Untuk menentukan ukuran sebuah dimensi linier, ditarik garis-garis bantu melalui
batas gambar pandangan benda, dan garis ukurnya ditarik tegak lurus, hal ini ada
pengecualiannya pada garis bantu. Sebuah garis ukur, dengan mata panahnya, menunjukkan
besarnya ukuran dari suatu permukaan atau garis sejajar dengan garis ukur. Garis bantu dan
garis ukur ditarik dengan garis tipis.
Garis bantu ditarik sedikit melebihi, kira-kira 2 mm, garis ukur. Di beberapa negara
seperti Amerika, garis bantu tidak langsung berhubungan dengan garis gambar, tetapi
dengan jarak sedikit, untuk membedakan garis gambar dengan garis bantu.
Gambar 5.1 garis ukur dan garis bantu gambar 5.2 garis bantu dan antara yang
tampak
Tinggi dan Arah Angka Ukur
Angka ukur dan huruf-huruf harus digambar dengan jelas pada gambar aslinya
maupun pada salinan gambar yang diperkecil. Pada tahun-tahun akhir ini dibuat microfilm
dari gambar, dibesarkan dan dicetak ulang. Walaupun demikian angka-angka atau huruf-
huruf tetap harus dapat dibaca dengan jelas. Oleh karena itu angka-angka dan huruf-huruf
harus digambar sebesar mungkin. Pada peraturan ISO 3098 ditentukan tinggi dan bentuk
angka-angka dan huruf-huruf.Angka-angka dan huruf-huruf harus diletakkan ditengah-
tengah dan sedikit di atas garis ukur.
Hampir seluruh ukuran dari gambar yang diperlukan merupakan ukuran horizontal
atau vertical. Ukuran yang pertama harus dapat dibaca dari bawah gambar. Sedangkan
ukuran yang kedua harus dapat dibaca dari sebelah kanan gambar seperti pada gambar 5.3.
Ini berarti bahwa angka ukur horizontal harus terletak di atas garis ukur, dan ukuran vertical
harus terletak di sebelah kiri garis ukur. Angka dan garis ukur mempunyai jarak sedikit.
Di beberapa negara semua angka ukur ditulis mendatar, dalam hal ini garis ukur
vertical diputus ditengah-tengah untuk penempatan angka. (Gambar 5.4) Dengan demikiian
semua angka dapat dibaca dari bawah kertas gambar. Cara seperti ini tidak dipakai dinegara
kita.
Angka-angka ukur yang tidak horizontal maupun vertical, harus ditulis sesuai dengan
garis ukurnya. Seperti tampak pada gambar 5.5. Sedapatnya ukuran-ukuran jangan di
letakkan di daerah yang diarsir pada gambar 5.5, yaitu daerah antara sudut 300.
Ukuran sudut ditulis seperti pada gambar 5.6 (a) atay (b). Disini garis ukurnya berupa
garis lengkung. Azas dasar yang harus dipertahankan disini
adalah bahwa garis ukur harus merupakan garis tulis. Jadi angka selalu harus di atas garis
ukur, kecuali pada gambar 5.6 (b).
normal searah
Ujung dan pangkal garis ukur harus menunjukkan dimana garis ukur mulai dan
berhenti. Ada tiga cara untuk menunjukkan hal ini, yaitu dengan anak panah tertutup, garis
miring dan titik gambar 5.7. Cara dengan garis miring seperti pada gambar 5.7 (b) banyak
dipergunakan pada bidang sipil dan arsitektur. Pada bidang permesinan cara ini tidak
dipergunakan. Bentuk
60
anak panah ditentukan oleh perbandingan panjang dan tebal sebagai 2 : 1 dan harus
dihitamkan.
Tanda titik dipergunakan bilamana tidak cukup tempat untuk menempatkan anak
panah. Hal ini umumnya terdapat pada ukuran berantai, atau pangkal ukuran beruntun
gambar 5.7 (c).
Angka ukuran yang menunjukkan ukuran benda pada umumnya tidak dapat dipenuhi
dengan tepat. Batas-batas ketidak tepatan ini harus dinyatakan dalam gambar juga. Cara-
caranya diperlihatkan pada gambar 5.8.
a. Ukuran dengan Toleransinya, yang ditentukan dalam ISO 2768 “Penyimpangan Ukuran
yang diizinkan pada pengerjaan dengan mesin tanpa penentuan toleransinya”.
b. Ukuran dengan ketentuan toleransi linier (GAMBAR 5.8. (b)).
c. Ukuran dengan lambang toleransi, yang menentukan toleransi, sesuai ISO/R286 “Sistim ISO
tentang batas dan suaian : Bagian I Umum, toleransi dan penyimpangan” (Gambar 5.8. (c)).
d. Ukuran teoritis tepat tanpa toleransi linear, yang ditentukan oleh ISO 151/I “Toleransi
bentuk dan posisi : Bagian I Umum, Penunjukkan dalam
gambar” (GAMBAR 5.8. (d))Toleransi posisi harus diterapkan pada posisi yang sebenarnya,
yang telah ditentukan ukuran ini.
62
e. Ukuran yang biasanya tanpa toleransi; dipakai hanya sebagai bahan informasi (GAMBAR
5.8. (e)). Ini disebut dimensi referensi dan tidak menentukan operasi produksi atau
pemeriksaan. Sebuah dimensi referensi diturunkan dari nilai-nilai yang tercantum dalam
gambar atau gambar-gambar yang mempunyai hubungan. (lihat 5.5).
Gambar5.9. memperlihatkan sebuah tuas (link) yang dihubungkan pada sebuah benda
dengan sebuah pen. Ukuran-ukuran pen ditentukan seperti pada Gambar 5.5(a).
a) Suatu dimensi fungsional adalah ukuran yang diperlukan untuk fungsi dari bagian atau
komponen, umpamanya bagian-bagian yang disusun, cara kerja dari bagian dan lain
sebagainya.
b) Suatu dimensi non fungsional adalah ukuran yang tidak langsung mempengaruhi fungsi
secara prinsipil.
c) Suatu dimensi tambahan adalah dimensi referansi yang telah disebut pada bagian
sebelumnya. Ukuran ini diberikan dalam tanda kurung tanpa toleransi, hanya sebagai bahan
informasi.
Satuan-satuan
Semua ukuran dalam gambar harus ditulis dalam satuan yang sama. Dalam sistim
satuan S.I. satuan penajang adalah millimeter (mm). singkatan satuan panjang (mm) tersebut
tidak perlu dicantumkan dibelakang tiap ukuran. Dengan sendirinya harus dimengerti bahwa
angka yang tercantum pada gambar memberikan ukuran panjang dalam mm, walaupun
satuan ini tidak tertulis.
Jika diperlukan penggunaan satuan lain, lambing dari satuan yang dipakai harus
ditambhkan dibelakang angka, atau diberi catatan yang menerangkan satuan yang dipakai.
Ukuran sudut pada umumnya dinyatakan dalam derajat, dan jika perlu juga dalam
menit dan detik. Ini dinyatakan oleh lambing-lambang : 0 untuk derajat ‘ untuk menit ‘’
untuk detik, yang ditulis disebelah kanan atas dari angka yang bersangkutan. Contoh-contoh
Tanda decimal harus diletakkan setinggi dasar dan harus tampak jelas. Sebagai tanda
decimal dipakai koma.
Jika terdapat lebih dari empat angka disebelah kiri atau kanan angka, tidak perlu diberi
tanda lain setelah tiap tiga angka.
Sesuai dengan aturan-aturan dasar untuk memberi ukuran yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, ukuran-ukuran panjang, profil atau sudut harus diperinci oleh cara-cara khusus,
yang akan dibahas berikut ini.
Pada dasarnya ukuran-ukuran linear harus diperinci oleh garis bantu, garis ukur dan
angka ukur, seperti .pada Gambar 5.11.
Jika ruang antara garis bantu terlalu sempit untuk menempatkan anak panah, anak
panahnya dapat diganti dengan titik (Gambar 5.12). Dalam hal ini dianjurkan untuk
membuat gambar detail yang diperbesar. Dengan demikian, ukuran-ukurannya dapat
dibrikan dengan jelas pada gambarnya (Gambar 5.13).
Gambar. Contoh memberi ukuran
Dalam beberapa hal garis ukur dapat langsung ditarik antara garis gambar, tanpa garis
bantu (Gambar 5.14). Garis gambar atau garis sumbu dapat digunakan sebagai garis bantu,
tetapi tidak boleh dipakai sebagai garis ukur.
67
b. Memberi ukuran bagian yang harus dikerjakan secara khusus
Bagian-bagian seperti misalnya lubang yang dibor, lubang yang diream, dsb. Diberi
ukuran dengan garis penunjuk, beserta ukuran catatannya. Garis penunjuk harus berujung
anak panah, yang berakhir pada titik poong antara garis sumbu dan garis gambar untuk
gambar berbentuk silinder, dan berakhir pada garis gambar untuk gambar lingkaran. Garis
o
penunjuk harus diarik miring, dan dianjurkan untuk membuat kemiringan kira-kira 60
Garis penunjuk juga digunakan untuk memberi nomor bagian, atau untuk memberi
keterangan tentang pengerjaan khusus, dsb. Dalam hal ini garis penunjuk berakhir dengan
anak panah, jika garis penunjuk ini berakhir pada garis gambar, dan berakhir pada titik, jika
garis penunujuk berakhir di dalam gambar (Gambar 5.16)
Gambar 5.16 Garis petunjuk
68
c. Angka-angka ukur
1) Angka-angka atau huruf-huruf harus diletakkan kira-kira di tengah-tengah dan sedikit di atas
garis ukur, seperti yang telah diuraikan pada bagian b (Gambar 5.17). Angka ukur tidak
boleh dipotong atau dipisahkan oleh garis gambar lain. Jika dianggap perlu angka ukur baleh
ditempatkan di pinggir, supaya jelas (Gambar 5.18).
2) Jika angka ukur harus ditempatkan pada bagian yang diarsir, arsirnya harus dihilangkan
untuk memberi tempat untuk angka, seperti pada bagian 8.6 (Gambar 5.19).
3) Dalam keadaan-keadaan tertentu angka ukur dapat ditempatkan agak dekat pada salah satu
anak panah, untuk mencegah bertumpuknya angka-angka ukur, dan jika terdapat banyak
ukuran, garis ukurnya boleh ditarik hanya sebagian agar angka uurnya tidak terlalu jauh dari
bagian yang diberi ukuran (Gambar 5.20).
4) Pada bagian-bagian yang sempit angka ukuranny dapat ditempatkan dil luar garis ukur.
Untuk ini garis ukurnya diperpanjang, lebih diutamakan perpanjangan ke sebelah kakan, dan
angka ukurnya di atas garis perpanjangan ini (Gambar 5.21).
69
Gambar 5.19 Angka dan arsiran
Pada benda atau bagian benda yang miring sedikit, garis-garis bantu horizontal
maupun vertical menjadi tidak jelas. Dalam hal demikian garis-garis bantu digambar miring
dan sejajar. Gambar 5.22 memperlihatkan bagaimana caranya yang baik.
70
Gambar 5.22 Garis bantu miring
Jika dua bidang miring berpotongan dan bagian yang lancip ini kemudian dibulatkan
atau dipotong, ukuran harus diberikan seperti pada Gambar 5.23, dengan bantuan garis bantu
khusus. Yang dimaksud garis bantu khusus, tidak lain adalah garis-garis perpanjangan
bidang-bidang miring yang bersangkutan. Titik potong dari garis-garis bantu khusus ini yang
akan menentukan ukuran yang menentukan bentuk benda.
Tali busur, busur dan sudut diberi ukuran seperti pada Gambar 5.24 (a), (b) dan (c).
pada tali busur garis bantunya sejajar dan garis ukurnya lurus dan tegak lurus pada garis
bantu. Untuk busur caranya sama hanya garis ukurnya di sini berbentuk lengkung, sejajar
dengan busurnya. Ukuran
71
sudut ditempatkan di atas garis ukur yang berbentuk lengkung, dan garis bantunya adalah
perpanjangan sisi-sisi sudut.
Untuk penghematan waktu dan tempat, gambar benda simetri boleh digambar separuh
saja. Dengan demikian garis ukurnya tidak dapat digambar lengkap pula. Untuk ini dibuat
garis ukur yng lebih sedikit melebihi garis sumbu benda (Gambar 5.25).
Gambar 5.25 Memberi ukuran benda simetris
72
h. Huruf dan lambang yang ditambahkan pada angka ukur
Huruf dan lambing dapat ditambahkan pada angka ukur untuk beberapa bentuk benda.
Dengan demikian gambar pandangan dapat dikurangi.
1) Lambang diameter
Lambang diameter diletakkan di depan angka uku, dan menyatakan sekaligus bentk
permukaan yang bersangkutan. Lambing ini harus ditulis sama besar dengan angka ukur
(Gambar 5.26). dengan menggunakan lambing ini, gambar pandangan samping tidak
diperlukan lagi. Jika bentuknya sudah tampak jelas pada gambar, lambing tersebut tidak
perlu dipakai lagi.
Ukuran busur ditentukan oleh jari-jarinya. Jari-jari ini merupakan garis ukur di mana
angka ukurnya harus diletakkan, dengan huruf “R” di depannya. Di sini garis ukurnya hanya
mempunyai satu anak panah, sedangkan ujung yg lain adalah titik pusat busur tersebut
(Gambar 5.27).
Untuk jari-jari yang besar, di mana titik pusatnya terletak di luar kertas gambar, garis
ukurnya dapat dipotong dan digambar seperti
73
pada Gambar 5.28, R250, atau ditekuk seperti R300. Di sini titik pusatnya tidak perlu
ditunjukkan.
Jika garis ukurnya terlalu pendek untuk penempatan angka ukur, angka ukurnya dapat
ditempatkan pada perpanjangan garis ukur. Anak panah garis ukur diletakkan di dalam, jika
perpanjangan ke dalam, dan diletakkan di luar jika perpanjangannya ke luar.
Bentuk benda bujur sangkar hanya dapat diperlihatkan pada pandangan tertentu saja.
Jika bentuknya tidak jelas dari gambar, maka
74
dengan menggunaka lambing bujur sangkar “□”, dapat dihemat gambar dan waktu (Gambar
5.29).
Jari-jari atau diameter dari bentuk bola, yang dalam gambar hanya tampak sebagai
lingkaran atau busur lingkaran, dijelaskan pada gambar dengan menempatkan “SR” untuk
jari jari bola, dan “So” untuk diameter bola (Gambar 5.30). perlu dicatat di sini bahwa
ukuran benda sangat berbeda bila ukurannya dinyatakan sebagai jari-jari atau sebagai
diameter.
Gambar 5.30 Lambang bola
75
5) Lambang kemiringan (chamfer) “x x 45o”
Kemiringan, yaitu bagian ujung benda yang dipotong miring, biasanya dengan sudut
dalamnya potongan (Gambar 5.31). di negeri Jepang, sesuai dengan standar JIS hal ini
diberikan lambing “C”, sebagai penyederhanaan cara di atas, dan lambing ini harus
ditempatkan di depan ukuran dalam pemotongan (Gambar 5.32). huruf “C” diambil dari
huruf pertama dari perkataan chamfer, yang artinya dipotong miring.
76
5.33). lambing ini juga ditentukan oleh standar Jepang JIS. Lambing ini diambil dari huruf
pertama perkataan “thickness” yang kebetulan sekali juga merupakan huruf pertama dari
perkataan “tebal”.
Di mana ukuran dari lengkungan sudah ditentukan oleh ukuran lain, ukuran jari-jari
tersebut dapat dijelaskan hanya dengan lambing R saja tanpa diikuti oleh angka ukur. Ini
hanya jika diperlukan. Pada umumnya hal ini tidak dilakukan. Sebagai contoh diambil
gambar dari alur pasak (Gambar 5.34). dari bentuk gambar sudah jelas bahwa ujung-ujung
alur pasak berupa setengah lingkaran, yang jari-jarinya dapat diambil dari lebar pasak.
Sebenarnya tanpa atau dengan lambing R ini sudah jelas.
Gambar 5.34 “R” tanpa ukuran
77
j. Memberi ukuran yang disederhanakan oleh huruf-huruf referensi
Di mana diperlukan, dan agar tidak mengulang-ulang ukuran yang sama atau untuk
menghindari garis-garis penunjuk yang panjang, digunakan huruf-huruf referensi, yang
ditabelkan atau diberi catatan (Gambar 5.35). cara ini sangat berguna untuk pembuatan
dengan mesin-mesin N.C.
78
Bilamana letak dan luasnya bagian yang akan dikerjakan khusus sudah jelas dari
gambar, tidak perlu diberi ukuran. Cara penunjukannya sama dengan garis sumbu tebal
dengan garis penunjuk, seperti pada Gambar 5.37.
Angka ukur dari bagian benda yng tidak sesuai dengan ukuran gambarnya harus
dijelaskan dengan menggaris bawahi angka ukur yang bersangkutan (Gambar11.28). hal ini
tentunya tidak perlu bila gambarnya dibuat dengan skala tertentu. Artinya bila gambar
dibuat dengan skala 1:5, ukuran 50 mm, pada gambar harus menjadi 5 mm. jikalau ternyata
ukuran gambar tidak 5 mm melainkan 15 mm, maka ukuran terakhir ini harus digaris bawahi
dengan garis sumbu tebal.
Lain halnya jika gambarnya dipendekkan, lihat bagian 9.5. di sini sudah jelas bahwa
ukuran benda dan ukuran gambar tidak sama. Jika dirasakan perlu, ukuran tersebut boleh
juga digaris awahi.
Jika seluruh gambar dibuat tidak menurut skala, biasanya diberi keterangan “TIDAK
SESUAI SKALA” pada kotak nama, atau di tempat lain dalam gambar secara jelas.
79
Gambar 5.38 Ukuran tidak sesuai gambar
80
Oleh karena itu ukuran-ukuran harus ditempatkan sebanyak mungkin pada pandangan
depan, dan ukuran-ukuran lain yang tidak dapat ditempatkan disisni, dapat ditempatkan pada
pandangan-pandangan lain seperlunya.
Pada bab ini dan yang ditunujukan pada Gambar 5.8, telah dikatakan , bahwa semua
ukuran pada gambar mempunyai toleransi, walaupun hal ini tidak selalu dinyatakan dalam
gambvar pada ukurannya.
Untuk toleransi linear dan sudut lihat ISO/R 406; toleransi geometric lihat ISO 151;
toleransi yang tidak dinyatakan atau toleransi umum lihat ISO 2768.
Semua ukuran, toleransi dan keterangan yang diperlukan untuk dapat menjelaskan cara
kerja, atupun keterangan mengenai letak komponen satu terhadap yang lain secara lengkap,
harus ditempatkan pada gambar selengkap-lengkapnya. Ukuran-ukuran, termasuk toleransi
harus jelas dan terperinci, agar tidak perlu menghitung.
Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk pembuatan atau oemeriksaan harus jelas dan
terperinci, agar tidak perlu menghitung, dan akan menghemat waktu.
81
Dalam hal ini konsep ukuran fungsional , yang disebut pada subbab 5.5 harus
diterapkan, sehubungan dengan toleransi yang diperlukan.
Pada Gambar 5.41 (a) nilai toleransi -0,1 untuk panjang 15 merupakan persyaratan
fungsional. Pemberian ukuran seperti pada Gambar 5.41(b), memerlukan toleransi yang
lebih ketat.
Oleh karena itu , pengabaian persyaratan fungsional dari benda kerja, berarti
toleransinya harus dibagi kembali, dan pada umumnya memerlukan toleransi yang lebih
ketat. Ini tidak berarti menghalangi pemberian ukuran lubang, pusat ke pusat, walaupun
ukuran-ukuran fungsionalnya mungkin adlah tepi ke tepi.
Ukuran-ukran non fungsional harus diletakkan ditempat yang paling mudah dibaca
oleh pembuat maupun untuk pengawas.
Tiap ukuran hanya boleh diberikan sekali dalam gambar, kecuali sebagai ukuran bantu.
Tiap ukuran harus diberikan seperlunya untuk menentukan benda kerja, atau satu besaran
ditempatkan oleh tidak lebih dari datu ukuran dengan toleransinya dalam arah mana saja.
Betapapun juga penyimpangan dalam keadaan berikut dapat dilakukan :
83
tambahan bagi pekerja atau lain petugas, agar supaya tuidak menghitung. Ukuran-ukuran
bantu demikian tidak diberi toleransi, dan bila diperlukan toleransi umum, ukuran-ukuran
bantu ini harus diletakan diantara kurung (Gambar 5.8 (e)) untuk menunjukan bahwa hal ini
tidak terikat pada toleransi tersebut, dan tidak menjamin diterimanya benda kerja tersebut
atau bagiannya.
c. Benda yang digambar pada beberapa lembar, beberapa ukuran mungkin dinyatakan lebih dari
sekali pandangan depan dan pandangan-pandangan lain (pada kertas gambar tersendiri) yang
ada hubungannya satu dengan lain, supaya menjamin arti dan maksud dari gambar (lihat
Gambar 5.42). Dalam hal demikian dianjurkan supaya hal ini dinyatrakan dalam gambar
sejelas-jelasnya.
Gambar 5.42 Ukuran-ukuran ganda
84
5.13 Garis Ukur dan Garis Bantu
Garis sumbu, garis simetri dan garis gambar tidak boleh dipakai sebagai garis ukur
(Gambar 5.43) tetapi dapat dipergunakan sebagai garis bantu (Gambar 5.44). jika garis
sumbu atau gari gambar diperpanjang untuk dipakai sebagai garis bantu, garis perpanjangan
tersebut harus ditarik dengna garis tipis.
Garis bantu dan garis ukur tidak boleh saling memotong, kecuali bila hal tersebut tidal
dapat dihindari (Gambar 5.45).
Gambar 5.44 Garis sumbu sebagai garis bantu
85
Gambar 5.45 Garis bantu tidak saling memotong
Jika beberapa ukuran dinyatakan berturt-turut, garis ukur demikian sedapatnya harus
diletaka segaris (Gambar 5.46, 5.47).
Gambar 5.46 Ukuran segaris
86
Gambar 5.47 Ukuran segaris
Ukuran berantai, lihat Gambar 5.49 (a) dan Gambar 5.50 (a), hanya boleh diterapkan,
bilamana kemungkinan pengumpulan toleransi tidak akan mempengaruhi persyaratan
fungsional dari benda bersangkutan.
Cara pemberian ukuran demikian akan mengumpulkan toleransi seperti tampak pada
Gambar 5.50 (b). lagi pula pada Gambar 5.50 (b) sisi kiri benda kerja merupakan bidang
referensi, tetapi tidak dinyatakan dengan jelas pada gambar. Oleh karena itu, gambar
tersebut meragukan dan tidak tegas.
87
Gambar 5.49 Macam-macam cara pemberian ukuran
b. Ukuran sejajar
Pemberian ukuranz secara sejajar menggunakan ukuran-ukuran terpisah untuk tiap
elemen terhadap suatu garis referensi atau titik dasar, seperti pada Gambar 5.50 (b) dan (c).
Pada cara pemberian ukuran demikian bidang referensinya ditentukan dan toleransinya
tidak mengumpul seperti tampak pada Gambar 5.50 (d). olenh karena itu, cara pemberian
ukuran ini cukup jelas dan tegas. Walaupun demikian cara ini memerlukan banyak waktu
dan tempat.
88
Gambar 5.50 Ukuran dan diagram toleransinya
c. Ukuran-ukuran berimpit
Untuk kesederhanaan dan ruang gambar yang terbatas, atau jika tidak menimbulkan
persoalan kejelasan pembacaan, ukuran-ukuran beberapa unsur dapar ditumpangkan satu
pada yang lain, seperti tampak pada Gambar 5.49 (c), Gambar 5.50 (c), Gambar 5.51).
89
Pada cara ini, titik pangkal yang menunjukkan garis atau bidang referensi harus
dilingkari. Angka ukurnya harus diletakkan dekat dengan anak panah searah dengan garis
bantu bersangkutan.
d. Ukuran-ukuran kombinasi
90
Gambar 5.53 Memberi ukuran dengan koordinat-koordinat
a. Profil
Sebuah garis lengkung yang terdiri dari beberapa busur lingkaran mengutamakan
pemberian ukuran dengan jari-jari dan kedudukan titik pusatnya, atau dengan garis singgung
lengkungnya seperti pada Gambar 5.54. bentuk-bentuk lengkungan lain dapat diberi ukuran
dengan cara koordinat (Gambar 5.55). cara ini dapat dilakukan juga untuk garis-garis
lengkung lainnya, jika cara demikian dianggap lebih praktis.
Gambar 5.54 Memberi ukuran dengan jari-jari
91
Gambar 5.55 Memberi ukuran dengan ordinat
Ukuran-ukuran busur pada umumnya dinyatakan oleh jari-jari, jika sudutnya kuang
dari 180o, dan oleh diameter jika sudutnya lebih besar dari 180o (Gambar 5.56). Ukuran
busur diberikan juga sebagai diameter walaupun suwalaupun sudutnya kurang dari 180o,
bila ukuran tersebut diperlukan untuk proses pemesinan (Gambar 5.57). benda kerja yang
karena alasan simetri hanya digambar setengah diberi ukuran penuh. Gambar 5.58
menunjukkan contoh sebuah benda berbentuk silinder, yang digambar setengah. Dalam hal
demikian tanda o tetap harus dibubuhkan di depan angka ukurnya.
Gambar 5.56 Jari-jari atau diameter
92
Gambar 5.57 Diameter diperlukan untuk proses pengerjaan
Ukuran lubang dapat ditempatkan diluar gambar tanpa garis bantu dan garis ukur
seperti tampak pada Gambar 5.59. Ukuran diameter bagian silinder dari benda kerja tersebut
hanya dihubungkan dengan garis penunjuk. Garis penunjuk tersebut ujung permulannya
harus diberi titik bila berada dalam batas gambar dan harus diberi anak panah jika berada
pada batas gambar.
93
Gambar 5.59 ukuran diameter dengan garis petunjuk
d. Ukuran Sudut
Garis ukur dari sebuah sudut berupa sebuah busur dengan titik pusatnya pada titik
sudutnya, dan berujung pangkal pada kedua buah kaki sudutnya atau pada perpanjangannya
(Gambar 5.60).
Gambar 5.60 Pemberian ukuran sudut
Benda kerja yang mempunyai bagian-bagian yang sama, seperti misalnya plenes dari
sebuah sambungan T, lemari katup, dsb, hanya diberi ukuran pada salah satu bagian saja
(Gambar 5.61). dalam hal ini bagian yang tidak diberikan ukuran harus diterangkan dengan
pernyataan kesamaannya.
94
Gambar 5.61 Ukuran dari bagian-bagian yang sama
Jika sebuah lubang laur paa digambar sebagai gambar potongan, maka ukurannya
diberikan seperti pad Gambar 5.62.
Gambar 5.62 Diameter dalam dengan alur pasak
95
g. Ukuran lubang
Ukuran ukuran lubang baut, lubang ulir, lubang pen, lubang palu keeling dan sejenis,
harus dinyatakan dengan jumlah lubang didepan ukuran lubang, yang dihubungkan oleh
garis penunjuk pada salah satu lubang (Gambar 5.63). Jumlah lubang hanya menyatakan
kelompok lubang yang sma besarnya pada bagian yang bersangkutan (contoh sebuah lemari
katup jumlah luubang hanya berlaku sebuah plenes). Jika hanya terdapat sebuah lubang,
jumlahnya tidak perlu dicantumkan.
Jika elemen yang berjarak sama, atau disususn secara teratur, cara cara berikut untuk
penyederhanaan dapat dipakai.
Ukuran-ukuran linera dapat ditentukan menurut Gambar 5.64 jika hal demikian
menimbulkan keraguan, maka sebuah ukuran jarak boleh dicantumkan, seperti pada Gambar
5.65.
Jarak antara lubang dan elemen lain pada sebuah lingkaran dapat diberi ukuran seperti
pada gambar 5.66. ukuran jarak boleh ditiadakan bila dari gambar sudah cukup jelas
(gambar 5.67).
96
Gambar 5.64 memberi ukuran bagian yang berjarak sama
97
Gambar 5.67 Memberi ukuran lubang
Gambar 5.68 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama
pada lingkaran
98
Gambar 5.69 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama
pada lingkaran
Gambar 5.70 Memberi ukuran letak lubang terhadap
Bidang referensi
99
Gambar 5.71 Memberi ukuran lubang
Jarak anatara melengkung (circular) dapat dinyatakan secara tidak langsung dengan
memberikan jumlah elemen, seperti tampak pada Gambar
Jika dalam hal-hal tertentu diperlukan ketentuan jumlah elemen, umpamnya untuk
menghindari pengulangan ukuran yang sama, jumlah elemen dapat dinyatakan seperti pada
Gambar 5.70 dan Gambar 5.71.
Jika beberapa bagian digambar dalam susunan, ukuran-ukuran dari tiap bagian
sedapatnya harus dipisahkan (Gambar 5.72).
Gambar 5.72 Memberi ukuran bagian-bagian yang disusun
10