Anda di halaman 1dari 40

MARKAS BESAR ANGKATAN UDARA

SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

NASKAH SEKOLAH
TENTANG
PENGENALAN TEMU ILMIAH

BAB I

PENDAHULUAN

1. Tujuan Kurikuler. Tujuan kurikuler disusunnya naskah sekolah ini adalah


sebagai berikut:

a. Agar Pasis memahami tentang pengertian temu ilmiah.

b. Agar Pasis memahami tentang prosedur temu ilmiah (seminar, simposium


dan lokakarya).

2. Umum.

a. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 mendefinisikan bahwa Sistem


Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sistem
pendidikan nasional mempunyai prinsip demokratis, sebagai satu kesatuan yang
sistemik dengan sistem yang terbuka dan multimakna dan sebagai proses
pembudayaan.

b. Program pendidikan Sekolah Staf Angkatan Udara (Sesau) yang telah


dimulai pada tahun 2014 merupakan pendidikan kedinasan TNI AU yang
diselenggarakan oleh Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara yang
bertujuan membekali pamen TNI AU hasil seleksi agar mampu bertugas pada
2

jabatan staf yang berwawasan matra udara di tingkat manajerial II, dengan
diberikan pengetahuan dan keterampilan di bidang manajemen, kepemimpinan,
iptek, masalah strategis, dan operasi udara serta sikap perilaku yang dilandasi
jiwa Saptamarga dan didukung kesegaran jasmani yang baik.

c. Mengingat peserta didik Sesau merupakan perwira menengah yang telah


dewasa dan berpengalaman di kesatuan masing-masing maka proses
pembelajaran akan lebih tepat bila melalui pendekatan pendidikan orang
dewasa/POD (andragogy). POD menekankan pemahaman bahwa pendidikan
orang dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk
memecahkan masalahDalam hal ini yang dimaksud adalah tidak sekedar
menghafal, tetapi agar dapat memahami dan menghubungkan atau
menerapkannya ke dalam situasi baru atau situasi yang nyata yang ada di
lapangan. Oleh karena itu, untuk memahami prinsip ini perlu dilakukan
pendalaman melalui diskusi kelompok. (H.Suprijanto, 2012, h.12). Salah satu
implikasi POD dalam proses pembelajaran adalah teknik: problem solving,
problem based learning, experiential learning, learning by doing, bermain peran,
simulasi, brainstorming, dan berbagai macam teknik pembelajaran kolaborasi
yang lain (Sudjarwo, 2015, h.64). Pemberlakuan beberapa teknik pembelajaran
tersebut kepada pendidikan Sesau telah diatur melalui Kurikulum Pendidikan
Sesau Tahun 2016 melalui kegiatan di antaranya Diskusi Kelompok, Diskusi
Antar Kelompok, Kuliah Kerja, Seminar dan lainnya. Untuk itu perlu dikenalkan
kepada pasis Sesau beberapa bentuk pertemuan ilmiah dan prosedurnya agar
tujuan kurikuler dapat tercapai.

3. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Maksud penyusunan naskah sekolah ini agar dapat digunakan


sebagai menjadi bahan dalam mengenalkan temu ilmiah, teori-teori tentang temu
ilmiah, seminar sebagai salah satu bentuk temu ilmiah serta mekanisme
penyelenggaraan seminar.

b. Tujuan. Tujuan penyusunan naskah sekolah agar dapat dijadikan bahan


acuan dalam kegiatan aplikasi temu ilmiah baik berupa diskusi atau seminar
sehingga pada akhirnya pasis akan dapat melaksanakannya saat melaksanakan
proses pembelajaran di Seskoau atau saat di penugasan masing-masing.
3

4. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Sekolah ini dibatasi pada uraian
tentang Pengertian Temu Ilmiah, Jenis-Jenis Temu Ilmiah dan Seminar, yang disusun
dengan tata urut sebagai berikut:

a. Pendahuluan.

b. Pertemuan Ilmiah

c. Prosedur Seminar, Simposium dan Lokakarya

d. Penutup

5. Dasar. Naskah Sekolah ini disusun dengan dasar hukum sebagai berikut:

a. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

b. Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Kep/441V/2017 tanggal


17 Mei 2017 tentang Kurikulum Pendidikan Sekolah Staf Angkatan Udara.

c. Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Kep/494/VI/2017 tanggal


14 Juni 2017 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Staf
Angkatan Udara.

d. Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Kep/59/XII/2011 tanggal


16 Desember 2011 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Temu Ilmiah
Seskoau.
4

BAB II

PERTEMUAN ILMIAH

6. Tujuan Instruksional. Agar pasis dapat menjelaskan tentang pertemuan ilmiah


dengan benar.

7. Umum. Dunia penuh dengan aktifitas manusia dalam upaya memenuhi


kebutuhan hidupnya. Sebagaimana teori “Hirarki Kebutuhan” yang dimunculkan oleh
tokoh cendikia bernama Abraham Maslow, bahwa kebutuhan manusia bermacam-
macam sesuai dengan peringkatnya yaitu phisiological needs seperti sandang, pangan,
papan, safety and security needs menurut aspek fisik, mental, psikologi dan intelektual,
social needs (affiliation acceptance/belongingness needs), esteem/status needs dan
yang terakhir pada puncaknya adalah self actualization needs. Dalam rangka
pemenuhan kebutuhan kebutuhan bersosialisasi manusia sudah terbiasa terlibat di
dalam berbagai pertemuan baik dalam skala kecil maupun besar, tidak resmi hingga
resmi. Pertemuan-pertemuan ini lebih sering dilaksanakan oleh para cendikiawan,
dosen, para ahli, maupun mahasiswa. Paradigma pendidikan orang dewasa
(andragogy) menyatakan bahwa proses pembelajaran di arahkan kepada tujuan
pemantapan identitas dan jati dirinya. Keikutsertaan di dalam berbagai aktifitas
pertemuan diharap akan membawa ke arah perubahan kehidupan yang lebih baik.
Melalui proses pendidikan orang dewasa maka akan diperoleh pengalaman yang lebih
banyak untuk memperkuat rasa percaya diri dalam memainkan perannya di kehidupan
bermasyarakat. Kebutuhan akan dihargainya pendapat, perasaan, pikiran, gagasan,
konsep dan sistem nilai yang dimiliki oleh seorang dewasa merupakah hal yang
sewajarnya untuk diperjuangkan. Menurut Suprijanto:2012, Metode yang dapat
digunakan dalam pendidikan oang dewasa mulai dari penyajian formal hingga
widyawisata. Salah satu metode pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa adalah
pertemuan. Dengan pertemuan, selain kebutuhan sosial dapat diwadahi, metode
pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan orang dewasa dapat diaplikasikan. Di
dalam lingkungan akademik pertemuan dapat dilakukan melalui bentuk yang lebih
ilmiah yang disebut dengan pertemuan ilmiah.

8. Pengertian Temu Ilmiah. Kebutuhan sosial manusia untuk berafiliasi, diterima


dan diakui bahkan kebutuhan mengaktualisasikan diri membawa keterlibatannya ke
5

dalam aneka ragam bentuk pertemuan dalam skala kecil maupun besar, secara
informal seperti pertemuan keluarga dan teman atau secara formal sesuai dengan
kedudukan dan kepentingan masing-masing. Tokoh-tokoh intelektual, cendekiawan,
ilmuwan, mahasiswa, pelajar, pejabat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan sebagainya
sering melaksanakan pertemuan-pertemuan yang bersifat ilmiah yang sering disebut
“temu ilmiah”. (Indra Yuzal, 2013, h.3). Bujuknis Penyelenggaraan Temu Ilmiah
Seskoau 2011 Temu Ilmiah didefinisikan sebagai pertemuan anggota masyarakat
ilmiah seperti mahasiswa, dosen, pakar, ahli spesialis, cendekiawan, pejabat, tokoh
guna membahas masalah tertentu dan pemecahannya. Jadi, dapat dirumuskan
pengertian dari temu ilmiah adalah pertemuan-pertemuan yang bersifat ilmiah yang
dihadiri para ahli, tokoh-tokoh, cendikiawan, dosen, mahasiswa, pelajar, pejabat guna
membahas masalah tertentu untuk diperoleh manfaat dan pemecahan masalah.

9. Tujuan Temu Ilmiah. Penyelenggaraan pertemuan ilmiah sebagaimana diatur


di dalam Keputusan Komandan Seskoau Nomor Kep/59/XII/2011 tanggal 16 Desember
2011 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Temu Ilmiah Seskoau memiliki tujuan
sebagai berikut:

a. Pemecahan Masalah. Pertemuan ilmiah dapat bertujuan untuk


pemecahan masalah yang selama ini dihadapi oleh TNI AU dalam menjalankan
roda organisasinya baik yang bersifat taktis, operasional maupun strategis.

b. Penampungan Gagasan. Pertemuan ilmiah dapat juga digunakan


untuk penampungan gagasan untuk selanjutnya diolah atau dikaji guna menjadi
bahan masukan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

c. Peningkatan Kemampuan Personel. Pertemuan ilmiah dapat juga


bertujuan meningkatkan kemampuan personel melalui pelatihan dalam rangka
keperluan penugasan.

10. Jenis-Jenis Pertemuan Ilmiah. Metode yang biasa digunakan tergantung


kepada apa yang ingin diselesaikan. Jenis-jenis pertemuan yang umum dilakukan di
dalam pendidikan orang dewasa di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Konferensi. Konferensi merupakan bentuk pertemuan yang melibatkan


beberapa ahli dari berbagai lembaga atau instansi dengan tujuan memperoleh
6

kesepakatan mengenai hal-hal khusus dan penting. Dengan dihadiri oleh ahli
dan pakar maka diharapkan kesepakatan yang dihasilkan akan memiliki nilai
guna bagi lembaga atau institusi yang terlibat. Peserta biasanya berperan
sebagai kelompok khusus yang mengadakan konsultasi bersama terhadap
masalah yang memerlukan pemikiran yang sangat serius.

b. Kongres. Kongres (congress) adalah suatu kegiatan bertemunya wakil-


wakil yang berwenang dari suatu kelompok atau organisasi yang mempunyai
kekuasaan tertinggi dalam menentukan kebijakan-kebijakan, program kegiatan
dan adakalanya kepengurusan dari kelompok atau organisasi. Kongres dapat
berskala nasional ataupun internasional sama halnya dengan konferensi.

c. Lokakarya. Lokakarya biasa disebut dengan workshop. Lokakarya


adalah pertemuan dari ahli yang berpengalaman dan bertanggung jawab dari
suatu komunitas yang homogen dan dihadiri dalam jumlah peserta yang
terbatas. Tujuan diadakannya lokakarya adalah membicarakan suatu masalah
yang dirasakan sukar dipecahkan dan bersama-sama dapat dicarikan
pemecahannya. Peran para ahli dapat membantu peserta dalam memecahkan
permasalahan yang telah dirumuskan. Sifat pembicaraan dan diskusi di dalam
lokakarya adalah intens dan dinamis dikarenakan jumlah peserta yang terbatas
dengan latar belakang pengetahuan yang homogen.

d. Diskusi Panel. Diskusi panel adalah pertemuan antara tiga sampai


dengan enam orang panelis dipimpin oleh seorang moderator untuk
membicarakan suatu permasalahan yang spesifik. Diskusi para panelis ini
disaksikan oleh para hadirin. Hadirin tidak mengajukan pertanyaan atau
sanggahan. Diskusi para panelis tidak menghasilkan suatu kesimpulan atau
suatu pemecahan masalah. Hadirin yang menyaksikan diskusi panel ini dapat
memperoleh wawasan tambahan dari diskusi panel yang disaksikannya. Dalam
dinamikanya hadirin dapat membentuk beberapa kelompok diskusi kecil sebagai
kegiatan diskusi lanjutan. Jumlah anggota diskusi dibatasi agar jalannya diskusi
dapat berlangsung efektif.

e. Diskusi. Berbeda dengan diskusi panel, diskusi hanya membicarakan


suatu topik dengan tujuan untuk merumuskan kepentingan bersama. Biasanya
diikuti oleh enam sampai dengan dua puluh orang peserta dipimpin oleh seorang
7

moderator guna menyelidiki suatu masalah. Di antara peserta dapat melakukan


tukar pikiran dan pendapat dan membina team work yang solid. Dalam
beberapa kegiatan diskusi dapat ditunjuk satu notulis yang bertugas mencatat
beberapa catatan penting hasil diskusi.

f. Debat. Debat (debate:Ing) merupakan salah satu metode pertemuan di


mana pihak yang pro dan kontra dapat menyampaikan pendapat mereka. Debat
dapat mempertajam dan membangkitkan kemampuan analisis dari masing-
masing kelompok yang saling berlawanan. Dipimpin oleh seorang moderator
yang mengatur jalannya debat agar tetap tertib dan tidak keluat dari hal yang
diperdebatkan. Di dalam pelaksanaannya anggota kelompok dapat bertanya
kepada peserta debat atau pembicara.

g. Seminar. Seminar adalah suatu pertemuan yang dipimpin oleh orang


yang menguasai bidang yang diseminarkan. Orang-orang yang berperan serta
di dalam seminar adalah orang-orang yang memiliki latar belakang yang sesuai
dengan bidang yang diseminarkan. Seminar akan menghasilkan suatu rumusan
atau kesepakatan bersama mengenai masalah tertentu. Pelaksanaan seminar
secara lebih rinci akan dijelaskan pada bab III. Seminar dapat dijelaskan melalui
beberapa perspektif pengertian yang di antaranya dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1) Pembahasan hasil penelitian. Seminar merupakan pembahasan


ilmiah suatu hasil penelitian yang dipimpin oleh seorang atau beberapa
ahli. (Indra Yuzal, 2013, h.8).

2) Pemecahan Masalah. Seminar merupakan suatu kegiatan


pemecahan masalah pada tema tertentu yang telah ditetapkan yang
melibatkan para pakar, biasanya dari perguruan tinggi sebagai pembawa
makalah atau pembanding/penyanggah (Indra Yuzal, 2013, h.7).

h. Simposium. Simposium adalah suatu pertemuan yang dipimpin oleh


seorang ketua dan dihadiri oleh dua atau lebih penceramah. Simposium
bertujuan untuk membicarakan suatu topik dari pandangan perspektif masing-
masing pembicara/penceramah. Sifatnya satu arah. Pada simposium yang asli,
peserta tidak memperoleh kesempatan berpartisipasi (mengajukan pertanyaan).
8

Contoh topik “Ancaman Narkoba terhadap Generasi Muda” dengan


mendatangkan pembicara dari kalangan agamawan, pendidik, kesehatan,
kepolisian, olahragawan, artis atau mantan pengguna narkoba. Simposium lebih
sering diterima daripada ceramah karena tidak membosankan karena banyaknya
pembicara. Kelemahannya adalah seringkali terjadi pengulangan informasi dan
perbedaan pendapat sehingga membingungkan peserta.

11. Metode Pertemuan Ilmiah. Pertemuan ilmiah dapat diselenggarakan melalui


beberapa metode. Pertemuan ilmiah dapat dilaksanakan melalui metode-metode
sebagai berikut:

a. Metode Penyajian Formal. Pertemuan berlangsung satu arah dari


pembicara kepada peserta. Metode penyajian formal di antaranya berbentuk:

1) Ceramah atau Kuliah.

2) Simposium.

3) Diskusi Panel.

Peserta Peserta

Peserta Peserta

Peserta Peserta

Panel Penyaji dan Moderator

Gambar 2.1. Contoh Pengaturan Tempat Duduk Diskusi Panel


9

b. Metode Diskusi. Metode diskusi adalah metode yang efektif dalam


pendidikan orang dewasa. Dalam metode ini lebih efektif bila pesertanya saling
mengenal dan dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Semakin banyak
peserta diskusi maka semakin rendah partisipasi diskusi. Bila jumlah peserta
diskusi melebihi sepuluh orang maka diperlukan perencanaan yang cermat dan
pemimpin diskusi yang kompeten. Beberapa teknik di dalam metode diskusi
adalah sebagai berikut:

1) Diskusi Terbuka.

2) Diskusi Kelompok.

3) Brainstorming (Curah Pendapat).

4) Role Playing (Bermain Peran).

5) Debat.

c. Metode Pertemuan Lain. Pertemuan ilmiah dapat dilaksanakan melalui


beberapa bentuk lainnya seperti:

1) Demonstrasi dan Laboratorium.

2) Widyawisata.

3) Komunikasi Tertulis.

12. Diskusi Kelompok. Diskusi kelompok perlu dibahas lebih mendalam karena
diskusi kelompok pada prinsipnya merupakan dasar dari bermacam-macam bentuk
pertemuan ilmiah. Diskusi kelompok adalah salah satu metode pertemuan ilmiah selain
penyajian formal, demonstrasi, widyawisata dan komunikasi tertulis. Diskusi kelompok
dapat dikembangkan menjadi berbagai macam teknik diskusi seperti Brainstorming,
Huddle, Buzz, Philips 66 dan lain-lain. Diskusi kelompok dapat dijelaskan melalui
beberapa hal penting sebagai berikut:

a. Manfaat Diskusi. Diskusi memiliki manfaat yaitu:


10

1) Memberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk berpikir,


berpendapat dan mengambil keputusan.

2) Mendorong peserta untuk berpartisipasi dan aktif secara fisik


maupun mental. Semakin aktif peserta maka semakin banyak
pembelajaran yang diperoleh dibandingkan dengan peserta yang pasif.

3) Mendorong peserta untuk lebih toleran dan memahami adanya


argumen lain serta memperoleh wawasan yang lebih luas.

4) Mendorong peserta untuk lebih mampu mendengarkan dengan


baik. Kemampuan ini dapat mengurangi adanya kesalahpahaman.

5) Sebagai alat untuk mengumpulkan fakta dan pendapat dari setiap


peserta yang pada akhirnya diperoleh kesimpulan. Setiap sumbangan
pendapat dapat memperkaya wawasan pengetahuan masing-masing
peserta.

6) Mendorong munculnya pemimpin diskusi yang terlatih dan


berpengalaman yang nantinya akan berguna untuk diskusi-diskusi
selanjutnya.

7) Mendorong munculnya kesadaran akan adanya masalah,


mengidentifikasikan masalah, mencari akar permasalahan, mencari
pemecahan masalah dan mendorong untuk melakukan program
pelaksanaannya.

b. Memilih Masalah atau Isu. Diskusi yang baik harus direncanakan


dengan baik dan tidak terjadi begitu saja. Keberhasilan diskusi terletak pada isu
atau masalah yang didiskusikan. Isu atau masalah baru ada jika fakta tertentu
ada hubungannya dengan kita. Pemimpin diskusi harus dapat mendorong
anggota untuk menemukan isu dan menjadikannya sebagai topik diskusi.
Pemilihan topik diskusi yang tepat dapat menunjang keberhasilan diskusi. Suatu
isu atau masalah dapat menjadi topik diskusi bila memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
11

1) Sebagian besar bahkan semua anggota kelompok tertarik akan isu


atau masalah tersebut.

2) Isu atau masalah jelas, pasti, diketahui dan dimengerti dengan baik
oleh semua atau sebagian besar anggota kelompok.

3) Memiliki tingkat kesulitan yang dapat memunculkan diskusi


berkelanjutan.

4) Informasi yang berkenaan dengan isu dan masalah cukup tersedia


bagi anggota kelompok untuk memecahkan masalah.

5) Isu atau masalah dapat dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang


logis.

6) Dapat merangsang munculnya pemikiran yang bermutu.

c. Merencanakan Diskusi Kelompok. Keberhasilan pelaksanaan diskusi


ditentukan oleh perencanaan yang baik. Setelah diperoleh isu atau masalah
yang baik diperlukan perencanaan yang baik dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:

1) Kemampuan pimpinan dalam melaksanakan diskusi. Diskusi


akan berjalan dengan efektif bilamana pimpinan diskusi memiliki
kemampuan di dalam menjalankan fungsinya dengan melakukan hal-hal
seperti mengarahkan, memberikan informasi, memberikan pendapat,
mengarahkan, mengontrol, mengemukakan standar, mengurangi
ketegangan, merangkum, menjaga keseimbangan kesempatan berbicara
di antara anggota kelompok dan membawa diskusi mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Selain itu, pimpinan diskusi diharapkan dapat
mendorong pengungkapan ide dan pemikiran dari peserta diskusi,
membuat kesimpulan sementara tanpa memasukkan pendapat pribadi,
mengarahkan tanpa bertindak otoktratis. Pimpinan yang baik dapat
melakukan pembukaan yang baik dan menarik dengan tujuan
menimbulkan semangat berdiskusi dengan tetap terpusat kepada isu atau
masalah yang ditetapkan. Pimpinan diskusi bisa meluncurkan beberapa
12

lelucon tanpa kehilangan arah. Pimpinan diharapkan mengenal setiap


peserta diskusi, latar belakangnya. Pimpinan diskusi bisa mengenalkan
peserta diskusi selain juga meminta masing-masing peserta diskusi untuk
memperkenalkan diri serta menjelaskan pekerjaan, minat atau
pengalaman. Pimpinan diskusi sebaiknya merencanakan dengan
menyusun daftar permasalahan, pertanyaan-pertanyaan, serta data-data
pendukung disesuaikan dengan skala prioritas.

2) Tingkat pengaturan fisik yang diperlukan. Pengaturan fisik yang


dimaksud di antaranya dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Ruangan. Ruangan yang ideal untuk berdiskusi adalah


ruangan yang kecil. Ruangan yang kecil akan membangun
suasana informal. Lebih tepat lagi disesuaikan dengan jumlah ideal
dalam diskusi kelompok yaitu maksimum sepuluh orang. Ruangan
yang terlalu besar cenderung membawa ke suasana yang lebih
formal. Suasana formal menciptakan hambatan keakraban dan
mengurangi situasi parsitipatif dari setiap anggota diskusi. Ruang
diskusi juga sebaiknya mampu meredam kebisingan baik dalam arti
desain bangunan ataupun posisi bangunan itu sendiri. Sebaiknya
tidak berdekatan dengan jalan raya, pasar, bengkel motor, tempat
bermain anak-anak, perlintasan pesawat terbang atau kereta api.

b) Tata letak kursi/meja. Pada umumnya diskusi dapat efektif


bila tata letak tempat duduk berbentuk setengah lingkaran. Dengan
jumlah peserta diskusi yang tidak terlalu besar antara 6 sampai
dengan duapuluh orang peserta. Peserta diharapkan dapat saling
bertatap muka saat berdiskusi dengan demikian akan terbangun
keakraban di antara peserta diskusi.

c) Penerangan. Penerangan ruang diskusi yang optimal dapat


mengefektifkan jalannya diskusi. Optimal yang dimaksud adalah
penerangan yang tidak terlalu redup sehingga menyulitkan peserta
dalam menulis catatan, membaca data masukan bahkan membuat
peserta mengantuk. Penerangan juga jangan terlalu terang hingga
menyilaukan mata dan membuat peserta mudah lelah.
13

d) Sirkulasi udara. Sirkulasi udara atau ventilasi yang baik dan


tidak pengap mampu meningkatkan motivasi berdiskusi. Ruangan
cukup tersuplai dengan udara segar. Sebaliknya, hindari ruang
diskusi yang terlalu berangin sehingga menerbangkan kertas-
kertas.

e) Suhu ruangan. Suhu ruangan perlu diatur senyaman


mungkin di mana tidak membuat peserta diskusi kegigilan dan
sebaliknya sibuk mengipasi diri.

3) Tingkat dan jenis partisipasi anggota kelompok. Pimpinan diskusi


kelompok perlu merencanakan prosedur yang mendorong peserta diskusi
berpartisipasi aktif dalam diskusi. Pimpinan diskusi dapat memberikan
informasi tentang masalah apa yang hendak didiskusikan baik kepada
calon peserta diskusi. Bisa juga membagikan bahan cetakan mengenai
informasi atau data yang kemungkinan dapat dijadikan sebagai bahan
penyampaian pendapat. Perlu ditentukan individu kunci yang dapat
membangun partisipasi. Sebaliknya pemilihan individu yang lemah akan
memperlemah jalannya diskusi. Pimpinan diskusi juga harus menyiapkan
teknik guna meminimalkan efek dari adanya peserta diskusi yang agresif,
memiliki emosi tak terkendali bahkan sebaliknya juga kepada peserta
diskusi yang terlalu pasif.

d. Memimpin Diskusi Kelompok. Diskusi dapat berjalan dengan baik bila


diskusi dipimpin oleh seorang pemimpin yang aktif dan menjalankan tugasnya
dengan baik. Pemimpin diskusi yang baik sedikit berbicara. Tugasnya membuat
setiap peserta diskusi berperan pada waktu yang tepat disertai sikap yang
produktif. Pemimpin diskusi memiliki sifat kepemimpinan yang efektif, memiliki
kemampuan mempengaruhi. Kemampuan tersebut tidak diwariskan namun
dibentuk meskipun ada beberapa orang sudah memiliki bakat dalam memimpin.

e. Kualitas Pribadi Pimpinan Diskusi. Pemimpin diskusi yang mampu


memimpin jalannya diskusi sehingga mampu mewujudkan tujuan diskusi secara
optimal bila memiliki kualitas yang baik dengan tolok ukur di antaranya sebagai
berikut:
14

1) Kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara di antaranya


adalah mampu mengekspresikan diri dengan tepat, menggunakan bahasa
yang baik, suara cukup keras sehingga mudah terdengar oleh seluruh
peserta diskusi, kaya akan perbendaharaan kata. Tidak baik jika
pemimpin terlalu banyak menggunakan istilah asing yang akan membuat
jarak antara pemimpin dengan peserta diskusi. Pemimpin diskusi
sebaiknya memiliki kemampuan berbicara secara informal, ramah dan
bijaksana.

2) Kemampuan berpikir. Pemimpin harus memiliki kemampuan


berpikir yang cepat, mampu menganalisis setiap pendapat peserta dan
menghubungkan dengan tujuan diskusi.

3) Temperamen. Pemimpin diskusi yang mudah gugup, pemalu, sulit


berpendapat akan merugikan jalannya diskusi. Sebaliknya pemimpin
diskusi dituntut memiliki pribadi yang bersemangat, wajah yang cerah
serta rasa humor serta temperamen stabil tidak mudah emosi. Pribadi
demikian akan dapat mengeliminasi pertentangan dan perlawanan pribadi
di dalam diskusi.

4) Sabar. Pemimpin diskusi ada kalanya menggerakkan dinamika


diskusi terlalu cepat untuk mencapai tujuan dan telah memiliki rencana
atau pemikiran pribadi tentang pemecahan masalah, anggota kelompok
tidak diberikan kesempatan untuk menemukan fakta, berbicara terlalu
banyak. Sikap demikian memiliki arti kekurangsabaran pemimpin diskusi.
Sebaiknya pemimpin diskusi berbuat yang sebaliknya.

5) Tidak memihak. Pemimpin diskusi yang baik akan memandang


setiap peserta diskusi adalah aset bagi suksesnya diskusi mencapai
tujuannya. Pemimpin diskusi yang memihak kepada seorang atau
sebagian peserta diskusi dan mengabaikan yang lainnya dengan
menunjukkan favoritisme akan memperlemah diskusi. Pemimpin diskusi
harus memiliki metode untuk mengurangi kecenderungan yang demikian.
15

f. Tahapan Pemecahan Masalah Titik awal suatu diskusi adalah


permasalahan yang menjadi perhatian kelompok. Diskusi yang baik adalah
proses pemecahan masalah yang terdiri atas penahapan sebagai berikut:

1) Munculnya kesadaran adalanya permasalahan, keinginan


memecahkan permasalahan itu diikuti dengan perumusan masalah,
pembatasan ruang lingkup dan pengalokasian waktu.

2) Setiap individu mencari kesimpulan atas dugaan pemecahan


permasalahan yang secara normal akan muncul perbedaannya di antara
individu peserta diskusi.

3) Peserta diskusi menyiapkan fakta atau pengalaman untuk


mendukung atau melemahkan pemecahan masalah dari masing-masing
individu selama berjalannya diskusi.

4) Perbaikan terhadap pemecahan yang bertentangan dengan fakta-


fakta yang ada sampai dengan adanya pemecahan yang sesuai dengan
informasi yang tersedia. Semakin banyak individu yang berpartisipasi
semakin baik diskusinya.

5) Melakukan pengecekan terhadap kesimpulan pemecahan masalah


yang telah diperbaiki dan menerapkan pemecahan masalah kepada
sebanyak mungkin situasi. Partisipasi kelompok diperlukan dalam
melaksanakan program aksi berdasarkan pemecahan masalah yang telah
disepakati.

g. Tahapan Dalam Memimpin Diskusi. Berikut ini adalah saran tentang


tahapan dalam memimpin diskusi. Saran ini dapat disesuaikan dengan dinamika
situasional yang ada di dalam diskusi. Tahapan dalam memimpin diskusi adalah
sebagai berikut:

1) Perkenalkan masalah atau isu melalui pendekatan yang menarik.


16

2) Nyatakan dengan jelas masalah atau isu yang akan didiskusikan


pemecahan permasalahannya, salah satunya dengan cara menuliskannya
di papan tulis.

3) Minta masing-masing peserta diskusi untuk memberikan usul


pemecahan permasalahan tanpa alasan. Usul pemecahan ini dianggap
sebagai pemecahan tentatif.

4) Pastikan pemecahan masalah tentatif itu dapat dimengerti dengan


jelas oleh semua peserta diskusi dan ditulis di papan tulis.

5) Memberi Semangat. Pimpinan diskusi harus mampu memberikan


dorongan semangat. Dorongan semangat bukan dalam bentuk slogan
atau kata-kata semata, namun dalam bentuk menciptakan situasi diskusi
yang dinamis dan bersemangat, melalui cara-cara sebagai berikut:

a) Menjadi moderator yang baik dengan melemparkan


pertanyaan-pertanyaan kepada beberapa peserta diskusi seperti
pertanyaan: Bagaimana pendapat anda tentang hal ini?, Adakah
kelompok lain yang mempunyai pendapat berbeda/ mendukung?
dan seterusnya.

b) Mendorong peserta diskusi untuk saling mengajukan


pertanyaan.

c) Cegah setaktis mungkin bila ada peserta dikusi yang


mencoba mendominasi diskusi.

d) Jaga diskusi agar tidak keluar dari tema yang telah


ditentukan. Kesampingkan hal-hal yang tidak penting.

e) Kembangkan perasaan santai, informal dan humor yang


sehat.

f) Biarkan setiap peserta menikmati diskusi.


17

g) Dorong ketidaksetujuan yang ramah.

h) Gunakan grafik, materi bergambar dan papan tulis.

j) Atur pertanyaan yang memancing pikiran daripada yang


bersifat menghafal.

k) Alokasikan waktu istirahat dipertengahan diskusi sekitar lima


atau sepuluh menit.

6) Menutup Diskusi. Menutup diskusi yang baik menjadi penting


guna mengingatkan peserta diskusi tentang maksud dan tujuan
pelaksanaan diskusi dan memberi nilai penting atas diskusi yang telah
dilaksanakan. Menutup diskusi yang baik dapat dilakukan dengan cara-
cara sebagai berikut:

a) Tutup diskusi dengan ringkasan prinsip atau kesimpulan


tindakan yang diinginkan.

b) Mendorong peserta untuk mempelajari dan melakukan


diskusi pada kesempatan selanjutnya tentang isu-isu yang terkait
dengan isu atau permasalahan yang telah didiskusikan.

13. Soal-soal Latihan.

a. Jelaskan keterkaitan antara teori “Hirarki Kebutuhan” Abraham Maslow


dengan pertemuan ilmiah?

b. Apakah tujuan dilaksanakannya pertemuan ilmiah?

c. Hal-hal apakah yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam


menentukan kualitas pimpinan diskusi?
18

BAB III

PROSEDUR SEMINAR, SIMPOSIUM DAN LOKAKARYA

14. Tujuan Instruksional. Agar Pasis dapat memahami prosedur pelaksanaan


pertemuan ilmiah dengan bentuk seminar, simposium dan lokakarya

15. Umum. Pertemuan ilmiah sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya
memiliki berbagai bentuk seperti Seminar, Simposium, Lokakarya, Kongres, Debat dan
lainnya. Bab ini akan dibahas secara mendalam mengenai pelaksanaan Seminar.
Sementara untuk Simposium dan Lokakarya hanya akan dibahas sekilas mengingat
pasis Sesau tidak melaksanakannya. Perwira Siswa Sekolah Staf Angkatan Udara
(Sesau) akan melaksanakan atau mempraktekkan salah satu jenis pertemuan ilmiah
yaitu Seminar. Seminar itu sendiri diawali oleh pertemuan ilmiah lainnya dalam bentuk
Widyawisata atau dalam istilah Kurikulum Pendidikan Sesau sebagai Kuliah Kerja.
Kuliah Kerja ditujukan untuk mengumpulkan fakta-fakta terkait permasalahan yang
telah dirumuskan melalui kerangka acuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang
dalam hal ini berperan sebagai pemrakarsa atau sponsor.

16. Definisi Seminar. Seminar memiliki berbagai macam definisi yang diperoleh
dari beberapa referensi yaitu sebagai berikut:

a. Penyemaian. Seminar berasal dari bahasa Latin semin yang berarti “biji
atau benih”. Dengan demikian dapat diartikan sebagai “Tempat benih-benih

kebijaksanaan disampaikan”. (Usul Wiyanto, 2000, h.45).

b. Mendapatkan Keputusan. Seminar adalah suatu pertemuan untuk


membahas suatu masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui
suatu diskusi/pembahasan serta pengkajian untuk mendapatkan suatu
konsensus/keputusan bersama mengenai masalah tersebut.(Seskoau: 2011,
h.2).

c. Definisi Seminar Lainnya. Menurut Indra Yusal dan kawan-kawan


dalam buku Panduan Praktis Seminar Edisi Revisi tahun 2013 terdapat
beberapa definisi Seminar di antaranya sebagai berikut:
19

1) Pemecahan Masalah. Seminar merupakan suatu kegiatan


pemecahan masalahtertentu yang telah ditetapkan yang melibatkan para
pakar, biasanya dari perguruan tinggi sebagai pembawa makalah atau
pembanding/penyanggah”.

2) Pembahasan Studi Kasus atau Topik Tertentu. Seminar adalah


kegiatan yang diadakan dalam rangka membahas suatu studi kasus atau
topik tertentu yang biasanya diikuti banyak peserta, dipimpin oleh seorang
yang ahli dalam bidang yang dipelajarinya sehingga seminar tersebut
berfungsi memberikan kesempatan diskusi kepada para pesertanya dan
menstimulasi partisipasi anggota kelompok menjadi aktif”.

3) Pertemuan Mahasiswa Bidang Keilmuan Tertentu. Seminar


merupakan pertemuan sejumlah mahasiswa perguruan tinggi bidang
keilmuan tertentu di bawah pimpinan mahaguru yang bersangkutan.

4) Pertemuan Sekelompok Ahli. Seminar adalah pertemuan


sekelompok ahli atau pakar yang sedang mengkaji kebenaran hasil
peneliian ilmiah di masyarakat di luar kalangan perguruan tinggi.

5) Pembahasan Hasil Penelitian Ilmiah. Seminar merupakan


pembahasan ilmiah hasil penelitian yang dipimpin oleh seorang atau
beberapa ahli dan dihadiri oleh beberapa penyanggah.

17. Dari Gagasan Ke Seminar. Kata “gagasan” menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah hasil pemikiran atau ide. Banyak hal yang muncul dan tercipta di
dunia nyata bermula dari sebuah gagasan. Gagasan bisa muncul dari siapa saja.
Gagasan akan mustahil diwujudkan jika tidak didiskusikan dengan pihak-pihak terkait
untuk diwujudkan. Kemudian gagasan itu ditajamkan menjadi “tujuan yang hendak
dicapai”, “manfaat yang hendak diperoleh”, “Topik” dan “Tema” yang semuanya akan
dibawa ke dalam suatu seminar. Selanjutnya penggagas harus menentukan pihak
yang akan menjadi sumber informasi dan sasaran/penerima informasi. Dengan
penentuan kedua pihak yang tepat dan signifikan maka diharapkan gagasan/ide akan
dapat diseminarkan dengan efektif sehingga penerima informasi akan memperoleh
sesuatu yang baru yang akan dapat dikembangkan lebih luas lagi kepada yang lain.
20

Dalam konteks seminar, gagasan bisa muncul dari pimpinan atau seseorang dari dalam
suatu lembaga bahkan di luar lembaga sepanjang memiliki akses dan keterkaitan
dengan lembaga dimaksud. Bila penggagas atau pemrakarsa memiliki “power” maka
penggagas dapat sekaligus menjadi sponsor dalam mewujudkan gagasan itu.
Sebaliknya bila pemrakarsa tidak memiliki “power” maka pemrakarsa harus dapat
meyakinkan pihak lain yang memiliki “power” sehingga menerima gagasannya dan
bersedia menjadi sponsor untuk mewujudkan gagasan tersebut.

SASARAN
GAGASAN/ PENERIMA PROFIL
IDE INFORMASI PESERTA
TOPIK
TEMA
TUJUAN
SUMBER
PENYELENGGARAAN PENYAMPAI MATERI
INFORMASI

PANITIA JUDUL

WAKTU TEMPAT

Gambar 2. Bagan Alir “Dari Gagasan Ke Seminar”

18. Pelaku Seminar. Seminar dapat dilaksanakan dengan adanya keterlibatan


orang-orang yang disebut sebagai pelaku seminar. Perlu dicatat bahwa pelaku seminar
bukanlah panitia seminar. Pelaku seminar adalah sebagai berikut:

a. Pembawa Acara. Pembawa Acara (Master of Ceremony) melaksanakan


tugas antara lain:

1) Mengumumkan bahwa seminar akan dimulai dan mempersilahkan


hadirin untuk menempatkan diri di tempat duduk yang telah disediakan.

2) Membacakan susunan acara


21

3) Mempersilahkan Penanggung jawab seminar untuk menyampaikan


sambutan atau laporannya.

4) Mempersilahkan Keynote speaker (jika ada) untuk membuka


seminar (sekaligus nantinya menutup seminar).

5) Menyampaikan informasi-informasi yang perlu diketahui oleh


hadirin misalnya lokasi ruang ibadah, kamar kecil, ruang khusus merokok
dan sebagainya.

6) Mempersilahkan Moderator, Pemakalah, Pembanding dan Notulis


untuk menempati tempat duduk mereka saat sesi akan dimulai.

7) Membacakan biodata Moderator pada saat Moderator akan


memulai jalannya seminar.

8) Menyerahkan acara kepada Moderator sampai dengan selesainya


satu sesi.

b. Keynote Speaker/Pembicara Kunci. Keynote Speaker adalah sosok


yang diharapkan memberi nilai tambah dan berpengaruh signifikan terhadap
suksesnya suatu seminar. Keynote Speaker biasanya adalah tokoh yang
berpengaruh untuk mengangkat nilai seminar dan diumumkan atau
dipublikasikan jauh sebelum pelaksanaan seminar. Biasanya tokoh negara,
masyarakat, pejabat penting yang berpengaruh. Keynote Speaker biasanya
hadir pada saat pembukaan seminar dengan memberikan pidato singkat serta
membuka seminar. Pada acara penutupan sebaiknya dihadirkan lagi Keynote
Speaker yang lain untuk menutup seminar.

c. Moderator. Moderator biasanya disebut juga dengan Pemandu Acara,


memiliki tugas antara lain:

1) Naik ke panggung bersama dengan pemakalah dan pembanding


(jika ada) setelah dipersilahkan oleh Master of Ceremony(MC).

2) Mendengarkan MC membacakan biodata moderator.


22

3) Mengucapkan terimakasih kepada MC, menyampaikan salam dan


memberikan sedikit ulasan mengenai materi sebagai pengantar dan hal-
hal yang diharapkan dari peserta seminar.

4) Membacakan tata tertib seminar.

5) Memperkenalkan dan membacakan biodata pemakalah dan


pembanding (jika ada).

6) Memimpin jalannya seminar dengan cara mengatur waktu dan arus


tanya jawab antara peserta dengan pemakalah. Jika pemakalah
dipertimbangkan akan melebihi waktu maka moderator akan
mengingatkan melalui secarik kertas kecil bertuliskan, misalnya: “waktu
anda tinggal 5 menit lagi”.

7) Membuat dan membacakan kesimpulan sementara hasil diskusi.


Bila ada sesi berikutnya dengan pemakalah yang lain maka sebaiknya
dengan moderator yang lain pula.

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang moderator tidak boleh melakukan


beberapa hal sebagai berikut:

1) Menjawab pertanyaan peserta.

2) Mengomentari pendapat pemakalah atau peserta pada saat


diskusi.

3) Membiarkan pembahasan yang tidak terkait dengan hal-hal yang


sedang didiskusikan.

4) Mengatakan “Pemakalah tidak perlu dikenalkan lagi”.

5) Menyebutkan hal-hal lain sebelum mengenalkan nama pemakalah.


23

d. Notulis. Notulis memiliki tugas yaitu:

1) Merekam jalannya seminar dan diskusi secara tertulis.

2) Notulis dapat membantu moderator bila moderator kurang jelas


menerima pertanyaan peserta.

3) Mencatat setiap butir pertanyaan yang penting dari semua


pembicara. (Pemakalah, Pembanding dan Peserta).

4) Mencatat nama-nama peserta yang berbicara atau bertanya


sekaligus butir-butir yang ditanyakan dan disampaikan.

Bila dibutuhkan keakuratan dalam perekaman jalannya diskusi maka dapat pula
menggunakan dua orang notulis ditambah dengan alat perekam suara. Hasil
tulisan dari Notulis disebut Notulen. Notulen merupakan bagian dari dokumen
seminar (Indra Yuzal, 2013, h.50).

e. Pengamat. Pengamat biasanya adalah seorang yang memiliki keahlian


khusus. Pengamat memiliki tugas sebagai berikut:

1) Mengamati jalannya seminar.

2) Memberikan pendapat pada saat terjadinya jalan buntu (stagnant).

Namun perlu diingat bahwa pendapat atau saran pengamat tidak dapat
memvonis jalannya seminar secara keseluruhan.

f. Pemakalah. Pemakalah memiliki sebutan lain yaitu Penceramah,


Pembicara, Speaker, Panelis, Pemrasaran atau Narasumber. Pemakalah
bertugas:

1) Menyajikan makalah yang telah dibuatnya.

2) Menjawab pertanyaan peserta tentang materi yang


disampaikannya melalui moderator.
24

Pemakalah yang baik akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Panjang makalah telah menyesuaikan alokasi waktu yang


disediakan oleh panitia.

2) Isi makalah hendaknya menarik, aktual, dan dibutuhkan peserta


seminar.

3) Menguasai teknik pemaparan dengan baik diantaranya


komunikatif, mudah dimengerti, singkat, jelas, efektif, efisien, intensif,
emosional terkontrol, bergairah dan memberi kesan. Dengan demikian
pemakalah akan mendapatkan umpan balik yang positif dari peserta yang
antusias guna penyempurnaan makalahnya.

g. Pembanding. Pembanding atau bisa juga disebut penyanggah dalam


sebuah seminar adalah pemakalah yang isi makalahnya merupakan
pembanding dari pemakalah utama. Tugas pembanding adalah menyampaikan
pendapat saran terhadap makalah pemakalah utama. Tujuan adanya makalah
pembanding antara lain:

1) Memberikan wawasan tambahan pada peserta seminar agar


terbentuk opini terhadap makalah utama.

2) Memperjelas eksistensi materi pemakalah utama terutama setelah


forum diskusi.

3) Menambah wawasan yang pemakalah utama tidak membahasnya.

4) Menjadikan suasana seminar lebih termotivasi.

h. Guru Pembimbing. Seminar yang khususnya dilaksanakan di sekolah-


sekolah akan ditunjuk guru pembimbing. Tugasnya memberi saran dan arahan
kepada pemrasaran (jika pemrasaran dari siswa sendiri atau kepada tim
perumus) dalam menyusun makalah. Selain itu, guru pembimbing meluruskan
pembicaraan yang menyimpang dan memberi tanggapan terhadap pelaksanaan
25

seminar (Asul Wiyanto, 2000, h.46). Guru Pembimbing di lingkungan Seskoau


dapat dijabat oleh Dosen.

j. Peserta. Peserta seminar adalah bagian yang signifikan terhadap


suksesnya seminar. Peserta yang antusias bahkan jauh sebelum pelaksanaan
seminar akan menghasilkan suasana seminar yang bergairah. Peserta yang
bergairah akan aktif dengan tanggapan, kritik atau pertanyaan. Kritik atau
pertanyaan yang membangun, kritis dan substantif masalah akan menjadi bahan
yang berharga bagi perumusan naskah hasil seminar dan pada akhirnya akan
meningkatkan nilai keberhasilan tujuan dilaksanakannya seminar.

k. Tim Perumus. Tim Perumus bertugas ekstra cepat untuk merumuskan


hasil seminar karena hasil rumusan itu akan dibacakan pada saat penutupan
seminar dan jika mungkin naskah hasil rumusan seminar dapat dibagikan
bersamaan dengan pembagian sertifikat seminar. Tim perumus biasanya
diketuai oleh moderator atau peserta yang dianggap berpengalaman.

19. Kepanitiaan Seminar. Gagasan dari pemrakarsa seminar akan disampaikan


kepada sponsor. Bilamana gagasan itu dipertimbangkan aktual dan akan berpengaruh
positif kepada kemajuan pihak sponsor dalam hal ini suatu lembaga (misal: Seskoau),
dan kemudian menyetujui atau menerima gagasan pemrakarsa, maka Seskoau akan
menunjuk Project Officer atau Ketua Panitia atau biasa disebut dengan Kepala
Pelaksana Kegiatan (Kalakgiat) untuk menyusun kepanitiaan seminar yang kemudian
akan disahkan oleh Komandan Seskoau. Kepanitiaan seminar yang baik dan
profesional akan menghasilkan seminar yang dapat menghasilkan naskah seminar
yang bermanfaat bagi lembaga sekaligus mencapai tujuan pembelajaran bagi personel
yang terlibat dalam seminar baik sebagai pelaku seminar ataupun kepanitiaan seminar.
Adapun tugas dan tanggung jawab serta susunan kepanitiaan seminar dapat dijelaskan
sebagai berikut:

a. Tugas dan Tanggung Jawab Panitia Seminar. Kepanitian seminar


memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1) Tugas. Kepanitiaan seminar bertugas menyelenggarakan seminar


di mana pelaksanaan tugas itu dimulai sesaat kepanitiaan seminar
dibentuk sampai dengan dibubarkannya kepanitiaan tersebut.
26

2) Tanggung Jawab. Kepanitiaan seminar bertanggung jawab


kepada beberapa pihak yaitu:

a) Institusi atau lembaga yang memberi tugas.

b) Personel yang terlibat langsung dalam seminar seperti


Pembawa Acara, Pemakalah, Moderator, Notulis dan sebagainya.

c) Peserta Seminar.

d) Masyarakat luas dalam konteks pertanggungjawaban moral


dan intelektual.

b. Susunan Kepanitiaan Seminar. Berdasarkan Juknis Penyelenggaraan


Temu Ilmiah, susunan kepanitiaan seminar adalah sebagai berikut:

1) Ketua Panitia (Project Officer). Ketua Panitia adalah penanggung


jawab atas keseluruhan kegiatan seminar yang akan dilaksanakan.
Seskoau menyebut ketua panitia sebagai Kalakgiat (Kepala Pelaksana
Kegiatan).

2) Komite Pengorganisasian (Organizing Committee). Komite


Pengorganisasian dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggungjawab
dalam hal pendanaan, perijinan-perijinan, kesekretariatan, akomodasi,
transportasi, fasilitas seminar, publikasi, dokumentasi, keprotokolan,
keamanan dan penerimaan tamu.

3) Komite Pengarah (Steering Committee). Komite Pengarah


dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggung jawab dalam hal
menghadirkan keynote speaker, pemakalah, pembanding, moderator,
notulis, peserta, susunan acara, perumusan naskah, penggandaan dan
pendistribusian naskah seminar.

Guna mempermudah pelaksanaan tugas susunan panitia di atas dapat


dilengkapi dengan Sekretaris, Bendahara dan Seksi-Seksi yang diperlukan.
27

20. Naskah-Naskah Seminar. Berdasarkan Juknis Penyelenggaraan Temu Ilmiah,


Naskah yang diproduksi dalam suatu kegiatan seminar adalah sebagai berikut:

a. Naskah Dasar. Naskah dasar adalah naskah yang dibuat oleh sponsor
dan pemrakarsa yang berisi segala permasalahan yang digunakan sebagai
sumber penyelenggaraan seminar. Naskah dasar biasa disebut dengan istilah
Term of Reference (TOR) atau Kerangka Acuan. Naskah dasar berisikan hal-hal
di antaranya adalah latar belakang pemikiran, topik dan tema, bisa juga
sekaligus dengan judul, maksud dan tujuan, manfaat, waktu, tempat, keynote
speaker, pemakalah/narasumber, peserta/undangan, sumber dana, pembiayaan
dan kepanitiaan seminar.

b. Naskah Petunjuk. Naskah petunjuk adalah naskah yang berisikan


petunjuk-petunjuk dan ketentuan-ketentuan yang mengenai penyelenggaraan
dan pelaksanaan seminar. Naskah petunjuk bisa juga disebut Buku Panduan.
Informasi-informasi yang lebih detil dimuat di dalam naskah petunjuk. Naskah
petunjuk umumnya berisi tentang jadwal seminar, jadwal pendistribusian naskah
kerja atau naskah seminar, tata tertib seminar, pelayanan oleh panitia, denah
gedung dan fasilitas seminar, informasi tentang akomodasi dan transportasi,
daftar nomor telepon penting, lokasi wisata, toko/tempat belanja terdekat dan
sebagainya.

c. Naskah Kerja. Naskah kerja adalah semua naskah yang dibagikan


kepada peserta pertemuan seperti bahan pembahasan dalam pertemuan baik
yang disajikan maupun sebagai bahan referensi.

21. Pedoman Penyelenggaraan Seminar. Penyelenggaraan seminar bagi Perwira


Siswa Sesau berpedoman kepada Bujuknis Penyelenggaraan Temu Ilmiah yang telah
disahkan melalui Keputusan Komandan Seskoau Nomor Kep/59/XII/2011 tanggal 16
Desember 2011. Penyelenggaraan seminar terdiri dari empat tahap yaitu tahap
pendahuluan, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian. Setiap
penahapannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tahap Pendahuluan. Tahap pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan


sebagai berikut:
28

1) Ide atau Gagasan. Pemrakarsa (dosen atau pejabat)


memunculkan ide atau gagasan atau permasalahan yang
dipertimbangkan aktual dan penting untuk dicari penyelesaiannya.

2) Meyakinkan sponsor. Sebagaimana telah diatur di dalam Pokok-


Pokok Prosedur dan Penyelenggaraan Seskoau maka pemrakarsa
bersama dengan departemen terkait atau yang ditunjuk sebagai “leading
sector” melalui Kurikulum Pendidikan Sesau, menyusun dan mengajukan
naskah dasar guna meyakinkan sponsor (Komandan Seskoau) apakah
gagasan tersebut layak untuk diseminarkan. Naskah dasar atau TOR
atau Kerangka Acuan berisi hal-hal sebagai berikut:

a) Ruang lingkup dan pembatasan masalah.

b) Nilai strategis atau arti penting dari masalah yang akan


dibahas.

c) Sasaran yang hendak dicapai.

d) Menentukan narasumber yang kompeten dan berpengaruh


dalam permasalahan yang akan dibahas.

e) Menentukan profil peserta yang sesuai dengan topik


bahasan. (Tidak dilaksanakan karena seluruh pasis Sesau akan
mengikuti sebagai bagian dalam proses pembelajaran).

f) Menentukan jumlah peserta seminar. (Tidak dilaksanakan


karena seluruh pasis Sesau akan mengikuti sebagai bagian dalam
proses pembelajaran).

g) Menyusun perencanaan kerja atau perencanaan


pelaksanaan kegiatan yang mencakup keterangan mengenai
waktu, tempat, kepanitiaan, biaya dan sebagainya terkait dengan
seminar
29

Jika disetujui oleh Komandan Seskoau selaku sponsor maka pemrakarsa


(dosen/pejabat bersama dengan departemen) dapat melanjutkan ke tahap
persiapan.

b. Tahap Persiapan. Pada tahap persiapan dilaksanakan kegiatan berupa

1) Pembentukan Kepanitiaan. Pemrakarsa (dosen atau pejabat


terkait) membentuk kepanitiaan yang tersusun dari Steering Committee
(SC) dan Organizing Committee (OC). Kepanitiaan ini dipimpin oleh
seorang yang ketua panitia (Project Officer).

2) Kegiatan Kepanitiaan. Selanjutnya, SC mulai bekerja sesuai tugas


dan tanggung jawabnya sebagaimana telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya. Salah satu tugas yang dilaksanakan adalah menyusun
naskah dasar atau naskah seminar. Sedangkan OC bertugas menyusun
naskah petunjuk atau buku panduan dan keperluan lainnya sebagaimana
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

c. Tahap Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan-kegiatan


yang secara garis besar meliputi:

1) Upacara Pembukaan. Upacara pembukaan diawali dengan


laporan perwira upacara. Pelaksanaan laporan bisa dilakukan oleh Ketua
SC kepada pimpinan lembaga selaku sponsor dalam hal ini Komandan
Seskoau. Selanjutnya disampaikan sambutan-sambutan dari Ketua
Panitia Seminar (Project Officer), Komandan Seskoau, Keynote Speaker
dan lainnya (jika diperlukan). Pembukaan bisa ditandai dengan
pemukulan gong, ketuk palu atau bentuk lainnya dan kemudian diakhiri
dengan laporan perwira upacara.

2) Sidang Pleno. Sidang pleno adalah sidang yang dihadiri oleh


pemakalah, pembanding, konsultan, sponsor dan panitia seminar dan
seluruh peserta seminar tanpa terkecuali. Sidang pleno dilaksanakan
melalui tahapan kegiatan sebagai berikut:
30

a) Pembukaan oleh MC. MC membuka dengan salam, ucapan


selamat datang, membacakan pengumuman mengenai beberapa
informasi penting untuk seluruh hadirin. Selanjutnya MC meminta
moderator, notulis dan pemakalah untuk tampil ke panggung

b) MC memperkenalkan moderator. MC memperkenalkan


moderator kepada para hadirin dengan membacakan biodata
moderator.

c) Moderator Memimpin Sidang Pleno. Sebelum memulai


sidang pleno, moderator terlebih dahulu memperkenalkan
pemakalah/narasumber kemudian notulis dengan membacakan
biodata masing-masing. Selanjutnya moderator mempersilahkan
pemakalah menyampaikan makalah/bahan seminar. Setelah
selesai masuk ke tahap tanya jawab antara narasumber dengan
peserta seminar yang diatur oleh moderator.

Jika terdapat lebih dari satu narasumber, maka sebaiknya ditunjuk


moderator dan notulis yang berbeda pula. Setelah sidang pleno,
dilaksanakan diskusi tersebar melalui sidang-sidang kelompok/ sidang
komisi dan sidang tim perumus. Peserta diskusi akan kembali ke kegiatan
sidang pleno untuk mendengarkan pembacaan naskah hasil seminar yang
dihasilkan oleh tim perumus.

3) Sidang Kelompok. Sidang kelompok atau sidang komisi adalah


jenis sidang kelompok yang terdiri dari anggota dari masing-masing
komisi yang secara khusus membahas materi yang menjadi tugas dari
komisi yang bersangkutan. Pembagian sidang kelompok menyesuaikan
dengan banyaknya penggolongan materi bahasan.

4) Sidang Tim Perumus. Sidang tim perumus dilakukan pada waktu


yang sangat singkat oleh sebab itu diperlukan tim perumus yang mampu
bekerja dengan ekstra cepat. Seluruh hasil seminar akan dituangkan ke
dalam bentuk naskah seminar yang merupakan hasil kerja dari tim
perumus. Tim perumus terdiri dari moderator, pemrasaran (melalui
makalahnya), pembanding (jika ada), notulis dan peserta seminar yang
31

aktif. Sidang tim perumus diakhiri dengan pembacaan naskah hasil


perumusan. Bila memungkinkan, naskah hasil seminar didistribusikan
bersamaan dengan pembagian sertifikat seminar di akhir pelaksanaan
seminar atau dapat dikirimkan masing-masing ke alamat pemrakarsa,
sponsor, keynote speaker, pemrasaran/narasumber dan para peserta
seminar.

5) Upacara Penutupan. Upacara penutupan diawali dengan laporan


perwira upacara/ketua SC, sambutan project officer, keynote speaker (jika
ada dan yang berbeda dari saat pembukaan seminar), sambutan
pimpinan lembaga selaku sponsor dengan diikuti pernyataan penutupan
seminar (bisa dengan pemukulan gong atau mengetuk palu) kemudian
diakhiri dengan laporan perwira upacara.

d. Tahap Penyelesaian. Tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan-kegiatan


yang secara garis besar meliputi:

1) Penyusunan naskah hasil seminar.

2) Penyusunan laporan penyelenggaraan.

3) Penyelesaian urusan penggunaan fasilitas dan jasa.

22. Mekanisme Penyelenggaraan Seminar. Penyelenggaraan seminar bagi


Perwira Siswa Sesau berpedoman kepada Bujuknis Penyelenggaraan Temu Ilmiah.

23. Tata Letak Tempat. Sebelum menentukan denah tempat seminar, panitia
terlebih dahulu menentukan gedung mana yang akan disiapkan. Beberapa sponsor
seminar menggunakan fasilitas yang disediakan oleh hotel atau convention center.
Program pendidikan Sesau melaksanakan seminar dengan memperhatikan kebijakan
dasar yang telah diatur di pasal delapan dalam Bujuknis Penyelenggaraan Temu Ilmiah
dengan semaksimal mungkin menggunakan fasilitas Seskoau seperti Bangsal
“Srutasala”, Gedung Widya Mandala I, II atau Gedung Serba Guna “Ghra Widya
Dirgantara”. Lokasi seminar hendaknya mudah dicapai dengan berbagai alat
transportasi. Bila seminar dilaksanakan lebih dari sehari maka sebaiknya perlu
mempertimbangkan jarak antara tempat seminar dengan akomodasi peserta seminar.
32

Gedung seminar hendaknya menyediakan sumber daya listrik yang memadai atau
pembangkit listrik bila sewaktu-waktu terjadi pemadaman oleh perusahaan negara.
Gedung sebaiknya memiliki karakterisktik akustik yang optimal, tidak menggema serta
dilengkapi dengan sistem suara yang baik serta tidak bising. Ventilasi udara memadai
dilengkapi dengan pengatur suhu ruangan. Gedung yang baik untuk seminar
hendaknya memiliki panggung untuk moderator, narasumber/pemakalah dan notulis.
Bagi pemakalah dan keynote speaker dilengkapi dengan podium. Jangan lupa
menyediakan wireless mic yang memiliki kualitas sama dengan mic yang ada di podium
bilamana narasumber ingin memaparkan secara dinamis. Banner yang dipasang
untuk menampilkan tema seminar sebaiknya tidak ramai dengan gambar-gambar
sehingga mengganggu konsentrasi peserta seminar. Tata letak kursi sebaiknya tidak
ada penghalang antara peserta seminar dengan narasumber atau pelaku yang ada di
panggung. Sebaiknya tidak terdapat pilar gedung atau hiasan dekorasi lainnya yang
menjadi penghalang. Sediakan juga meja bulat untuk transit keynote speaker,
narasumber, moderator, notulis atau tamu penting lainnya. Sajikan konsumsi/snack di
atasnya. Terdapat berbagai macam tempat duduk di antaranya: Ruang Kelas (Class
Room), Melingkar (Round Table), Setengah Melingkar (Theater), Setengah Melingkar
Berundak (Amphitheater), Empat Persegi (Square), Huruf “U” (“U” Shape). Tata letak
sifatnya tidak kaku atau dapat menyesuaikan dengan situasi, karakteristik dan jumlah
peserta, bentuk gedung atau pertimbangan-pertimbangan lainnya.

LAYAR LAYAR

PANGGUNG
PODIUM
NOTULIS
PESERTA

Gambar 3.1. Tata Letak Class Room.


33

PESERTA
PESERTA

LAYAR

NOTULIS MULTI
MEDIA

MODERATOR

PEMAKALAH

PESERTA

Gambar 3.2. Tata Letak Round Table.

LAYAR LAYAR

PANGGUNG
NOTULIS
PODIUM

Gambar 3.3. Tata Letak Theater.


34

LAYAR LAYAR

PANGGUNG
NOTULIS
PODIUM

Gambar 3.4. Tata Letak “U” Shape.

24. Prosedur Simposium. Simposium adalah suatu pertemuan untuk membahas


suatu masalah yang dikemukakan dari berbagai sudut pandang melalui suatu diskusi,
untuk mendapatkan perbandingan pandangan dan faham serta titik pokok
permasalahan tersebut. Pada simposium, topik dibahas oleh beberapa ahli, simposium
dihadiri oleh banyak peserta dan dipimpin oleh moderator, simposium tidak diakhiri
dengan kesimpulan dan rekomendasi. Prosedur pelaksanaan simposium adalah
sebagai berikut:

a. Penyiapan dan reproduksi naskah kerja atau sertifikat. (H-3).

b. Penyiapan ruang beserta seluruh fasilitas penunjang. (H-1).

c. Pendaftaran seluruh peserta dan pemberian kit simposium.


35

d. Penyampaian pandangan umum oleh keynote speaker.

e. Pembukaan simposium oleh moderator.

f. Pemaparan makalah oleh narasumber.

g. Sesi tanya jawab dipimpin oleh moderator. (Khusus di Seskoau. Secara


teori simposium tidak terdapat mekanisme tanya jawab).

h. Pencatatan pertanyaan dan jawaban dan penyampaian notulen di akhir


simposium.

j. Penyampaian hasil simposium dari masing-masing pemapar.

k. Penutupan simposium.

25. Prosedur Lokakarya. Lokakarya adalah pertemuan para ahli (pakar) untuk
membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan di bidang
tugasnya. Lokakarya biasanya dilakukan dalam rangka menindaklanjuti hasil suatu
seminar untuk tema dan topik yang sama dengan membahas permasalah yang lebih
bersifat teknis sehingga produknya diharapkan dapat digunakan langsung. Peserta
lokakarya biasanya homogen dengan jumlah yang terbatas. Prosedur pelaksanaan
lokakarya adalah sebagai berikut:

a. Penyiapan dan reproduksi naskah kerja atau sertifikat. (H-3).

b. Penyiapan ruang beserta seluruh fasilitas penunjang. (H-1).

c. Pendaftaran seluruh peserta dan pemberian kit lokakarya.

d. Penyampaian pandangan umum oleh keynote speaker.

e. Pembukaan lokakarya oleh moderator.

f. Pemaparan makalah atau peragaan alat oleh narasumber.


36

g. Sesi tanya jawab dipimpin oleh moderator.

h. Diskusi dalam forum kelompok dengan menunjuk ketua kelompok, notulis


dan moderator agar hasil diskusi dapat dibawa ke forum pleno. Jika lokakarya
bersifat ketrampilan motorik (penggunaan alat) maka peserta forum kelompok
dapat menggunakan alat tersebut untuk memperoleh ketrampilan yang
dimaksud.

j. Penggabungan gagasan dari tiap kelompok dalam forum pleno melalui


pemaparan perwakilan kelompok.

k. Pencatatan pertanyaan dan jawaban dan penyampaian hasil tanya jawab


oleh notulen di akhir lokakarya.

l. Penutupan lokakarya oleh moderator.

26. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan. Penyelenggaraan seminar, simposium dan


lokakarya yang dipersiapkan dan direncanakan oleh panitia hendaknya memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:

a. Pendanaan

b. Perijinan

c. Biaya-biaya (Operasi, Persewaan, Honorarium dll)

d. Undangan

e. Gedung dan kelengkapannya

f. Ruang Sekretariat

g. Rencana Kerja

h. Check List Kegiatan

i. Seminar Kit
37

j. Publikasi

k. Bahan Seminar

l. Buku Panduan

m. Papan Nama

n. Name Tag

o. Sertifikat

p. Cenderamata

q. Formulir Umpan Balik

r. Hasil Seminar

s. Gedung dan kelengkapannya (Parkir, Keamanan, Sewa dll)

t. Tata Tempat (Lay Out)

u. Dekorasi

v. Ventilasi

w. Ruang VIP (Keynote Speaker, Moderator, Pemakalah dan tamu penting


lainnya)

x. Fasilitas Penyandang Cacat

y. Tempat Khusus Merokok

z. Partisi Ruangan (untuk sidang Komisi)

aa. Tempat Ibadah

bb. Kamar Kecil

cc. Alat Musik/Hiburan (sat jeda/makan siang)


38

dd. Olah Raga

ee. Ruang Makan

ff. Meja Snack

gg. Locker

hh. Fasilitas Internet

ii. Petugas Kebersihan

jj. Kotak Saran

kk. Papan Pengumuman

ll. Tanda Petunjuk/Larangan Merokok, Handphone bunyi dsb

mm. Sound System

nn. Pengeras Suara (Cord, Cordless)

oo. Whiteboard

pp. Copyboard

qq. Flip Charts

rr. Projector/OHP

ss. Screen

tt. Pointers

uu. Susunan Acara

vv. Gladi Bersih

ww. Penerima Tamu

xx. Liaison Officer


39

yy. Publikasi Seminar (Brosur, Spanduk, Banner, Umbul-umbul)

zz. Press Release

aaa. Akomodasi (Panitia, Pemakalah dll)

bbb. Transportasi

ccc. Konsumsi

ddd. Dokumentasi (Foto, Video, Foto Bersama utk Kenang-Kenangan)

eee. Medical Evacuation

fff. Evaluasi Pasca Seminar

ggg. Laporan Seminar

hhh. Laporan Hasil Seminar

iii. Pertanggungjawaban Keuangan

jjj. Pembubaran Panitia Seminar

kkk. Dan lain-lain.

27. Soal-soal Latihan.

a. Jelaskan proses terjadinya seminar yang diawali dari suatu gagasan.

b. Jelaskan perbedaan mendasar antara seminar dengan simposium.

c. Jelaskan dengan rinci kegiatan-kegiatan dalam rangka penyelenggaraan


seminar sesuai dengan penahapan masing-masing.
40

BAB IV

PENUTUP

28. Demikian Naskah Sekolah tentang Pengenalan Temu Ilmiah disampaikan,


dengan harapan dapat dijadikan bekal bagi Perwira Siswa Sesau dalam meningkatkan
kemampuannya guna menyiapkan diri dalam mengemban tugas pada masa
mendatang.

Departemen Manajemen

Anda mungkin juga menyukai