tindakan dari upaya promotif dan
preventif hidup sehat, guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan
beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit, Presiden menginstruksikan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun
2017. Sejalan dengan itu penggerakan masyarakat hidup sehat dilakukan agar
masyarakat berperilaku sehat sehingga berdampak pada kesehatan terjaga, produktif,
lingkungan bersih. Menanamkan perilaku sehat dalam diri seseorang membutuhkan
proses yang panjang, komitmen yang kuat dan dukungan dari petugas kesehatan serta
penggerak masyarakat termasuk jajaran Pramuka.
Gerakan Pramuka diharapkan dapat menggerakkan institusi dan organisasi masing-
masing di pusat dan daerah. Ajakan melaksanakan GERMAS ditujukan kepada seluruh
lapisan masyarakat Individu, keluarga, kelompok untuk mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat sehari-hari. Peran Pengelola dan Anggota Saka Bakti Husada perlu
ditingkatkan sebagai penggerak masyarakat mampu hidup sehat melalui Pembinaan
Krida Bina PHBS di Pangkalan Saka Bakti Husada yang juga merupakan tugas
Puskesmas. Orientasi teknis promosi kesehatan dalam pembinaan Krida Bina PHBS dan
krida lainnya bagi Pengelola dan Anggota Saka Bakti Husada perlu dilakukan, agar
implementasi kegiatan pembinaan Krida Bina PHBS dapat dilaksanakan oleh penegak
dan pandega sampai ditingkat gugus depan dan mendukung kegiatan UKBM di Posyandu
yang merupakan juga pelaksanakan GERMAS. Fasilitasi SBH dalam mendukung Germas
dilakukan melalui kegiatan standarisasi, orientasi dan implementasi untuk memberikan
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan tentang tugas dan fungsi pengelola/
Instruktur/Pamong dan Anggota Saka Bakti Husada di wilayah binaannya dengan
peminatan pencapaian Syarat Kecakapan Khusus Krida Bina PHBS sesuai dengan kebijakan
yang berlaku melalui metode kepramukaan dan prinsip dasar kepramukaan dan tentunya
dapat berdampak dalam peningkatan kinerja.
1
1. Meningkatkan kapasitas Pengelola Krida Saka Bakti Husada di daerah tentang
peran dan fungsi Pramuka Saka Bakti Husada dalam Pembinaan Krida khususnya
Krida Bina Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
2. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan Pengelola/Instruktur/Pamong Saka
Bakti Husada di daerah/Pangkalan/Puskesmas dalam pembinaan krida khususnya
Krida Bina PHBS bagi peserta didik penegak dan pandega dalam penerapan
Syarat Kecakapan Khusus masing-masing Krida.
3. Meningkatkan pengelolaan dan teknis pembinaan bagi sasaran gugus
depan/sekolah dan UKBM/Posyandu dalam penerapan pembinaan gerakan
masyarakat hidup sehat.
III. Sasaran
A. Anggota Pramuka Golongan Penegak dan Pandega
B. Instruktur/Pamong Pangkalan Saka Bakti Husada
C. Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas
D. Petugas Promosi Kesehatan Kabupaten/Kota
2
Sekolah-Gudep
12.15 – 13.30 ISHOMA
13.30 – 15.00 Implementasi Krida Bina Tim Fasilitator
PHBS: SKK PHBS di Rumah
Tangga-Posyandu
15.00 – 15.45 RTL dan Penjelasan
Pelaksanaan Implementasi
15.45 – 16.30 Rangkuman dan Penutupan
3
Tim Fasilitator
bertugas menjadi
Pemantau
11.30-12.00 Rangkuman Penutupan Tim Fasilitator dan
Penutupan Kelompok Kerja
4
V. Pelaksanaan Fasilitasi
A. Alur Pelaksanaan
5
C. Penyampaian Materi Orientasi
Materi orientasi disampaikan dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yaitu:
1. Langkah pembelajaran Krida Saka Bakti Husada ( 1 jam belajar)
Dilaksanakan dengan permainan “Lomba Menyusun Krida Saka Bakti Husada”
a. Langkah 1. Pengkondisian (15 menit)
1) Fasilitator memulai dengan menyapa ramah dan memperkenalkan dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan serta mengarahkan satu-dua kali tepuk Pramuka.
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan
menggunakan bahan tayang.
b. Langkah 2. Penyampaian Materi (45 menit)
1) Fasilitator mengumpulkan seluruh kelompok peserta dalam bentuk setengah
lingkaran, dilanjutkan dengan menjelaskan tentang kegiatan permainan
yang akan dilakukan sebagai berikut:
a) Kegiatan persiapan lomba:
• Peserta 20-30 Pramuka Penegak dan Pandega yang terbagi menjadi 3
–4 regu/kelompok. Tiap regu/kelompok terdiri atas 7-8 orang Pramuka.
• Setiap Kelompok mendapat 6 karton manila bertulis Nama Krida.
• Setiap kelompok mendapat amplop besar berisi 32 kertas metaplan,
bertulis nama-nama TKK di masing-masing Krida Saka Bakti Husada
yang diacak terlebih dahulu.
• Masing-masing kelompok menggelar 6 karton manila bertulis Nama
Krida.
• Masing-masing kelompok hanya diberi 2 buah Leaflet SBH, kemudian
kelompok diminta membaca/melihat selama 5 menit. Setelah itu leaflet
segera diambil lagi oleh Fasilitator/Pembina.
b) Kegiatan Lomba :
• Semua peserta siap dan sambil bernyanyi “Disin-sin Se, Disan-san Se”
serta langsung menyusun TKK Saka Bakti Husada di masing-masing
Krida.
• Lomba kelompok menyusun TKK Saka Bakti Husada di masing-
masing Krida dimulai ketika Fasilitator/Pembina meniup peluit.
• Pemenangnya adalah yang telah menyusun TKK Saka Bakti Husada di
masing-masing krida dengan benar sesuai dengan kelompok kridanya.
6
Apabila kelompok yang merasa telah selesai, bisa mengacungkan
tangan beramai-ramai, kemudian fasilitator akan mencocokkan dengan
leaflet Saka Bakti Husada.
• Masing-masing kelompok diminta mengoreksi hasil kerja kelompok
masing-masing menyusun TKK Saka Bakti Husada sesuai kelompok
kridanya dengan melihat Leaflet SBH.
• Peserta yang kalah dalam permainan akan dihukum membaca Leaflet
SBH dengan keras sehingga terdengar oleh seluruh peserta lomba
tentang Pengertian Saka Bakti Husada, Tujuan Saka Bakti Husada dan
Hasil yang diharapkan dari Anggota Saka Bakti Husada.
Catatan: Hukuman bagi kelompok yang kalah dapat ditambah, misalnya
disuruh joget bersama ditengah lingkaran kelompok seluruh peserta, dll.
2) Fasilitator mempersilahkan peserta duduk dan menanyakan; bagaimana
permainan tadi?, manfaat apa yang bisa dipelajari?. Peserta bebas
menyampaikan pendapat terkait pemahaman tentang SBH (pengertian,
tujuan dan hasil kegiatan SBH).
3) Fasilitator menarik kesimpulan dan memotivasi peserta didik untuk menjadi
Anggota SBH yang dapat melaksanakan pembinaan dengan sebaik-
baiknya.
7
• Setiap Kelompok mendapatkan kotak berisi masker sesuai dengan
jumlah anggotanya. Masker tidak boleh diambil kecuali diperintahkan.
b) Kegiatan Lomba :
• Semua Kelompok bersiap-siap, sambil bernyanyi lagu “Maju Tak
Gentar”.
• Ketika Fasilitator/Pembina meniup peluit, setiap anggota harus segera
mengambil masker dari kotak dan memakainya, Aktifitas harus
berhenti setelah ada peluit Panjang 20 detik dari Pembina.
• Masing-masing kelompok diminta mengoreksi hasil kerja kelompok
masing-masing. Pemenangnya adalah kelompok yang >90 %
anggotanya memakai masker dengan benar.
• Kelompok lain yang kalah dalam permainan akan dihukum untuk
mempraktikkan Batuk dengan memakai masker, tetapi sebelumnya
harus ‘Ngemu/Kumur Air Putih’ sebanyak satu sendok. Posisi Batuk,
melingkari kelompok yang menang. Bila tidak ada yang menang, maka
posisi batuk melingkari para Pembina.
2) Fasilitator mempersilahkan peserta duduk dan menanyakan; bagaimana
permainan tadi?, manfaat apa yang bisa dipelajari?. Peserta bebas
menyampaikan pendapat terkait pemahaman tentang masker dan batuk.
3) Fasilitator menarik kesimpulan dan memotivasi peserta didik untuk menjadi
Anggota SBH yang dapat melaksanakan pembinaan dengan sebaik-
baiknya.
8
b) Langkah 2. Penyampaian materi (30 menit):
• Peserta dibagi dalam 4 kelompok @ 7-8 orang.
• Setiap kelompok mendapat 1 amplop berisi sejumlah kartu warna
warni yang bertuliskan penggalan kata dari 8 syarat-syarat Sekolah
Ber-PHBS serta 1 karton manila kosong berbentuk lokomotif dan 7
karton manila kosong berbentuk gerbong. Rangkaian kartu kata-kata
tersebut akan ditempel pada karton manila kosong sehingga
membentuk rangkaian gerbong kereta api.
• Setiap kelompok diminta mendiskusikan urutan yang tepat dari 8
syarat Sekolah Ber-PHBS kemudian menempelkan kartu-kartu kata
tersebut pada karton manila kosong.
• Kelompok yang telah selesai menempelkan 8 kartu Syarat Sekolah
Ber-PHBS dalam bentuk rangkaian gerbong kereta api tersebut.
Kemudian bersama-sama meneriakkan “Sekolah BerPHBS Yes”
sebagai tanda sudah selesai. Waktu yang diberikan adalah 15 menit.
• Kelompok yang menyelesaikan tugasnya, diminta membentuk
rangkaian gerbong kereta api dengan berdiri berderet ke belakang dan
memegang pundak teman di depannya dan diikuti kelompok yang lain
dan seterusnya sampai selesai semuanya. Setelah semua membentuk
gerbong kereta api, digabungkan dan berjalan membentuk lingkaran,
dengan menyanyikan lagu “Naik Kereta Api” sebagai berikut:
(Naik Kereta Api tut-tut-tut-tut)
Syarat Sekolah Ber-PHBS tut-tut-tut-tut
(Siapa hendak turut)
Jajan sehat-cuci tangan
(Ke Bandung-Surabaya)
Gunakan Jamban dan Olahraga
(Bolehlah dengan percuma)
Berantas jentik-tidak merokok
(Ayo kawanku segera naik)
Timbang dan ukur tinggi badan
(Kereta ku tak berhenti lama)
Buang sampah di tempatnya
9
• Fasilitator memberitahukan perjalanan “Kereta” akan melalui 4 stasiun
yang dinamai 2 syarat dari 8 Syarat Sekolah Ber-PHBS per stasiun,
Misalnya: “Stasiun 1 bernama “Jajan sehat dan Cuci tangan”. Saat
fasilitator menyebut “Jajan Sehat dan Cuci tangan” (Stasiun ke 1)
maka kereta berhenti, disini fasilitator menjelaskan tentang “Jajan
Sehat dan Cuci tangan”. Fasilitator meniup peluit kereta api jalan lagi
menuju Stasiun 2 bernama “Gunakan jamban dan olah raga”, disini
fasilitator menyebut nama stasiun ke 2 dan kereta berhenti serta
fasilitator memberi penjelasan tentang “Menggunakan jamban sehat di
sekolah dan Mencuci tangan pakai air bersih mengalir dan sabun”.
• Fasilitator meniup peluit dan kereta jalan lagi menuju Stasiun 3
bernama “Berantas jentik dan Tidak merokok” lakukan seperti di
stasiun sebelumnya. Stasiun terakhir adalah Stasiun 4 yaitu “Buang
Sampah”. Fasilitator menjelaskan tentang membuang sampah pada
tempatnya.
• Setiap berada pada 1 stasiun, Fasilitator menjelaskan tentang Syarat
Sekolah Ber-PHBS tersebut demikian hingga selesai dan menyanyikan
kembali lagu “Naik Kereta Api” di stasiun terakhir.
• Fasilitator meminta peserta (perwakilan kelompok) untuk memberi
komentar tentang kegiatan permainan yang telah dilakukan: apakah
permainan menyenangkan?; bermanfaat?; dan dapat diterapkan dalam
pembinaan bagi peserta didik.
10
membentuk lingkaran. Fasilitator 1 mengawali permainan dengan
melempar 8 buah bola kecil. 8 bola tersebut diisi dengan selembar
kertas kecil bertuliskan 1 Syarat Sekolah Ber-PHBS, sehingga 8 bola
berisi 8 syarat. Peserta yang menerima bola diminta membacakan
dengan keras tulisan 1 Syarat Sekolah Ber-PHBS yang terdapat pada
tiap bola. Setelah selesai bola-bola dimasukkan ke ember yang dibawa
oleh Fasilitator 2.
• Masih dalam lingkaran, Fasilitator 2 membagi peserta dalam 3
kelompok. Setiap kelompok diberi gulungan kertas yang berisi
pertanyaan “Apa yang sudah dilakukan Pramuka Penegak dalam
menerapkan PHBS di Sekolah untuk dirinya sendiri dan peran
Pramuka Penegak dalam menerapkan PHBS di Sekolah bagi keluarga
dan teman sebaya?” . Pertanyaan merupakan salah satu topik dari 8
Syarat Sekolah Ber-PHBS, berarti ada 8 pertanyaan bagi seluruh
peserta yang dibagi keseluruh peserta. 8 jumlah pertanyaan sesuai
dengan jumlah peserta.
• Fasilitator 1,2 dan 3 berada di tengah peserta sambil memegang bola
besar serta menjelaskan permainan bahwa siapa yang mendapat
lemparan bola, membuka gulungan kertas dan menjawab pertanyaan
pada gulungan kertas. Selesai menjawab peserta meneriakkan
“Sekolah BerPHBS, Yes”. Waktu yang diberikan adalah 3 menit.
Tanda berhenti menjawab adalah tiupan peluit dari tiap Fasilitator pada
3 kelompok berdasarkan waktu dari stopwatch yang dipegangnya.
Dengan demikian peserta tadi harus melempar bola ke peserta
lainnya. Fasilitator sekaligus mencatat setiap jawaban yang diberikan
oleh para peserta.
• Selanjutnya peserta berikut yang memperoleh bola harus menjawab
pertanyaan sesuai pada gulungan kertas yang diambilnya. Begitu
seterusnya hingga waktu habis (30 menit) meskipun belum semua
peserta menjawab.
• Bila peserta seluruhnya kebagian untuk menjawab dan masih ada
waktu yang tersisa digunakan untuk berdiskusi menyimpulkan jawaban
yang diberikan peserta yang dipimpin oleh Fasilitator 2.
• Fasilitator meminta peserta (perwakilan kelompok) untuk memberi
11
komentar tentang kegiatan permainan yang telah dilakukan: apakah
permainan menyenangkan?; bermanfaat?; Apakah dapat
dikembangkan agar lebih menarik?.
12
yang ditempel di punggung mereka. Karena kesaktiannya mereka
menjadi bisu, hanya bisa bicara bahasa isyarat.
Peserta lain dibagi menjadi 10 kelompok harus dapat membawa 1
pendekar ke Rumah Tangga Ber-PHBS.
Dalam perjalanan kelompok-kelompok dengan pendekarnya akan
melewati gunung (berada secara terpencar di lapangan permainan)
yaitu :
Penolong persalinan
Pemberi ASI
Penimbang balita
Pengguna air bersih
Pencuci tangan
Pemberantas jentik
Pengguna jamban
Pemakan sayur dan buah
Rajin olahraga
Bukan perokok
• Setiap gunung ditandai dengan 1 buah topi yang terbuat dari kertas
koran yang besar. Nama gunung hanya akan diketahui bila sudah
membuka topi. Kelompok harus terus berkeliling mencari gunung
yang namanya sama dengan nama sang pendekar. Dalam topi
terdapat nama sang pendekar. Dalam topi terdapat nama pendekar
dan selembar kertas berisikan tugas untuk diskusi : “Sebagai
Pandega, yang saya lakukan dalam membina dan menyuluh
keluarga, teman sebaya dan masyarakat adalah… “
• Selain itu juga ada media pendukung untuk melakukan penyuluhan
seperti poster, leaflet dan buklet.
• Bila kelompok menemukan topi yang sama dengan nama pendekar,
pemimpin kelompok meniup peluit sebagai tanda sudah selesai.
Kemudian kelompok melakukan diskusi selama 10 menit. Begitu
juga dengan kelompok lainnya.
• Setelah semua kelompok selesai berdiskusi, wakil dari kelompok
kemudian menyajikan hasil diskusi. Urutan penyajian berdasarkan
13
siapa yang lebih dulu menemukan topi yang bernama sama dengan
nama sang pendekar.
• Kelompok penyaji akan mendapat tanggapan dari kelompok penyaji
berikutnya.
• Fasilitator menanyakan manfaat permainan kepada peserta dan
merangkum seluruh penyajian dan dikaitkan dengan tujuan
pembelajaran.
14
dalam “curah pendapat” ide yang dihasilkan dalam 10 menit idealnya
lebih banyak dari yang dihasilkan kelompok. Curah pendapat
mementingkan kuantitas bukan kualitas, jangan ditahan, keluarkan saja
dulu. Penilaian akan menghambat keluarnya ide. Bukan tidak penting
namun dapat dilakukan pada tahap selanjutnya.
• Setiap selesai tampil membacakan ide dan dihitung jumlahnya,
kelompok harus meneriakkan “Timbang Balita Tiap Bulan ke Posyandu”
yang disambut oleh peserta lainnya dengan teriakan “Yuuuuuuu”
• Setelah semua kelompok selesai membacakan ide maka setiap
kelompok diminta bergabung membentuk lingkaran dengan
berpegangan tangan.
• Fasilitator menyebutkan lingkaran kecil berarti antara peserta saling
merapatkan diri dan bila di sebut lingkaran besar, peseta harus
membentuk lingkaran selebar-lebarnya sampai ada kelompok yang
terlepas pegangan tangannya kelompok yang lepas ini yang didaulat
untuk menyajikan karya kreasinya di tengah-tengah peserta. Penyajian
selanjutnya bergiliran dimulai dari kelompok di sebelah kanan kelompok
penyaji pertama.
• Kelompok terbaik adalah yang idenya menarik dan memungkinkan
diterapkan nantinya dalam memotivasi sasaran datang ke Posyandu.
(Terlihat dari tepuk tangan dan ekspresi teman-teman).
• Fasilitaror merangkum seluruh penyajian dan dikaitkan dengan tujuan
pembelajaran dan diskusi terbuka tentang makna yang berkaitan
dengan permainan ini.
15
PELAKSANA/
CARA/ WAKTU & INDIKATOR
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN BIAYA PENANGGUNG
METODE TEMPAT KEBERHASILAN
JAWAB
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.
2.
3.
4.
5.
dst
16
Menyusun RTL harus mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1. Kegiatan
Uraian jenis kegiatan yang akan dilakukan, didapat melalui identifikasi kegiatan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk memastikan
hal ini terealisasi, maka kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan perlu diidentifikasi
di awal.
2. Tujuan
Membuat ketetapan-ketetapan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang
direncanakan pada unsur nomor 1. Penetapan tujuan yang baik adalah yang di
rumuskan secara konkrit dan terukur.
3. Sasaran
Seseorang atau kelompok tertentu yang menjadi target kegiatan yang
direncanakan.
4. Cara/Metode
Cara/metode yang dipergunakan dalam melakukan kegiatan agar tujuan yang
telah ditentukan dapat tercapai.
5. Waktu dan Tempat
Menunjukkan periode kapan suatu kegiatan dimulai hingga akhir kegiatan.
Apabila dimungkinkan sudah dilengkapi dengan tanggal pelaksanaan. Hal ini
untuk mempermudah dalam persiapan kegiatan yang akan dilaksanakan,
serta dalam melakukan evaluasi. Sedangkan dalam menetapkan tempat,
seyogyanya menunjukkan lokasi atau alamat kegiatan akan dilaksanakan.
6. Biaya
Anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. Akan tetapi, perencanaan
anggaran harus realistis untuk kegiatan yang benar-benar membutuhkan dana,
artinya tidak mengada-ada. Perhatikan/pertimbangkan juga kegiatan yang
memerlukan dana, tetapi dapat digabung pelaksanaannya dengan kegiatan lain
yang dananya telah tersedia.
7. Pelaksana/penanggung jawab
yaitu personal/tim yang akan melaksanakan kegiatan yang direncanakan. Hal ini
penting karena personal/tim yang terlibat dalam kegiatan tersebut mengetahui
dan melaksanakan kewajiban.
8. Indikator keberhasilan
17
Bentuk kegiatan/sesuatu yang menjadi tolok ukur dari keberhasilan dari
pelaksanaan kegiatan
E. Pemantauan.
Untuk memantau kegiatan dapat menggunakan Format Pemantauan seperti:
Kesesuaian
Waktu Motivasi
Metode
No. Kegiatan Pelaksanaan Belajar
Tida
Ya Tidak Ya Ya Tidak
k
1. Materi:
a. Krida Saka Bakti Husada
1) Krida Saka Bakti Husada
2) Pembinaan Krida Bina
PHBS
b. Upaya Promotif dan Preventif
dalam Penanggulangan
Bahaya Asap
1) Upaya Promotif
2) Upaya Preventif
e. Implementasi Pembinaan
Krida Bina PHBS di Gugus
Depan di sekolah dan UKBM
di Posyandu
1) Kegiatan pembinaan di
gugus depan
2) Kegiatan pembinaan di
Posyandu.
Keterangan;
18
a. Pegertian
1) Satuan Karya Pramuka Bakti Husada yang selanjutnya disebut Saka Bakti
Husada adalah wadah kegiatan pramuka penegak dan pramuka pandega
untuk pengembangan minat, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
praktis dalam bidang kesehatan.
2) Pangkalan Saka Bakti Husada adalah tempat yang digunakan untuk
pertemuan atau latihan rutin yang diadakan Saka Bakti Husada dan memiliki
fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan Saka Bakti Husada.
3) Krida Saka Bakti Husada merupakan satuan terkecil dari Saka Bakti
Husada, Ada 6 (enam) Krida Saka Bakti Husada yaitu: Krida Bina
Lingkungan Sehat; Krida Bina Keluarga Sehat; Krida Pengendalian
Penyakit; Krida Bina Gizi; Krida Bina Obat; dan Krida Bina Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Setiap krida mempunyai Syarat Kecakapan
Khusus (SKK) yang harus dikuasai oleh setiap anggota dan jika telah
memenuhi SKK dapat diberikan Tanda Kecakapan Khusus (TKK).
b. Tujuan dari Krida Saka Bakti Husada adalah mendukung Anggota SBH pada
satuan terkecilnya untuk menjadi agen perubahan dan pendidik sebaya di
Pangkalan SBH dalam menggerakan masyarakat sekitarnya terutama generasi
muda dalam menerapkan hidup sehat. Sasarannya adalah Anggota Saka Bakti
Husada baik pramuka penegak dan pandega serta pembinanya/Pamong/
Instruktur.
c. Enam Krida Saka Bakti Husada
1) Krida Bina Lingkungan Sehat
19
kedaruratan kesehatan lingkungan. SKK Krida Bina Lingkungan Sehat
meliputi:
a. Rumah sehat;
b. Tempat dan fasilitas umum sehat; dan
c. Kedaruratan kesehatan lingkungan.
Berdasarkan SKK yang terdapat di krida bina lingkungan sehat maka anggota
Saka Bakti Husada yang mendalami krida bina lingkungan sehat dapat
menjadi wirausaha di bidang sanitasi.
Krida bina keluarga sehat adalah wadah yang memberikan pengetahuan dan
keterampilan tentang keluarga sehat agar mereka mau dan mampu
menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam mewujudkan keluarga
sehat. Tujuan krida bina keluarga sehat yaitu untuk memperoleh kecakapan
khusus tentang pembinaan keluarga sehat yaitu pembinaan kesehatan ibu,
bayi, anak pra sekolah, usia sekolah, dan remaja (termasuk didalamnya
kesehatan gigi dan mulut), reproduksi, lanjut usia, kesehatan kerja dan
olahraga dan asuhan mandiri kesehatan tradisional. SKK Krida Bina Keluarga
Sehat meliputi:
a. Kesehatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir;
b. Kesehatan Balita Dan Anak Pra Sekolah;
c. Kesehatan Usia Sekolah Dan Remaja;
d. Kesehatan Reproduksi;
e. Kesehatan Lanjut Usia;
f. Kesehatan Kerja Dan Olahraga; Dan
g. Asuhan Mandiri kesehatan tradisional.
Berdasarkan SKK yang terdapat di krida bina keluarga sehat maka anggota
Saka Bakti Husada yang mendalami krida bina keluarga sehat dapat menjadi
20
penyedia jasa pengasuh bayi, anak, lanjut usia, instruktur olahraga, atau
wirausaha pemanfaatan tanaman obat keluarga.
21
Krida bina gizi adalah wadah kegiatan keterampilan, pengetahuan dan
teknologi tertentu untuk memberikan kecakapan khusus tentang gizi di rumah
tangga, gizi di masyarakat, dan gizi di institusi kesehatan. Tujuan krida bina gizi
yaitu untuk memperoleh kecakapan khusus tentang mengenal keadaan gizi,
kegiatan gizi di posyandu, perencanaan menu gizi seimbang, penyuluhan gizi dan
penanganan gizi dalam situasi darurat. SKK Krida Bina Gizi meliputi:
a. Mengenal keadaan gizi;
b. Kegiatan gizi di posyandu;
c. Perencanaan menu gizi seimbang;
d. Penyuluhan gizi; dan
e. Penanganan gizi dalam situasi darurat;
Berdasarkan SKK yang terdapat di krida bina gizi maka anggota Saka Bakti
Husada yang mendalami krida bina gizi dapat menjadi wirausaha kuliner sehat.
22
b. Pembuatan jamu yang baik dan pemanfaatannya;
c. Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya;
d. Pemilihan pangan sehat; dan
e. Pembinaan kosmetika.
Berdasarkan SKK yang terdapat di krida bina obat maka anggota Saka Bakti
Husada yang mendalami krida bina obat dapat menjadi wirausaha jamu.
Krida Bina Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wadah
pengetahuan dan keterampilan tentang PHBS agar mau dan mampu
menerapkan pada diri sendiri, keluarga serta menggerakkan masyarakat.
Tujuan krida bina PHBS yaitu untuk memperoleh kecakapan khusus
tentang PHBS di rumah tangga, sekolah, tempat dan fasilitas umum,
tempat kerja dan di institusi kesehatan. SKK Krida Bina PHBS meliputi:
a. PHBS di rumah tangga;
b. PHBS di sekolah;
c. PHBS di tempat dan fasilitas umum;
d. PHBS di tempat kerja; dan
e. PHBS di institusi kesehatan.
Berdasarkan SKK yang terdapat di krida bina PHBS maka anggota Saka Bakti
Husada yang mendalami krida bina PHBS dapat menjadi kader penggerak
hidup sehat.
23
2. Syarat Kecakapan Khusus (SKK) PHBS di Sekolah
3. Syarat Kecakapan Khusus (SKK) PHBS di Tempat-tempat Umum
4. Syarat Kecakapan Khusus (SKK) PHBS di Tempat Kerja
5. Syarat Kecakapan Khusus (SKK) PHBS di Institusi Kesehatan
a. Lambang Krida Bina PHBS
24
1. Cara menguji SKK
a. Pengujian Langsung
Peserta didik berhadapan langsung dengan Pembina Pramuka
b. Pengujian Tidak Langsung
Melalui pengamatan dan penugasan yang hasil dinilai oleh Penguji.
2. Penguji
Merupakan tim yang terdiri dari 2 orang yaitu satu Pamong dan Instruktur
Saka. Hal yang perlu diperhatikan oleh Penguji SKK :
25
Pembina memberi ucapan selamat dengan jabat tangan diikuti
oleh anggota pasukan dan yang lainnya
b. Penyematan TKK bila dilakukan pada Upacara Penutupan Pelatihan
Sebelum penurunan Sang Merah Putih, Pembina meminta
Pratama untuk memanggil Pramuka yang telah lulus ujian SKK
untuk maju menghadap Pembina.
Selanjutnya dilakukan tanya jawab singkat antara Pembina
dengan Pramuka yang telah lulus ujian SKK
Setelah itu Pembina melakukan Penyematan TKK yang dibarengi
beberapa nasehat dan diakhiri dengan penyerahan Surat
Keterangan Kelayakan memakai TKK
Kemudian Pembina memerintahkan Pramuka tersebut kembali ke
regunya dan Pratama untuk melanjutkan Upacara Penutupan
Latihan
Ucapan Selamat kepada yang bersangkutan dilakukan setelah
Upacara Penutupan Latihan selesai.
26
memperkuat Saka Bakti Husada khususnya Krida Bina PHBS yang
mengacu pada kebijakan pembangunan dan Pimpinan Saka maka
dilakukan pembinaan sebagai berikut :
27
9) Melaksanakan kegiatan Perkemahan Bakti Saka Bakti Husada
tingkat Nasional
10)Memberikan paket implementasi SKK Krida Bina PHBS kepada
gudep untuk melakukan pembinaan.
11)Pengadaan Tanda Kecakapan Khusus Krida PHBS
12)Memantau dan evaluasi kemjuan pelaksanaan pembinaan Saka
Bakti Husada khususnya Krida Bina PHBS
28
8) Melaksanakan Orientasi Kepramukaan bagi anggota Pimpinan,
Saka Bakti Husada di semua tingkat Kwartir Daerah
9) Melaksanakan Kursus Pamong dan Instruktur Saka Bakti Husada
10) Melaksanakan kegiatan perkemahan Bakti Saka Bakti Husada
tingkat Daerah
11) Memberikan paket implementasi SKK Krida Bina PHBS kepada
Cabang untuk melakukan pembinaan
12) Pengaduan Tanda Kecakapan Khusus Krida PHBS
13) Memantau dan evaluasi kemajuan pelaksanaan pembinaan Sakti
Bakti Husada khususnya Krida Bina PHBS
29
5) Menghimpun dan mengirim data anggota, SBH ketingkat daerah
6) Melaksanakan Orientasi Kepramukaan bagi anggota Pimpinan,
Saka Bakti Husada di semua tingkat Kwartir Cabang
7) Melakukan pembinaan kepada anggota Saka Bakti Husada
8) Menggandakan, mendistribusikan buku-buku pedoman, media-
media Krida Bina PHBS
9) Rekruitmen angoota Saka dari Gugus depan
10)Melakukan pengujian SKK dan penyematan Krida Bina PHBS
11)Melaksanakan kegiatan perkemahan Bakti Saka Bakti Husada
tingkat Cabang
12)Memantau dan evaluasi kemajuan pelaksanaan pembinaan Saka
Bakti Husada khususnya Krida Bina PHBS
30
5) Mengadakan temu lapangan yang bekerja sama dengan
puskesmas setempat
6) Melakukan sosialisasi Krida Bina PHBS di Saka Bakti Husada
7) Melakukan pengujian SKK dan penyematan Krida Bina PHBS
8) Rekrutmen anggota Saka dari Gugusdepan
9) Memantau dan evaluasi kemajuan pelaksanaan pembinaan Saka
Bakti Husada khususnya Krida Bina BIna PHBS
10) Mendata keanggotaan SBH di wilayahnya dan mengirimkan ke
tingkat cabang
31
7) Memantau dan evaluasi kemajuan pelaksanaan pembinaan Sakti
Bakti Husada khusus Krida Bina Bina PHBS
B. Pengendalian Penyakit ISPA Upaya Promotif Akibat Kabut Asap (Krida Pengendalian
Penyakit)
Ada beberapa hal yang penting untuk dipahami dan dilakukan dalam pengendalian
terjadinya bahaya akibat Kabut Asap.
Katagori Bahaya Kebakaran Hutan
Dan Tindakan Pengamanan
Berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)
ISPU Katagori Dampak Tindakan
Kesehatan Pengamanan
32
sehat ISPA, pneumonia, harus dibatasi.
dan jantung maka Perlu dipersiapkan
gejalanya akan ruang khusus untuk
meningkat. perawatan penderita
ISPA/pneumonia berat di
rumah sakit, Puskesmas
dll.
Aktifitas bagi
penderita jantung
dikurangi.
33
2) Sekolah Ber-PHBS adalah sekolah yang mampu menjaga dan
meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan kecerdasan anak sekolah melalui berbagai upaya
kesehatan
3) Manfaat PHBS di Sekolah
a) Terwujudnya sekolah yang bersih dan sehat sehingga masyarakat
sekolah terlindungi dari berbagai gangguan kesehatan dan ancaman
penyakit
b) Meningkatkan semangat belajar-mengajar sehingga prestasi belajar
siswa meningkat
c) Meningkatnya citra sekolah
d) Menjadi contoh Sekolah Ber-PHBS bagi sekolah lainnya
34
Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena
tanpa sabun, kotoran dan kuman masih tinggal di tangan.
a) Saat harus mencuci tangan
Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang,
memegang binatang, berkebun, dll)
Setelah buang air besar
Sebelum makan dan sebelum memegang makanan
b) Manfaat mencuci tangan
Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
Mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, typhus,
kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA), Flu Burung atau SARS
Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman
c) Cara mencuci tangan yang baik dan yang benar
Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dengan memakai
sabun
Bersihkan telapak, punggung tangan dan pergelangan tangan
lengan, gosok bila perlu
Bersihkan juga sela-sela jari dan lipatan buku jari
Setelah itu keringkan dengan lap bersih
3) Buang Air Kecil dan Buang Air Besar di Jamban Sehat Sekolah
a) Pengertian Jamban Sehat
Jamban Sehat adalah sarana pembuangan tinja yang efektif untuk
memutus mata rantai penularan penyakit.
b) Jenis Jamban
Jamban Cemplung
Jamban yang penampungannya berupa lubang berfungsi
menyimpan dan meresapkan cairan kotoran / tinja ke dalam tanah
dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban
cemplung diharuskan ada penutup agar tidak bau.
Jamban Tangki Septik/leher angsa
Jamban berbentuk leher angsa penampungannya berupa tangki
septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
35
penguraian /dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya.
Alasan harus Menggunakan Jamban
Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
Tidak mencemari sumber air yang di sekitarnya
Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat
menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, typhus,
kecacingan, penyakit infeksi saluran pencernaan, penyakit kulit
dan keracunan.
c) Syarat Jamban Sehat
Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air
minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
Tidak berbau
Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
Tidak mencemari tanah di sekitarnya
Mudah dibersihkan dan aman digunakan
Dilengkapi dengan dinding dan atap pelindung
Penerangan dan ventilasi cukup
Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
Tersedia air, sabun, dan alat pembersih
d) Cara Memelihara Jamban Sehat
Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan
air
Bersihkan jamban teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih
Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran.
Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih).
Bila ada kerusakan, segera diperbaiki.
e) Menggunakan jamban dengan benar
Ada dua model jamban yaitu jamban jongkok dan duduk
36
Bila kita menggunakan jamban duduk jangan berjongkok karena
kaki kita akan mengotori jamban apalagi bila kita memakai alas
kaki. Perilaku kita sangat merugikan pengguna jamban berikutnya.
Buang air besar dan buang air kecil haruslah di jamban untuk
mencegah penularan penyakit, karena tinja dan urine ( air kencing)
banyak mengandung kuman penyakit.
Menyiram hingga bersih setelah buang air besar atau buang air
kecil.
Buanglah sampah di tempatnya, agar jamban tidak tersumbat dan
penuh dengan sampah.
Mengingatkan guru dan penjaga sekolah untuk mengawasi dan
memastikan bahwa jamban yang tersedia selalu dalam keadaan
bersih.
37
Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran
darah.
Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan Kanker.
CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa
oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.
a) Bahaya merokok
Menyebabkan kerontokan rambut.
Gangguan pada mata, seperti Katarak.
Kehilangan pendengaran lebih awal disbanding bukan perokok.
Menyebabkan penyakit paru-paru, jantung dan Kanker.
Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.
Tulang lebih mudah patah
38
Menghindari segala sesuatu yang menimbulkan keinginan
merokok
d) Cara berhenti merokok
Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu berhenti seketika, menunda
dan mengurangi. Hal yang paling utama adalah niat dan tekad yang
bulat untuk melaksanakan cara tersebut:
Seketika
Cara ini merupakan cara yang paling berhasil bagi perokok berat
mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek
ketagihan karena merokok mengandung zat adiktif.
Menunda
Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap
hari dan sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut. Sebagai
contoh: seorang perokok biasanya merokok setiap hari pada pukul
07.00 pagi, maka pada:
Hari 1 pukul 09.00
Hari 2 pukul 11.00
Hari 3 pukul 13.00
Hari 4 pukul 15.00
Hari 5 pukul 17.00
Hari 6 pukul 19.00
Hari 7 pukul 21.00
Mengurangi
Jumlah rokok yang di hisab setiap hari dikurangi secara ber
angsur-angsur dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada
hari ke 7 atau yang di tetapkan misalnya dalam sehari-hari
seorang perokok menghabiskan 28 batang rokok maka si perokok
dapat merencanakan pengurangan jumlah rokok selama 7 hari
dengan jumlah pengurangan sebanyak 4 batang perhari.
Sebagai contoh:
Hari 1 24 batang
Hari 2 20 batang
Hari 3 16 batang
Hari 4 12 batang
39
Hari 5 8 batang
Hari 6 4 batang
Hari 7 0 batang
e) Kawasan Tanpa Rokok
Saat ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebagai upaya perlindungan
untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan
karena lingkungan tercemar asap rokok.
Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, tv promosi
dan/atau penggunaan rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok diselenggarakan di berbagai
tempat, yaitu :
i. Tempat umum, seperti terminal busway, bandara, stasiun
kereta api, mal, pusat perbelanjaan, pasar serba ada, hotel,
restoran, tempat rekreasi dan sejenisnya.
ii. Tempat ibadah, seperti masjid, mushola, gereja, kapel, pura
wihara dan klenteng.
iii. Arena kegiatan anak-anak, seperti tempat penitipan anak,
tempat pengasuhan anak, arena bermain anak-anak atau
sejenisnya.
iv. Tempat proses belajar mengajar, seperti sekolah, tempat
pelatihan termasuk perpustakaan, ruang praktik atau
laboratorium, museum dan sejenisnya.
v. Tempat pelayanan kesehatan, seperti Posyandu, Puskesmas,
dan rumah sakit.
vi. Tempat kerja, seperti perkantoran, pabrik ruang rapat, ruang
sidang/seminar.
vii. Angkutan umum, seperti bus, busway, mikrolet, kereta api,
kapal laut dan pesawat udara.
40
Untuk memantau pertumbuhan berat badan dan tinggi badan
normal siswa agar segera diketahui jika ada siswa yang
mengalami gizi kurang maupun gizi lebih.
a) Cara mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswa
Catat hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan tiap
siswa di Kartu Menuju Sehat (KMS) anak sekolah maka akan
terlihat berat badan/tinggi badan naik atau tidak naik (terlihat
perkembangannya).
b) Manfaat penimbangan siswa di sekolah
Untuk mengetahui apakah siswa tumbuh sehat
Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan
siswa.
Untuk mengetahui siswa yang dicurigai gizi kurang dan gizi
lebih sehingga jika ada kelainan yang berpengaruh langsung
dalam proses belajar di sekolah dapat segera dirujuk ke
Puskesmas
c) Tanda-tanda gizi buruk
Sangat kurus, tulang iga tampak jelas
Wajah terlihat lebih tua.
Tidak bereaksi terhadap rangsangan (apatis)
Rambut tipis, kusam, warna rambut jagung dan bila dicabut
tidak sakit
Kulit keriput
Pantat kendur dan keriput
Perut cekung atau buncit
Bengkak pada punggung kaki yang berisi cairan dan bila
ditekan lama kembali
Bercak merah kehitaman pada tungkai dan pantat.
d) Tanda-tanda gizi lebih
Berat badan jauh di atas berat normal
Bentuk tubuh terlihat tidak seimbang.
Tidak dapat bergerak bebas
41
Nafas mudah tersenggal-senggal jika melakukan
kegiatan.
Mudah lelah.
Malas melakukan kegiatan.
42
Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan
secara sederhana sebagai berikut :
i. Penumpukan
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak
dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan
membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan
bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan risiko
karena berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan
pencemaran udara, terutama bau, sumber penyakit, dan
mencemari sumber-sumber air.
ii. Pengompasan
Cara pengompasan merupakan cara sederhana dan dapat
menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.
iii. Pembakaran
Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang
dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari
pemukiman untuk menghindari pencemaran asap, bau, dan
kebakaran.
iv. Sanitari landfill
Metode ini hampir sama dengan penumpukan, tetapi
cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah,
namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas.
Dalam pemanfaatan sampah, sampah basah dapat
dijadikan kompos dan makanan ternak, sampah kering
dapat dipakai kembali dan didaur ulang seperti sampah
kertas dapat didaur ulang. Daur ulang adalah salah satu
strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan,
pendistribusian, dan pembuatan produk/material bekas
pakai.
Material yang dapat didaur ulang :
Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, karamel dll.
baik yang putih bening maupun yang berwarna
terutama gelas atau kaca yang tebal.
43
Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran,
majalah, kardus, kecuali kertas yang berlapis minyak.
Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas
kemasan kue dll.
Besi bekas rangka meja, besi rangka beton dll.
Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen,
ember dll.
Sampah basah dapat diolah menjadi kompos.
v. Manfaat pengelolaan sampah
Menghemat sumber daya alam.
Menghemat energi.
Mengurangi uang belanja.
Menghemat lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Lingkungan Asri (bersih, sehat dan nyaman).
44
Filariasis (Kaki Gajah) di tempat-tempat
perkembangbiakannya
c) 3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan saat PSN
yaitu:
Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air
seperti bak mandi, kolam, tatakan pot kembang, dll.
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti
lubang bak kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang
dapat menampung air hujan.
Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang
dapat menampung air seperti ban-ban bekas, kaleng
bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas
botol/gelas air kemasan, plastik kresek dll.).
Plus menghindari gigitan nyamuk, yaitu :
Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk,
misalnya memakai obat nyamuk oles/diusap ke kulit dll.
Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak.
Menaburkan larva sida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-
tempat yang sulit dikuras misalnya di talang air atau di
daerah yang sulit air.
Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung
air, misalnya ikan cupang ikan nila, dll.
Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, Zodia,
Lavender, osemary dll.
d) Manfaat Sekolah Bebas Jentik
Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan
penyakit dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau
dikurangi.
Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin
besar seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria,
Chikungunya, atau Kaki Gajah.
Lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat.
45
e) Cara Pemeriksaan Jentik Berkala
Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.
Jika ditemukan jentik, warga sekolah dan masyarakat
sekolah diminta untuk ikut menyaksikan/melihat jentik,
kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN melalui 3 M
atau 3 M plus.
Mencatat hasil pemeriksaan jentik.
46
b. Indikator PHBS Di Rumah Tangga
Terdapat 10 indikator dalam PHBS di RT yang harus dipenuhi yaitu:
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2) Memberi bayi ASI Eksklusif
3) Menimbang balita setiap bulan
4) Menggunakan air bersih
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6) Menggunakan jamban
7) Memberantas jentik sekali seminggu
8) Makan sayur dan buah setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok dalam rumah
47
cuci tangan, tempat sampah, kantin sehat, sarana olahraga, alat pengukur
tinggi badan dan berat badan.
Melakukan diskusi kelompok dengan teman sebaya untuk memecahkan
masalah - masalah PHBS yang dihadapi.
Ikut berperan aktif dalam pengawasan dan penerapan sanksi pelaksanaan
PHBS di Sekolah.
Memasang media PHBS di Sekolah.
Berperan aktif dalam memberantas jentik nyamuk dengan 3M secara
teratur di Sekolah.
Peran Pramuka Pandega dalam mengajak keluarga dan teman sebaya untuk
melaksanakan PHBS di Sekolah. Adapun materi SKK PHBS di Sekolah untuk
Pramuka Pandega adalah sebagai berikut:
Langkah – langkah penerapan PHBS di Sekolah pada keluarga dan teman sebaya
a) Memberikan informasi kepada keluarga dan teman sebaya tentang PHBS di
Sekolah melalui metode penyuluhan perorangan , diskusi kelompok, dialog.
Melalui informasi yang diperoleh, diharapkan keluarga dan teman sebaya
mulai timbul kesadaran akan pentingnya PHBS di Sekolah.
b) Merumuskan masalah dengan melihat perilaku PHBS di sekolah apa saja
yang sudah dilakukan dan perilaku apa saja yang masih berat dilakukan.
Pada tahap ini diharapkan keluarga dan teman sebaya mulai memiliki
kemauan untuk melakukan PHBS di Sekolah. Upaya perumusan tersebut
dapat dilakukan antara lain dengan metode diskusi, dan curah pendapat.
c) Setelah mengetahui permasalahan yang ada, seluruh keluarga dan teman
sebaya mulai berdiskusi tentang pemecahan masalah yang akan digunakan
untuk mengatasi permasalahan. Di sini teman sebaya dapat merasakan
bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya dan mulai
menerapkan PHBS di sekolah.
d) Selama pelaksanaan PHBS di sekolah, setiap anggota keluarga dan teman
sebaya tetap saling memantau satu sama lain agar dapat dilaksanakan
dengan baik.
48
Pramuka pandega diharapkan dapat membina PHBS di sekolah-sekolah yang ada
di wilayahnya bersama dengan kelompok potensial pemuda yang ada
dilingkunganya seperti karang taruna, Remaja Masjid, dll, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Mengkaji Masalah
Pramuka Pandega bersama-sama dengan teman sebaya, kelompok-
kelompok potensial pemuda di masyarakat, mulai mengkaji masalah yang
berkaitan dengan PHBS di Sekolah pada lingkungan sekolahnya sendiri atau
sekolah yang berada di wilayah tempat tinggal.
b) Merumuskan masalah
Hasil kajian dirumuskan untuk menentukan masalah PHBS yang dihadapi di
sekolah untuk disampaikan dalam pertemuan dengan pihak sekolahnya
sendiri atau sekolah yang berada di wilayah tempat tinggal.
c) Membahas masalah
Setelah diperoleh masalah, maka pramuka pandega bersama-sama dengan
teman sebaya, kelompok-kelompok potensial pemuda di masyarakat
membahas secara lebih mendalam masalah PHBS di Sekolah pada
lingkungan sekolahnya sendiri atau sekolah yang berada di wilayah tempat
tinggal.
d) Merumuskan rencana pemecahan masalah
Berdasarkan hasil pembahasan masalah, pramuka pandega bersama-sama
dengan teman sebaya, kelompok-kelompok potensial pemuda di masyarakat
dapat mendiskusikan rencana pemecahan masalah yang dianggap paling
efektif untuk mengatasi masalah PHBS di Sekolah pada lingkungan
sekolahnya sendiri atau sekolah yang berada di wilayah tempat tinggal.
e) Melaksanakan pemecahan masalah
Setelah memilih rencana pemecahan masalah, maka pramuka pandega
bersama-sama dengan teman sebaya, kelompok-kelompok potensial pemuda
di masyarakat mulai melaksanakan strategi pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
f) Memantau dan mengevaluasi
Pemantauan dan evaluasi harus di lakukan untuk melihat tingkat
keberhasilan dan efektifitas strategi pemecahan masalah yang telah dipilih
untuk melaksanakan perbaikan jika masih ada kekurangan dalam
49
pelaksanaan PHBS di Sekolah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
membina PHBS di Sekolah pada lingkungan sekolahnya sendiri atau sekolah
yang berada di wilayah tempat tinggal:
Memanfaatkan setiap kegiatan di sekolah untuk melakukan pembinaan
PHBS di Sekolah misalnya saat upacara bendera, olahraga, latihan
pramuka, dll.
Bersama guru berupaya untuk menggerakan warga sekolah dan
masyarakat sekolah untuk menerapkan PHBS di Sekolah.
Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan memotivasi
warga sekolah dan masyarakat sekolah untuk menerapkan PHBS, seperti
lomba Sekolah Sehat.
2. Di UKBM/Posyandu
Dilaksanakan untuk memberdayakan kader, petugas kesehatan dan keluarga
sasaran Posyandu agar mampu memantau tumbuh kembang balita serta
mempraktikan PHBS di Rumah Tangga.
Peran Pramuka Penegak dalam mengajak keluarga dan teman sebaya untuk
melaksanakan PHBS di Rumah Tangga:
a) Menjadi contoh bagi anggota keluarga dan teman sebaya dengan melakukan
PHBS sehari-hari di rumah dan lingkungan sekitar masyarakat, khususnya
untuk mencapai syarat/indikator “Menimbang balita setiap bulan”
b) Mendukung anggota keluarga dan teman sebaya untuk melakukan PHBS di
Rumah Tangga khususnya untuk memenuhi syarat/indikator “Menimbang
balita setiap bulan”
Peran Pramuka Pandega dalam mengajak keluarga dan teman sebaya untuk
melaksanakan PHBS di Rumah Tangga:
Langkah-langkah penerapan PHBS di Rumah Tangga pada keluarga dan teman
sebaya:
50
a) Memberikan informasi kepada keluarga dan teman sebaya tentang PHBS di
Rumah Tangga melalui metode penyuluhan perorangan, diskusi kelompok,
dialog. Melalui informasi yang diperoleh, diharapkan seluruh keluarga dan
teman sebaya mulai timbul kesadaran akan pentingnya PHBS di Rumah
Tangga.
b) Merumuskan masalah dengan melihat perilaku PHBS di Rumah Tangga apa
saja yang sudah dilakukan dan perilaku apa saja yang belum dilakukan.
Pada tahap ini diharapkan keluarga dan teman sebaya mulai memiliki
kemauan untuk melakukan PHBS di Rumah Tangga. Upaya perumusan
tersebut dapat dilakukan antara lain dengan metode diskusi, dan curah
pendapat.
c) Setelah mengetahui permasalahan yang ada, seluruh keluarga dan teman
sebaya mulai berdiskusi tentang pemecahan masalah yang akan digunakan
untuk mengatasi masalah, disini keluarga dapat merasakan bahwa mereka
memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya dan mulai menerapkan
PHBS di Rumah Tangga.
d) Selama pelaksanaan perilaku PHBS di Rumah Tangga, seluruh keluarga dan
teman sebaya tetap saling memantau satu sama lain agar dapat
dilaksanakan dengan baik.
a) Mengkaji masalah
Pramuka Pandega bersama-sama dengan masyarakat dalam hal ini
kelompok potensial setempat, mulai mengkaji masalah yang berkaitan
dengan PHBS di Rumah Tangga di lingkungan masyarakat setempat,
misalnya dengan melihat catatan kader PKK (Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga) tentang PHBS di rumah tangga di masyarakat.
b) Merumuskan masalah
51
Setelah mengkaji masalah, maka Pramuka Pandega dapat mengadakan
pertemuan dengan masyarakat untuk merumuskan masalah. Hasil kajian
yang telah diperoleh, dapat dijadikan acuan untuk merumuskan masalah
yang ada di masyarakat setempat.
c) Membahas masalah
Setelah diperoleh masalah, maka Pramuka Pandega bersama masyarakat
membahas secara lebih mendalam masalah perilaku PHBS di Rumah
Tangga yang ada di masyarakat.
d) Merumuskan rencana pemecahan masalah
Berdasarkan hasil pembahasan masalah, Pramuka Pandega dan masyarakat
dapat mendiskusikan rencana pemecahan masalah yang dianggap paling
efektif untuk mengatasi masalah yang ada di masyarakat setempat.
e) Melaksanakan pemecahan masalah
Setelah memilih rencana pemecahan masalah, maka masyarakat mulai
melaksanakan kegiatan pemecahan masalah dalam kehidupannya sehari-
hari.
f) Memantau dan mengevaluasi
Memantau dan evaluasi harus dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan
dan efektifitas pemecahan masalah yang telah dipilih untuk di laksanakan
dan melakukan perbaikan jika masih ada kekurangan dalam pelaksanaan
PHBS di rumah tangga.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan PHBS di Rumah Tangga
kepada masyarakat :
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk membina rumah
tangga sehat misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan,
pengajian, kunjungan rumah dan penyuluhan masa (pengeras suara di
masjid, pengumuman di desa/kelurahan, poster, spanduk, selebaran, dll)
Bersama kader PKK dan Karang Taruna berupaya untuk menggerakan
masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang bersumber daya masyarakat
untuk membina rumah tangga sehat.
Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan memotivasi
masyarakat untuk membina Rumah Tangga Sehat, seperti perlombaan dan
52
penggerekan masyarakat, misalnya pada saat hari-hari besar kesehatan atau
ulang tahun kemerdekaan.
Memantau setiap ibu untuk datang ke posyandu.
Meminta bantuan petugas puskesmas setempat untuk memberikan
bimbingan teknis tentang pengadaan sarana yang di perlukan untuk
melaksanakan PHBS seperti pembuatan jamban atau penyediaan air bersih.
Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat
menggerakan masyarakat untuk melaksanakan pemeriksaan jentik berkala
dan PSN.
Lampiran
- Soal Pre-Test dan Post Test
53