Anda di halaman 1dari 77

ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN

Aturan Dasar Memberi Ukuran

Dalam memberikan ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda harus


menentukan secara jelas tujuannya, dan tidak boleh menimbulkan salah tafsir. Oleh karena itu
dibuatlah aturan-aturan dasar untuk memberi ukuran yang menentukan cara-caranya dalam
memberi ukuran.

Garis Ukur dan Garis Bantu

Untuk menentukan ukuran sebuah dimensi linier, ditarik garis-garis bantu melalui
batas gambar pandangan benda, dan garis ukurnya ditarik tegak lurus, hal ini ada
pengecualiannya pada garis bantu. Sebuah garis ukur, dengan mata panahnya, menunjukkan
besarnya ukuran dari suatu permukaan atau garis sejajar dengan garis ukur. Garis bantu dan
garis ukur ditarik dengan garis tipis.

Garis bantu ditarik sedikit melebihi, kira-kira 2 mm, garis ukur. Di beberapa negara
seperti Amerika, garis bantu tidak langsung berhubungan dengan garis gambar, tetapi
dengan jarak sedikit, untuk membedakan garis gambar dengan garis bantu.

Gambar 5.1 garis ukur dan garis bantu gambar 5.2 garis bantu dan antara yang
tampak
Tinggi dan Arah Angka Ukur

Angka ukur dan huruf-huruf harus digambar dengan jelas pada gambar aslinya
maupun pada salinan gambar yang diperkecil. Pada tahun-tahun akhir ini dibuat microfilm
dari gambar, dibesarkan dan dicetak ulang. Walaupun demikian angka-angka atau huruf-
huruf tetap harus dapat dibaca dengan jelas. Oleh karena itu angka-angka dan huruf-huruf
harus digambar sebesar mungkin. Pada peraturan ISO 3098 ditentukan tinggi dan bentuk
angka-angka dan huruf-huruf.Angka-angka dan huruf-huruf harus diletakkan ditengah-
tengah dan sedikit di atas garis ukur.

Hampir seluruh ukuran dari gambar yang diperlukan merupakan ukuran horizontal
atau vertical. Ukuran yang pertama harus dapat dibaca dari bawah gambar. Sedangkan
ukuran yang kedua harus dapat dibaca dari sebelah kanan gambar seperti pada gambar 5.3.
Ini berarti bahwa angka ukur horizontal harus terletak di atas garis ukur, dan ukuran vertical
harus terletak di sebelah kiri garis ukur. Angka dan garis ukur mempunyai jarak sedikit.

Di beberapa negara semua angka ukur ditulis mendatar, dalam hal ini garis ukur
vertical diputus ditengah-tengah untuk penempatan angka. (Gambar 5.4) Dengan demikiian
semua angka dapat dibaca dari bawah kertas gambar. Cara seperti ini tidak dipakai dinegara
kita.

Angka-angka ukur yang tidak horizontal maupun vertical, harus ditulis sesuai dengan
garis ukurnya. Seperti tampak pada gambar 5.5. Sedapatnya ukuran-ukuran jangan di

letakkan di daerah yang diarsir pada gambar 5.5, yaitu daerah antara sudut 300.

Ukuran sudut ditulis seperti pada gambar 5.6 (a) atay (b). Disini garis ukurnya berupa
garis lengkung. Azas dasar yang harus dipertahankan disini
adalah bahwa garis ukur harus merupakan garis tulis. Jadi angka selalu harus di atas garis
ukur, kecuali pada gambar 5.6 (b).

Gambar 5.3 Ukuran-ukuran Gambar 5.4 Ukuran-ukuran

normal searah

Gambar 5.5 Memberi ukuran pada Gambar 5.6 Ukuran sudut

garis ukuran miring

5.3 Ujung dan Pangkal Garis Ukur

Ujung dan pangkal garis ukur harus menunjukkan dimana garis ukur mulai dan
berhenti. Ada tiga cara untuk menunjukkan hal ini, yaitu dengan anak panah tertutup, garis
miring dan titik gambar 5.7. Cara dengan garis miring seperti pada gambar 5.7 (b) banyak
dipergunakan pada bidang sipil dan arsitektur. Pada bidang permesinan cara ini tidak
dipergunakan. Bentuk
60
anak panah ditentukan oleh perbandingan panjang dan tebal sebagai 2 : 1 dan harus
dihitamkan.

Tanda titik dipergunakan bilamana tidak cukup tempat untuk menempatkan anak
panah. Hal ini umumnya terdapat pada ukuran berantai, atau pangkal ukuran beruntun
gambar 5.7 (c).

Gambar 5.7 Ujung dan pangkal

Ukuran dan Toleransinya

Angka ukuran yang menunjukkan ukuran benda pada umumnya tidak dapat dipenuhi
dengan tepat. Batas-batas ketidak tepatan ini harus dinyatakan dalam gambar juga. Cara-
caranya diperlihatkan pada gambar 5.8.

a. Ukuran dengan Toleransinya, yang ditentukan dalam ISO 2768 “Penyimpangan Ukuran
yang diizinkan pada pengerjaan dengan mesin tanpa penentuan toleransinya”.
b. Ukuran dengan ketentuan toleransi linier (GAMBAR 5.8. (b)).

c. Ukuran dengan lambang toleransi, yang menentukan toleransi, sesuai ISO/R286 “Sistim ISO
tentang batas dan suaian : Bagian I Umum, toleransi dan penyimpangan” (Gambar 5.8. (c)).

Gambar 5.8 Macam-macam jenis ukuran dan toleransi

d. Ukuran teoritis tepat tanpa toleransi linear, yang ditentukan oleh ISO 151/I “Toleransi
bentuk dan posisi : Bagian I Umum, Penunjukkan dalam

gambar” (GAMBAR 5.8. (d))Toleransi posisi harus diterapkan pada posisi yang sebenarnya,
yang telah ditentukan ukuran ini.
62
e. Ukuran yang biasanya tanpa toleransi; dipakai hanya sebagai bahan informasi (GAMBAR
5.8. (e)). Ini disebut dimensi referensi dan tidak menentukan operasi produksi atau
pemeriksaan. Sebuah dimensi referensi diturunkan dari nilai-nilai yang tercantum dalam
gambar atau gambar-gambar yang mempunyai hubungan. (lihat 5.5).

5.5 Dimensi Fungsional, Non-Fungsional Dan Tambahan

Gambar5.9. memperlihatkan sebuah tuas (link) yang dihubungkan pada sebuah benda
dengan sebuah pen. Ukuran-ukuran pen ditentukan seperti pada Gambar 5.5(a).

Gambar 5.9 Pen dengan sebuah tuas


Gambar 5.10 ukuran fungsional

Sesuai fungsi dari susunan tersebut, ukuran-ukurannya dibagi dalam golongan-


golongan: ukuran-ukuran fungsional F, ukuran-ukuran bukan (non) funsional NF dan
ukuran- ukuran tambahan Aux.

a) Suatu dimensi fungsional adalah ukuran yang diperlukan untuk fungsi dari bagian atau
komponen, umpamanya bagian-bagian yang disusun, cara kerja dari bagian dan lain
sebagainya.

b) Suatu dimensi non fungsional adalah ukuran yang tidak langsung mempengaruhi fungsi
secara prinsipil.

c) Suatu dimensi tambahan adalah dimensi referansi yang telah disebut pada bagian
sebelumnya. Ukuran ini diberikan dalam tanda kurung tanpa toleransi, hanya sebagai bahan
informasi.

Satuan-satuan

Semua ukuran dalam gambar harus ditulis dalam satuan yang sama. Dalam sistim
satuan S.I. satuan penajang adalah millimeter (mm). singkatan satuan panjang (mm) tersebut
tidak perlu dicantumkan dibelakang tiap ukuran. Dengan sendirinya harus dimengerti bahwa
angka yang tercantum pada gambar memberikan ukuran panjang dalam mm, walaupun
satuan ini tidak tertulis.

Jika diperlukan penggunaan satuan lain, lambing dari satuan yang dipakai harus
ditambhkan dibelakang angka, atau diberi catatan yang menerangkan satuan yang dipakai.

Ukuran sudut pada umumnya dinyatakan dalam derajat, dan jika perlu juga dalam

menit dan detik. Ini dinyatakan oleh lambing-lambang : 0 untuk derajat ‘ untuk menit ‘’

untuk detik, yang ditulis disebelah kanan atas dari angka yang bersangkutan. Contoh-contoh

: 900 , 22,50 , 3’21’’, 0015’, 6021’52’’, 800’52’’.


Tanda desimal

Tanda decimal harus diletakkan setinggi dasar dan harus tampak jelas. Sebagai tanda
decimal dipakai koma.

Jika terdapat lebih dari empat angka disebelah kiri atau kanan angka, tidak perlu diberi
tanda lain setelah tiap tiga angka.

Contoh : 125,35; 12,20; 12120.

Cara-Cara Memberi Ukuran

Sesuai dengan aturan-aturan dasar untuk memberi ukuran yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, ukuran-ukuran panjang, profil atau sudut harus diperinci oleh cara-cara khusus,
yang akan dibahas berikut ini.

a. Memberi ukuran dimensi linear

Pada dasarnya ukuran-ukuran linear harus diperinci oleh garis bantu, garis ukur dan
angka ukur, seperti .pada Gambar 5.11.

Jika ruang antara garis bantu terlalu sempit untuk menempatkan anak panah, anak
panahnya dapat diganti dengan titik (Gambar 5.12). Dalam hal ini dianjurkan untuk
membuat gambar detail yang diperbesar. Dengan demikian, ukuran-ukurannya dapat
dibrikan dengan jelas pada gambarnya (Gambar 5.13).
Gambar. Contoh memberi ukuran

Dalam beberapa hal garis ukur dapat langsung ditarik antara garis gambar, tanpa garis
bantu (Gambar 5.14). Garis gambar atau garis sumbu dapat digunakan sebagai garis bantu,
tetapi tidak boleh dipakai sebagai garis ukur.

Gambar 5.12 Ruang ukur yang sempit


Gambar 5.13 Gambar detil
Gambar 5.14 Garis gambar sebagai garis bantu

67
b. Memberi ukuran bagian yang harus dikerjakan secara khusus

Bagian-bagian seperti misalnya lubang yang dibor, lubang yang diream, dsb. Diberi
ukuran dengan garis penunjuk, beserta ukuran catatannya. Garis penunjuk harus berujung
anak panah, yang berakhir pada titik poong antara garis sumbu dan garis gambar untuk
gambar berbentuk silinder, dan berakhir pada garis gambar untuk gambar lingkaran. Garis
o
penunjuk harus diarik miring, dan dianjurkan untuk membuat kemiringan kira-kira 60

dengan garis horizontal (Gambar 5.15).

Gambar 5.15 Memberi ukuran lubang

Garis penunjuk juga digunakan untuk memberi nomor bagian, atau untuk memberi
keterangan tentang pengerjaan khusus, dsb. Dalam hal ini garis penunjuk berakhir dengan
anak panah, jika garis penunjuk ini berakhir pada garis gambar, dan berakhir pada titik, jika
garis penunujuk berakhir di dalam gambar (Gambar 5.16)
Gambar 5.16 Garis petunjuk

68
c. Angka-angka ukur

1) Angka-angka atau huruf-huruf harus diletakkan kira-kira di tengah-tengah dan sedikit di atas
garis ukur, seperti yang telah diuraikan pada bagian b (Gambar 5.17). Angka ukur tidak
boleh dipotong atau dipisahkan oleh garis gambar lain. Jika dianggap perlu angka ukur baleh
ditempatkan di pinggir, supaya jelas (Gambar 5.18).

2) Jika angka ukur harus ditempatkan pada bagian yang diarsir, arsirnya harus dihilangkan
untuk memberi tempat untuk angka, seperti pada bagian 8.6 (Gambar 5.19).

3) Dalam keadaan-keadaan tertentu angka ukur dapat ditempatkan agak dekat pada salah satu
anak panah, untuk mencegah bertumpuknya angka-angka ukur, dan jika terdapat banyak
ukuran, garis ukurnya boleh ditarik hanya sebagian agar angka uurnya tidak terlalu jauh dari
bagian yang diberi ukuran (Gambar 5.20).

4) Pada bagian-bagian yang sempit angka ukuranny dapat ditempatkan dil luar garis ukur.
Untuk ini garis ukurnya diperpanjang, lebih diutamakan perpanjangan ke sebelah kakan, dan
angka ukurnya di atas garis perpanjangan ini (Gambar 5.21).

Gambar 5.17 Garis ukur dan angka


Gambar 5.18 Angka diletakan di pinggir

69
Gambar 5.19 Angka dan arsiran

Gambar 5.20 Garis ukur sebagian


Gambar 5.21 Angka diatas perpanjangan angka

d. Memberi ukuran benda yang tirus

Pada benda atau bagian benda yang miring sedikit, garis-garis bantu horizontal
maupun vertical menjadi tidak jelas. Dalam hal demikian garis-garis bantu digambar miring
dan sejajar. Gambar 5.22 memperlihatkan bagaimana caranya yang baik.
70
Gambar 5.22 Garis bantu miring

Gambar 5.23 Garis bantu khusus

e. Garis-garis bantu khusus

Jika dua bidang miring berpotongan dan bagian yang lancip ini kemudian dibulatkan
atau dipotong, ukuran harus diberikan seperti pada Gambar 5.23, dengan bantuan garis bantu
khusus. Yang dimaksud garis bantu khusus, tidak lain adalah garis-garis perpanjangan
bidang-bidang miring yang bersangkutan. Titik potong dari garis-garis bantu khusus ini yang
akan menentukan ukuran yang menentukan bentuk benda.

f. Memberi ukuran tali busur, busur dan sudut

Tali busur, busur dan sudut diberi ukuran seperti pada Gambar 5.24 (a), (b) dan (c).
pada tali busur garis bantunya sejajar dan garis ukurnya lurus dan tegak lurus pada garis
bantu. Untuk busur caranya sama hanya garis ukurnya di sini berbentuk lengkung, sejajar
dengan busurnya. Ukuran

71
sudut ditempatkan di atas garis ukur yang berbentuk lengkung, dan garis bantunya adalah
perpanjangan sisi-sisi sudut.

Gambar 5.24 Memberi ukuran tali busur, busur dan sudut

g. Ukuran gambar sevagian dari benda-benda simetris

Untuk penghematan waktu dan tempat, gambar benda simetri boleh digambar separuh
saja. Dengan demikian garis ukurnya tidak dapat digambar lengkap pula. Untuk ini dibuat
garis ukur yng lebih sedikit melebihi garis sumbu benda (Gambar 5.25).
Gambar 5.25 Memberi ukuran benda simetris

72
h. Huruf dan lambang yang ditambahkan pada angka ukur

Huruf dan lambing dapat ditambahkan pada angka ukur untuk beberapa bentuk benda.
Dengan demikian gambar pandangan dapat dikurangi.

1) Lambang diameter

Lambang diameter diletakkan di depan angka uku, dan menyatakan sekaligus bentk
permukaan yang bersangkutan. Lambing ini harus ditulis sama besar dengan angka ukur
(Gambar 5.26). dengan menggunakan lambing ini, gambar pandangan samping tidak
diperlukan lagi. Jika bentuknya sudah tampak jelas pada gambar, lambing tersebut tidak
perlu dipakai lagi.

Gambar 5.26 Lambang diameter

2) Lambang jari-jari “R”

Ukuran busur ditentukan oleh jari-jarinya. Jari-jari ini merupakan garis ukur di mana
angka ukurnya harus diletakkan, dengan huruf “R” di depannya. Di sini garis ukurnya hanya
mempunyai satu anak panah, sedangkan ujung yg lain adalah titik pusat busur tersebut
(Gambar 5.27).

Untuk jari-jari yang besar, di mana titik pusatnya terletak di luar kertas gambar, garis
ukurnya dapat dipotong dan digambar seperti
73
pada Gambar 5.28, R250, atau ditekuk seperti R300. Di sini titik pusatnya tidak perlu
ditunjukkan.

Gambar 5.27 Lambang jari-jari

Gambar 5.28 Lambang jari-jari


Huruf “R” harus ditempatkan di depan angka ukur, sebesar angka ukur.

Jika garis ukurnya terlalu pendek untuk penempatan angka ukur, angka ukurnya dapat
ditempatkan pada perpanjangan garis ukur. Anak panah garis ukur diletakkan di dalam, jika
perpanjangan ke dalam, dan diletakkan di luar jika perpanjangannya ke luar.

3) Lambang bujur sangkar “□”

Bentuk benda bujur sangkar hanya dapat diperlihatkan pada pandangan tertentu saja.
Jika bentuknya tidak jelas dari gambar, maka
74
dengan menggunaka lambing bujur sangkar “□”, dapat dihemat gambar dan waktu (Gambar
5.29).

Gambar 5.29 Lambang bujur sangkar

4) Lambang bola atau “SR”

Jari-jari atau diameter dari bentuk bola, yang dalam gambar hanya tampak sebagai
lingkaran atau busur lingkaran, dijelaskan pada gambar dengan menempatkan “SR” untuk
jari jari bola, dan “So” untuk diameter bola (Gambar 5.30). perlu dicatat di sini bahwa
ukuran benda sangat berbeda bila ukurannya dinyatakan sebagai jari-jari atau sebagai
diameter.
Gambar 5.30 Lambang bola

75
5) Lambang kemiringan (chamfer) “x x 45o”

Kemiringan, yaitu bagian ujung benda yang dipotong miring, biasanya dengan sudut

45o, ukurannya dicantumkan sebagai “x x 45o”. di sini huruf x menyatakan ukuran

dalamnya potongan (Gambar 5.31). di negeri Jepang, sesuai dengan standar JIS hal ini
diberikan lambing “C”, sebagai penyederhanaan cara di atas, dan lambing ini harus
ditempatkan di depan ukuran dalam pemotongan (Gambar 5.32). huruf “C” diambil dari
huruf pertama dari perkataan chamfer, yang artinya dipotong miring.

Gambar 5.31 Kemiringan

Gambar 5.32 Lambang kemiringan “C”


6) Lambang tebal “t’

Untuk memberi ukuran benda-benda tipis, seperti plat dsb., kadang-kadang


menimbulkan kesulitan. Pada umumnya kesulitan yang timbul adalah sempitnya ruangan
untuk menempatkan angka ukurnya. Oleh karena itu dipakai lambing “t” di depan angka
ukur, yg ditempatkan di dalam gambar atau dekat dengan gambit (Gambar

76
5.33). lambing ini juga ditentukan oleh standar Jepang JIS. Lambing ini diambil dari huruf
pertama perkataan “thickness” yang kebetulan sekali juga merupakan huruf pertama dari
perkataan “tebal”.

Gambar 5.33 Lambang tebal “t”

i. Lambang jari-jari tanpa angka ukur

Di mana ukuran dari lengkungan sudah ditentukan oleh ukuran lain, ukuran jari-jari
tersebut dapat dijelaskan hanya dengan lambing R saja tanpa diikuti oleh angka ukur. Ini
hanya jika diperlukan. Pada umumnya hal ini tidak dilakukan. Sebagai contoh diambil
gambar dari alur pasak (Gambar 5.34). dari bentuk gambar sudah jelas bahwa ujung-ujung
alur pasak berupa setengah lingkaran, yang jari-jarinya dapat diambil dari lebar pasak.
Sebenarnya tanpa atau dengan lambing R ini sudah jelas.
Gambar 5.34 “R” tanpa ukuran

77
j. Memberi ukuran yang disederhanakan oleh huruf-huruf referensi

Di mana diperlukan, dan agar tidak mengulang-ulang ukuran yang sama atau untuk
menghindari garis-garis penunjuk yang panjang, digunakan huruf-huruf referensi, yang
ditabelkan atau diberi catatan (Gambar 5.35). cara ini sangat berguna untuk pembuatan
dengan mesin-mesin N.C.

Gambar 5.35 Memberi ukuran dengan huruf referensi

k. Memberi ukuran bagian-bagian yang dikerjakan secara khusus

Baigan-bagian benda tertentu, sesuai fungsinya harus dikerjakan secara khusus,


umpamanya harus dipoles, disepuh, dsb. Bagian bagian tersebut harus dijelaskan pada
gambar. Bagian yang akan dikerjakan khusus diberi tanda dengan garis sumbu tebal, dan
dengan garis penunjuk dijelaskan dengan dijelaskan pengerjaan khusus yang diinginkan
(Gambar 5.36). ujung panah dari garis penunjuk harus berhenti pada garis sumbu tebal.
Gambar 5.36 Penunjukan khusus dengan ukuran-ukuran

78
Bilamana letak dan luasnya bagian yang akan dikerjakan khusus sudah jelas dari
gambar, tidak perlu diberi ukuran. Cara penunjukannya sama dengan garis sumbu tebal
dengan garis penunjuk, seperti pada Gambar 5.37.

Gambar 5.37 Penunjukan khhusus tanpa ukuran

l. Angka ukur yang tidak sesuai dengan ukuran gambar

Angka ukur dari bagian benda yng tidak sesuai dengan ukuran gambarnya harus
dijelaskan dengan menggaris bawahi angka ukur yang bersangkutan (Gambar11.28). hal ini
tentunya tidak perlu bila gambarnya dibuat dengan skala tertentu. Artinya bila gambar
dibuat dengan skala 1:5, ukuran 50 mm, pada gambar harus menjadi 5 mm. jikalau ternyata
ukuran gambar tidak 5 mm melainkan 15 mm, maka ukuran terakhir ini harus digaris bawahi
dengan garis sumbu tebal.

Lain halnya jika gambarnya dipendekkan, lihat bagian 9.5. di sini sudah jelas bahwa
ukuran benda dan ukuran gambar tidak sama. Jika dirasakan perlu, ukuran tersebut boleh
juga digaris awahi.

Jika seluruh gambar dibuat tidak menurut skala, biasanya diberi keterangan “TIDAK
SESUAI SKALA” pada kotak nama, atau di tempat lain dalam gambar secara jelas.
79
Gambar 5.38 Ukuran tidak sesuai gambar

5.9 Pandangan Yang Terutama Diberi Ukuran

Ukuran-ukuaran harus ditempatkan pada pandangan atau potongan yang memberikan


bentuk benda kerja yang paling jelas. Pandangan depan pada umumnya dipilh demikian
rupa, yang menunjukan bentuk khas atau fungsi benda, seperti yang telah dibahas pada bab
sebelumnya.
Gambar 5.39 memberi ukuran bagian berbentuk silinder

80
Oleh karena itu ukuran-ukuran harus ditempatkan sebanyak mungkin pada pandangan
depan, dan ukuran-ukuran lain yang tidak dapat ditempatkan disisni, dapat ditempatkan pada
pandangan-pandangan lain seperlunya.

Gambar 5.39 menunujukan sebuah contoh dimana ukuran-ukuran loengkap dapat


ditempatkan hanya pada pandangan depan saja.

5.10 Ukuran-Ukuran Dalam Toleransi

Pada bab ini dan yang ditunujukan pada Gambar 5.8, telah dikatakan , bahwa semua
ukuran pada gambar mempunyai toleransi, walaupun hal ini tidak selalu dinyatakan dalam
gambvar pada ukurannya.

Untuk toleransi linear dan sudut lihat ISO/R 406; toleransi geometric lihat ISO 151;
toleransi yang tidak dinyatakan atau toleransi umum lihat ISO 2768.

5.11 Ukuran-ukuran Dalam Gambar

Semua ukuran, toleransi dan keterangan yang diperlukan untuk dapat menjelaskan cara
kerja, atupun keterangan mengenai letak komponen satu terhadap yang lain secara lengkap,
harus ditempatkan pada gambar selengkap-lengkapnya. Ukuran-ukuran, termasuk toleransi
harus jelas dan terperinci, agar tidak perlu menghitung.

Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk pembuatan atau oemeriksaan harus jelas dan
terperinci, agar tidak perlu menghitung, dan akan menghemat waktu.

Gambar 5.40 memperlihatkan contoh proses pembuatan sebuah bagian berbentuk


silinder, yang diperlihatkan pada Gambar 5.39. Dari urutan pengerjaan tersebut, ukuran-
ukuran yang diperlukan harus ditentukan seperti pada Gambar 5.39.

81
Dalam hal ini konsep ukuran fungsional , yang disebut pada subbab 5.5 harus
diterapkan, sehubungan dengan toleransi yang diperlukan.

Pada Gambar 5.41 (a) nilai toleransi -0,1 untuk panjang 15 merupakan persyaratan
fungsional. Pemberian ukuran seperti pada Gambar 5.41(b), memerlukan toleransi yang
lebih ketat.

Oleh karena itu , pengabaian persyaratan fungsional dari benda kerja, berarti
toleransinya harus dibagi kembali, dan pada umumnya memerlukan toleransi yang lebih
ketat. Ini tidak berarti menghalangi pemberian ukuran lubang, pusat ke pusat, walaupun
ukuran-ukuran fungsionalnya mungkin adlah tepi ke tepi.

Ukuran-ukran non fungsional harus diletakkan ditempat yang paling mudah dibaca
oleh pembuat maupun untuk pengawas.

Gambar 5.40 Proses pembuatan bagian berbentuk silinder


82
Gambar 5.41 Macam-macam ukuran dan toleransinya

5.12 Ukuran-Ukuran Yang Ditambahkan

Tiap ukuran hanya boleh diberikan sekali dalam gambar, kecuali sebagai ukuran bantu.
Tiap ukuran harus diberikan seperlunya untuk menentukan benda kerja, atau satu besaran
ditempatkan oleh tidak lebih dari datu ukuran dengan toleransinya dalam arah mana saja.
Betapapun juga penyimpangan dalam keadaan berikut dapat dilakukan :

a. Dalam keadaan-keadaan khusus dimana diperlukan pemberian ukuran-ukuran yang dipakai


pada tahap-tahap pembuatan (misalnya untuk ukuran bagian benda yang akan disepuh dan
kemudian disempurnakan (finish) sesuai ukurannya).

b. Jika diinginkan menambah ukuran-ukuran tambahan walaupun tidak mutlak untuk


menentukan benda kerja, tetapi berguna sebagai keterangan

83
tambahan bagi pekerja atau lain petugas, agar supaya tuidak menghitung. Ukuran-ukuran
bantu demikian tidak diberi toleransi, dan bila diperlukan toleransi umum, ukuran-ukuran
bantu ini harus diletakan diantara kurung (Gambar 5.8 (e)) untuk menunjukan bahwa hal ini
tidak terikat pada toleransi tersebut, dan tidak menjamin diterimanya benda kerja tersebut
atau bagiannya.

c. Benda yang digambar pada beberapa lembar, beberapa ukuran mungkin dinyatakan lebih dari
sekali pandangan depan dan pandangan-pandangan lain (pada kertas gambar tersendiri) yang
ada hubungannya satu dengan lain, supaya menjamin arti dan maksud dari gambar (lihat
Gambar 5.42). Dalam hal demikian dianjurkan supaya hal ini dinyatrakan dalam gambar
sejelas-jelasnya.
Gambar 5.42 Ukuran-ukuran ganda

84
5.13 Garis Ukur dan Garis Bantu

Garis sumbu, garis simetri dan garis gambar tidak boleh dipakai sebagai garis ukur
(Gambar 5.43) tetapi dapat dipergunakan sebagai garis bantu (Gambar 5.44). jika garis
sumbu atau gari gambar diperpanjang untuk dipakai sebagai garis bantu, garis perpanjangan
tersebut harus ditarik dengna garis tipis.

Gambar 5.43 Garis ukur dan garis bantu

Garis bantu dan garis ukur tidak boleh saling memotong, kecuali bila hal tersebut tidal
dapat dihindari (Gambar 5.45).
Gambar 5.44 Garis sumbu sebagai garis bantu

85
Gambar 5.45 Garis bantu tidak saling memotong

kecuali garis sumbu

Jika beberapa ukuran dinyatakan berturt-turut, garis ukur demikian sedapatnya harus
diletaka segaris (Gambar 5.46, 5.47).
Gambar 5.46 Ukuran segaris

86
Gambar 5.47 Ukuran segaris

Gambar 5.48 garis ukur sejajar untuk diameter

5.14 Susunan Ukuran


a. Ukuran berantai

Ukuran berantai, lihat Gambar 5.49 (a) dan Gambar 5.50 (a), hanya boleh diterapkan,
bilamana kemungkinan pengumpulan toleransi tidak akan mempengaruhi persyaratan
fungsional dari benda bersangkutan.

Cara pemberian ukuran demikian akan mengumpulkan toleransi seperti tampak pada
Gambar 5.50 (b). lagi pula pada Gambar 5.50 (b) sisi kiri benda kerja merupakan bidang
referensi, tetapi tidak dinyatakan dengan jelas pada gambar. Oleh karena itu, gambar
tersebut meragukan dan tidak tegas.

87
Gambar 5.49 Macam-macam cara pemberian ukuran

b. Ukuran sejajar
Pemberian ukuranz secara sejajar menggunakan ukuran-ukuran terpisah untuk tiap
elemen terhadap suatu garis referensi atau titik dasar, seperti pada Gambar 5.50 (b) dan (c).

Pada cara pemberian ukuran demikian bidang referensinya ditentukan dan toleransinya
tidak mengumpul seperti tampak pada Gambar 5.50 (d). olenh karena itu, cara pemberian
ukuran ini cukup jelas dan tegas. Walaupun demikian cara ini memerlukan banyak waktu
dan tempat.

88
Gambar 5.50 Ukuran dan diagram toleransinya

c. Ukuran-ukuran berimpit
Untuk kesederhanaan dan ruang gambar yang terbatas, atau jika tidak menimbulkan
persoalan kejelasan pembacaan, ukuran-ukuran beberapa unsur dapar ditumpangkan satu
pada yang lain, seperti tampak pada Gambar 5.49 (c), Gambar 5.50 (c), Gambar 5.51).

Gambar 5.51 ukuran berurutan

89
Pada cara ini, titik pangkal yang menunjukkan garis atau bidang referensi harus
dilingkari. Angka ukurnya harus diletakkan dekat dengan anak panah searah dengan garis
bantu bersangkutan.

d. Ukuran-ukuran kombinasi

Ukuran-ukuran kombinasi terjadi akibat penggunaan ukuran berantai dan ukuran


sejajar bersama-sama (Gambar 5.49 (d)).

e. Pemberian ukuran dengan koordinat

Untuk proses-proses pembuatan tertentu kadang-kadang lebih menguntungkan bila


digunakan ukuran berimpit dalam dua arah seperti pada Gambar 5.52. Titik nol dari dasar
bersama dapat berupa tepi dari benda, titik pusat dari sebuah lubang atau sembarang unsur
yg menonjol.

Gambar 5.52 Memberi ukuran dengan koordinat-koordinat


Dalam hal-hal tertentu, penggunaan sebuah tabel yang menentukan koordinat-
koordinat sekelompok titik pusat dari beberapa lubang seperti pada Gambar 5.53 lebih
menguntungkan.

90
Gambar 5.53 Memberi ukuran dengan koordinat-koordinat

5.15 Memberi Ukuran Bentuk-Bentuk Tertentu

a. Profil

Sebuah garis lengkung yang terdiri dari beberapa busur lingkaran mengutamakan
pemberian ukuran dengan jari-jari dan kedudukan titik pusatnya, atau dengan garis singgung
lengkungnya seperti pada Gambar 5.54. bentuk-bentuk lengkungan lain dapat diberi ukuran
dengan cara koordinat (Gambar 5.55). cara ini dapat dilakukan juga untuk garis-garis
lengkung lainnya, jika cara demikian dianggap lebih praktis.
Gambar 5.54 Memberi ukuran dengan jari-jari

91
Gambar 5.55 Memberi ukuran dengan ordinat

b. Jari-jari atau diameter

Ukuran-ukuran busur pada umumnya dinyatakan oleh jari-jari, jika sudutnya kuang

dari 180o, dan oleh diameter jika sudutnya lebih besar dari 180o (Gambar 5.56). Ukuran

busur diberikan juga sebagai diameter walaupun suwalaupun sudutnya kurang dari 180o,

bila ukuran tersebut diperlukan untuk proses pemesinan (Gambar 5.57). benda kerja yang
karena alasan simetri hanya digambar setengah diberi ukuran penuh. Gambar 5.58
menunjukkan contoh sebuah benda berbentuk silinder, yang digambar setengah. Dalam hal
demikian tanda o tetap harus dibubuhkan di depan angka ukurnya.
Gambar 5.56 Jari-jari atau diameter

92
Gambar 5.57 Diameter diperlukan untuk proses pengerjaan

Gambar 5.58 Diameter pada separuh dari bagian simetris


c. Ukuran lubang dengan garis penunjuk.

Ukuran lubang dapat ditempatkan diluar gambar tanpa garis bantu dan garis ukur
seperti tampak pada Gambar 5.59. Ukuran diameter bagian silinder dari benda kerja tersebut
hanya dihubungkan dengan garis penunjuk. Garis penunjuk tersebut ujung permulannya
harus diberi titik bila berada dalam batas gambar dan harus diberi anak panah jika berada
pada batas gambar.

93
Gambar 5.59 ukuran diameter dengan garis petunjuk

d. Ukuran Sudut

Garis ukur dari sebuah sudut berupa sebuah busur dengan titik pusatnya pada titik
sudutnya, dan berujung pangkal pada kedua buah kaki sudutnya atau pada perpanjangannya
(Gambar 5.60).
Gambar 5.60 Pemberian ukuran sudut

e. Memneri ukuran bagian yang sama

Benda kerja yang mempunyai bagian-bagian yang sama, seperti misalnya plenes dari
sebuah sambungan T, lemari katup, dsb, hanya diberi ukuran pada salah satu bagian saja
(Gambar 5.61). dalam hal ini bagian yang tidak diberikan ukuran harus diterangkan dengan
pernyataan kesamaannya.

94
Gambar 5.61 Ukuran dari bagian-bagian yang sama

f. Ukuran lubang dengan laur pasak

Jika sebuah lubang laur paa digambar sebagai gambar potongan, maka ukurannya
diberikan seperti pad Gambar 5.62.
Gambar 5.62 Diameter dalam dengan alur pasak

95
g. Ukuran lubang

Ukuran ukuran lubang baut, lubang ulir, lubang pen, lubang palu keeling dan sejenis,
harus dinyatakan dengan jumlah lubang didepan ukuran lubang, yang dihubungkan oleh
garis penunjuk pada salah satu lubang (Gambar 5.63). Jumlah lubang hanya menyatakan
kelompok lubang yang sma besarnya pada bagian yang bersangkutan (contoh sebuah lemari
katup jumlah luubang hanya berlaku sebuah plenes). Jika hanya terdapat sebuah lubang,
jumlahnya tidak perlu dicantumkan.

Gambar 5.63 Ukuran lubang

5.16 Jika Beberapa Elemen Yang Berjarak Sama

Jika elemen yang berjarak sama, atau disususn secara teratur, cara cara berikut untuk
penyederhanaan dapat dipakai.

Ukuran-ukuran linera dapat ditentukan menurut Gambar 5.64 jika hal demikian
menimbulkan keraguan, maka sebuah ukuran jarak boleh dicantumkan, seperti pada Gambar
5.65.
Jarak antara lubang dan elemen lain pada sebuah lingkaran dapat diberi ukuran seperti
pada gambar 5.66. ukuran jarak boleh ditiadakan bila dari gambar sudah cukup jelas
(gambar 5.67).

96
Gambar 5.64 memberi ukuran bagian yang berjarak sama

Gambar 5.65 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama


Gambar 5.66 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama

97
Gambar 5.67 Memberi ukuran lubang
Gambar 5.68 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama

pada lingkaran

98
Gambar 5.69 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama

pada lingkaran
Gambar 5.70 Memberi ukuran letak lubang terhadap

Bidang referensi

99
Gambar 5.71 Memberi ukuran lubang

Jarak anatara melengkung (circular) dapat dinyatakan secara tidak langsung dengan
memberikan jumlah elemen, seperti tampak pada Gambar

5.68 dan 5.69.

Jika dalam hal-hal tertentu diperlukan ketentuan jumlah elemen, umpamnya untuk
menghindari pengulangan ukuran yang sama, jumlah elemen dapat dinyatakan seperti pada
Gambar 5.70 dan Gambar 5.71.

5.17 Cara Memberi Ukuran Bagian-Bagian Yang Disusun

Jika beberapa bagian digambar dalam susunan, ukuran-ukuran dari tiap bagian
sedapatnya harus dipisahkan (Gambar 5.72).
Gambar 5.72 Memberi ukuran bagian-bagian yang disusun

10

Anda mungkin juga menyukai