Anda di halaman 1dari 3

Achmad Soebardjo

Menteri Luar Negeri RI ke-1


Masa jabatan: 2 /9/ 1945-14/11/1945

Informasi pribadi:
Tanggal Lahir: 23 Maret 1896
Tempat Lahir: Karawang, Jawa Barat,
Hindia Belanda
Meninggal : 15 Desember 1978
Jakarta, Indonesia
Kebangsaan: Indonesia

Alma mater:
Universitas Leiden Belanda
Profesi: Diplomat
Agama: Islam
Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia,
diplomat, dan seorang Pahlawan Nasional Indonesia, beliau juga merupakan Menteri Luar
Negeri Indonesia yang pertama. Ia lahir di Karawang, Jawa Barat pada 23 Maret 1896 -
meninggal 15 Desember 1978 pada umur 82 tahun. Achmad Soebardjo memiliki gelar Meester
in de Rechten, yang diperoleh di Universitas Leiden Belanda pada tahun 1933.

Awal mula
Achmad Soebardjo lahir dari pasangan Teuku Muhammad Yusuf (ayah) - Wardinah (Ibu).
Ayahnya masih keturunan bangsawan Aceh dari Pidie. Kakek Achmad Soebardjo dari pihak
ayah adalah Ulee Balang dan ulama di wilayah Lueng Putu, sedangkan Teuku Yusuf adalah
pegawai pemerintahan dengan jabatan Mantri Polisi di wilayah Teluk Jambe, Kerawang.
Sedangkan Ibu Achmad Soebardjo adalah keturunan Jawa-Bugis, dan merupakan anak dari
Camat di Telukagung, Cirebon.

Teuku Abdul Manaf adalah nama yang di berikan ayahnya pada saat awal, sedangkan ibunya
memberinya nama Achmad Soebardjo. Nama Djojoadisoerjo ditambahkannya sendiri setelah
dewasa, saat ia ditahan di penjara Ponorogo karena "Peristiwa 3 Juli 1946". Ia bersekolah di
Hogere Burger School, Jakarta (saat ini setara dengan Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917.
Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda dan memperoleh ijazah
Meester in de Rechten (saat ini setara dengan Sarjana Hukum) di bidang undang-undang pada
tahun 1933.

Riwayat perjuangan
Semasa masih menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia melalui beberapa organisasi seperti Jong Java dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di
Belanda. Pada bulan Februari 1927, ia pun menjadi wakil Indonesia bersama dengan Mohammad
Hatta dan para ahli gerakan-gerakan Indonesia pada persidangan antarbangsa "Liga Menentang
Imperialisme dan Penindasan Penjajah" yang pertama di Brussels dan kemudiannya di Jerman.
Pada persidangan pertama itu juga ada Jawaharlal Nehru dan pemimpin-pemimpin nasionalis
yang terkenal dari Asia dan Afrika. Sewaktu kembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan kemudian Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adala peristiwa yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 dimana
para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana, Shodanco Singgih, dan
pemuda lain, membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.

Di Rengasdengklok, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan
para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda,
Wikana, dan golongan tua, yaitu Achmad Soebardjo melakukan perundingan. Achmad
Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka
diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka
menjemput Soekarno dan Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Achmad Soebardjo berhasil
meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan.

Naskah proklamasi
Konsep naskah proklamasi disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo di
rumah Laksamana Muda Maeda. Setelah selesai dan beragumentasi dengan para pemuda,
dinihari 17 Agustus 1945, Bung Karno pun segera memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik
naskah proklamasi.
Masa setelah kemerdekaan
karinkkkkkff

Anda mungkin juga menyukai