Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH KASUS CA REKTUM RUANG CEMPAKA


RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

Mata Kuliah : Stase Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Koordinator : Ns. Chrisyen Damanik S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH :

SULISTIAWATI

NIM : P1908126

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

2019
A. ANATOMI FISIOLOGI

Usus besar atau Intestinum mayor panjangnya ± 1,5 m, lebarnya 5-6 cm.Banyak
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri ini juga penting untuk fungsinormal dari
usus. Fungsi usus besar, terdiri dari :Menyerap air dari makanan, tempattinggal bakteri
E.Coli, tempat feses. Usus besar (kolon), terdiri atas:
1. Sekum
Sekum (bahasa latin: caecus , “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolonmenanjak dari usus
besar. Di bawah sekum terdapat appendiks vermiformisyang berbentuk seperti cacing
sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya± 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh
peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesentrium dan dapat
diraba melalui dinding abdomen pada orangyang masih hidup.
2. Kolon Asendens
Kolon assendens mempunyai panjang 13 cm, terletak di abdomen bawah
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawahhati melengkung
ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica, dilanjutkansebagai kolon
transversum.
3. Kolon Transversum
Panjangnya ±38 cm membujur dari kolon asendens sampai ke kolondesendens
berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepaticadan sebelah kiri
terdapaat fleksura lienalis.
4. Kolon Desendens
Panjangnya ±25 cm terletak di abdomen bawah bagian kiri membujurdari atas
ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon
sigmoid.
5. Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens terletakmiring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai S, ujung bawahnya berhubungan
dengan rektum
6. Rektum
Rektum(Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuahruangan
yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di
anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementarafeses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebihtinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinjamasuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalamrektum akan memicusistem sarafyang
menimbulkan keinginan untukmelakukandefekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering
kali material akandikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan.Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasidan
pengerasanfeses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan  
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangandalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.Secara anatomi rektum
terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai   keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang
lebih muda mengalami kekurangandalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB.Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3
sampaigaris anorektal dengan panjang sekitar 12-13 cm . Secarafungsional dan
endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dansfingter. Bagian sfingter
disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi olehmuskulus levator ani dan fasia coli
dari fasia supra-ani. Sfingter analinternal otot polos (involunter) dan sfingter anal
eksternal otot rangka(volunter) mengitari anus. Bagian ampula terbentang darisakrum
ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Padaorang dewasa dinding
rektum mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa,submukosa, muskularis (sirkuler dan
longitudinal), dan lapisan serosa.Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal
(anal), yaitu lipatan-lipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena
B. DEFINISI
CA rectum adalah pertumbuhan baru yang ganas yang terdiri dari sel – sel epitel yang
cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis yang terjadi
pada bagian distal usus besar. Karsinoma rekti merupakan salah satu dari keganasan pada
colon dan rectum yang khusus menyerang bagian recti yang terjadi akibat gangguan
poliferasi sel epitel yang tidak terkendali. CA rektum adalah keganasan jaringan epitel
pada daerah rektum. Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.
Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang
khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang
tidak terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang
biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker
kolonrektal berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya. Karsinoma Rektum
merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke dalam lumen
dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui namun telah dikenali beberapa faktor predisposisi
yang penting yang berhubungan dengan carsinoma recti.
1. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian
besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat
menjadi kanker.
2. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat
kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko
yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
3. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar,
khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
4. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi
lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar
terkena kanker colorectal.
5. Usia diatas 50 : Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua.
Lebih dari 90 % yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun keatas.

D. KLASIFIKASI
1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu pada
mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis
dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar
dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.
3. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun
tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
4. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar
kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau
ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.
Stadium Deskripsi Kanker
Stadium Deskripsi
T1 Massa polypoid Intraluminal; tidak ada penebalan pada dinding rectum
T2 Penebalan dinding rectum >6 mm; tidak ada perluasan ke perirectal
T3a Penebalan dinding rectum dan invasi ke otot dan organ yang berdekatan
T3b Penebalan dinding rectum dan invasi ke pelvic atau dinding abdominal
T4 Metastasis jauh, biasanya ke liver atau adrenal

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar
maupun yang berwarna hitam.
2. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut atau usus tidak benar - benar kosong
saatBAB
3. Feses yang lebih kecil dari biasanya
4. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada
perut atau nyeri
5. Penurunan berat badan
6. Mual dan muntah
7. Rasa letih dan lesu
8. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah
gluteus

F. KOMPLIKASI
1. Obstrusi usus partial atau lengkap
2. Hemorhargi karena pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh
3. darah sekitar kolon
4. Perforasi dan dapat mengakibatkan pembentukan abses
5. Peritonotis dan/atau sepsis dapat menimbulkan syok

G. PATOFISIOLOGI
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti. Polip
dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai
penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin
berada di colon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak
yang bisa menyebabkan kanker.
Dimulai dari faktor resiko untuk kanker kolorektum adalah mencakup diet tinggi
lemak dan rendah serat, yang menyebabkan kanker kolon dan rektum terutama (95%)
adekarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebagai polip jinak tetapi menjadi ganas
dan menyusup serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer kebagian tubuh yang lain (paling sering kehati).
Tumor – tumor pada recti dan kolon asendens merupakan lesi yang pada umumnya
berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus dinding kolon dan
jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik, hematogenik, atau anak
sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat terkena.
Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal di bagi 3 fase. Fase pertama
ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan lama sampai sampai
puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan
keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun – tahun juga. Kemudian fase ketiga
dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata. Karena keluhan dan gejala tersebut
perlahan – lahan dan tidak sering, penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap
enteng saja sehingga penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.

H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


a) Dengan “RECTAL – TOUCHER” biasanya diketahui :
1. Tonus sfingterani keras atau lembek.
2. Mukosa kasar, kaku biasanya tidak dapat digeser
3. Ampula rektum kolaps atau kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba
ataupun tidak
b) Foto sinar X pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan
tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core.
Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
c) Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA). Pemeriksaan CEA dapat dilakukan,
meskipun antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam
mendiagnosa kanker karena tidak semua lesi menyekresi CEA.
d) Tes – tes Khusus
1. Proktosigmoidoskopi. Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita
karsinoma usus besar. Jika tumor terletak dibawah, bisa terlihat langsung.
Karsinoma kolon dibagian proksimal sering berhubungan dengan adanya polip
pada daerah rektosigmoid.
2. Sistoskopi. Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang
mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
e) Tes darah samar pada feses / kotoran (Fecal Occult Blood Test – FOBT). Terkadang
kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT dapat mendeteksi jumlah darah
yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi darah, dan
FOBT dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikiy dalam kotoran. Karena
tes ini hanya mendeteksi darah, tes – tes lain dibutuhkan untuk menemukan sumber
darah tersebut. Kondisi jinak (seperti hemoroid), juga bisa menyebabkan darah
dalam kotoran.
f) Sigmoidoskopi. Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah kolon dengan
tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat
menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
g) Kolonoskopi. Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan
menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
h) Enema barium kontras ganda (Double – contrast barium enema). Prosedur ini
mencakup pengisian kolon dan rektum dengan bahan cair putih (barium) untuk
meningkatkan kualitas gambar sinar X. Dengan demikian, ketidakabnormalan
(seperti polip) dapat terlihat dengan jelas.
i) Pemeriksaan rektal secara digital. Pemeriksaan rektal seringkali menjadi bagian
pemeriksaan (check – up) fisik rutin. Dokter akan memasukkan jari dengan sarung
tangan yang telah dilumasi kedalam rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.

I. PENATALAKSANAAN
a) Penatalaksanaan Medis
Satu – satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindakan bedah, dengan tujuan
utamanya memperlancar saluran cerna. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan
tidak memberikan manfaat kuratif. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan
ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah :
1. Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada
sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik).
2. Reseksi abdominoperineal dengan kolosti sigmoid permanene (pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal).
3. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosisi lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekomperasi usus awal dan
persiapan usus sebelum reseksi).
4. Kolostomi permanen (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat
direseksi).

Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum adalah :

1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk
stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga
dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode
penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-
surgical treatment dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi
sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada
kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan
III. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun
sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien
masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk
membunuh sel kanker yang tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
1. Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker
ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
2. Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu
dilakukan anastomosis juga dilakukan pengambilan limfonodi disekitar
rektum lalu diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel
kanker.
2. Radiasi
Banyak kasus kanker stadium II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran
tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai
terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat
melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama
ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang
digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan
lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan
metastasis jauh, radiesi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut,
misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada
pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable.
3. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit
residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien
dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol
( Stadium II lanjut dan Stadium III). Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan
kira - kira 15% dan menurunkan angka kematian kira - kira sebesar 10%
4. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk
dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut),
stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.

Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk


pendukung / terapi ajufan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan imunoterapi

Obat sitostatika diberikan bila :

1. Inoperabel
2. Operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika
muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah :
1. Fluoro – Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut – turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke- 36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6
siklus
2. Futraful 3 – 4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
3. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
4. Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya
lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian,
harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah. Pada stadium lanjut obat
sitostatika tidak memberikan hasil yang memuaskan.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan pada pasien.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal pada pasien.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi mengenai proses atau kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tahap pengkajian keperawatan pada klien dengan Ca Colorektal sama seperti kasus
keperawatan lainnya :
1. Identitas klien : Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnose medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian.
2. Riwayat kesehatan klien :
a. Alasan masuk perawatan : Menggambarkan tentang hal-hal yang menjadikan
pasien dibawa ke rumah sakit dan dirawat.
b. Keluhan utama: Keluhan utama ini diambil dari data subjektif atau objektif yang
paling menonjol yang dialami oleh klien.
c. Riwayat kesehatan sekarang : Pengembangan dari keluhan utama dan data yang
menyertai menggunakan pendekatan PQRST, yaitu paliatif, qualitas, region,
severity, dan time.
d. Riwayat kesehatan masa lalu : Pada kesehatan masa lalu ini dikaji tentang factor
resiko penyebab masalah kesehatan sekarang serta jenis penyakit dan kesehatan
masalah lalu. Pada klien post operasi Ca Colorektal perlu dikaji mengenai riwayat
penyakit saluran pencernaan seperti : ( ) dan riwayat pembedahan sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga : Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang
penyakit yang menular atau penyakit menurun yang ada dalam keluarga.
3. Pola fungsional Gordon:
a. Persepsi dan penanganan kesehatan
1) Gambaran umum kesehatan saat ini
2) Alasan kunjungan dan harapan
3) Gambaran terhadap sakit, penyebabnya dan penanganan yang dilakukan
4) Kepatuhan terhadap pengobatan
5) Pencegahan/ tindakan dalam menjaga kesehatan
6) Penggunaan obat resep dan warung
7) Penggunaan produk/ zat dalam kehidupan sehari-hari
8) Penggunaan alat keamanan di rumah dan factor resiko timbulnya penyakit
9) Gambaran kesehatan keluarga
b. Nutrisi dan metabolic:
1) Gambaran komposisi makanan
2) Tipe dan intake cairan
3) Kondisi nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi nafsu
makan
4) Penggunaan obat diet
5) Makanan kesukaan, pantangan, dan alergi
6) Penggunaan suplemen makanan
7) Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bulan
8) Perubahan pada kulit
9) Proses penyembuhan luka
10) Factor resiko terkait ulcer kulit
c. Eliminasi
1) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
2) Apakah ada masalah dalam proses miksi, penggunaan alat bantu untuk miksi
3) Gambaran pola defekasi, karakteristik
4) Penggunaan alat bantu
5) Bau badan, keringat berlebihan, lesi, dan pruitus
d. Aktivitas dan latihan
1) Gambaran tingkat aktivitas, kegiatan sehari-hari, dan olahraga
2) Aktivitas saat senggang/ waktu luang
3) Apakah ada kesulitan dalam bernafas, lemah,batuk, nyeri dada, palpasi, nyeri
pada tungkai
4) Gambaran dalam pemenuhan ADL
level fungsional (0-IV)
kekuatan otot (1-5)
e. Tidur dan istirahat
1) Berapa lama tidur dimalam hari
2) Jam berapa tidur-bangun
3) Apakah ada kebiasaan sebelum tidur
4) Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
f. Kognitif-persepsi
1) Kemampuan menulis dan membaca
2) Kemampuan berbahasa
3) Kesulitan dalam mendengar
4) Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
5) Bagaimana visus
6) Apakah ada keluhan pusing, bagaimana gambaran
7) Apakah mengalani sensitivitas terhadap dingin, panas, nyeri
8) Apakah merasa nyeri
g. Persepsi diri-konsep diri
1) Bagaiman gambaran diri klien
2) Apakah ada kejadian yang mengubah gambaran diri klien
3) Apa yang membebani pikiran
4) Apakah sering merasa marah, cemas, depresi,takut
h. Peran- hubungan
1) Gambaran pengaturan kehidupan
2) Apakah mempunyai orang dekat? bagaimana kualitas hubungannya?
3) Perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling keterkaitan?
4) Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
5) Keadaan keuangan
6) Apakah mempunyai kegiatan social?
i) Seksualitas dan reproduksi
1) Apakah kehidupan seksual aktif?
2) Apakah menggunakan alat bantu?
3) Apakah mengalami kesulitan / perubahan dalam memenuhi kebutuhan seks
4) Khusus wanita: gambaran pola haid, usia menarche/ menopause, riwayat
kehamilan, masalah terkait dengan haid
j) Koping – toleransi stress
1) Apakah selalu mendapatkan apa yang diinginkan
2) Apakah ada tujuan, cita-cita, rencana dimasa yang akan datang
k) Nilai dan kepercayaan
1) Apakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
2) Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup
4. Pemeriksaan fisik
1) Auskultasi bising usus
2) Palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan masa padat
3) Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah.

K. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

JENIS PEMERIKSAAN TUJUAN/INTERPRETASI HASIL


1. Pemeriksaan laboratorium: Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja
Tinja (makroskopis/mikroskopis)
 CEA (Carcino-embryonic Kurang bermakna untuk diagnosis awal
anti-gen) karena hasilnya yang tidak spesifik serta dapat
terjadi psoitif/negatif palsu tetapi bermanfaat
dalam mengevaluasi dampak terapi dan
  kemungkinan residif atau metastase.

Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda


(double contrast) untuk melihat gambaran lesi
2. Pemeriksaan radiologis secara radiologis.

Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat


kelainan struktur dari rektum sampai Recti.
3. Endoskopi dan biopsi Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis
tumor secara patologi-anatomis.

Diperlukan untuk mengtahui adanya


4. Ultrasonografi metastasis ke hati.

L. RENCANA KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI


Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen nyeri
Kategori : psikologis Definisi : tindakan untuk Definisi : mengidentifikasi
Subkategori : nyeri dan meredakan pengalaman dan mengelola pengalaman
kenyamanan sensorik atau emosional sensorik atau emosional
Definisi : pengalaman yang menyenangkan akibat yang berkaitan dengan
sensorik atau emosional kerusakan jaringan kerusakan jaringan atau
yang berkaitan dengan kriteria hasil : fungsional dengan onset
kerusakan jaringan aktual 1. Melaporkan nyeri mendadak atau lambat dan
atau fungsional dengan terkontrol (3) berintensitas ringan hingga
onset mendadak atau lambat 2. Kemampuan berat dan konstan
dan berintensitas ringan mengenali onset nyeri Tindakan :
hingga berat yang (3) 1. Identifikasi lokas,
berlangsung kurang dari 3 3. Kemampuan karakteristik, durasi,
bulan mengenali penyebab frekuensi, kualitas,
Penyebab : nyeri (3) intensitas nyeri
Agen pencendera fisiologis 4. Kemampuan 2. Identifikasi skala nyeri
(misal. inflamasi, iskemia, menggunakan teknik 3. Identifikasi faktor yang
neoplasma) non-farmakologi (3) memperberat nyeri
Gejala dan tanda : 5. Keluhan nyeri (3) 4. Jelaskan penyebab,
1. Mengeluh nyeri 6. Penggunaan analgesik periode, dan pemicu
2. Tampak meringis (3) nyeri
3. Bersikap protektif (misal. Keterangan : 5. Jelaskan strategi
waspada posisi 1 = menurun meredakan nyeri
menghindari nyeri) 2 = cukup menurun 6. Anjurkan menggunakan
4. Gelisah 3 = sedang analgetik secara tepat
5. Frekuensi nadi 4 = cukup meningkat 7. Ajarkan teknik
meningkat 5 = meningkat nonfarmakologi
6. Sulit tidur

Defisit nutrisi Status nutrisi Pemantauan nutrisi


Kategori : fisiologis Definisi : keadekuatan Definisi : mengumpulkan
Subkategori : nutrisi dan asupan nutrisi untuk dan menganalisa data yang
cairan memenuhi kebutuhan berkaitan dengan asupan
Definisi : asupan nutrisi metabolisme dan status gizi
tidak cukup untuk kriteria hasil : Tindakan :
memenuhi kebutuhan 1. Serum albumin (3) 1. Identifikasi perubahan
metabolisme 2. Porsi makanan yang berat badan
Penyebab : dihabiskan (3) 2. Identifikasi kemampuan
1. Kurangnya asupan 3. Kekuatan otot menelan menelan (misal fungsi
makanan (3) motorik wajah, refleks
2. Ketidakmampuan 4. Sariawan (3) menelan, dan refleks
menelan makanan 5. Nafsu makan (3) gag)
3. Faktor psikologis 6. Membran mukosa (3) 3. Hitung perubaha berat
(misal stres, 7. Nyeri abdomen (3) badan
keengganan untuk 8. Berat badan (3) 4. Identifikasi kelainan
makan) 9. IMT (3) rongga mulut (misal
Gejala dan tanda : 10. Frekuensi makan (3) peradangan, gusi
1. Nafsu makan menurun Keterangan : berdarah, bibir kering
2. Sariawan 1 = menurun dan retak luka)
3. Membran mukosa pucat 2 = cukup menurun
4. Serum albumin turun 3 = sedang
5. Kram/nyeri abdomen 4 = cukup meningkat
5 = meningkat

Gangguan citra tubuh Citra tubuh Promosi citra tubuh


Kategori : psikologis Definisi : persepsi tentang Definisi : meningkatkan
Subkategori : integritas ego penampilan, struktur dan perbaikan perubahan
Definisi : perubahan fungsi fisik individu persepsi terhadap fisik
persepsi tentang Kriteria hasil : pasien
penampilan, struktur dan 1. Melihat bagian tubuh Tindakan :
fungsi fisik individu (3) 1. Identifikasi perubahan
Penyebab : 2. Verbalisasi kecatatan citra tubuh yang
1. Efek bagian tubuh (3) mengakibatkan isolasi
tindakan/pengobatan 3. Verbalisasi kehilangan sosial
(misal. Pembedahan, bagian tubuh (3) 2. Monitor apakah pasien
kemoterapi, terapi 4. Verbalisasi perasaan bisa melihat bagian
radiasi) negatif tentang tubuh yang berubah
2. Perubahan fungsi tubuh perubahan tubuh (3) 3. Diskusikan perubahan
(misal. Proses penyakit, Keterangan : tubuh dan fungsinya
kehamilan, kelumpuhan) 1 = menurun 4. Diskusikan kondisi stres
Gejala tanda mayor : 2 = cukup menurun yang mempengaruhi
Subjektif 3 = sedang citra tubuh (misal. Luka,
Mengungkapkan 4 = cukup meningkat penyakit, pembedahan)
kecatatan/kehilangan bagian 5 = meningkat 5. Diskusikan persepsi
tubuh pasien dan keluarga
Objektif : tentang perubahan citra
1. Kehilangan bagian tubuh tubuh
2. Fungsi/struktur tubuh
berubah/hilang
Gangguan integritas Integritas kulit dan Perawatan integritas kulit
kulit/jaringan jaringan Definisi : mengidentifikasi
Kategori : lingkungan Definisi : keutuhan kulit dan merawat kulit untuk
Subkategori : keamanan (dermis dan/atau epidermis) menjaga keutuhan,
dan proteksi atau jaringan (membran kelembapan, dan mencegah
Definisi : kerusakan kulit mukosa, kornea, fasia, otot, perkembangan
(dermis dan atau epidermis) tendon, tulang, mikroorganisme
atau jaringan (membran kartilago,kapsul sendi Tindakan :
mukosa, kornea, fasia, otot, dan/atau ligamen) 1. Anjurkan
tendon, tulang, kartilago, Setelah dilakukan tindakan meningkatkan asupan
kapsul sendi dan atau keperawatan, integritas kulit nutrisi
ligamen) dan jaringan dengan 2. Identifikasi penyebab
Penyebab: kriteria hasil : gangguan integritas
Efek terapi radiasi 1. Nyeri (3) kulit (misal perubahan
Gejala dan tanda : 2. Kemerahan (3) sirkulasi, perubahan
1. Nyeri 3. Suhu kulit (3) status nutrisi,
2. Kemerahan 4. Sensasi (3) penurunan
5. Tekstur (3) kelembapan, suhu
Keterangan : lingkungan ekstrem,,
1 = menurun penurunan ,mobilitas)
2 = cukup menurun
3 = sedang
4 = cukup meningkat
5 = meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M, & Hawks, J. H. (2014).  Keperawatan medikal bedah edisi 8

Price & Wilson. (2012). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakitvolume 1 . Edisi
6. Jakarta: EGCSloane

Corwin, J. Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C.2005.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC

Soeparman & Waspadji.2005.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : FKUI

Tambayong, Jan.2005.Patofisiologi Untuk Keperawatan.Jakarta : EGC

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai