Anda di halaman 1dari 7

Bea Meterai merupakan pajak atas dokumen yang terutang sejak saat dokumen tersebut ditanda

tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau diserahkan kepada pihak lain bila dokumen
tersebut hanya dibuat oleh satu pihak.

Jika dokumen tersebut dibuat di luar negeri, maka Bea Meterainya baru terutang sejak dokumen
tersebut digunakan di Indonesia.

Bea Meterai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari dokumen,
kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.

Objek Bea Meterai

1. Surat perjanjian dan surat-surat  lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau keadaan yang bersifat
perdata.
2. Akta-akta notaris sebagai salinannya.
3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap-
rangkapnya.
4. Surat yang memuat jumlah uang, yaitu:
a. yang menyebutkan penerimaan uang,
b. yang menyatakan pembukuan atau penyimpanan uang dalam rekening di bank,
c. yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank, atau
d. yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi
atau diperhitungkan.
5. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep , dan cek.
6. Efek dalam nama dan bentuk apapun.

Bukan Objek Bea Meterai


Dokumen penyimpanan barang, konosemen, surat angkutan penumpang dan barang, bukti untuk
pengiriman dan penerimaan barang, surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan
pengirim, dan dokumen lain yang sejenis.
Segala bentuk ijazah.
Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya yang ada
kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat terkait.
Tanda bukti penerimaan uang Negara dari kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan bank.
Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang sejenis dari Kas Negara, Kas
Pemerintahan Daerah dan bank.
Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.
Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh bank,
koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut.
Surat gadai dari Pegadaian.
Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Nilai Bea Meterai terutang adalah sebesar Rp6.000,00, kecuali untuk:

surat yang memuat jumlah uang dan surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep. Jika
nominal:
kurang dari Rp250.000,00, tidak terutang Bea Meterai
Rp250.000 hingga Rp1.000.000,00, terutang Bea Meterai Rp3.000,00
cek, bilyet, atau giro, terutang Bea Meterai Rp3.000,00
efek dan sekumpulan efek dalam surat kolektif dengan nominal hingga Rp1.000.000,00, terutang
Bea Meterai Rp3.000,00
Tata Cara Pelunasan
Bea Meterai terutang, dapat dilunasi dengan beberapa cara sebagai berikut:

Menggunakan Meterai Tempel


Menggunakan Mesin Teraan Digital
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas - Teknologi Percetakan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas - Sistem Komputerisasi
Pemeteraian Kemudian
Apabila terdapat dokumen yang akan digunakan:

sebagai alat pembuktian di muka pengadilan,


dibuat di luar Indonesia dan akan dimanfaatkan di Indonesia
Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya
dapat dilakukan Pemeteraian Kemudian.

Pemeteraian Kemudian disahkan oleh pejabat pos dengan membubuhkan meterai tempel atau
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) sebagai tanda lunas Bea Meterai. Sedangkan pelunasan
sanksi administrasi sebesar 200 persen dari Bea Meterai yang kurang dilunasi pelunasannya
dilakukan dengan menggunakan SSP.
Bea Meterai merupakan pajak atas dokumen.

Daftar Istilah

Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan,
keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan;

Benda meterai adalah meterai tempel dan kertas meterai yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia;

Tandatangan adalah tandatangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk pula paraf, teraan
atau cap tandatangan atau cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti
tandatangan;

Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh Pejabat Pos atas
permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterai-nya belum dilunasi sebagaimana mestinya;

Pejabat Pos adalah Pejabat Perusahaan Umum Pos dan Giro yang diserahi tugas melayani permintaan
pemeteraian kemudian.

Tarif Bea Meterai

Tarif Bea Meterai adalah Rp 3.000,- dan Rp 6.000,- sesuai dengan jenis dokumen yang dikenai bea.

Objek Bea Meterai


Dokumen yang Dikenakan Bea Meterai:

Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdata.

Akta-akta notaris sebagai salinannya.

Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap-rangkapnya.

Surat yang memuat jumlah Uang, yaitu;

Yang menyebutkan penerimaan uang;

Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank;

Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank;

Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau
diperhitungkan.

Surat berharga seperti wesel, promes, aksep , dan cek.

Efek dalam nama dan bentuk apapun.

Meterai Tempel

Ciri-ciri fisik meterai tempel desain 2014.

Meterai tempel desain baru dengan nominal Rp 3.000,00 memiliki warna biru, sedangkan nominal Rp
6.000,00 memiliki warna hijau;

Gambar garuda lambang Negara Republik Indonesia berada di pojok kanan atas dengan warna ungu;

Teks “METERAI”, “TEMPEL” disebelah kiri gambar Garuda dengan warna ungu;

Mikroteks “DITJEN PAJAK”, dibawah teks “TEMPEL”;

Teks “TGL” dan angka “20” dibawah mikroteks “DITJEN PAJAK”;

Teks nominal “3000” dan “6000” di pojok kiri bawah berwarna ungu;

Teks “TIGA RIBU RUPIAH” DIBAWAH TEKS NOMINAL “3000” dengan warna ungu, teks “ENAM RIBU
RUPIAH” DIBAWAH TEKS NOMINAL “6000” dengan warna ungu;
Motif Roset blok berupa bunga berada di sebelah kanan bawah. Motif tersebut dapat berubah warna
bila dimiringkan. Untuk nominal Rp. 3000,00 perubahan dari hijau ke biru, dan untuk nominal Rp.
6000,00 perubahannya dari magenta ke hijau;

Memiliki 17 digit nomor seri berwarna hitam;

Terhadap hologram di bagian kiri meterai tempel;

Memiliki perforasi bentuk bintang pada bagian tengah di sisi kiri;

bentuk oval di sisi kanan dan kiri, dan bentuk bulat di semua sisi meterai.

Bea Materai

Pernah membuat dokumen dan membutuhkan bea materai di atas kertas tersebut? Beberapa dokumen
khusus wajib dibubuhkan meterai dengan nilai yang beragam, umumnya adalah Rp6.000,00. Namun
faktanya, ada banyak nilai meterai yang beredar dengan penggunaan yang berbeda. Lalu, apa
sebenarnya fungsi meterai tersebut? Mari kita kulik selengkapnya di artikel ini!

Arti dan Penggunaan Bea Materai

Mengutip dari Wikipedia, bea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata
dan dokumen untuk digunakan di pengadilan.

Sedangkan mengutip dari laman DJP, bea meterai merupakan pajak atas dokumen yang terutang sejak
saat dokumen tersebut ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau diserahkan kepada
pihak lain jika dokumen itu hanya dibuat oleh satu pihak.

Fungsi Meterai

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai, disebutkan kalau fungsi materai
adalah pajak dokumen yang dibebankan oleh negara untuk dokumen tertentu. Jadi pada dasarnya, bea
meterai adalah pajak atau objek pemasukan kas negara yang dihimpun dari dana masyarakat yang
dikenakan terhadap dokumen tertentu.

Karena itu, dokumen berharga yang dibubuhi meterai akan dianggap sah selama memenuhi ketentuan
pasal 1320 KUHPerdata. Jika dokumen tersebut ingin digunakan sebagai alat bukti di pengadilan, harus
dilunasi bea meterai yang terutang.
Namun, bukan berarti setiap dokumen perlu dibubuhi meterai, kok. Jika tidak dibubuhi meterai, tidak
akan menjadikannya sebagai tidak sah. Tetapi, dokumen itu tidak dapat digunakan sebagai alat bukti di
pengadilan.

Subjek Bea Materai

Salah satu definisi bea meterai adalah pajak atas dokumen yang terutang sejak saat dokumen tersebut
ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau diserahkan kepada pihak lain jika dokumen
itu hanya dibuat oleh satu pihak. Lalu, siapa yang dimaksudkan ‘pihak’ dalam definisi ini?

Pihak yang menerima atau mendapatkan manfaat dokumen, kecuali pihak yang bersangkutan
menentukan berbeda.

Jika dokumen dibuat secara sepihak, seperti kuitansi, bea meterai terutang oleh penerima kwitansi.

Jika dokumen dibuat oleh dua pihak atau lebih, seperti surat perjanjian, masing-masing pihak terutang
bea meterai.

Dokumen yang Dikenakan Bea Materai

Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya pada artikel “Apa Sih Fungsi Materai Itu?“, bea materai
sering digunakan dalam penandatanganan surat berharga. Namun, surat berharga seperti apa yang
dikenakan materai? Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000
tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan
Bea Meterai, berikut ini daftar dokumen yang dikenakan materai.

Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdata.

Akta-akta notaris termasuk salinannya.

Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya.

Surat yang memuat jumlah uang, di antaranya: Surat yang menyebutkan penerimaan uang, surat yang
menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank, surat yang berisi
pemberitahuan saldo rekening di bank, surat yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau
sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungan.

Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep.


Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengendalian, yaitu: Surat-surat biasa
dan surat-surat kerumahtanggaan, surat-surat yang semula tidak dikenakan bea meterai berdasarkan
tujuannya jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain selain dari maksud semula.

Nilai Meterai dan Perbedaan Penggunaannya

Mungkin Anda sering melihat salah satu persyaratan dalam pembuatan dokumen berharga adalah
materai Rp6.000. Tapi tahukah kalau nilai bea materai itu ada lebih dari 1 dengan penggunaannya pada
dokumen yang berbeda-beda? Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun
2000, berikut tarif bea materai dan perbedaan penggunaannya:

Nilai Meterai Rp6.000

Dokumen yang disebutkan pada poin sebelumnya (poin 1-6).

Surat yang memuat jumlah uang (poin nomor 4) dan surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep
(poin nomor 5) yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp1.000.000 (satu juta rupiah).

Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp1.000.000.

Sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam surat kolektif yang
mempunyai jumlah harga nominal lebih dari Rp1.000.000.

Nilai Meterai Rp3.000

Surat yang memuat jumlah uang (poin nomor 4) dan surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep
(poin nomor 5) yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
sampai dengan Rp1.000.000 (satu juta rupiah).

Cek dan bilyet giro tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal.

Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai dengan
Rp1.000.000.

Sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam surat kolektif yang
mempunyai jumlah harga nominal sampai dengan Rp1.000.000.

Itulah penjelasan singkat mengenai bea materai. Baik dari segi definisi, penggunaan, dan nilai meterai
yang digunakan di Indonesia. Secara garis besar, bea meterai merupakan pajak atas dokumen yang
terutang sejak saat dokumen tersebut ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau
diserahkan kepada pihak lain jika dokumen itu hanya dibuat oleh satu pihak. Dengan dibubuhi materai,
menjadikan dokumen itu sah di mata hukum. Jika ingin dipakai sebagai alat bukti di pengadilan, harus
dilunasi dulu bea terutangnya.

Anda mungkin juga menyukai