Anda di halaman 1dari 3

C.

Karakteristik sikap religiusitas pada masa dewasa menurut (Iswati, 2018)

Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka hal tersebut
merupakan sebuah gambaran bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab
serta sudah menyadari makna hidup. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas
dan kepribadian yang mantap. Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan
gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Berikut merupakan
bentuk dari sikap religiusitas pada masa dewasa;
a. Berilmu dan menerima kebenaran islam berdasarkan hasil jankauan yang ia peroleh
sendiri, buka hanya iku serta akibat dari orang lain.
b. Mampu bersikap realistis, dimana teori yang ia peroleh mampu diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari
c. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri
hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dan sikap hidup.
d. Memiliki pola pikir yang terbuka, dalam artian semua pernyataan diterima namun
tidak lngsung disimpulkan
e. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama
selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati
nurani.

D. Perkembangan dan keterkaitan religiusitas pada usia dewasa awal

Dimasa dewasa awal, merupakan masa dimana lebih kompleks menyatakan bahwa
dewasa merupakan masa transisi secara fisik, transisi secara intelektual serta transisi peran
sosial, sehingga dapat dikatakan sebagai individu dewasa peran dan tanggung jawab
seseorang bertambah besar pula, ia tak harus bergantung secara ekonomis, psikologis dan
sosiologis pada orang tuanya tetapi mereka justru tertantang untuk membuktikan bahwa
dirinya adalah pribadi dewasa yang mandiri. Hal ini tentunya juga akan mempengaruhi
cara berpikir dalam konteks ke-religiusan seseorang.

Tentunya, masa ini sedang mencari bahkan sedang masa awal mendekatkan diri dengan
keagamaan. Pada umumnya, orang dewasa awal mempunyai minat terhadap agama,
walaupun tahun-tahun pertama kedewasaannya minat tersebut masih kecil.

Kenyataan ini senada dengan ungkapan A.R. Peacock bahwasannya tahun-tahun pertama
usia dua puluhan disebut sebagai “least religion period of life”. Berulah menjelang usia
setengah baya banyak di antara mereka yang menjadi berminat pada agama. Sikap ini
seakan akan hendak menaikkan “timbangan pahala atas dosa” yang pernah diacuhkan di
masa sebelumnya. Dalam kehidupan bergama, mereka sudah mulai melibatkn diri dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan.

Dengan pikirannya yang kritis, mereka sudah dapat membedakan antara agama sebagai
ajaran dengan manusia sebagai penganutnya, dimana beberapa di antaranya ada yang
shaleh dan ada yang tidak. Di usia seperti inilah sangat dimungkinkan seseorang memilki
kemantapan dan kesadaran beragama yang cukup dewasa. Namun tercapainya kematangan
kesadaran beragama bergantung pada banyak hal, diantaranya ialah;

a. Tidak intelegensinya
b. Kematangan emosinya
c. Pengalaman hidup dan keadaan lingkungan sosialnya.

Umur kalender seseorang belum tentu sejalan dengan kematangan mental, kemantapan
beragama, mapun kedewasaan pribadinya. Banyak di jumpai orang dewasa yang berumur
40 tahun belum memiliki kesadaran beragma yang mantap, bahkan mungkin
kepribadiannya masih belum dewasa (immature). Biasanya, manakala seseorang telah
mencapai usia dewasa awal baik lakilaki maupun perempuan mulai timbul kecenderungan
untuk menetapkan dan menghilangkan keragu-raguan mengenai agama yang
mengganggunya di masa sebelumnya.

Berdasarkan penelitian Elizabeth B. Hurlock, keterkaitan usia dewasa awal terhadap


agama di identifikasi melalui 8 fakto, yaitu:

1. Jenis kelamin
Dimana setiap gender, kebetuhan akan keterlibatan agama pada usia dewasa awal
memiliki kecenderungan perbedaan. Dalam artian fitrah perempuan dan laki-laki
yang berbeda.
2. Status sosial
Bagaimana hubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok tersebut
harus membuat individu tersebut mengikuti dan memiliki dorongan dalam hal
keterkitan agama.
3. Tempat tinggal
Tempat tinggal seseorang sangatlah berpengaruh dalam keterlibatan agama.
Bagaimana hal ini ada sangkut pautnya dengan lingkungan juga sebagai bentuk
dimana kita berkembang dengan orang sekitar kita.
4. Latar belakang keluarga
Bagaimana latar belakang keluarga menjadi landasan utama kita. Hal ini biasanya
sebagai bentuk awal pola asuh kita apakah kita dibimbing dalam kelekatan
religiusitas kita atau tidak dan bagaimana keluarga kita sebagai orang yang akan
mendukung kita dan memberikan motivasi untuk lebih sadar terhadap ke religiusitas
kita.
5. Lingkungan
Lingkungan juga sangat berpengaruh, dalam hal bagaimana kita akan berkembang
dan mengenal kereligiustitas kita kedepannya. Orang-orang sekeliling kita jga akann
mempengaruhi kita bagaimana kita akan dating.
6. Perbedaan agama dalam rumah tangga
Perbedaan agama merupakan bentuk akan adanya perbedaan pendapat dalam syariat
yang agama kita jalani. Semakin berbeda agama kita maka akan semakin banyak
perbedaan pola hidup yang kita jalani. Walaupun pada dasarnya semua agama
mengajarkan kebaikan namun untuk melakukan kebaikan tersebut berbeda-beda tiap
agama.
7. Kecemasan terhadap kematian
Sering kali kita merasa takut, akan kematian biasanya akan menjadi tolak ukur kita
akan lebih mendalami dan lebih mendekatkan diri kepada pencipta.
8. Kepribadian seseorang.
Keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.

Dari delapan faktor tersebut dapat diidentifikasi sifat keagamaan usia dewasa awal secara
umum

DAFTAR PUSTAKA

Iswati, I. (2019). Karakteristik Ideal Sikap Religiusitas Pada Masa Dewasa. At-Tajdid:
Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Islam, 2(01).

Bab_III.pdf (radenintan.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai