Anda di halaman 1dari 3

Mr.

Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo

Biodata :

Nama : Mr. Achmad Soebardjo


Gender : Laki-Laki
Tempat Lahir : Karawang, Jawa Barat
Tanggal Lahir : 23 Maret 1896
Riwayat Hidup : Nama Lengkap : Achmad Soebardjo Djojoadisurjo

Pendidikan Terakhir :

- HBS (SMA) di Jakarta (1917)

- Meester in de Rechten/Mr (Sarjana Hukum), Universitas Leiden,


Belanda (1933)

- Gelar Profesor bidang sejarah Konstitusi dan Diplomasi Indonesia


Fakultas Sastra Univeritas Indonesia, Jakarta
Riwayat Karir : Karir :

- Menteri Luar Negeri Kabinet Presidensial (19 Agustus 1945 - 14


November 1945)
- Menteri Luar Negeri Kabinet Sukiman-Suwirjo (1951-1952)

- Duta Besar Indonesia untuk Republik Federal Swiss (1957-1961)

Biografi :

Achmad Soebardjo lahir dari pasangan Teuku Muhammad Yusuf (ayah) -


Wardinah (Ibu). Ayahnya masih keturunan bangsawan Aceh dari Pidie. Kakek
Achmad Soebardjo dari pihak ayah adalah Ulee Balang dan ulama di wilayah
Lueng Putu, sedangkan Teuku Yusuf adalah pegawai pemerintahan dengan
jabatan Mantri Polisi di wilayah Teluk Jambe, Kerawang. Sedangkan Ibu Achmad
Soebardjo adalah keturunan Jawa-Bugis, dan merupakan anak dari Camat di
Telukagung,Cirebon.

Teuku Abdul Manaf adalah nama yang di berikan ayahnya pada saat awal,
sedangkan ibunya memberinya nama Achmad Soebardjo. Nama Djojoadisoerjo
ditambahkannya sendiri setelah dewasa, saat ia ditahan di penjara Ponorogo
karena "Peristiwa 3 Juli 1946". Ia bersekolah di Hogere Burger School, Jakarta
(saat ini setara dengan Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917. Ia kemudian
melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda dan memperoleh
ijazah Meester in de Rechten (saat ini setara dengan Sarjana Hukum) di bidang
undang-undang pada tahun 1933.

Ia bersekolah di Hogere Burger School, Jakarta (saat ini setara dengan


Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917. Ia kemudian melanjutkan
pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda dan memperoleh ijazah Meester in
de Rechten (saat ini setara dengan Sarjana Hukum) di bidang undang-undang
pada tahun 1933.

  Ketika menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam memperjuangkan


kemerdekaan Indonesia melalui organisasi kepemudaan seperti Jong Jawa dan
Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Ahmad Subarjo juga pernah menjadi
utusan Indonesia bersama dengan Mohmmad Hatta pada konferensi antarbangsa
"Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah" yang pertama di
Brussels dan kemudiannya di Jerman. Pada persidangan pertama itu juga ia
bertemu Jawaharlal Nehru dan pemimpin-pemimpin nasionalis yang terkenal dari
Asia dan Afrika. Sewaktu kembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Peristiwa Rengasdengklok adala peristiwa yang terjadi pada tanggal 16


Agustus 1945 dimana para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni,
dan Wikana, Shodanco Singgih, dan pemuda lain, membawa Soekarno dan Moh.
Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
tidak terpengaruh oleh Jepang.

Di Rengasdengklok, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang


telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun
risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Achmad
Soebardjo melakukan perundingan. Achmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf
Kunto untuk mengantar Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka
menjemput Soekarno dan Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Achmad Soebardjo
berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan
kemerdekaan.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soebardjo dilantik sebagai Menteri Luar


Negeri pada Kabinet Presidensial, kabinet Indonesia yang pertama, dan kembali
menjabat menjadi Menteri Luar Negeri sekali lagi pada tahun 1951 - 1952. Selain
itu, ia juga menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Switzerland antara tahun-
tahun 1957 - 1961.

Dalam bidang pendidikan, Soebardjo merupakan profesor dalam bidang


Sejarah Perlembagaan dan Diplomasi Republik Indonesia di Fakultas
Kesusasteraan, Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai