NASKAH SEKOLAH
TENTANG
PENGENALAN TEMU ILMIAH
BAB I
PENDAHULUAN
2. Umum.
jabatan staf yang berwawasan matra udara di tingkat manajerial II, dengan
diberikan pengetahuan dan keterampilan di bidang manajemen, kepemimpinan,
iptek, masalah strategis, dan operasi udara serta sikap perilaku yang dilandasi
jiwa Saptamarga dan didukung kesegaran jasmani yang baik.
4. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Sekolah ini dibatasi pada uraian
tentang Pengertian Temu Ilmiah, Jenis-Jenis Temu Ilmiah dan Seminar, yang disusun
dengan tata urut sebagai berikut:
a. Pendahuluan.
b. Pertemuan Ilmiah
d. Penutup
5. Dasar. Naskah Sekolah ini disusun dengan dasar hukum sebagai berikut:
BAB II
PERTEMUAN ILMIAH
dalam aneka ragam bentuk pertemuan dalam skala kecil maupun besar, secara
informal seperti pertemuan keluarga dan teman atau secara formal sesuai dengan
kedudukan dan kepentingan masing-masing. Tokoh-tokoh intelektual, cendekiawan,
ilmuwan, mahasiswa, pelajar, pejabat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan sebagainya
sering melaksanakan pertemuan-pertemuan yang bersifat ilmiah yang sering disebut
“temu ilmiah”. (Indra Yuzal, 2013, h.3). Bujuknis Penyelenggaraan Temu Ilmiah
Seskoau 2011 Temu Ilmiah didefinisikan sebagai pertemuan anggota masyarakat
ilmiah seperti mahasiswa, dosen, pakar, ahli spesialis, cendekiawan, pejabat, tokoh
guna membahas masalah tertentu dan pemecahannya. Jadi, dapat dirumuskan
pengertian dari temu ilmiah adalah pertemuan-pertemuan yang bersifat ilmiah yang
dihadiri para ahli, tokoh-tokoh, cendikiawan, dosen, mahasiswa, pelajar, pejabat guna
membahas masalah tertentu untuk diperoleh manfaat dan pemecahan masalah.
kesepakatan mengenai hal-hal khusus dan penting. Dengan dihadiri oleh ahli
dan pakar maka diharapkan kesepakatan yang dihasilkan akan memiliki nilai
guna bagi lembaga atau institusi yang terlibat. Peserta biasanya berperan
sebagai kelompok khusus yang mengadakan konsultasi bersama terhadap
masalah yang memerlukan pemikiran yang sangat serius.
2) Simposium.
3) Diskusi Panel.
Peserta Peserta
Peserta Peserta
Peserta Peserta
1) Diskusi Terbuka.
2) Diskusi Kelompok.
5) Debat.
2) Widyawisata.
3) Komunikasi Tertulis.
12. Diskusi Kelompok. Diskusi kelompok perlu dibahas lebih mendalam karena
diskusi kelompok pada prinsipnya merupakan dasar dari bermacam-macam bentuk
pertemuan ilmiah. Diskusi kelompok adalah salah satu metode pertemuan ilmiah selain
penyajian formal, demonstrasi, widyawisata dan komunikasi tertulis. Diskusi kelompok
dapat dikembangkan menjadi berbagai macam teknik diskusi seperti Brainstorming,
Huddle, Buzz, Philips 66 dan lain-lain. Diskusi kelompok dapat dijelaskan melalui
beberapa hal penting sebagai berikut:
2) Isu atau masalah jelas, pasti, diketahui dan dimengerti dengan baik
oleh semua atau sebagian besar anggota kelompok.
BAB III
15. Umum. Pertemuan ilmiah sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya
memiliki berbagai bentuk seperti Seminar, Simposium, Lokakarya, Kongres, Debat dan
lainnya. Bab ini akan dibahas secara mendalam mengenai pelaksanaan Seminar.
Sementara untuk Simposium dan Lokakarya hanya akan dibahas sekilas mengingat
pasis Sesau tidak melaksanakannya. Perwira Siswa Sekolah Staf Angkatan Udara
(Sesau) akan melaksanakan atau mempraktekkan salah satu jenis pertemuan ilmiah
yaitu Seminar. Seminar itu sendiri diawali oleh pertemuan ilmiah lainnya dalam bentuk
Widyawisata atau dalam istilah Kurikulum Pendidikan Sesau sebagai Kuliah Kerja.
Kuliah Kerja ditujukan untuk mengumpulkan fakta-fakta terkait permasalahan yang
telah dirumuskan melalui kerangka acuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang
dalam hal ini berperan sebagai pemrakarsa atau sponsor.
16. Definisi Seminar. Seminar memiliki berbagai macam definisi yang diperoleh
dari beberapa referensi yaitu sebagai berikut:
a. Penyemaian. Seminar berasal dari bahasa Latin semin yang berarti “biji
atau benih”. Dengan demikian dapat diartikan sebagai “Tempat benih-benih
17. Dari Gagasan Ke Seminar. Kata “gagasan” menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah hasil pemikiran atau ide. Banyak hal yang muncul dan tercipta di
dunia nyata bermula dari sebuah gagasan. Gagasan bisa muncul dari siapa saja.
Gagasan akan mustahil diwujudkan jika tidak didiskusikan dengan pihak-pihak terkait
untuk diwujudkan. Kemudian gagasan itu ditajamkan menjadi “tujuan yang hendak
dicapai”, “manfaat yang hendak diperoleh”, “Topik” dan “Tema” yang semuanya akan
dibawa ke dalam suatu seminar. Selanjutnya penggagas harus menentukan pihak
yang akan menjadi sumber informasi dan sasaran/penerima informasi. Dengan
penentuan kedua pihak yang tepat dan signifikan maka diharapkan gagasan/ide akan
dapat diseminarkan dengan efektif sehingga penerima informasi akan memperoleh
sesuatu yang baru yang akan dapat dikembangkan lebih luas lagi kepada yang lain.
20
Dalam konteks seminar, gagasan bisa muncul dari pimpinan atau seseorang dari dalam
suatu lembaga bahkan di luar lembaga sepanjang memiliki akses dan keterkaitan
dengan lembaga dimaksud. Bila penggagas atau pemrakarsa memiliki “power” maka
penggagas dapat sekaligus menjadi sponsor dalam mewujudkan gagasan itu.
Sebaliknya bila pemrakarsa tidak memiliki “power” maka pemrakarsa harus dapat
meyakinkan pihak lain yang memiliki “power” sehingga menerima gagasannya dan
bersedia menjadi sponsor untuk mewujudkan gagasan tersebut.
SASARAN
GAGASAN/ PENERIMA PROFIL
IDE INFORMASI PESERTA
TOPIK
TEMA
TUJUAN
SUMBER
PENYELENGGARAAN PENYAMPAI MATERI
INFORMASI
PANITIA JUDUL
WAKTU TEMPAT
Bila dibutuhkan keakuratan dalam perekaman jalannya diskusi maka dapat pula
menggunakan dua orang notulis ditambah dengan alat perekam suara. Hasil
tulisan dari Notulis disebut Notulen. Notulen merupakan bagian dari dokumen
seminar (Indra Yuzal, 2013, h.50).
Namun perlu diingat bahwa pendapat atau saran pengamat tidak dapat
memvonis jalannya seminar secara keseluruhan.
c) Peserta Seminar.
a. Naskah Dasar. Naskah dasar adalah naskah yang dibuat oleh sponsor
dan pemrakarsa yang berisi segala permasalahan yang digunakan sebagai
sumber penyelenggaraan seminar. Naskah dasar biasa disebut dengan istilah
Term of Reference (TOR) atau Kerangka Acuan. Naskah dasar berisikan hal-hal
di antaranya adalah latar belakang pemikiran, topik dan tema, bisa juga
sekaligus dengan judul, maksud dan tujuan, manfaat, waktu, tempat, keynote
speaker, pemakalah/narasumber, peserta/undangan, sumber dana, pembiayaan
dan kepanitiaan seminar.
23. Tata Letak Tempat. Sebelum menentukan denah tempat seminar, panitia
terlebih dahulu menentukan gedung mana yang akan disiapkan. Beberapa sponsor
seminar menggunakan fasilitas yang disediakan oleh hotel atau convention center.
Program pendidikan Sesau melaksanakan seminar dengan memperhatikan kebijakan
dasar yang telah diatur di pasal delapan dalam Bujuknis Penyelenggaraan Temu Ilmiah
dengan semaksimal mungkin menggunakan fasilitas Seskoau seperti Bangsal
“Srutasala”, Gedung Widya Mandala I, II atau Gedung Serba Guna “Ghra Widya
Dirgantara”. Lokasi seminar hendaknya mudah dicapai dengan berbagai alat
transportasi. Bila seminar dilaksanakan lebih dari sehari maka sebaiknya perlu
mempertimbangkan jarak antara tempat seminar dengan akomodasi peserta seminar.
32
Gedung seminar hendaknya menyediakan sumber daya listrik yang memadai atau
pembangkit listrik bila sewaktu-waktu terjadi pemadaman oleh perusahaan negara.
Gedung sebaiknya memiliki karakterisktik akustik yang optimal, tidak menggema serta
dilengkapi dengan sistem suara yang baik serta tidak bising. Ventilasi udara memadai
dilengkapi dengan pengatur suhu ruangan. Gedung yang baik untuk seminar
hendaknya memiliki panggung untuk moderator, narasumber/pemakalah dan notulis.
Bagi pemakalah dan keynote speaker dilengkapi dengan podium. Jangan lupa
menyediakan wireless mic yang memiliki kualitas sama dengan mic yang ada di podium
bilamana narasumber ingin memaparkan secara dinamis. Banner yang dipasang
untuk menampilkan tema seminar sebaiknya tidak ramai dengan gambar-gambar
sehingga mengganggu konsentrasi peserta seminar. Tata letak kursi sebaiknya tidak
ada penghalang antara peserta seminar dengan narasumber atau pelaku yang ada di
panggung. Sebaiknya tidak terdapat pilar gedung atau hiasan dekorasi lainnya yang
menjadi penghalang. Sediakan juga meja bulat untuk transit keynote speaker,
narasumber, moderator, notulis atau tamu penting lainnya. Sajikan konsumsi/snack di
atasnya. Terdapat berbagai macam tempat duduk di antaranya: Ruang Kelas (Class
Room), Melingkar (Round Table), Setengah Melingkar (Theater), Setengah Melingkar
Berundak (Amphitheater), Empat Persegi (Square), Huruf “U” (“U” Shape). Tata letak
sifatnya tidak kaku atau dapat menyesuaikan dengan situasi, karakteristik dan jumlah
peserta, bentuk gedung atau pertimbangan-pertimbangan lainnya.
LAYAR LAYAR
PANGGUNG
PODIUM
NOTULIS
PESERTA
PESERTA
PESERTA
LAYAR
NOTULIS MULTI
MEDIA
MODERATOR
PEMAKALAH
PESERTA
LAYAR LAYAR
PANGGUNG
NOTULIS
PODIUM
LAYAR LAYAR
PANGGUNG
NOTULIS
PODIUM
k. Penutupan simposium.
25. Prosedur Lokakarya. Lokakarya adalah pertemuan para ahli (pakar) untuk
membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan di bidang
tugasnya. Lokakarya biasanya dilakukan dalam rangka menindaklanjuti hasil suatu
seminar untuk tema dan topik yang sama dengan membahas permasalah yang lebih
bersifat teknis sehingga produknya diharapkan dapat digunakan langsung. Peserta
lokakarya biasanya homogen dengan jumlah yang terbatas. Prosedur pelaksanaan
lokakarya adalah sebagai berikut:
a. Pendanaan
b. Perijinan
d. Undangan
f. Ruang Sekretariat
g. Rencana Kerja
i. Seminar Kit
37
j. Publikasi
k. Bahan Seminar
l. Buku Panduan
m. Papan Nama
n. Name Tag
o. Sertifikat
p. Cenderamata
r. Hasil Seminar
u. Dekorasi
v. Ventilasi
gg. Locker
oo. Whiteboard
pp. Copyboard
rr. Projector/OHP
ss. Screen
tt. Pointers
bbb. Transportasi
ccc. Konsumsi
BAB IV
PENUTUP
Departemen Manajemen