Anda di halaman 1dari 15

PENGAUDITAN II

“PENGAUDITAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENGUMPULAN PIUTANG”

OLEH :

COKORDA BAGUS KRISNA DHARMAYUDA (1807531104) / 05

NI PUTU PUTRI PRATIWI (1807531133) / 16

COKORDA ISTRI WAHYUNIYASANTI (1807531144) / 20

NI KADEK SUKMA DWIYANTIKA (1807531149) / 24

PUTU WAHYU EKA BUDI (1807531162) / 28

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020

PEMBAHASAN
2.1 AKUN-AKUN DAN GOLONGAN TRANSAKSI DALAM SIKLUS PENJUALAN
DAN PENGUMPULAN PIUTANG
Tujuan pengauditan atas siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah
mengevaluasi apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang diterima umum.

Lima pengelompokan transaksi pada siklus penjualan dan pengumpulan piutang yaitu:

a. Penjualan (tunai dan kredit)


b. Penerimaan kas
c. Retur dan potongan penjualan
d. Penghapusan piutang tak tertagih
e. Penaksiran kerugian piutang
2.1.1 Penjualan
Di dalam golongan transaksi penjualan, rekening atau akun yang digunakan yaitu
penjualan rekening piutang usaha. Fungsi bisnis yang dijalankan yaitu memproses
pesanan pelanggan, memberi kredit pengiriman terhadap barang tagihan kepada
pelanggan, dan melakukan pencatatan dari penjualan yang dilakukan. Catatan dan
dokumen yang digunakan diantaranya pesanan  pelanggan, pesanan penjualan, dokumen
pengiriman, faktur penjualan, file transaksi penjualan,  jurnal penjualan atau listing, file
induk piutang usaha, neraca saldo pituang usaha dan laporan  bulanan.
2.1.2 Penerimaan Kas
Golongan transaksi penerimaan kas, akun yang digunakan adalah kas di bank
yang diperoleh dengan mendebet uang yang diterima. Fungsi bisnis yang dijalankan yaitu
memproses dan melakukan pencatatan kas yang diterima. Catatan dan dokumen yang
digunakan diantaranya  pemberitahuan pengiriman uang, mencatat sementara uang yang
diterima, file transaksi penerimaan kas, jurnal penerimaan kas atau listing.
2.1.3 Retur Dan Potongan Penjualan
Golongan transaksi retur dan pengurangan penjualan, rekening atau akun yang
digunakan adalah retur dan pengurangan penjualan piutang usaha. Fungsi bisnis yang
dijalankan yaitu memproses dan melakukan pembukuan retur dan pengurangan
penjualan. Catatan dan dokumen yang digunakan diantaranya memo kredit, jurnal retur
penjualan dan pengurangan penjualan.
2.1.4 Penghapusan Piutang yang Tidak Tertagih
Golongan transaksi penghapusan piutang yang tak tertagih, akun atau rekening
yang digunakan yaitu piutang usaha penyisihan untuk piutang yang tidak tertagih. Fungsi
bisnis yang dilakukan yaitu dengan menghapus piutang usaha yang tidak tertagih. Catatan
dan dokumen yang digunakan yaitu formulir otorisasi piutang yang tak tertagih, dan
jurnal buku besar (jurnal umum).
2.1.5 Penaksiran Kerugian piutang
Di dalam golongan transaksi perkiraan beban piutang tak tertagih, rekening atau
akun yang digunakan yaitu beban piutang yang tak tertagih dan penyisihan piutang yang
tak tertagih. Fungsi  bisnis yang dilakukan dengan menetapkan piutang mana yang tidak
tertagih. Catatan dan dokumen yang digunakan adalah jurnal buku besar (jurnal umum).

2.2 FUNGSI-FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS DAN DOKUMEN SERTA


CATATAN
Siklus penjualan dan pengumpulan piutang menyangkut keputusan dan proses
yang diperlukan untuk mentransfer kepemilikan barang dan jasa kepada konsumen
setelah barang dan jasa tersebut tersedia untuk dijual. Siklus ini dimulai dengan adanya
permintaan dari konsumen dan diakhiri dengan adanya perubahan dari barang atau jasa
menjadi piutang usaha, dan pada akhirnya menjadi kas.

Golongan Transaksi, Akun-akun, Fungsi-fungsi Bisnis, serta Dokumen dan Catatan


untuk Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang.
Golongan
Transaksi Akun-Akun Fungsi Bisnis Dokumen & Catatan
Penjualan Penjualan Pengolahan Pesanan dari konsumen
Piutang usaha permintaan dari Order penjualan
konsumen Pesanan dari konsumen atau
order penjualan
Persetujuan kredit Dokumen pengiriman
Faktur penjualan
Pengiriman barang File transaksi penjualan
Jurnal penjualan
Pengiriman faktur Master file piutang usaha
dan pencatatan Daftar piutang usaha
penjualan Laporan bulanan
Penerimaan Kas Kas di bank Pengolahan dan Pengantar pembayaran
Piutang usaha pencatatan Daftar penerimaan kas
penerimaan kas File transaksi penerimaan
kas
Jurnal penerimaan kas
Retur Penjualan Retur penjualan Pengolahan dan Memo kredit
Pitang usaha pencatatan retur Jurnal retur penjualan
penjualan
Penghapusan Piutang Usaha Penghapusan Formulir otorisasi
Piutang Cadangan kerugian piutang tak tertagih penghapusan piutang
piutang
Beban Piutang tak Beban kerugian Penetapan kerugian Jurnal umum
Tertagih piutang piutang
Cadangan kerugian
piutang

Sebelum menetapkan risiko pengendalian dan merancang pengujian pengendalian


dan melakukan pengujian substantif transaksi, auditor harus memahami fungsi-fungsi
bisnis dan dokumen-dokumen serta catatan yang digunakan dalam bisnis yang
bersangkutan, yang meliputi:

a. Pengolahan Pesanan dari Pembeli


Permintaan pelanggan terhadap barang mengawali seluruh siklus. Umumnya,
merupakan penawaran untuk membeli barang dengan aturan tertentu. Diterimanya
pesanan pelanggan sering kali langsung menimbulkan pesanan penjualan. Dokumen
dan catatan yang dibuat adalah yang pesanan dari konsumen, orderan penjualan.
b. Persetujuan Kredit
Praktek yang lemah dalam persetujuan kredit sering kali menimbulkan piutang ragu-
ragu berlebih dan piutang yang mungkin tidak tertagih. Dalam beberapa perusahaan
secara otomatis, komputer mengijinkan proses penjualan berlanjut hanya ketika total
pesanan penjualan yang diterima ditambah saldo pelanggan adalah kurang dari batas
kredit dalam master file. Dokumen dan catatan yang dibuat Pesanan dari Konsumen
atau order penjualan.
c. Pengiriman Barang
Fungsi kritis adalah poin pertama dalam siklus dimana perusahaan menyerahkan aset.
Dokumen pengiriman disiapkan pada waktu pengiriman yang sering kali merupakan
salinan daftar muatan kapal tersebut penting untuk tagihan pengiriman yang tepat
bagi pelanggan. Perusahaan yang memelihara catatan persediaan juga mengupdate
berdasarkan catatan pengiriman. Dokumen dan catatan yang dibuat dokumen
pengiriman.
d. Penagihan kepada Pembeli dan Pencatatan Penjualan
Oleh karena penagihan kepada pembeli adalah cara untuk member informasi kepada
pembeli tentang jumlah yang harus dibayar atas barang-barang yang telah dikirimkan
kepadanya, maka penagihan tersebut harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fungsi ini, yaitu faktur
penjualan, file transaksi penjualan, jurnal penjualan atau daftar penjualan, master file
piutang usaha, daftar saldo piutang usaha, dan laporan piutang bulanan.
e. Pengolahan dan Pencatatan Penerimaan Kas
Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas termasuk menerima, menyetor, dan
mencatat kas. Hal yang patut menjadi perhatian adalah adanya kemungkinan
pencurian. Penting bahwa semua penerimaan kas disetor ke bank dengan jumlah yang
tepat dan dicatat dalam file transaksi  penerimaan kas. File ini digunakan untuk
mempersiapkan jurnal penerimaan kas dan mengupdate  piutang dan master file buku
besar umum. Dokumen maupun catatan dalam proses ini diantaranya remittance
advice, prelisting of cash receipts, file transaksi penerimaan kas, dan jurnal
penerimaan kas.
f. Pengolahan dan Pencatatan Retur dan Pengurangan Harga Penjualan
Ketika seorang pelanggan tidak puas dengan barang, penjual sering menerima
pengembalian barang atau pemberian pengurangan biaya. Pengembalian dan
penyisihan dicatat pada master file piutang. Memo kredit dikeluarkan untuk
pengembalian dan penyisihan untuk membantu pengendalian dan memfasilitasi
pemutakhiran catatan. Dokumen dan catatan yang dibuat biasanya memo kredit dan
jurnal retur penjualan
g. Penghapusan Piutang
Tanpa memperhatikan ketekunan departemen kredit, beberapa pelanggan tidak
membayar tagihan mereka. Setelah menentukan jumlah yang tidak dapat ditagih,
perusahaan harus menghapusnya. Biasanya, hal ini terjadi setelah pelanggan
menyatakan bangkrut atau akunnya diserahkan ke agen penagih. Dokumen maupun
catatan misalnya adalah form otorisasi piutang tidak tertagih dan buku  besar umum.
h. Pencadangan Kerugian Piutang
Karena perusahaan tidak dapat diharapkan untuk bisa menagih seluruh piutang 100%,
prinsip akuntansi mewajibkan untuk mencatat beban kerugian piutang sejumlah
piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Kebanyakan perusahaan mencatat
transaksi ini di akhir tiap bulan atau tiga bulan. Dokumen dan catatan yang dibuat
biasanya adalah jurnal umum.

2.3 METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN


PENGUJIAN SUBSTANSIVE TRANSAKSI UNTUK PENJUALAN

2.3.1 Pemahaman Pengendalian Internal –  Penjualan

Cara seorang auditor mendapatkan pemahaman tentang pengendalian internal


dengan mempelajari alur yang telah di buat klient, mengajukan pertanyaan kepada klient
dengan menggunakan daftar pertanyaan pengendalian internal, dan melakukan
transaction walkingtrough untuk penjualan.

2.3.2 Penetapan Resiko Pengendalian Direncanakan–  Penjualan

Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian


internal untuk menetapkan resiko pengendalian. Terdapat empat tahapan penting dalam
penetapan risiko ini, yaitu :
a. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menetapkan resiko pengendalian.Keenam
tujuan audit transaksi bisa menjadi kerangka kerja yang di perlukan. Keenam tujuan
audit ini sama untuk setiap audit atas penjualan.
b. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan difisiensi yang ada
pada  penjualan. Hal ini bisa berbeda untuk setiap audit, karena klien bisa
menerapkan menerapkan  pengendalian internal yang berbeda.
c. Setelah mengidentifikasi pengendalian beserta definisinya, auditor menghubungan hal
tersebut.
d. Auditor menetapka resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan definisinya untuk setiap tujuan. Tahapan ini sangat penting karena
mempengaruhi keputusan auditor untuk pengujian substantif. Keputusan ini bersifat
subyektif.

2.3.2.1 Pemisahan Tugas yang Memadai

Pemisahan tugas yang tepat akan membantu dalam mencegah berbagai jenis
kesalahan  pengajian   yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Fungsi
pemberi persetujuan kredit harus dipisahkan dari fungsi penjualan, karena pengecekan
kredit dimaksudkan untuk meniadakan tendensi manusiawi dari pegawai penjualan yang
cenderung berkeinginan untuk mengoptimalakan volume penjualan walaupun hal itu bisa
mendatangkan kerugian bagi perusahaan apabila piutang tidak bisa ditagih. Petugas yang
berkewajiban untuk melakukan pembandingkan internal harus terpisah dari petugas yang
membukukan data yang akan di bandingkan.

2.3.2.2 Pengotorisasian yang Tepat

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pengotorisasian transaksi penjualan, yaitu:

a. Persetujuan kredit yang tepat harus diberikan sebelum penjualan terjadi.


b. Barang bisa dikirimkan hanya setelah otorisasi pengiriman diberikan.
c. Harga, termasuk syarat penjualan, pengangkutan, dan potongan harus diotorisasi.

2.3.2.3 Dokumen dan Catatan yang Memadai


Karena setiap perusahaan memiliki sistem yang berbeda dengan perusahaan
lainnya dalam melaksanakan, mengolah, dan mencatat transaksi, auditor sering
menghadapi kesulitan dalam mengevaluasi apakah setiap prosedur klien dirancang untuk
mencapai pengendalian maksimum. Meskipun demikian, prosedur pencatatan yang
memadai harus ada sebelum tujuan audit transaksi bisa dipenuhi.

2.3.2.4 Dokumen Bernomer Urut Tercetak

Dimaksudkan untuk mencegah kesalahan dalam pembuatan faktur atau pencatatan


penjualan dan terjadinya penagihan atau pencatatan ganda. Pemberian nomor urut
tercetak ini harus dibarengi dengan pertanggungjawaban pemakaian dokumen secara
periodik. Petugas pembuatan faktur harus menyimpan tembusan satu lembar dokumen
pengiriman barang secara urut nomr setelah suatu pengiriman barang dibuat fakturnya
dan ada petugas lain yang secara periodik memeriksa pertanggungjawaban semua nomor
dokumen dan melakukan penyelidikan apabila ada nomor yang hilang.

2.3.2.5 Laporan Piutang Bulanan

Pengiriman laporan bulanan kepada konsumen berguna untuk pengawasan karena


mendorong konsumen untuk member komentar apabila saldo yang tercantum dalam
laporan tidak sesuai dengan saldo menurut pembukuan konsumen.

2.3.2.6 Prosedur Verifikasi Internal

Program komputer atau personil yang independen harus memeriksa bahwa


pengolahan dan pencatatan transaksi penjualan memenuhi keenam tujuan audit transaksi.
2.3.3 Penentuan Luas Pengujian Pengendalian

Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kekurangan


dalam pengendalian auditor menetapkan resiko pengendalian sering kali menggunakan
matrix. Luas  pengujian pengendalian   tergantung pda efektifitas pengendalian dan
berbagai hal lain yang auditor yakin akan dapat menurunkan resiko pengendalian.Auditor
juga mempertimbangakan kenaikan  biaya penyelenggaraan pengujian dan pengendalian
dibandingkan dengan penurunan potensi dalam  pengujian substantive.
2.3.4 Perancangan Pengujian Pengendalian untuk Penjualan

Untuk setiap pengendalian kunci, harus dirancang satu atau lebih pengujian
pengendalian untuk memeriksa efektivitasnya.Pengujian pengendalian yang tepat untuk
pemisahan tugas biasanya terbatas pada observasi atas aktifitas yang di lakukan oleh
auditor atau dengan melalui pengajuan  pertanyaan kepada personil klient.

2.3.5 Perancangan Pengujian Substantive Transaksi Penjualan

Dalam memutuskan pengujian substantive transaksi, auditor biasanya


menggunakan sejumlah prosedur yang berlaku untuk setiap audit tanpa memperhatiakan
keadaan tertentu, sedangakan prosedur yang lain akan diterapkan tergantung baik
buruknya pengendalian hasil dari  pengujian prosedur audit yang digunakan tegantung
pada pengendalian internal dan hasil pengujian pengendalian atas tujuan
tersebut.Materialitas, hasil audit tahun lalu, dan factor lainnya .

2.4 RETUR DAN PENGURANGAN HARGA PENJUALAN


Tujuan audit transaksi dan metoda yang digunakan klien untuk pengendalian
kesalahan penyajian pada dasarnya sama dalam pengolahan kredit memo seperti halnya
untuk penjualan,Terdapat dua perbedaan, yaitu perbedaan pertama tentang
materialistiknya dalam banyak hal retur dan pengurangan harga sangat tidak material
sehingga dapat diabaikan oleh auditor.Perbedaan kedua adalah penekanan dalam tujuan
keberadaan. Untuk retur dan pengurangan harga penjualan, auditor biasanya memberi
penekanan pada pengujian atas pencatatan transaksi untuk mengunggkapan pencurian kas
yang berasal dari pengumpulan piutang sebelumnya telah diciptakan transaksi retur dan
pengurangan harga penjualan fiktif. Biasanya tujuan lain diabaikan oleh auditor ,
berhubung tujuan dan metodologi untuk  pengauditan retur dan pengauditan retur dan
pengurangan harga penjualan pada dasarnya sama dengan untuk penjualan.

2.5 METODELOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN


PENGUJIAN SUBSTANTIVE TRANSAKSI UNTUK PENERIMAAN KAS
Untuk penerimaan kas, auditor menggunakan metodologi perancanagan pengujian
pengendalian dan pengujian substantife transaksi yang sama seperti untuk penjualan.
Berlandaskan tujuan audit transaksi auditor mengikuti proses berikut; (1) Menentukan
pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit; (2) Merancang pengujian
pengendalian untuk setiap pengendalian guna mendukung pengurangan resiko
pengendalian; (3) Merancang pengujian substantif transaksi untuk menguji kesalahan
penyajian moneter untuk setiap tujuan.
2.5.1 Menentukan Apakah Penerimaan Kas Telah Dicatat
Praktik yang lazim digunakan auditor adalah menelusuri dari pengantar
pembayaran bernomor urut tercetak atau terdaftar penerimaan kas ke jurnal penerimaan
kas dan buku pembantu piutang usaha sebagai subtantif atas pencatatan peneriamaan kas
yang terjadi.
2.5.2 Pengujian Penerimaan Kas
Dalam pengujian ini jumlah penerimaan kas sebagai mana tercantum dalam jurnal
penerimaan kas untuk satu periode.
2.5.3 Pengujian untuk Menemukan Lapping Piutang Usaha
Lapping piutang usaha adalah pengunduran catatan waktu penerimaan
pengumpulan piutang dengan mangsud menutupi kekurangan kas. Penggelapan semacam
ini dapat dicegah atau dideteksi dengan cara membandingkan nama ,jumlah rupiah,dan
tanggal uang tercantum dalam pengantar setoran ke bank.

2.6 PENGAUDITAN PENGHAPUSAN PIUTANG


Seperti halnya untuk retur dan pengurangan harga penjualan, kekhawatiran utama
auditor dalam penghapusan piutang usaha adalah kemungkinan pegawai perusahaan klien
melakukan penggelapan kas dengan cara menghapuskan piutang yang telah diterima
(tujuan audit transaksi-keterjadian). Pengendalian utama untuk mencegah penyelewengan
semacam ini adalah dengan menetapkan otorisasi yang tepat bagi setiap penghapusan
piutang dengan menunjuk pejabat perusahaan tertentu setelah sebelumnya melakukan
penyelidikan yang cermat tentang alasan mengapa debitur tidak membayar. Penaksiran
biaya kerugian piutang yang merupakan kelompok transaksi kelima dalam siklus
penjualan dan pengumpulan piutang, jelas berkaitan dengan penghapusan  piutang.
Namun karena penafsiran kerugian piutang sebagai bagian dari  pengujian detil saldo
piutang.
2.7 TAMBAHAN PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SALDO AKUN SERTA
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Pengendalian internal yang berkaitan langsung dengan saldo akun penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai
bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif transaksi. Untuk siklus
penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan akan mempengaruhi tujuan yang
terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan hak serta kewajiban dan empat
tujuan penyajiannya serta pengungkapan.

2.8 PENGARUH HASIL PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN


SUBSTANSIF ATAS TRANSAKSI
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian
substansif atas rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian
pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi dalam dalam siklus penjualan dan
penagihan adalah saldo piutang usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan
untuk piutang tak tertagih.

KASUS
SNP FINANCE

Sun Prima Nusantara Pembiayaan (SNP) Finance merupakan perusahaan multi


finance, anak perusahaan dari grup bisnis Columbia, yang menjadi partner Columbia
dalam memfasilitasi kredit dan cicilan bagi customer Columbia. Columbia adalah
perusahaan retail yang menjual produk perabotan rumah tangga seperti alat-alat
elektronik dan furnitur yang mempunyai jumlah outlet yang tersebar hampir di seluruh
Indonesia sehingga, dengan melihat kondisi seperti itu, SNP Finance harus memiliki
modal kerja dalam jumlah yang besar untuk menutup kredit para customer Columbia.
SNP Finance menghimpun dana melalui pinjaman Bank. Bank Mandiri tercatat sebagai
pemberi pijaman terbesar kepada SNP Finance. Dalam hal ini bank bergantung pada
informasi keuangan yang tertuang dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen
SNP Finance. Untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disusun tersebut
terbebas dari kesalahan atau manipulasi, maka laporan keuangan tersebut diaudit. SNP
Finance menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) Deloitte Indonesia yang
merupakan salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) asing elit (disebut the Big Four)
untuk mengaudit laporan keuangannya. Seiring berjalannya waktu, bisnis retail Columbia
mengalami kemunduran karena adanya berbagai online shop yang memberikan fasilitas
kredit tanpa bunga (0%) untuk tenor bahkan sampai 12 bulan, yang di mana kondisi ini
juga berdampak pada SNP Finance. Dampaknya yaitu kredit SNP Finance kepada para
bank – bank/krediturnya tersebut menjadi bermasalah. Untuk mengatasi utang kepada
kreditur, SNP Finance menjual surat utang jangka menengah. SNP Finance mengajukan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), sebesar kurang lebih Rp 4,07 Trilyun
yang terdiri dari kredit perbankan 2,22 Trilyun dan MTN 1,85 Trilyun. Mengapa debitur
dan pemegang MTN mau percaya dan menyalurkan kredit kepada SNP Finance? Karena
awalnya pembayaran dari SNP Finance lancar, dan para kreditur tersebut juga
menganalisis kesehatan keuangan SNP Finance melalui laporan keuangannya, yang
diaudit oleh kantor akuntan publik ternama, yaitu Deloitte. Namun ternyata terjadi
pemalsuan data dan manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen SNP
Finance. Diantaranya adalah membuat piutang fiktif melalui penjualan fiktif. Piutang
itulah yang dijaminkan kepada para krediturnya, sebagai alasan bahwa nanti ketika
piutang tersebut ditagih uangnya akan digunakan untuk membayar utang kepada kreditor.
Untuk mendukung aksinya tersebut, SNP Finance memberikan dokumen fiktif yang
berisi data customer Columbia. Deloitte malah memberikan opini wajar tanpa
pengecualian pada laporan keuangan SNP Finance.
Untuk manajemen dari SNP Finance kasusnya telah ditangani oleh Bareskrim
Polri. Mereka diduga melanggar pasal berlapis, yaitu KUHP 362 tentang pemalsuan
surat, KUHP 362 tentang penggelapan dan KUHP 378 tentang penipuan. Sanksi kepada
Deloitte diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), melalui siaran pers tertanggal 1
Oktober 2018, OJK memberikan sanksi kepada Akuntan Publik (AP) Marlina dan AP
Merliyana Syamsul, dan juga KAP Satrio Bing Eny dan rekan. Sanksi yang diberikan
adalah pembatalan hasil audit terhadap kliennya yaitu SNP Finance dan pelarangan untuk
mengaudit sektor perbankan, pasar modal dan Industri Keuangan Non Bank (IKNB).
Yang menjadi dasar untuk pemberian sanksi tersebut adalah AP Marlinna, AP Merliyana
Syamsul dan Deloitte telah melakukan pelanggaran berat yaitu melanggar POJK Nomor
13/POJK.03/2017 tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik.
Pertimbangannya antara lain adalah sebagai berikut:
1. Telah memberikan opini yang tidak mencerminkan kondisi keuangan yang
sebenarnya
2. Besarnya kerugian terhadap industri jasa keuangan dan masyarakat yang ditimbulkan
atas opini kedua AP tersebut atas Laporan Keuangan Tahunan Audit (LKTA) SNP
Finance
3. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan akibat dari
kualitas penyajian oleh akuntan publik.
Dalam hal ini seharusnya auditor mengetahui betapa pentingnya laporan
keuangan yang diaudit. Auditor mengetahui persis siapa saja yang menjadi para
pengguna utama (primary beneficiary) dari laporan keuangan yang diaudit tersebut, pihak
– pihak yang akan melakukan pengambilan keputusan dari laporan keuangan tersebut.
Apalagi bukan setahun dua tahun Deloitte mengaudit SNP Finance, tetapi dalam kurun
waktu yang cukup lama. Deloitte yang merupakan KAP big four melakukan kelalaian
(negligence), yaitu dengan kurang menerapkan prinsip kehati – hatian (professional
skepticism) dalam mengaudit kliennya tersebut. Ketika terjadi peningkatan hutang dan
hutang yang menjadi non performing loan, harusnya ini sudah menjadi lampu kuning
bagi Deloitte untuk memberikan opini going concern atas laporan keuangan SNP
Finance. Opini going concern adalah informasi tambahan yang diberikan auditor di
paragraph penjelas dalam laporan auditor independen yang berfungsi untuk menyatakan
bahwa perusahaan dalam kondisi beresiko mengalami kebangkrutan. Dengan adanya
opini tersebut, akan menjadi peringatan bagi para krediturnya untuk berhati – hati dalam
menyalurkan pinjaman. Selain itu dengan adanya kondisi kesulitan keuangan yang
dialami oleh SNP Finance, seharusnya Deloitte juga mengetahui bahwa hal ini menjadi
faktor tekanan/pressure bagi perusahaan untuk melakukan kecurangan/fraud, yaitu
dengan memanipulasi laporan keuangan agar tampak baik. Deloitte seharusnya
mengkategorikan kliennya tersebut sebagai high risk, atau beresiko tinggi melakukan
fraud. Dengan adanya kondisi high risk tersebut, mengacu pada standar audit yang
dikeluarkan oleh International Standard on Auditing (ISA) no 330 tentang respon auditor
terhadap resiko kecurangan klien, Deloitte seharusnya menambah porsi pengujian
substantive pada test of details, seperti menambah sampel untuk konfirmasi piutang
pelanggan. Sehingga dari prosedur audit tersebut akan terungkap apabila ternyata banyak
piutang fiktif yang sengaja dibuat oleh kliennya.

DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al Haryono.2014. Auditing Edisi II. Yogyakata: Bagian Penerbitan Sekolah


Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
https://dokumen.tips/documents/tugas-pengauditan-ii-resume-bab-11.html

https://accounting.binus.ac.id/2018/12/03/merunut-kasus-snp-finance-auditor-deloitte-
indonesia-1/

https://accounting.binus.ac.id/2018/12/03/merunut-kasus-snp-finance-auditor-deloitte-
indonesia-2/

Anda mungkin juga menyukai