Anda di halaman 1dari 18

IV.

POTONGAN OBJEK

IV.1 Potongan Objek

Untuk memperlihatkan bagian berongga benda pada gambar, seperti lubang bor, gambar
potongan (section) dipergunakan sehingga gambar dihasilkan dalam bentuk yang lebih jelas
karena garis putus–putus berubah menjadi garis tebal. Objek yang terhalang tidak perlu
digambar melalui garis putus-putus bila garis tersebut memperumit gambar potongan.
Prinsip potongan adalah sebagai berikut:
a. Potongan seluruh (potongan dalam satu bidang). Pola penggambaran potongan dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Potongan Seluruh


(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)

Catatan :
- Apabila digambar dengan pandangan lain, maka gambar pandangan tersebut tetap
utuh (proyeksi yang tidak dipotong).
- Perubahan garis dari gambar pandangan ke gambar potongan diperlihatkan oleh A.
- Bagian pejal yang terpotong diberi garis arsir B.

b. Potongan setengah. Gambar potongan setengah hanya berlaku untuk gambar simetri
sehingga sebagian merupakan gambar potongan dan sebagian lagi gambar pandangan
(Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Potongan Setengah


(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)
Catatan :
- Sisi lubang digambar hanya pada tampaknya saja (A).
- Bagian pejal yang terpotong diarsir (B).
- Garis putus–putus tidak perlu digambar karena gambar sudah jelas (C).
- Batas potongan digambar oleh garis rantai tipis titik tunggal (D).

c. Potongan setempat. Potongan setempat cocok digunakan pada benda yang ingin
diperlihatkan sebagian atau dipotong memanjang, misalnya alur pasak pada poros
(Gambar 4.3).

Gambar 4.3 Potongan Setempat


(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)

Catatan:
- Batas potongan digambarkan dengan garis tipis kontinu bergelombang atau zig-zag (E).

d. Arsiran potongan. Fungsi arsiran adalah untuk menunjukan bidang terpotong pada
gambar. Bentuk arsiran pada umumnya dibuat dengan garis tipis kontinu yang sejajar
dengan kemiringan 45ᵒ terhadap sumbu utama atau garis patokan (Gambar 4.4).

Gambar 4.4 Arsiran


(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)

Catatan:
- Untuk gambar susunan yang sama harus diarsir dengan cara yang sama, sedangkan
arsiran untuk benda yang berdempetan dibuat dengan arah atau jarak yang berbeda
(Gambar 4.5).
Gambar 4.5 Arsiran untuk Gambar Susunan
(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)

- Untuk bidang yang luas, arsiran dapat dibatasi pada daerah tepi bidang yang diarsir
(Gambar 4.6).

Gambar 4.6 Batas Arsiran


(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)

- Untuk bidang potongan yang berbeda dan sejajar, arsiran harus tetap sama. Namun,
sepanjang garis bagi antara kedua bidang potong harus bergeser (Gambar 4.7).

Gambar 4.7 Arsiran pada Potongan Sejajar


(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)

- Arsiran harus dihilangkan untuk tempat keterangan apabila keterangan tersebut tidak
dapat ditempatkan di luar bidang potong (Gambar 4.8).

Gambar 4.8 Arsiran dan Keterangan


(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)
IV.2 Tugas 1:

Buatlah gambar potongan dari gambar sambungan kayu memanjang (pilih 2 macam) pada
halaman selanjutnya. Jangan lupakan arsiran pada setiap bidang potongan. Ukuran kayu
adalah 80/120 mm dan skala adalah 1:2 (mm).
Gambar 4.9 Sambungan Bibir Lurus Berkait
Gambar 4.10 Sambungan Bibir Miring dan Sambungan Miring Berkait
Gambar 4.11 Sambungan Takikan Lurus dan Sambungan Purus Lurus
IV.3. Tugas 2:

Buatlah potongan dari alat di bawah ini. Ukuran pada gambar dalam satuan
milimeter. Penentuan skala dan pemilihan gambar ditentukan di kelas praktikum.

Gambar 4.12 Penahan Silang


(Sumber: Luzadder, 1995)

Gambar 4.13 Pendukung Ejektor


(Sumber: Luzadder, 1995)
Gambar 4.14 Sengkang Penuntun
(Sumber: Luzadder, 1995)

Gambar 4.15 Blok Pemegang


(Sumber: Luzadder, 1995)
V. DIMENSI GAMBAR

V.1 Spesifikasi Penulisan Dimensi

Dimensi berperan sangat penting untuk memberikan informasi dalam mempermudah


pemahaman objek gambar menjadi lebih jelas dan terperinci. Beberapa kriteria terpenting
di dalam penulisan dimensi adalah sebagai berikut:
a. Pada gambar, dimensi diberikan garis lurus, garis ekstensi, garis depan, panah, angka,
catatan, dan simbol (Gambar 5.1). Garis dimensi mempunyai batasan arah untuk
dilengkapi dengan panah yang memiliki cara penulisan serupa atau tidak berubah-ubah.
Garis ekstensi (juga disebut garis proyeksi) digunakan untuk menunjukkan titik atau garis
pada gambar terhadap dimensi yang berlaku (Gambar 5.2 dan Gambar 5.4). Perancang
gambar juga dapat menambahkan catatan umum atau keterangan ke dalam fitur pada
gambar untuk memberikan informasi kelayakan gambar (Gambar 5.1).

Gambar 5.1 Elemen Dasar Dimensi Gambar


(Sumber: Jensen et al., 2002)

b. Berbagai macam standar satuan unit dimensi dapat ditulis menurut tata cara penulisan
pada lokasi atau negara setempat. Kebanyakan gambar di Amerika Serikat menggunakan
satuan inci. Penggunaan sentimeter (cm), milimeter (mm) dan mikrometer (μm) adalah
satuan metrik standar internasional (SI) pada gambar teknik. Penulisan satuan dengan
sandar berganda harus dihindari pada gambar teknik.
c. Jika suatu objek mempunyai bagian yang simetris, maka kedua bagian tersebut tidak
perlu ditunjukkan kedua dimensi yang identik. Simbol simetri harus diterapkan pada
garis tengah di kedua sisi bagian ketika hanya setengah dari garis bentuk bagian
berbentuk simetri untuk menampilkan dimensi.
Gambar 5.2 Cara Penulisan Garis Dimensi dan Garis Proyeksi Dimensi
(Sumber: Jensen et al., 2002)

Gambar 5.3 Penempatan Dimensi Pada Gambar Tampak


(Sumber: Jensen et al., 2002)

d. Jika diameter ditentukan, diameter harus ditampilkan pada tampilan longitudinal. Nilai
numerik dari suatu dimensi diameter harus didahului dengan simbol diameter Ø.
(Gambar 5.5)
e. Busur lingkaran diberi dimensi dengan memberikan nilai jari-jarinya. Ukuran dimensi
didahului dengan singkatan R (Gambar 5.7). Ketika sebuah dimensi diberikan ke pusat
jari-jari, sebuah tanda tambah kecil harus dibuat di tengah objek.
f. Fitur dan dimensi yang berulang dapat ditunjukkan dengan penggunaan X bersama
dengan angka untuk menunjukkan pengulangan dimensi objek (Gambar 5.9).

Gambar 5.4 Garis Proyeksi Dimensi


(Sumber: Jensen et al., 2002)

Gambar 5.5 Penulisan Dimensi Diameter


(Sumber: Jensen et al., 2002)
Gambar 5.6 Penulisan Dimensi Diameter Pada Lembar Terbatas
(Sumber: Jensen et al., 2002)

Gambar 5.7 Dimensi Radius


(Sumber: Jensen et al., 2002)

Gambar 5.8 Dimensi Chord, Arc, dan Angle


(Sumber: Jensen et al., 2002)
Gambar 5.10 Minimalisasi Penulisan Dimensi Berulang
(Sumber: Jensen et al., 2002)

g. Chamfers (bagian-bagian objek yang terpotong) diukur dengan sudut dan panjang yang
linier (Gambar 5.11).

Gambar 5.11 Dimensi Repitisi dan Objek Terpotong


(Sumber: Jensen et al., 2002)

h. Kemiringan adalah kemiringan suatu garis yang mewakili permukaan miring dan
dinyatakan sebagai rasio perbedaan ketinggian objek dari dasar garis (base line) dan
jarak dasar objek. Penulisan dimensi kemiringan harus menampilkan segitiga kecil yang
dapat terbagi atas dua model, yaitu segitiga tegak atau segitiga terbalik (Gambar 5.12).
Gambar 5.12 Dimensi Kemiringan
(Sumber: Jensen et al., 2002)

V.2. Tugas:

Gambar ulang objek gambar teknik oil chute (Gambar 5.13) dan interlocking base (Gambar
5.14) dengan memperhatikan aturan penulisan dimensi. Skala disesuaikan dengan ukuran
kertas gambar. Perhatikan ketebalan garis untuk membedakan garis bantu (pensil 4H), garis
dimensi (pensil F atau HB), garis objek (pensil 2B atau 4B). Gunakan mal huruf bila
memungkinkan. Tulisan tangan diperkenakan asalkan rapih dan mudah terbaca.
Catatan: rekomendasi jenis pensil adalah 4H, F, dan 4B.
Gambar 5.12 Oil Chute
(Sumber: Jensen et al., 2002)
Gambar 5.13 Interlocking Base
(Sumber: Jensen et al., 2002)

Anda mungkin juga menyukai