Anda di halaman 1dari 31

ILMU TERNAK UNGGAS

ANATOMI BURUNG PUYUH

Oleh :

KELOMPOK 1

Aan Milan Ardani 1903511054

Escriva Josephina Ketaren 1903511055

Defriansyah Ramadhani 1903511057

Ria Monicca 1903511059

Michelle Lorenza Santoso 1903511060

FAKULTAS PETERNAKAN

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah “Anatomi Burung Puyuh” tepat waktu. Makalah “Anatomi Burung
Puyuh” disusun guna memenuhi tugas Ibu Dr.Ir. Ni Wayan Siti, M.Si pada mata kuliah ilmu
ternak unggas di Universitas Udayana. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang anatomi burung puyuh.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Malang, 22 Februari 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................2
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................4
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Burung Puyuh...........................................................................................5
2.2 Jenis – Jenis Burung Puyuh......................................................................5
2.3 Konsumsi Pakan Burung Puyuh...............................................................7
2.4 Jenis Pakan Burung Puyuh.......................................................................8
Bab III HASIL
3.1 Anatomi Burung Puyuh..........................................................................10
3.2 Telur Dan Daging Burung Puyuh...........................................................13
3.3 Sistem Pernafasan Burung Puyuh...........................................................15
3.4 Sistem Pencernaan Burung Puyuh..........................................................17
3.5 Sistem Reproduksi Burung Puyuh..........................................................20
3.6 Penyakit Yang Menyerang Burung Puyuh.............................................26
Bab IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................................27
4.2 Saran.......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................28

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran
tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Burung puyuh merupakan burung liar, pertama
kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. Burung puyuh dipelihara di Amerika
disebut dengan Bob White Quail, Colinus Virgianussedangkan di China disebut dengan Blue
Breasted Quail, Coturnix Chinensis. Masyarakat Jepang, China, Amerika dan beberapa
Negara Eropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya karena burung puyuh bersifat
dwiguna (Tetty 2002).

Burung puyuh terus dikembangkan ke seluruh penjuru dunia, sedangkan di Indonesia


burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak tahun 1979. Burung puyuh liar banyak
terdapat di dunia, nampaknya hanya baru Coturnix coturnix Japonicayang mendapat
perhatian dari para ahli. Menurut Pappas (2002)

Klasifikasi burung puyuh Coturnix coturnix Japonica adalah sebagai berikut:

kingdom : Animalia

filum : Chordata

class: Aves

ordo: Gallivormes

subordo: Phasianoidea

famili : Phasianidae

sub-famili : Phasianinae

genus : Coturnix

spesies : Coturnix coturnix Japonica

Kemampuan tumbuh dan berkembang biak puyuh sangat cepat, dalam waktu sekitar
42 hari puyuh telah mampu berproduksi dan dalam waktu satu tahun dapat menghasilkan tiga
sampai empat keturunan. Dalam setahun puyuh mampu menghasilkan 250 - 300 butir telur.
Konsumsi pakan puyuh relatif sedikit (sekitar 20 gram per ekor per hari). Hal ini sangat

3
menguntungkan peternak karena dapat menghemat biaya pakan (Listiyowati, E., dan Kinanti,
R., 2009).

Ukuran tubuh puyuh relatif kecil, puyuh betina dewasa mempunyai bobot sekitar 130
gram. Hal ini juga menguntungkan karena kita dapat memelihara puyuh dalam jumlah besar
di lahan yang tidak terlalu luas termasuk juga dapat dipelihara di pekarangan. Ukuran telur
puyuh yang kecil - kecil yaitu sekitar 10 gram per butir, serta nilai gizinya yang tidak kalah
dengan telur unggas yang lain menjadikan telur puyuh lebih fleksibel untuk diolah menjadi
berbagai macam masakan.

Jadi pada makalah kali ini kami ingin membahas lebih dalam tentang Burung Puyuh
dari beberapa aspek agar kami dapat memahami bahkan memaksimalkan pengetahuan kami
terhadap Burung Puyuh dan dapat memanfaatkannya di masa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Burung Puyuh?
2. Bagaimana sistem pernafasan Burung Puyuh?
3. Apa saja konsumsi pakan dan apa yang dihasilkan Burung Puyuh?
4. Bagaimana bentuk anatomi Burung Puyuh?
5. Bagaimana sistem reproduksi, Kandungan gizi, bahkan penyakit yang
menyerang Burung Puyuh?
1.3 Tujuan
1. Agar dapat menjabarkan lebih dalam tentang Burung Puyuh.
2. Untuk mengetahui sistem pernafasan Burung Puyuh.
3. Untuk mengetahui konsumsi pakan dan apa yang dihasilkan oleh Burung
Puyuh.
4. Untuk menjabarkan bentuk anatomi Burung Puyuh.
5. Untuk mengetahui sistem reproduksi, kandungan gizi, dan penyakit yang
berpotensi menyerang Burung Puyuh.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Burung Puyuh


Burung Puyuh ( Coturnix coturnix japonica) sudah lama dikenal masyarakat dan
diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Burung puyuh mempunyai
potensi besar karena memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lain :
dapat memproduksi telur sekitar 200-300 butir setahun, mencapai dewasa kelamin pada usia
6 minggu, telur burung puyuh yang fertil bila ditetaskan hanya membutuhkan waktu 16-17
hari,burung puyuh lebih tahan terhadap beberapa penyakit yang berbahaya maupun yang
menular, burung puyuh mempunyai daya kesembuhan yang relatif lebih singkat dari suatu
operasi atau luka, daging dan telur puyuh mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat (Nugroho
dan Mayun, 1986).

2.2 Jenis-Jenis Burung Puyuh


Ada beberapa jenis puyuh di antaranya ada yang berwarna bulu indah, tidak kalah
menariknya dengan burung hias yang banyak dipelihara orang, tetapi sayang produksi
telurnya rendah. Sehingga bagi yang berminat untuk menikmati keindahan warna bulu dan
suaranya, puyuh seperti itu sangat tepat. Sedang bagi peternak yang ingin memanfaatkan telur
atau dagingnya biasanya akan memillih jenis puyuh seperti Coturnix-cortunix japonica. Di
antara jenis-jenis puyuh tersebut adalah :
 Coturnix-cortunix japonica
Puyuh jenis ini dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir/ekor/tahun.
Kelebihan lainnya adalah suaranya yang cukup keras dan agak berirama, karena itu dulu
unggas ini dipelihara sebagai song bird (burung kelangenan). Hidupnya sering berpindah-
pindah tempat.. Kemampuannya yang dapat menghasilkan 3-4 generasi pertahun, membuat
unggas ini menarik perhatian sebagai ternak percobaan dalam penelitian. Telurnya berwarna
cokelat tua, biru, putih dengan bintik-bintik hitam, cokelat, dan biru. ( Muhammad Rasyaf,Ir.
et al., 1985 )

 Coturnix Chinensis (Blue brested Quail)

Bertubuh sangat mungil, panjangnya hanya 15 cm. Biasa dijumpai di padang rumput
terbuka, sawah yang baru dipanen, semak alang-alang, dan tanah pertanian yang belum
ditanami. Hidupnya dalam kelompok-kelompok kecil. Hidupnya di areal dataran rendah.

5
Makanannya berupa biji-bijian kecil dan serangga. Telurnya berwarna kuning tua mengkilap
dan bertotol-totol hitam. ( Muhammad Rasyaf,Ir. et al., 1985 )

 Rollulus Roulroul (Puyuh Mahkota)

Badannya bulat dengan panjang mencapai 25 cm. Puyuh ini bentuknya paling indah
jika dibandingkan dengan puyuh lain, sehingga dapat dipelihara sebagai burung hias.
Hidupnya di hutan-hutan dan hanya terdapat di daerah seperti Kalimantan, Sumatera,
Malaysia, dan Thailand. Unggas ini dapat hidup pada ketinggian 1.200 m di atas permukaan
laut. ( Muhammad Rasyaf,Ir. et al., 1985 )

 Callipepla Squamata (Scaled quail)

Unggas ini termasuk berukuran besar, panjangnya mencapai 25-30 cm. Bermukim di
Amerika Utara (sebelah barat Amerika dan Meksiko). Hidupnya di padang rumput, di daerah
kering dan semi kering. Selama musim bertelur unggas ini senang hidup menyendiri, tetapi
pada musim gugur dan musim dingin mereka berkumpul dalam kelompok besar. Puyuh ini
bisa bertelur sebanyak 9-16 butir pada musim bertelur. Pakannya terdiri dari 30 % serangga,
biji-bijian, dan beberapa jenis sayur-sayuran. ( Muhammad Rasyaf,Ir. et al., 1985 )

Puyuh jantan dan betina warna bulunya sama cantiknya, yaitu cokelat keabu-abuan
dengan ornamen abu-abu dan putih yang menghiasi bagian depan tubuhnya, menyerupai sisik
ikan. Oleh karena itu puyuh ini dinamakan scaled quail. Karena bentuknya yang lucu dengan
komposisi bulu yang unik, unggas ini cocok untuk burung hias.

 Lophortix Gambelli (Gambels Quail)

Puyyuh ini mempunyai tubuh yang gemuk pendek, tetapi mempunyai kaki yang kuat.
Panjang badannya 25-28 cm. Hidup di daerah tandus yang bersemak-semak dan hanya
terdapat di Amerika Utara. Makanannya berupa biji-bijian, pucuk daun, buah-buahan, serta
sejumlah kecil serangga. Bertelur sebanyak 9-14 butir dan telur tersebut dierami selama 21-
24 hari di dalam sarang yang dibuat di permukaan tanah lembab yang ditumbuhi rumput dan
sejenis tumbuhan berdaun harum yang sering digunakan untuk bumbu masak. ( Muhammad
Rasyaf,Ir. et al., 1985 )

Ciri bagian paling atas puyuh jantan adalah adanya warna cokelat dengan variasi garis-garis
putih. Dadanya berwarna kuning tua diselingi garis lebar berwarna hitam sedangkan di

6
bagian sisi depan tubuhnya berwarna kemerah-merahan. Ciri khasnya yaitu di bagian depan
kepalanya terdapat bulu panjang yang meyerupai jambulnya mayorette, sehingga kalau
berjalan jambulnya akan bergoyang-goyang. Dibanding jenis puyuh lainnya, jenis ini tampak
paling unik dan lucu, sehingga cocok dipelihara sebagai burung hias. ( Muhammad Rasyaf,Ir.
et al., 1985 )

2.3 Konsumsi Pakan Burung Puyuh

Pakan adalah bahan pakan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang
tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan
berkembang biak. Penyusunan pakan untuk burung puyuh perlu memperhatikan beberapa hal
seperti kebutuhan nutrien sesuai dengan fase pertumbuhan atau umur burung puyuh serta
ketersediaan dan kualitas bahan pakan yang digunakan. Puyuh membutuhkan beberapa unsur
nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Unsur-unsur tersebut adalah protein, energi, vitamin,
mineral, dan air. Kekurangan unsur-unsur tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
dan menurunkan produktivitas. Semua kebutuhan puyuh harus dipenuhi, seluruh unsur gizi
itu dipadukan dan digunakan untuk kebutuhan hidupnya, untuk menggantikan bagian-bagian
tubuh yang rusak dan untuk pembentukan telur (Rasyaf, 2003). Rasio konversi pakan (Feed
Conversion ratio/FCR) berperan penting secara ekonomis dalam industri unggas. Rasio
konversi pakan pada burung puyuh lebih tinggi dibandingkan dengan broiler yaitu pada
burung puyuh 3,3–4,9 , sedangkan pada broiler adalah 1,3–2,2 (Khalil, 2015).

Konsumsi pakan dapat menunjukkan apakah ransum yang dibuat disukai ternak
ataukah tidak. Konsumsi pakan yang rendah menunjukkan ransum tersebut kurang disukai.
Konsumsi yang rendah mungkin juga disebabkan kandungan energinya terlalu tinggi,
sedangkan konsumsi yang tinggi namun jika tidak diikuti dengan peningkatan produksi
menunjukkan bahwa ransum tersebut kualitasnya rendah (Setyono et al., 2013). Konsumsi
pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan (komposisi nutrisi dalam ransum, kualitas pellet,
formulasi, ransum) dan manajemen (manajemen lingkungan, kepadatan kandang,
ketersediaan pakan, ketersediaan air minum. Konsumsi pakan puyuh adalah kemampuan
seekor puyuh dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan dengan satuan berat per satuan
waktu. Konsumsi pakan puyuh dihitung dengan cara menghitung pakan yang diberikan
dikurangi dengan pakan yang tersisa (Maknun dkk., 2015). Ternak puyuh yang merupakan
ternak unggas memiliki kecenderungan mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan
energinya, jadi jika kebutuhan energi sudah terpenuhi puyuh akan berhenti makan (Herlinae

7
dan Yemima, 2016). Konsumsi pakan pada burung puyuh akan dioptimalkan pada
pencernaan dan sistem metabolisme tubuh untuk pertumbuhan dan produktifitas burung
puyuh (Utomo dkk., 2014). Konsumsi pakan burung puyuh untuk periode layer adalah 19
gr/ekor/hari (Widyastuti dkk., 2014). Konsumsi pakan burung puyuh dipengaruhi oleh suhu
dan kelembaban udara disekitar burung puyuh (Irawan dkk., 2012). Banyak sedikitnya
konsumsi pakan sangat bergantung pada ukuran tubuh, sifat genetik, suhu lingkungan, tingkat
produksi, perkandangan, tempat pakan per ekor, keadaan air minum, kualitas dan kuantitas
pakan dan penyakit (Sudrajat dkk., 2014).

2.4 Jenis Pakan Burung Puyuh

Karbohidrat

Dalam komposisi pakan puyuh produksi pabrik pakan ternak, kandungan karbohidrat
umumnya tidak ditulis secara eksplisit dan lengkap.Kandungan yang tertera biasanya berupa
serat kasar. Kadar serat kasar pada pakan puyuh produksi pabrik pakan ternak kurang lebih
sebesar 6%.Adanya karbohidrat dalam pakan puyuh produk pabrik pakan ternak berfungsi
sebagai sumber energi segala kegiatan gerak burung puyuh.Mulai dari bernapas, perbaikan
sel dan jaringan rusak, regenerasi sel dan jaringan baru, mengatur suhu tubuh, hingga tenaga
daam mencerna makanan.Bahan pakan diluar dari pabrik pakan ternak yang dapat digunakan
sebagai campuran karbohidrat adalah tepung jagung, dedak padi, serta tepung umbi dan
ketela.
Protein
Kebutuhan protein pada ternak puyuh berfungsi dalam hal bahan utama yang
membentuk seluruh jaringan tubuh burung puyuh.Mulai dari jaringan organ, sel, otot, tulang,
syaraf, otak, pencernaan, hingga telur puyuh yang menjadi produk utama ternak puyuh
petelur.Pada puyuh masa starter (0-4 minggu), ketersediaan protein dalam pakan puyuh akan
mempengaruhi pertumbahan puyuh yang normal.Sementara itu pada burung puyuh grower (4
minggu ke atas), jumlah protein yang diasup dari pakan puyuh produksi pabrik pakan ternak
berpengaruh besar dalam produksi telur puyuh dan ketahanan hidup puyuh petelur.umumnya
pabrik pakan ternak membuat formulasi pakan dengan kandungan protein sebesar 19-
22%.Peternak juga dapat membuat pakan puyuh sendiri atau sekedar mencampur pakan
dengan bahan pakan yang lain dengan memilih bahan pakan yang memiliki kadar protein
tinggi.Diantara berbagai bahan pakan yang tinggi protein adalah tepung daging, tepung ikan,
bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, kacang hijau dan kedelai.

8
Lemak
Kandungan lemak pada pakan puyuh produksi pabrik pakan ternak secara umum berkisar
antara 4-7%. Fungsi lemak dalam metabolisme umumnya sebagai regulator atau pengaturan
produksi hormon.Hormon yang berperan dalam hal ternak puyuh petelur berhubungan
dengan produksi telur puyuh, terutama dalam proses awal pembentukan telur puyuh.
Mineral
Kandungan mineral dalam pakan puyuh produk pabrik pakan ternak direpresentasikan
dalam komposisi kadar abu, kalsium (Ca), dan fosfor (P).Pada umumnya, kandungan ketiga
mineral tersebut sekitar 13% (kadar abu), 2,7-3,3% (kalsium Ca), dan 0,6-0,8% (fosfor P).
Selain itu, adanya mineral dalam pakan puyuh juga berfungsi sebagai penunjang dalam
metabolisme ternak burung puyuh petelur.
Vitamin
Umumnya vitamin tambahan diberikan oleh peternah puyuh dengan cara dicampurkan
dengan air minum maupun pakan puyuh. Terdapat dua jenis vitamin dengan waktu
pemberian yang berbeda.
 Vitamin yang diberikan pada puyuh saat minggu pertama masuk kandang siap telur.
 Vitamin yang diberikan pada saat tertentu selama pemeliharaan, tujuannya untuk
meminimalisir dan menghilangkan stress yang dialami oleh ternak puyuh petelur.
Pada musim atau cuaca yang kurang baik, puyuh sangat mudah terkena infeksi atau penyakit,
pada masa inilah vitamin diberikan. Selain itu jika puyuh dipindahkan pada kandang baru,
mengalami pergantian jenis pakan, atau saat-saat paska vaksinasi puyuh petelur juga perlu
diberikan asupan vitamin tambahan.

9
BAB III
HASIL

3.1 Anatomi Burung Puyuh


Kerangka burung puyuh dan bagian-bagiannya

Tulang merupakan jaringan penyokong tubuh yang struktur pembentuknya terdiri dari
unsur organik dan anorganik. Selain itu, tulang juga mempunyai peranan sebagai pembentuk
struktur tubuh dan tempat menyimpan kalsium yang dapat dimobilisasi apabila kalsium
dalam ransum tidak mencukupi kebutuhan ternak.

Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang memiliki ukuran tubuh yang kecil
dan memiliki keunikan, yaitu pertumbuhan yang cepat, dewasa kelamin lebih awal, produksi
telur yang relatif tinggi. Burung puyuh memiliki banyak tulang yang berongga yang saling
bersilang untuk menambah kekuatan struktur tulang. Deposisi mineral dalam tulang unggas
petelur digunakan untuk pembentukan cangkang telur dan pertumbuhan tulang.

Untuk memahami kerangka pada burung puyuh, berikut adalah bagian-bagian dari
anatomi burung puyuh beserta fungsi nya.

Rangka aves terdiri dari rangka aksial dan rangka apendikular. Rangka aksial yang
tersusun atas skull (kepala), kolumna vertebralis (tulang belakang), truncus (badan), dan

10
kosta (tulang-tulang rusuk), sedangkan rangka apendikular pada aves tersusun atas extremitas
(tulang-tulang anggota gerak).

A. Rangka Aksial
a. Skull (tengkorak)
Tengkorak dibagi menjadi dua wilayah:
 Cranium bulat
Yaitu bagian tengkorak yang berbentuk bulat untuk melindungi otak
dan alat-alat pendengaran. Tulang ini membentuk bagian cranium
sangat banyak, namun yang perlu diperhatikan yaitu os occipitales
yang berhubungan dengan tulang leher (vertebrae cervicalis) yaitu
atlas dan epistrophcus (axial).
 Daerah wajah berbentuk kerucut
Yaitu berbentuk kerucut yang terletak pada muka cranium, terdiri dari
kerangka rahang dan tulang lidah. Bagian facial terdiri dari banyak
tulang, tetapi yang perlu diperhatikan yaitu incisive, mandible
(mandibula), dan quadratum. Tulang incisive yang membentuk paruh
atas dan tulang mandible yang membentuk paruh bawah. Paruh bagian
atas dapat bergerak apabila mandibula ditekan dengan bantuan tulang
quadratum.
b. Tulang belakang (Columna vertebralis)
Sistem tulang belakang aves dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
 Vertebra cervicalis (leher)
Burung puyuh memiliki tulang leher yang lebih banyak dibanding
binatang lainnya. Burung puyuh sama seperti burung lainnya yang
memiliki tulang leher yang sangat fleksibel yang terdiri dari 13 - 25
tulang. Bagian dari tulang leher yaitu atlas dan epistrophcus (axial).
 Vertebra thoracalis (bagian badan)
Setiap Vertebrae thoracalis melekat sepasang Costae thoracalis yang
terdiri dari 2 bagian:
- Pars sternalis, melekat pada sternum.
- Pars vertebralis, melekat pada vertebralis kearah caudal terdapat 12
vertebrae yang menyatu yang disebut syncarum. Selanjutnya terdapat 6

11
vertebrae caudalis yang saling melekat, 4 vertebrae caudalis bersatu
membentuk tulang yang memipih disebut pygostyle.
 Synsacrum (menyatu pada tulang punggung, juga
menyatu pada pinggul)
 Vertebra caudalis (ekor)
 Pygostyle (ujung ekor)
c. Truncus (Badan)
Pada bagian truncus, tepatnya bagian sternum (dada) terdapat cinglum
anterior/ cinglum pektoral (gelang bahu) yang dibentuk oleh tulang-tulang
frucula (tulang garpu), korakoid (tulang leher), dan scapula (tulang
belikat). Ketiga tulang tersebut bersama-sama membentuk pectoral korset.
Sisi dada dibentuk oleh tulang rusuk, yang bertemu di tulang dada.
d. Kosta (tulang rusuk)
Burung memiliki bengkokan tulang rusuk yang merupakan perpanjangan
tulang yang membengkok yang berfungsi untuk menguatkan tulang rusuk
dengan saling bertumpang tindih. Pada bagian kosta, terdapat
kosta servikalis yang melekat pada vertebra servikalis dan kosta torakalis
yang melekat pada vertebra torakalis.
B. Rangka Apendikular
a. Extremitas anterior
Pada aves tersusun atas tulang bahu yang terdiri dari scapula (tulang
belikat), korakoid (tulang leher), dan humerus (tulang lengan atas).
Humerus bergabung dengan radius (tulang pengumpil), dan ulna (tulang
hasta) untuk membentuk siku. Pinggul aves terdiri dari panggul yang
meliputi tiga tulang utama yaitu Illium (atas pinggul), Iskhium (bagian
posterior), dan pubis (bagian anterior). Ketiga tulang ini menyatu menjadi
satu membentuk tulang innominate. Tulang innominate merupakan evolusi
yang signifikan yang memungkinkan burung untuk bertelur.
b. Extremitas Posterior
Extremitas Posterior aves berupa kaki. Bagian atas terdiri dari osfemur
(tulang paha). Pada sendi lutut (patella), femur menghubungkan
ketibiotarsus (tulang tibia yang bersatu dengan bagian proksimal dari
tulang tarsal) dan fibula (sisi tungkai bawah). Tulang kaki burung

12
merupakan tulang yang paling berat, berkontribusi pada rendahnya titik
berat burung. Hal ini membantu burung dalam penerbangan.
3.2 Telur Dan Daging
Telur
Telur puyuh terdiri atas putih telur (albumen) 47,4%, kuning telur (yolk) 31,9% dan
kerabang serta membran kerabang 20,7%. Kandungan protein telur puyuh sekitar 13,1%,
sedangkan kandungan lemaknya 11,1%. Kuning telur puyuh mengandung 15,7%-16,6%
protein, 31,8%-35,5% lemak, 0,2%-1,0% karbohidrat dan 1,1% abu. Telur puyuh
mengandung vitamin A sebesar 543 µg (per 100g) (Stadelman & Cotterill, 1995).
Ditambahkan juga oleh Bambang (2003) bahwa kandungan protein telur puyuh sekitar
13,1%, kandungan lemaknya 11,1%, kadar kolesterol kuning telur puyuh sebesar 2138,17
mg/100 g, sedangkan kandungan kolesterol kuning telur ayam ras hanya 1274,5 mg/100 g.
Dilihat dari nilai gizinya, telur puyuh mengandung 13.6% protein dan 8.2% lemak (Nugroho
& Mayun, 1986). Nilai gizi telur puyuh ini tidak kalah dari nilai gizi telur ayam ras yang
mengandung 12.8% protein dan 11,5% lemak (Daftar Komposisi Bahan Makanan, 1989).

Kandungan Nutrisi dalam telur puyuh pun hampir setara dengan kandungan telur
unggas lainnya.Daging dan telur merupakan produk utama yang dihasilkan ternak unggas,
seperti ayam, itik, dan puyuh. Secara keseluruhan kandungan gizi daging dan telur antara
unggas satu dengan unggas lainnya relatif sama (Tetty, 2003). Sirait (1986) menambahkan
bahwa kuning telur merupakan komponen lemak tertinggi yang terdiri atas 65,50%
trigliserida, 5,20% kolesterol dan 28,30% fosfolipid, atau mengandung kolesterol sekitar 270
mg/butir telur. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan penyakit seperti
serangan jantung dan penyempitan pembuluh darah, Kuning telur puyuh memiliki kadar
lemak dan kolesterol yang tinggi, hal ini dapat menyebabkan ketakutan konsumen untuk
mengkonsumsinya, oleh sebab itu diperlukan suatu produk alternatif dari kuning telur puyuh
yang rendah kolesterol (Soeharto, 2002). Menurut Saerang (1997) kadar kolesterol per gram
dari telur puyuh lebih tinggi dibandingkan kadar kolesterol telur ayam. Ayam muda yang
berumur 24 minggu kadar kolesterol telurnya 121 mg/butir, sedangkan ayam yang berumur
68 minggu kadar kolesterolnya 313 mg/butir, dengan berat telur 50-70 g. Kadar 7 kolesterol
pada telur puyuh 168 mg/butir, bila satu butir beratnya sekitar 9-12 g, maka kadar kolesterol
telur puyuh per gram telur adalah 16-17 mg kolesterol untuk setiap gram telur puyuh,
sementara pada telur ayam terdapat kolesterol 6-8 mg kolesterol untuk setiap gram telur
puyuh. Bambang (2003) menambahkan bahwa kandungan protein telur puyuh sekitar 13,1%,

13
lemak 11,1%, kadar kolesterol kuning telur puyuh sebesar 2138,17 mg/100g sedangkan
kandungan kolesterol kuning telur ayam ras hanya 1274,4 mg/100g. American Heart
Asosiation (2002) menyatakan Tingginya kadar High Density Lipoprotein (HDL) di dalam
produk tepung kuning telur puyuh ini menambah nilai lebih pada produk ini karena menjadi
produk yang ramah bagi tubuh. High Density Lipoprotein (HDL) disebut sebagai kolesterol
baik karena jika terdapat dalam jumlah banyak akan mampu mengurangi resiko terkena
serangan jantung.

Daging

 Daging burung puyuh memiliki banyak nutrisi seperti protein, fosfor, lemak, kalsium,
zat besi, dan seng.

 Vitamin B yang terdiri dari rivoflavin, tiamin, niasin, asam pantonenat, piridoksin,
biotin, asam folat, kobalamin, yang mampu memperkuat sistem saraf. Ada juga
vitamin D yang mampu menjaga kesehatan tulang. Tiamin dan asam askorbat mampu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

 Vitamin A pada daging burung puyuh mampu memperkuat tulang dan meningkatkan
kesehatan kulit.

 Vitamin K yang bantu memproses metabolisme sel dan menyerap kalisum.

 Vitamin E dapat mencegah penuaan dini dan dapat dijadikan untuk regenerasi kulit.

 Daging burung puyuh mengandung fosfor dan kalsium. Kedua nutrisi ini memiliki
manfaat untuk merawat tulang.

 Mampu memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Hal ini dikarenakan adanya protein
di dalam daging telur puyuh yang dapat membantu meregenerasi beberapa jaringan
dan sel di dalam kuku, kulit, rambut, dan juga dapat meningkatkan produksi hormon
dan enzim dalam tubuh.

 Zat besi dalam daging burung puyuh mampu mengatasi anemia atau darah rendah. Zat
besi juga dapat membantu produksi hemoglobin dan eritrosit yang dapat mengatasi
lebih sedikit darah di dalam tubuh.

14
 Vitamin B2 yang bisa mengubah karbohidrat menjadi gula. Gula merupakan zat
energi yang dibutuhkan oleh tubuh

3.3 Sistem Pernafasan Burung Puyuh

Sistem respirasi unggas menurut Suprijatna et.al (2005), terdiri dari nasal cavities,
larynx, trachea, syrinx, bronchi, bronchiole dan bermuara di alveoli. Unggas memerlukan
banyak energi untuk terbang sehingga unggas memiliki sistem respirasi yang memungkinkan
untuk berlangsungnya pertukaran oksigen yang sangat besar per unit hewan. Oksigen yang
tinggi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sehingga anatomi dan fisiologi sistem
respirasi unggas berbeda dengan mamalia. Perbedaan utama adalah fungsi paru-paru. Pada
mamalia, otot diafragma berfungsi mengontrol ekspansi dan kontraksi paru-paru. Unggas
tidak memiliki diafragma sehingga paru-paru tidak mengembang dan kontraksi selama
ekspirasi dan inspirasi. Paru-paru hanyalah sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas di
dalam darah.

Sistem pernapasan burung berbeda dengan vertebrata lain menurut Scanes (2015),
paru-paru mamalia berukuran 7-15% dari volume tubuhnya sedangkan paru-paru burung
lebih kecil yaitu 1-3% dari volume tubuh. Fungsi pertukaran gas dan ventilasi pada burung
sebagai organ pernapasan dibagi menjadi unit fungsional yang lebih kecil untuk
meningkatkan luas permukaan pada saat pertukaran gas sedangkan alveoli di paru-paru
mamalia melakukan kedua fungsi pernafasan yaitu ventilasi dan pertukaran gas.

Bangsa unggas mempunyai sembilan kantung udara yang dapat


diklasifikasikan sebagai kantung udara depan dan kantung udara belakang. Kantung
udara bagian depan terdiri dari satu pasang kantung udara cervicalis, satu buah kantung udara
clavicularis, dan satu pasang kantung udara anterior thoracic. Kantung udara cervicalis
secara langsung terhubung ke brochus sekunder medioventral pertama. Kantung
udara clavicularis langsung terhubung ke bronchus sekunder medioventral ketiga, dan
terhubung secara tidak langsung melalui parabronchus. Kantung udara anterior
thoracicumumnya terhubung ke medioventral sekunder ketiga bronchus, serta
parabronchus. Kantung udara bagian belakang terdiri dari sepasang kantung udara caudal

15
thoracic dan sepasang kantung udara abdominalis. Kantung udara caudal thoracic
langsung terhubung ke latero ventralbronchus dan memiliki sambungan secara tidak
langsung ke kranial (medioventral) bronchus sekunder pada beberapa spesies seperti

ayam. Kantung udara abdominalis terhubung ke bagian belakang dari bronchus primer
intrapulmonary dan terhubung secara tidak langsung dengan parabronchus dari bronchus
sekunder laterodorsal dan mediodorsal bagian belakang bronchus sekunder. Kantung
udara terhubung dengan parabronchus melalui struktur seperti corong yang disebut
saccobronchus (Scanes 2015)

Pernafasan merupakan usaha pengambilan oksigen dari udara dan pengeluaran


karbondioksida beserta uap air melalui sistem pernafasan setelah di proses dalam paru-paru,
kantung udara, dan darah. Sistem pernapasan burung juga penting untuk termoregulasi dan
fungsi selain pernapasan seperti vokalisasi. Sistem pernafasan memastikan pasokan oksigen
cukup ketika kebutuhan oksigen meningkat(Scanes 2015). Udara luar yang mengandung
oksigen masuk ke saluran pernafasan dan didistribusikan melalui paru-paru yang
berhubungan dengan kantung udara. Proses inspirasi terjadi ketika unggas menarik nafas
sehingga otot inspirasi meningkatkan volume rongga tubuh dan menghasilkan tekanan
subatmosfir selanjutnya udara masuk ke kantung udara dan paru-paru kemudian oksigen
disitribusikan oleh darah untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Ekspirasi terjadi ketika otot
ekspirasi mengurangi volume rongga tubuh sehingga udara keluar melalui kantung udara,
paru-paru dan menuju saluran pernafasan untuk diikeluarkan. (Yuwanta 2005).

16
3.4 Sistem Pencernaan

A. Proses pencernaan Burung Puyuh

Proses pencernaan pada burung puyuh sama saja dengan pencernaan burung (aves)
pada umum nya, yaitu:

a. Sistem pencernaan secara mekanik


Sistem pencernaan secara mekanis pada burung terjadi di rongga mulut
dengan bantuan lidah yang membantu mendorong makanan menuju
kerongkongan. Dari kerongkongan kemudian ke tembolok dan menuju
ke empedal, di `dalam empedal makanan mengalami pengecilan
partikel sehingga mudah cepat diserap.
b. Sistem pencernaan secara enzimatis
Sistem pencernaan secara enzimatis terjadi di mulut dengan bantuan
enzim ptialin, di dalam lambung dengan bantuan HCl, dan di dalam
usus halus dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh pankreas.
c. Sistem pencernaan secara biologis

17
Sistem pencernaan secara biologis dibantu dengan bakteri sehingga
disebut pencernaan mikrobiologi. Proses pencernaan ini terjadi di
dalam usus besar.

B. Organ-organ pencernaan pada burung dan Fungsi nya

Organ pencernaan pada puyuh sama dengan pencernaan unggas atau aves lainnya,
yaitu:

a. Paruh/Mulut
Paruh merupakan mulut bagi puyuh terdiri dari rahang bawah dan rahang atas
yang menanduk.  Paruh berfungsi untuk makan dan minum pada burung puyuh,
paruh menghasilkan air liur (saliva). Paruh yang langsung mengambil makanan
untuk dicerna lebih lanjut. Setelah makanan masuk ke dalam paruh kemudian
lidah akan mendorong makanan masuk ke esofagus, lidah juga berperan
membantu menelan makanan, kemudian dengan adanya saliva (air liur)
mempermudah makanan masuk ke dalam esophagus.
b. Esophagus
Esophagus sering juga disebut kerongkongan. Kerongkongan merupakan tabung
berotot yang dilalui makanan untuk proses pencernaan berikutnya. Esophagus
membentang disepanjang leher dan thorax. Pada esophagus terjadi gerakan
peristaltik untuk mendorong makanan masuk ke pencernaan berikutnya.
Permukaan yang licin pada esophagus memudahkan makanan masuk ke dalam
tembolok.
c. Tembolok
Tembolok merupakan suatu pelebaran kerongkongan yang terdapat diantara
proventrikulus (lambung kelenjar) dan mulut. Setelah makanan masuk ke dalam
tembolok, makanan akan disimpan sementara, makanan pada tembolok akan
dilunakkan oleh getah yang dihasilkan oleh tembolok dan bakteri yang
menghasilkan asam.

18
d. Proventriculus (lambung kelenjar)
Pencernaan selanjutnya terjadi di proventriculus atau lambung kelenjar terletak
diantara kerongkongan dengan ampela. Disini terjadi pencernaan secara enzimatis
yang merubah makanan sehingga mudah dicerna, pencernaan di proventriculus
terjadi dalam jangka waktu yang singkat.

e. Ventriculus/gizzard (lambung keras)


Ventriculus memiliki otot berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian
terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan. Kemudian makanan
menuju usus yang terdiri dari usus halus dan usus tebal yang bermuara pada
kloaka.
f. Usus halus (small intestine)
Usus halus atau yang juga biasa disebut usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Usus halus
merupakan tempat sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan nutrisi
makanan terjadi. Usus halus pada burung tersusun atas duodenum, jejenum, dan
ileum. Mukosa usus halus berfungsi utuk menggerakkan makanan dan
memperluas permukaan untuk menyerap sari-sari makanan oleh vili-vili pada
dinding usus.  Pada usus halus terjadi pencernaan secara enzimatis karena usus
dihuni oleh beberapa jenis bakteri penghasil enzim.  Enzim dalam usus halus
akan merubah protein menjadi asam amino, sedangkan lemak dirubah menjadi
asam lemak dan gliserol. 
g. Sekum (usus buntu)
Unggas memiliki dua saluran usus buntu atau yang disebut cecum. Pencernaan
juga terjadi sedikit pada usus buntu (cecum).  Saluran pencernaan ini
(cecum) terjadi pencernaan karbohidrat, protein dan absorbsi air.
h. Usus besar (large intestine)
Pencernaan selanjutnya terjadi pada usus besar, ukuran usus besar memiliki
diameter dua kali usus halus. Usus besar berfungsi merombak sisa-sisa pakan
yang tidak tercerna menjadi feses. Terjadi absorbsi kembali air yang banyak

19
pada usus besar yang berguna untuk menambah dan mengatur kesimbangan
kandungan air pada tubuh burung puyuh. 
i. Kloaka
Proses pencernaan terakhir terjadi pada kloaka, kloaka merupakan tempat
pengeluaran sisa-sisa atau ampas dari pencernaan (feses) dan urin. Setelah
makanan selesai dicerna, sisa sisa makanan (feses) akan dikeluarkan melalui
kloaka.  Urin akan dikeluarkan bersama feces.

3.5 Sistem Reproduksi Burung Puyuh

Sistem Reproduksi Burung Puyuh Betina

20
Semua jenis aves ketika memasuki fase embrional mempunyai ovari dan oviduk
sebelah kanan, namun distribusi sel-sel benih (germ cells) primordial dalam ovarium menjadi
asimetri pada hari keempat masa inkubasi dan pada hari kesepuluh terjadi regenerasi ovari
serta oviduk kanan yang diinisiasi oleh substansi penghambat Mullerian.

Sistem reproduksi pada aves betina meliputi:

21
a. Ovari

Ovari kiri terletak di dalam rongga abdomen sebelah kiri berdekatan dengan ginjal
kiri, yang melekat pada dinding tubuh di bagian ligament mesovarium. Ovari terbagi menjadi
dua bagian yaitu cortex merupakan bagian sebelah luar dan medulla merupakan bagian
sebelah dalam. Cortex mengandung folikel yang di dalamnya terdapat sel-sel telur (ovum).
Medulla berisi jaringan konektif, serabut saraf, dan pembuluh darah. Secara umum, ovari
menerima inervasi saraf simpatik yang membentuk plexsus adrenalovari. Ovari memperoleh
suplai darah dari aorta dorsalis yang kemudin membentuk arteri gonadoadrenal. Ovum
berkembang sejak aves dalam fase embrional. Pada hari kesembilan massa inkubasi, jumlah
oosit mencapai 28.000, pada hari ketujuh belas, jumlah oosit meningkat kira-kira 680.000,
dan ketika menetas, jumlah oosit menurun menjadi 480.000. Ovari anak aves yang belum
mencapai dewasa kelamin terdiri atas sejumlah kecil masa oosit yang berisi sekitar 2.000
oosit yang dapat dilihat dengan mata telanjang dan hanya 250-500 oosit yang mampu
berkembang secara sempurna menjadi telur yang mengandung kuning telur setelah aves
tersebut dewasa serta mengalami ovulasi sepanjang siklus hidup aves yang didomestikasi,
sedangkan aves yang hidup bebas di alam jumlah sel telur matang serta dapat diovulasikan
lebih sedikit jumlahnya. Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual,
gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur atau yang disebut dengan
folikel. Biasanya bentuknya seperti buah anggur dan terletak pada rongga perut yang
berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum mesoovarium. Bagian yang
terdapat pada ovarium ada dua, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada bagian dalam.
Cortex mengandung folikel dan pada folikel terdapat sel-sel telur. Jumlah sel telur dapat
mencapai 8 lebih dari 12.000 buah. Namun, sel telur yang mampu masak hanya beberapa
buah saja. Selain itu, folikel merupakan tempat disimpannya sel benih (discus germinalis)
yang posisinya pada permukaan dipertahankan oleh latebra. Folikel dibungkus oleh suatu
lapisan membran folikuler yang kaya akan kapiler darah, yang berguna untuk menyuplai
komponen penyusun folikel melalui aliran darah menuju discusgerminalis.

Ovum juga dibungkus oleh suatu membran vitelina dan pada ovum masak membran
vitelina dibungkus oleh membran folikel. Bagian folikel mempunyai suatu lapisan yang tidak
mengandung pembuluh kapiler darah yang disebut stigma. Pada bagian stigma inilah akan
terjadi perobekan selaput folikel kuning telur, sehingga telur akan jatuh dan masuk ke dalam
ostium yang merupakan mulut dari infundibulum. Ukuran folikel dikelompokan berdasarkan

22
kriteria yaitu 1). Ukuran kecil : 1-2 mm 2). Ukuran sedang : 2-6 mm 3). Ukuran besar : > 6
mm

b. Oviduk

Oviduk memiliki sistem vaskularisasi yang baik dan dinding ototnya hampir selalu
bergerak selama proses pembentukan telur. Pada aves yang belum dewasa, oviduk berukuran
kecil, ukurannya akan meningkat ketika aves mulai produktif dan besarnya selalu mengalami
perubahan sejalan dengan aktivitasnya.

Oviduk terdiri atas lima komponen yang fungsional, yaitu :

1. Infundibulum (funnel/papilon).

Dinding infundibulum sangat tipis dan sempit, mempunyai kelenjar untuk


sekresi protein yang mengelilingi membran vitellina sehingga sering dikenal sebagai
chalaziferous region yang memberi kontribusi pada pembentukan kalasa.
Chalaziferous region juga berfungsi sebagai salah satu tempat menyimpan sperma.
Yolk berada dalam infundibulum berkisar antara 15-30 menit baik untuk ayam,
kalkun maupun burung puyuh. Perbatasan antara infundibulum dengan magnum
disebut sarang spermatozoa.

2. Magnum

Berfungsi sebagai tempat sintesis dan sekresi albumen. Magnum tersusun atas
kelenjar tubuler yang sangat sensible. Sebagian besar protein yang menyusun albumin
dihasilkan oleh mukosa magnum. Kelenjar tubuler magnum terdiri atas sel-sel goblet
yang akan mensekresikan ovalbumin, lisonim, ovotransferin, dan ovomusin serta akan
disimpan dalam bentuk granula. Granula akan dilepaskan ketika yolk melewati
magnum. Yolk berada di dalam magnum untuk dibungkus dengan albumin (putih

23
telur) selama 2-3 jam pada ayam dan kalkun, sedangkan pada puyuh, yolk akan
berada dalam magnum selama 2-2,5 jam.

3. Isthmus

Isthmus merupakan oviduk yang pendek. Isthmus berfungsi sebagai tempat


untuk membentuk membran kerabang atau selaput telur. Telur berada di bagian
isthmus anatara 1-1.5 jam baik dalam ayam, kalkun, maupun puyuh. Isthmus
memiliki karakteristik dindingnya sempit dan tipis, bagian depan yang berdekatan
dengan magnum berwarna putih, sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus mengandung
banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna merah.

4. Uterus

Uterus (glandula pembentuk kerabang) penuh dengan vaskularisasi. Putih telur


yang melewati uterus akan mengalami dehidrasi (pluming) kemudian diteruskan
dengan pembentukan kerabang keras. Lama mineralisasi kerabang telur antara 18-21
jam pada ayam, 22-24 jam pada kalkun, sedangkan pada puyuh antara 19-20 jam.
Kerabang hampir seluruhnya tersusun oleh deposit kalsium karbonat dalam matriks
protein dan mukopolisakarida. Sumber utama kalsium karbonat pembentuk kerabang
adalah ion karbonat dalam darah. Karbonat dibentuk dari pencampuran antara
karbondioksida dan air dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. Transport karbonat
secara konstan dan berkelanjutan ke dalam kelenjar kerabang menyebabkan
terbentuknya kristal kalsit. Oviduk tidak akan mampu menyimpan banyak ion
kalsium. Kalsium dalam darah yang dimanfaatkan oleh kelenjar kerabang hanya
sekitar 20%. Dari darah kalsium akan ditransport ke dalam permukaan sel-sel
epitelium lumen kelenjar kerabang. Pada ayam yang berproduksi tinggi, kalsium yang
dapat didepositkan pada kerabang sebutir telur mencapai 2-2,5 g/hari. Deposisi
kalsium dikontrol oleh cahaya. Ketika kondisi gelap pada saat asupan pakan dan
minum normal akan terjadi deposisi kalsium untuk pembentukan kerabang telur.
Untuk kebutuhan pembentukan kerabang telur, biasanya unggas akan menyimpan
kalsium pakan secara periodik dalam tulang medula. Penyimpanan kalsium pakan
akan diinisiasi oleh peningkatan sekresi estrogen ketika unggas menjelang masak
kelamin. Calbindin-D28k merupakan protein intraseluler yang memiliki kemampuan
mengikat kalsium dengan afinitas tinggi serta memegang peran penting dalam
transport kalsium dalam usus dan kelenjar kerabang. Produksi protein calbindin-D28k

24
diregulasi oleh vitamin D3. Sintesis protein calbindin-D28k dalam kelenjar kerabang
distimulasi oleh kehadiran yolk dan adanya aliran kalsium dari darah. Proses akhir
dari pembentukan kerabang telur adalah pigmentasi dan pembentukan kutikula.
Kutikula akan dibentuk di dalam vagina. Warna kerabang telur berasal dari sel
porpirin yang merupakan derivat dari metabolisme hemoglobin. Pada 11 burung
puyuh, pigmen kerabang telur berasal dari oopororpirin (porpirin) dan biliverdin.
Deposisi pigmen terjadi dua atau tiga jam sebelum oviposisi yang kemudian diikuti
dengan penurunan ooporpirin dalam jaringan kelenjar kerabang .

5. Vagina

Merupakan bagian oviduk yang menuju kloaka. Di dalam vagina hampir tidak
terjadi sekresi material telur kecuali pembentukan kutikula. Kutikula adalah lapisan
penutup kerabang paling luar, berfungsi melindungi telur dari serangan bakteri yang
berbahaya dan meminimalkan penguapan air. Telur melewati vagina dengan cepat,
yaitu sekitar 3 menit kemudian akan dikeluarkan (oviposisi) dan 30 menit setelah
oviposisi akan kembali terjadi ovulasi.

25
Sistem Reproduksi Burung Puyuh Jantan

Sistem reproduksi burung puyuh jantan terdiri dari dua testis berbentuk elips dan
berwarna terang, dan menghasilkan sperma yang masing-masing mempunyai sebuah saluran
sperma yang bernama vas defferens serta sebuah kloaka yang menjadi muara dari sistem
reproduksi tersebut.

Alat reproduksi puyuh jantan terdiri atas alat kelamin pokok dan alat kelamin
pelengkap. Alat kelamin pokok adalah organ yang langsung membentuk spermatozoa yaitu
testis. Alat kelamin pelengkap terdiri atas saluran testis yang menuju kloaka yaitu epididymis,
vas defferens, dan papillae. Testis pada burung puyuh terletak ventral dari lobus anterior
ginjal. Ukuran testis tidak selalu konstan, karena menjadi besar pada saat musim kawin.
Bagian kiri sering lebih besar dari bagian kanan. Pinggir medial testis sedikit konkaf dan
mempunyai penjuluran kecil pipih yang dianggap sama seperti epididimis pada mamalia.
Dari situlah keluar saluran vas defferens yang secara bergelombang-gelombang lateral
terhadap ureter masuk ke dalam kloaka .

Puyuh jantan memiliki testis yang tidak turun dalam skrotum tetapi tetap dalam
rongga badan. Testis menghasilkan sperma untuk membuahi telur yang berasal dari hewan
betina. Testis yang berbentuk bulat kacang tersebut besarnya berbeda-beda menurut umur dan
besar unggas. Permukaan testis diselaputi oleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang
diteruskan kedalam testis membentuk kerangka penunjang tenunan testis. Masing-masing vas
defferens menuju papilae yang berfungsi sebagai organ cadangan yang mengalami
rudimenter. Papilae ini terletak di bagian tengah dari kloaka. Burung puyuh jantan memiliki
glandula proktodeum yang unik, berlokasi dibelakang kloaka saat kloaka dibuka. Glandula

26
tersebut mensekresi busa dan bergantung pada stimulasi testosteron. Burung puyuh jantan
yang mengalami perkembangan proktodeum yang baik ditandai dengan potensi fertilitas yang
tinggi dan adanya produksi busa. Busa tersebut berperan sebagai media transportasi bagi
semen dan aktivitas spermatozoa didalam oviduk.

3.6 Penyakit Yang Menyerang Burung Puyuh


 Radang Usus ( Quail Enteritis )
Penyakit pada burung puyuh Radang usus ( Quail Enteritis ) disebabkan oleh bakteri
anerobik yang membentuk spora pada kotoran dan menyerang usus, sehingga timbul
peradangan pada usus. 
 Tatelo (NCD / New Casstle Diseae)
Talelo disebabkan karena virus yang menyerang atau karena cuaca ekstrim dan daya
tahan tubuh burung puyuh yang menurun.
 Berak Kapur/Putih (Pullorum)
Penyakit pada burung puyuh Berak Kapur/ Putih (Pullorum) disebabkan oleh kuman
Salmonella Pullorum dan merupakan penyakit pada burung puyuh yang menular.
 Cacar Burung Puyuh (Fowl Pox)
Penyakit pada burung puyuh ini disebabkan oleh Poxvirus yang menyerang bangsa
burung puyuh semua umur dan semua jenis burung puyuh.
 Quail Bronchitis
Penyebab utamanya antara lain Virus Quail Bronchitis. Penyakit pada burung puyuh
ini bersifat sangat menular.

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran
tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek.
b. 2Konsumsi pakan Penyusunan untuk burung puyuh perlu memperhatikan beberapa
hal seperti kebutuhan nutrien sesuai dengan fase pertumbuhan atau umur burung
puyuh serta ketersediaan dan kualitas bahan pakan yang digunakan. Puyuh
membutuhkan beberapa unsur nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Unsur-unsur
tersebut adalah protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Kekurangan unsur-unsur
tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan menurunkan produktivitas.
c. Burung puyuh memiliki banyak tulang yang berongga yang saling bersilang untuk
menambah kekuatan struktur tulang. Deposisi mineral dalam tulang unggas petelur
digunakan untuk pembentukan cangkang telur dan pertumbuhan tulang. Rangka
burung puyuh sama kayak aves pada umumnya yaitu terdiri dari rangka aksial dan
rangka apendikular.
d. Burung puyuh biasanya di ambil telur dan dagingnya. Dilihat dari nilai gizinya, telur
puyuh mengandung 13.6% protein dan 8.2% dan daging Daging burung puyuh
memiliki banyak nutrisi seperti protein, fosfor, lemak, kalsium, zat besi, seng dan
vitamin.
e. Sistem pernapasan burung puyuh sama dengan unggas lainnya yaitu menggunakan
paru paru selain memiliki paru paru mereka juga menggunakan kantung udara untuk
membantu proses pernapasan.
f. Sistem pencernaan burung sama dengan unggas pada umumnya yaitu ada 3 yaitu
secara mekanik, enzimatis, dan biologis \ mikroorganisme.
g. Burung puyuh sama dengan unggas lainnya di sistem reproduksinya dimana
berkembang biak dengan cara bertelur tetapi burung puyuh bisa mengghasilkan telur
tanpa di buahi oleh penjantan.
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa kita harus mampu mengenal dan mengetahui ilmu dasar tentang
ternak unggas yaitu burung puyuh.

28
DAFTAR PUSTAKA

Scanes CG. 2015. Strukie’s Avian Physiology. Ed ke-6. London (UK): Academic Press
Elsevier Inc.

Subekti, E., & Hastuti, D. (2013). Budidaya Puyuh (Coturnix coturnix Japonica) di
pekarangan sebagai sumber protein hewani dan penambah income keluarga. Mediagro, 9(1).

Suprijatna E, Atmomarsono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.


Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Yuwanta T. 2005. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Yunus, m, minarti, s. 1995, Aneka Ternak, Universitas Brawijaya, Malang.

Muhammad Rasyaf,Ir. 1985.Memelihara Burung Puyuh .Yogyakarta :Kanisius

Lokapirnasari, W. P. (2017). Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh.

Thohari, I., Padaga, M. C., & Rahayu, P. P. (2017). Teknologi Hasil Ternak. Universitas
Brawijaya Press.

Cameron, Hailey. 2020. Skeletal system. PoultryHub Australia, CJ Hawkins Homestead,


University of New England.

Pratama, Made Dendy. Tanpa tahun. Sistem Gerak. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha.

ZA, Jamaluddin. 2020. Sistim Pencernaan Pada Unggas. https://disnak.lebakkab.go.id/sistim-


pencernaan-pada-unggas/. Diakses pada 21 Februari 2021.

Mala, Faiqotul, Fiqry Addina Ardy, dan Soeyati Poejiani. 2015. Histologi dan Anatomi
Sistem Rangka Hewan Vertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.

Putra, Slamet Vicy Hidayat.2013. PERKEMBANGAN OVARIUM BURUNG PUYUH


(Coturnixcoturnix japonica) YANG DIBERI VARIASI WARNA LAMPU
PENCAHAYAAN SELAMA 16 JAM. Semarang:Mizania

29
Purwana , IPI, D Sudrajat, E Dihansih. 2018. KUALITAS SENSORIS DAGING YANG
DIHASILKAN DARI PUYUH (Coturnix Coturnix Japonica) FASE LAYER YANG DIBERI
SUPLEMENTASI EKSTRAK DAUN PEPAYA. Bogor. Jurnal Peternakan Nusantara

Efendi, Idris, Ratih Kumalasari Niswatin , Intan Nur Farida. 2020. Penerapan Metode
Certainty Factor Untuk Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Burung Puyuh Berbasis Web.
Kediri. Seminar Nasional Inovasi Teknologi

30

Anda mungkin juga menyukai