POTONGAN OBJEK
Untuk memperlihatkan bagian berongga benda pada gambar, seperti lubang bor, gambar
potongan (section) dipergunakan sehingga gambar dihasilkan dalam bentuk yang lebih jelas
karena garis putus–putus berubah menjadi garis tebal. Objek yang terhalang tidak perlu
digambar melalui garis putus-putus bila garis tersebut memperumit gambar potongan.
Prinsip potongan adalah sebagai berikut:
a. Potongan seluruh (potongan dalam satu bidang). Pola penggambaran potongan dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
Catatan :
- Apabila digambar dengan pandangan lain, maka gambar pandangan tersebut tetap
utuh (proyeksi yang tidak dipotong).
- Perubahan garis dari gambar pandangan ke gambar potongan diperlihatkan oleh A.
- Bagian pejal yang terpotong diberi garis arsir B.
b. Potongan setengah. Gambar potongan setengah hanya berlaku untuk gambar simetri
sehingga sebagian merupakan gambar potongan dan sebagian lagi gambar pandangan
(Gambar 4.2).
c. Potongan setempat. Potongan setempat cocok digunakan pada benda yang ingin
diperlihatkan sebagian atau dipotong memanjang, misalnya alur pasak pada poros
(Gambar 4.3).
Catatan:
- Batas potongan digambarkan dengan garis tipis kontinu bergelombang atau zig-zag (E).
d. Arsiran potongan. Fungsi arsiran adalah untuk menunjukan bidang terpotong pada
gambar. Bentuk arsiran pada umumnya dibuat dengan garis tipis kontinu yang sejajar
dengan kemiringan 45ᵒ terhadap sumbu utama atau garis patokan (Gambar 4.4).
Catatan:
- Untuk gambar susunan yang sama harus diarsir dengan cara yang sama, sedangkan
arsiran untuk benda yang berdempetan dibuat dengan arah atau jarak yang berbeda
(Gambar 4.5).
Gambar 4.5 Arsiran untuk Gambar Susunan
(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)
- Untuk bidang yang luas, arsiran dapat dibatasi pada daerah tepi bidang yang diarsir
(Gambar 4.6).
- Untuk bidang potongan yang berbeda dan sejajar, arsiran harus tetap sama. Namun,
sepanjang garis bagi antara kedua bidang potong harus bergeser (Gambar 4.7).
- Arsiran harus dihilangkan untuk tempat keterangan apabila keterangan tersebut tidak
dapat ditempatkan di luar bidang potong (Gambar 4.8).
Buatlah gambar potongan dari gambar sambungan kayu memanjang (pilih 2 macam) pada
halaman selanjutnya. Jangan lupakan arsiran pada setiap bidang potongan. Ukuran kayu
adalah 80/120 mm dan skala adalah 1:2 (mm).
Gambar 4.9 Sambungan Bibir Lurus Berkait
Gambar 4.10 Sambungan Bibir Miring dan Sambungan Miring Berkait
Gambar 4.11 Sambungan Takikan Lurus dan Sambungan Purus Lurus
IV.3. Tugas 2:
Buatlah potongan dari alat di bawah ini. Ukuran pada gambar dalam satuan
milimeter. Penentuan skala dan pemilihan gambar ditentukan di kelas praktikum.
b. Berbagai macam standar satuan unit dimensi dapat ditulis menurut tata cara penulisan
pada lokasi atau negara setempat. Kebanyakan gambar di Amerika Serikat menggunakan
satuan inci. Penggunaan sentimeter (cm), milimeter (mm) dan mikrometer (μm) adalah
satuan metrik standar internasional (SI) pada gambar teknik. Penulisan satuan dengan
sandar berganda harus dihindari pada gambar teknik.
c. Jika suatu objek mempunyai bagian yang simetris, maka kedua bagian tersebut tidak
perlu ditunjukkan kedua dimensi yang identik. Simbol simetri harus diterapkan pada
garis tengah di kedua sisi bagian ketika hanya setengah dari garis bentuk bagian
berbentuk simetri untuk menampilkan dimensi.
Gambar 5.2 Cara Penulisan Garis Dimensi dan Garis Proyeksi Dimensi
(Sumber: Jensen et al., 2002)
d. Jika diameter ditentukan, diameter harus ditampilkan pada tampilan longitudinal. Nilai
numerik dari suatu dimensi diameter harus didahului dengan simbol diameter Ø.
(Gambar 5.5)
e. Busur lingkaran diberi dimensi dengan memberikan nilai jari-jarinya. Ukuran dimensi
didahului dengan singkatan R (Gambar 5.7). Ketika sebuah dimensi diberikan ke pusat
jari-jari, sebuah tanda tambah kecil harus dibuat di tengah objek.
f. Fitur dan dimensi yang berulang dapat ditunjukkan dengan penggunaan X bersama
dengan angka untuk menunjukkan pengulangan dimensi objek (Gambar 5.9).
g. Chamfers (bagian-bagian objek yang terpotong) diukur dengan sudut dan panjang yang
linier (Gambar 5.11).
h. Kemiringan adalah kemiringan suatu garis yang mewakili permukaan miring dan
dinyatakan sebagai rasio perbedaan ketinggian objek dari dasar garis (base line) dan
jarak dasar objek. Penulisan dimensi kemiringan harus menampilkan segitiga kecil yang
dapat terbagi atas dua model, yaitu segitiga tegak atau segitiga terbalik (Gambar 5.12).
Gambar 5.12 Dimensi Kemiringan
(Sumber: Jensen et al., 2002)
V.2. Tugas:
Gambar ulang objek gambar teknik oil chute (Gambar 5.13) dan interlocking base (Gambar
5.14) dengan memperhatikan aturan penulisan dimensi. Skala disesuaikan dengan ukuran
kertas gambar. Perhatikan ketebalan garis untuk membedakan garis bantu (pensil 4H), garis
dimensi (pensil F atau HB), garis objek (pensil 2B atau 4B). Gunakan mal huruf bila
memungkinkan. Tulisan tangan diperkenakan asalkan rapih dan mudah terbaca.
Catatan: rekomendasi jenis pensil adalah 4H, F, dan 4B.
Gambar 5.12 Oil Chute
(Sumber: Jensen et al., 2002)
Gambar 5.13 Interlocking Base
(Sumber: Jensen et al., 2002)