Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK 2

MENGGAMBAR TEKNIK MESIN

NAMA-NAMA KELOMPOK

1.REFLY J. DARISE
2.JHOSUA POLLA
3.REVELY TUUK
4.ORLANDO NADO
BAB 11. CARA-CARA MEMEBERI UKURAN
Sesuai dengan aturan-aturan untuk member ukuran yang telah dibahas pada
bab sebelumnya , ukuran-ukuran panjang, profit atau sudut harus diperinci
oleh cara-car khusus, yang akan dibahas berikut ini

11.1 Memberi ukuran dimensi linear

Pada dasarnya ukuran-ukuran linear harus diperinci oleh garis bantu, garis
ukur dan jangka ukur, seperti pada Gb. 11.1.

Jika ruang pada garis bantu terlalu sempit untuk menempatkan anak panah,
anak panahnya dapat diganti dengan titik (Gb.11.2). Dalam hal ini dianjurkan
untuk membuat gambar detail (lih. Bag.7.8) yang diperbesar. Dengan demikian
ukuran-ukurannya dapat diberikan dengan jelas pada gambarnya (Gb. 11.3).

Dalam beberapa hal garis ukur dapat langsung ditarik antara garis gambar,
tanpa garis bantu (Gb. 11.4). Garis gambar atau garis sumbu dapat
dipergunakan sebagai garis bantu, tetapi tidak boleh digunakan sebagai garis
ukur.
11.2 Memberi ukuran bagian yang harus dikerjakan secara khusus

Bagian-bagian seperti misalnya lubang yang dibor, lubang yang diream,


dsb.diberi ukuran dengan garis penunjuk, beserta ukuran dan catatanya.
Garis penunjuk harus berujung anak panah, yang berakhir pada titik potong
antara garis sumbu dan garis gambar untuk gambar berbentuk silinder, dan
berakhir pada garis gambar untuk gambar lingkaran. Garis penunjuk harus
ditarik miring, dan dianjurkan membuat kemiringan kira-kira 60° dengan
garis horizontal (Gb 11.5).
Garis penunjuk juga dipergunakan untuk member nomor bagian, atau
untuk member keterangan tetang pengerjaan khusus, dsb. Dalam hal ini garis
penunjuk berakhir dengan anak panah, jika garis penunjuk ini berakhir pada
garis gambar, dan berakhir dengan titik, jika garis penunjuk berakhir di dalam
gambar (Gb. 11.6).

11.3 Angka-angka ukur

(a). Angka-angka atau huruf-huruf harus diletakkan kira-kira di tengah-


tengah dan sedikit di atas garis ukur. Seperti telah diuraikan pada bagian 10.2
(Gb 11.7). Angka ukur tidak boleh dipotong atau di pisahkan oleh garis
gambar lain. Jika dianggap perlu angka ukur boleh ditempatkan di pinggir,
supaya jelas (Gb 11.8).
(b). Jika angka ukur harus di tempatkan pada bagian yang diarsir, arsirnya
harus dihilangkan untuk member tempat untuk angka, seperti pada bagian
8.6 (Gb 11.9)
(c). Dalam keadaan-keadaan tertentu angka ukur dapat ditempatkan agak
dekat pada salah satu anak panah untuk mencegah bertumpuknya angka-
angka ukur, dan jka terdapat banyak ukuran, garis ukurnya boleh ditarik
hanya sebagian agar angka ukurnya tidak terlalu jauh dari bagian yang diberi
ukuran (Gb 11.10).
(d). Pada bagian-bagian yang sempit angka ukurnya dapat ditempatkan di luar
garis ukur. Untuk ini garis ukurnya diperpanjang, lebih diutamakan
perpanjagan ke sebelah kanan, dan angka ukurnya di atas garis perpanjangan
ini (Gb 11.11)
11.4 Memberi ukuran benda yang tirus

Pada benda atau bagian benda yang miring sedikit, garis-garis bantu
horizontal maupun vertical menjadi tidak jelas. Dalam hal demikian garis-garis
bantu digambar miring dan sejajar. Gambar 11.12 memperlihatkan bagaimana
caranya yang baik.

11.5 Garis-garis bantu khusus

Jika dua bidang miring berpotongan dan bagian yang lancip ini kemudian
dibulatkan atau di potong, ukuran harus diberikan seperti pada Gb. 11.13,
dengan bantuan garis bantu khusus, tidak lain adalah garis-garis
perpanjangan bidang-bidang miring yang bersangkutan. Titik potong dari
garis-garis bantu khusus ini yang akan menentukan ukuran yang
menentukan bentuk benda.

11.6 Memberi ukuran tali busur, busur dan sudut

Tali busur, busur dan sudut diberikan ukuran seperti pada Gb. 11,14 (a), (b)
dan (c). Pada tali busur garis bantunya sejajar dan garis ukurnya lurus dan
tegak lurus pada garis bantu. Untuk busur caranya sama hanya garis ukurnya
di sini berbentuk lengkung, sejajar dengan busurnya. Ukuran sudut di
tempatkan di atas garis ukur yang berbentuk lengkung, dan garis bantunya
adalah perpanjangan sisi-sisi sudut.
11.7 Ukuran gambar sebagian dari benda-benda semtris

Untuk penghematan waktu dan tempat, gambar benda simetris boleh


digambar separuh saja. Dengan demikian garis ukurnya tidak dapat digambar
lengkap pula. Untuk ini cukup dibuat garis ukur yang sedikit melebihi garis
sumbu benda (Gb.11.15).

11.8 Huruf dan lambang yang ditambahkan pada angka ukur

Huruf dan lambing dapat ditambahkan pada angka ukur untuk


beberapa bentuk benda. Dengan demikian gambar pandangan dapat
dikurangi.
11.8.1 Lambang diameter “Φ”
Lambang diameter “Φ” di letakkan di depan angka ukur, dan
menyatakan sekaligus bentuk permukan yang bersangkutan. Lambang ini
harus ditulis sama besar dengan angka ukur (Gb 11.16). Dengan
mempergunakan lambang ini, gambar pandangan samping tidak diperlukan
lagi. Jika bentuknya sudah tampa jelas pada gambar, lambing tersebut tidak
perlu di pakai lagi.

11.8.2 Lambng jari-jari “R”

Ukuran busur ditentukan oleh jari-jarinya. Jari-jari ini merupakan garis


ukur dimana angka ukurnya harus diletakkan, dengan huruf “R” di depannya.
Di sini garis ukurnya hanya mempunyai satu anak panah, sedangkan ujung
yang lain adalah titik pusat busur tersebut(Gb 11.17).

Untuk jari-jari yang besar, dimana titik pusatnya berada di luar kertas
gambar, garis ukurnya dapat dipotong dan digambar seperti pada Gb 11.18.,
R250, atau ditekuk seperi R300. Disini titik pusatnya tidak perlu ditunjukkan.

Huruf “R” harus di tempatkan di depan angka ukur, sebesar angka


ukur. Jika garis ukurnya terlalu pendek untuk penempatan angka ukur,
angka ukurnya dapat di tempatkan pada perpanjangan garis ukur. Anak
panah garis ukur diletakkan di dalam jika perpanjangannya ke dalam, dan
diletakkan di luar jika perpanjangannya ke luar.

11.8.3 Lambang bujur sangkar “□”


Bentuk benda bujur sangkar hanya dapat di perlihatkan pada
pandangan tertentu saja. Jika bentuknya tidak jelas dari gambar, maka
dengan mempergunakan lambing bujur sangkar “□” dapat dihemat gambar
dan waktu (Gb 11.19).

11.8.4 Lambang bola “S ” atau “SR”

Jari-jari atau diameter dari bentuk bola, yang hanya gambar tampak
sebagai lingkaran atau busur lingkarandi jelaskan dengan gambar dengan
menempatkan “SR” untuk jari-jari bola, dan “S ” untuk diameter bola (Gb.
11.20). Perlu dicatat disini bahwa ukuran benda sangat berbeda bila
ukurannya dinyatakan sebagai jari-jari atau sebagai diameter.

11.8.5 Lambang kemiringan (chamfer) “X x 45°”

Kemiringan yaitu bagian ujung benda yang dipotong miring, biasanya dengan
sudut 45°, ukurannya dicantumkan sebagai “X x 45°”. Di sini huruf x
menyatakan ukuran dalamnya pemotongan (Gb. 11.21). Di negeri Jepang,
sesuai standar Jis hal ini diberi lambang “C”, sebgai penyederhanaan cara di
atas, dan lambang ini harus ditempatkan di depan ukuran dalam
pemotongan(Gb. 11.22). Huruf “C” diambil dari huruf pertama dari perkataan
chamfer, yang artinya dipotong miring.
11.8.6 Lambang tebal “t”

Untuk member ukuran benda-benda tipis,seperti plat dsb., kadang-kadang


menimbulkan kesulitan. Pada umumnya kesulitan yang timbul adalah
sempitnya ruangan untuk menempatkan angka ukurnya. Oleh karena itu
dipakai lambang “t” di depan angka ukur, yang ditempatkan di dalam gambar
atau di dekat gambar (Gb. 11.23). Lambang ini juga ditentukan oleh standar
jepang JIS. Lambang ini diambil dari huruf pertama perkataan “thickness”,
yang kebetulan sekali juga merupakan hutuf pertama dari perkataan tebal.
11.9 Lambang jari-jari tanpa angka ukur

Dimana ukuran dari lengkungan sudah ditentukan oleh ukuran lain,


ukuran jari-jari tersebut dapat dijelaskan hanya dengan lambang R saja tanpa
diikuti oleh angka ukur. Ini hanya jika diperlukan. Pada umumna hal ini
tidak dilakukan. Sebagai contoh diambil gambar dari alur pasak (Gb.
11.24).Dari bentuk gambar sudah jelas bahwa ujung-ujung alur pasak berupa
setengah lingkaran, yang jari-jarinya dapat diambil dari lebar pasak.
Sebenarnya tanpa atau dengan lambag R semuanya sudah jelas.

11.10 Memberi ukuran yang disederhanakan oleh huruf-huruf kecil

Dimana diperlukan, dan agar supaya tidak mengulang-ngulang ukuran


yang sama atau untuk menghindari garis-garis penunjuk yamg panjang,
dipergunakan huruf-huruf referensi, yang di tabelkan atau diberi catatan (Gb.
11.25). Cara ini sangat berguna untuk pembuatan dengan mesin-mesin N.C.

11.11 Memberi ukuran bagian-bagian yang dikerjakan secara khusus

Bagian-bagian benda tertentu, sesuai fungsinya harus dikerjakan secara


khusus, umpamanya harus dipole, disepuh, dsb. Bagian-bagian tersebut
harus dijelaskan dengan pada gambar.Bagian yang akan dikerjakan khusus
diberi tanda dengan garis semu tebal, dan dengan garis penunjuk dijelaskan
pengerjaan khusu yang diinginkan (Gb.11.26). Ujung panah dari garis
penunjuk harus berhenti pada garis sumbu tebal.
Bilamana letak dan luasnya bagian yang dikerjakan khusus sudah jelas
dari gambar, tidak perlu diberi ukuran. Cara penunjukkannya sama dengan
garis sumbu tebal dengan gari penunjuk, seperti pada Gb.11.27.

11.12 Angka ukur yang tidak sesuai dengan ukuran gambar

Angka ukur dari bagian benda yang tidak sesuai dengan ukuran
gambarnya harus dijelaskan dengan menggaris bawahi angka ukur yang
bersangkutan (Gb. 11.28).Hal ini tentunya tidak perlu bila gambarnya dibuat
dengan skala tertentu. Artinya bila gambar dibuat dengan skala 1:5, ukuran
50mm, pada gambar harus menjadi 10mm. Jikalau ternyata ukuran gambar
tidak 10 mmmelainkan 15 m, maka ukuran terakhir ini harus digaris bawahi
dengan garis sumbu tebal.

Lainhalnya jika gambarnya dipendekkan, lihat bagian 9.5. Disini sudah


jelas bahwa ukuran benda dan ukuran gambar tidak sama. Jika disarankan
perlu, ukuran tersebut boleh juga digarisbawahi

Jika seluruh gambar dibuat tidak menurut skala, biasanya diberikan


keterangan “TIDAK SESUAI SKALA” pada kotak nama, atau di tempat lain
dalam gambar secara jelas
BAB 12. DASAR-DASAR UMUM UNTUK MEMBERI UKURAN
Aturan-aturan dasar dan cara-cara khusus untuk member ukurn
masing-masing telah dibahas dalam bab 10 dan 11. Dasar dasar umum untuk
member ukuran akan dibicarakan dalam bab ini, untuk menjelaskan dasar-
dasar penggunaan aturan-aturan dan cara-cara tersebut di atas pada gambar
gambar.

12.1 Pandangan Yang Terutama Diberi Ukuran

Ukuran-ukuran harus ditempatkan pada pandangan atau potongan yang


memberikan bentuk benda kerja yang paling jelas. Pandangan depan pada
umumnya dipilih demikian rupa, yang menunjukan bentuk khas atau fungsi
benda, seperti yang telah dibahas pada bab 7.2

Oleh karena itu ukuran-ukuran harus ditempatkan sebanyak mungkin pada


pandangan depan, dan ukuran-ukuran lain yang tidak dapat ditempatkan
disini, dapat ditempatkan pada pandangan-pandangan lain seperlunya.

Gb. 12.1 menunjukan sebuah contoh di mana ukuran-ukuran lengkap dapat


ditempatkan hanya pada pandangan depan saja.

12.2 Ukuran Ukuran Dan Toleransi

Pada bab 10.4 dan yang ditunjukan pada Gb. 10.8, telah dikatakan, bahwa
semua ukuran pada gambar mempunyai toleransi, walaupun hal ini tidak
selalu dinyatakan dalam gambar pada ukurannya.

Untuk toleransi linear dan sudut lihat ISO/R 406(bagian 13.4); toleransi
geometric lihat ISO 1101(bab.14); toleransi yang tidak dinyatakan atau
toleransi umum lihat ISO 2768 (BAB.13.5)
12.3 Ukuran-ukuran dalam gambar

Semua ukuran, toleransi dan keterangan yang diperlukan untuk


menjelaskan cara kerja benda kerja, ataupun keterangan mengenai letak
komponen satu terhadap yang lain secara lengkap, harus ditempatkan pada
gambar selengkap-lengkapnya. Ukuran-ukuran termasuk toleransi harus
diperinci, supaya tidak diperlukan perhitungan.

Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk pembuatan atau pemeriksaan


harus jelas dan terperinci, agar tidak perlu menghitung, dan akan menghemat
waktu.

G.b 12.2 memperlihatkan contoh proses pembuatan sebuah bagian


berbentuk silinder, yang diperlihatkan pada G.b 12.1. Dari urutan pengerjaan
tersebut, ukuran-ukuran yang diperlukan harus ditentukan seperti pada G.b.
12.1

Dalam hel ini konsep ukuran fungsional, yang disebut pada Bab. 10.5
harus diterapkan sehubungan dengan toleransi yang diperlukan.

Pada G.b. 12.3 (a) nilai toleransi -0,1 untuk panjang 15 merupakan
persyaran fungsional. Pemberian ukuran seperti pada gambar G.b.12.3 (b),
memerlukan toleransi yang lebih ketat.

Oleh karena itu, pengabaian persyaratan fungsional dari benda kerja,


berarti toleransinya harus dibagi kembali, dan pada umumnya memerlukan
toleransi yang lebih ketat. Ini tidak berarti tidak menghalangi pemberian
ukuran lubang, pusat ke pusat, walaupun ukuran-ukuran
fungsionalnyamungkin adalah tepi ke tepi

Ukuran-ukuran non fungsional harus diletakkan di tempat yang paling


mudah dibaca oleh pembuatan mauoun untuk pengawas
12.4 Ukuran-ukuran yang ditambahkan

Tiap ukuran hanya boleh diberikan sekali dalam gambar, kecuali sebagai
ukuran bantu.

Tiap ukuran harus diberikan seperlunya untuk menentukan benda kerja,


atau satu besaran ditempatkan oleh tidak lebih dari satu ukuran dengan
toleransinya dalam arah mana saja. Betapapun juga penyimpangan dalam
keadaan-keadaan berikut dapat dilakukan:

a) Dalam keadaan-keadaan khusus dimana diperlukan pemberian ukuran-


ukuran yang dipakai pada tahap-tahap pembuatan (misalnya untuk ukuran
bagian benda yang akan disepuh dan kemudian disempurnakan (finish)
sesuai ukurannya).
b) Jika diinginkan menambah ukuran-ukuran tambahan walaupun tidak
mutlak untuk menentukan benda kerja, tetapi berguna sebagai
keterangan tambahan bagi pekerja atau lain petugas, agar supaya tidak
perlu menghitung. Ukuran-ukuran bantu demikian tidak diberi toleransi,
dan bila diperlukan toleransi umum, ukuran-ukuran bantu ini harus
diletakan di antara kurung (Gb.10.8(e)) untuk menunjukkan bahwa hal ini
tidak terikat pada toleransi terbut, dan tidak menjamin tidak diterima
benda kerja tersebut atau bagiannya.
c) Benda yang digambar pada beberapa lembar (lihat Bab.16,1), beberapa
ukuran mungkin dinyatakan lebih dari sekali pada pandangan depan dan
pandangan-pandangan yang lain (pada kertas gambar sendiri) yang ada
hubungan satu dengan lain, supaya menjamin arti dan maksud dari
gambar (lihat G.b. 12.4). Dalam hal demikian dianjurkan supaya hal ini
dinyatakan dalam gambar sejelas-jelasnya.

12.5 Garis ukur dan garis bantu

Garis sumbu, garis simetri dan garis gambar tidak boleh dipakai sebagai
garis ukur (G.b.12.5) tetapi dapat dipergunakan sebagai garis bantu (G.b.12.6).
Jika garis sumbu atau garis gambar diperpanjang untuk dipakai sebagai garis
bantu, garis perpanjangan tersebut harus ditarik denga garis tipis.

Garis bantu dan garis tidak boleh saling memotong, kecuali bila hal
tersebut tidak dapat dihindari (G.b 12.7).
Jika beberapa ukuran dinyatakan berturut-turut, garis ukur demikian
sedapatnya harus diletakkan segaris (G.b.12.8.12.9).

Jika terdapat beberapa garis ukur sejajar, tiap garis ukur harus
diletakkan dengan jarak yang sama, dengan ukuran yang terkecil harus berada
paling dalam, sehingga garis-garis bantu an ukur tidak saling berpotongan (G.b
12.10(a)). Untuk menghemat tempat atau jika ruangannya sempit, angka
ukurnya dapat diletakkan kiri kanan dari garis sumbu, dan garis ukurnya dapat
ditarik sebagian saja dengan jarak yang lebih kecil (G.b 12.10 (b))
12.6 Ukuran dari bagian yang simetris

Bagian-bagian yang digambar dengan garis sumbu yang sama, seperti


pada G.b 12.11 dan G.b 12.12, mengandung persyaratan simetris dan ketelitian
bengkel yang mengizinkan untuk pengerjaannya. Jika ketelitian bengkelnya
tidak mencukupi, perlu ditambahkan toleransi simetri geometri (lihat ISO/110
dan Bab. 14).

12.7 Ukuran dengan memperhatikan proses pembuatan

Ukuran-ukuran yang berhubungan satu sama lain sedapat mungkin harus


diperinci bersama. Dalam hal sebuah plenes umpamanya, dianjurkan untuk
menempatkan ukuran diameter lingkaran jarak dan ukuran lubang baut
bersama-sama pada gambar pandangan yang menunjukkan lingkaran jaraknya
(G.b.12.13 dan 12.14)

Dianjurkan pula untuk menempatkan ukuran-ukuran dari bagian yang


dikerjakan pada proses yang sama terkumpul (Gb. 12.15)
12.8 Ukuran-ukuran terhadap bidang referensi

Jika sebuah benda mempunyai sebuah bidang referensi sebagai patoakan


pembuatan atau perakitan, ukuran-ukurannya harus dinyatakan terhadap garis
referensi tersebut (Gb. 12.16 dan 12.17) jika diperlukan penunjuk bidang.
Referensi secara khusus, perkataan-perkataan “Bidang referensi”harus
dibubuhkan pada bidang bersangkutan, seperti pada Gb. 12.18 dan 12.19. Hal
ini akan dibahas lebih lanjut pada bab berikut.

12.9 Susunan ukuran

12.9.1 Ukuran berantai

Ukuran berantai, lihat Gb.12.20 (a) dan Gb. 12.21 (a), hanya boleh
diterapkan, bilamana kemungkinan pengumpulan toleransi tidak akan
mempengaruhi persyaratan fungsional dari benda bersangkutan.

Cara pemberian ukuran demikian akan mengumpulkan toleransi seperti


tampak pada Gb.12.21(b). Lagi pula pada Gb. 12,21 (b) sisi kiri dari benda kerja
merupakan bidag referensi, tetapi tidak dinyatakan dengan jelas pad gambar.
Oleh karena itu, gambar tersebut meragukan dan tidak tegas.
12.9.2 Ukuran sejajar

Pemberian ukuran secara sejajar mempergunaka ukuran-ukuran terpisah


untuk tiap elemen terhadap suatu garis referensi atau titik dasar, seperti pada
Gb. 12.21 (b) dan 12.21 (c).

Pada cara pemberian ukuran demikian bidang referensinya ditentukan


dan toleransinya tidak mengumpul seperti tampak pada Gb.12.21 (d). Oleh
karena itu cara pemberian ukuran ini cukup jelas dan tegas. Walaupun demikian
cara ini memerlukan banyak waktu dan tempat.

12.9.3 Ukuran-ukuran berimpit

Untuk kesederhanaan dan ruang gambar yang terbatas, atau tidak jika
menimbulkan persoalan kejelasan pembacaan, ukuran-ukuran beberapa unsur
dapat ditumpangkan satu pada yang lain, seperti tampak pada Gb.12.20(c),
12.21.(c) dan gambar 12.22).

Pada cara ini, titik pangkal yang menunjukkan garis atau bidang referensi
harus dilingkari. Angka ukurnya harus diletakkan dekat anak panas searah
dengan garis bantu bersangkutan.
12.9.4 Ukuran-ukuran kombinasi

Ukuran-ukuran kombinasi terjadi akibat penggunaan ukuran berantai dan


ukuran sejajar (Gb. 12.20 (c)).

12.9.5 Pemberian ukuran dengan koordinat

Untuk proses-proses pembuatan tertentu kadang-kadang lebih


menguntungkan bila dipergunakan ukuran berimpit dalam dua arah seperti pda
Gb.12.23. Titik nol dari dasar bersama dapat berupa tepi dari benda, titik pusat
dari sebuah lubang atau sembarang unsure yang menonjol.

Dalam hal-hal tertentu, penggunaan sebuah tabel yang menentukan


koordinat-koordinat suatu kelompok titik pusat dari beberapa lubang pada Gb.
12.24 lebih menguntungkan.
12.10 Memberi ukuran bentuk-bentuk tertentu

12.10.1 Profi

Sebuah garis lengkung yang terdiri dari beberapa busur lingkaran


mengutamakan pemberian ukuran dengan jari-jari dan kedudukan titik puatnya,
atau dengan garis singgung lengkungannya seperti pada Gb.12.25. Bentuk-
bentuk lengkungan lain dapat diberi ukuran dengan cara koordinat (Gb.12.26).
Cara ini dapat dilakukan juga untuk garis-garis lengkung lainya, jika cara
demikian dianggap lebih praktis

12.10.2 Jari-jari atau diameter

Ukuran-ukuran busur pada umumnya dinyatakan dengan jari-jari, jika sudutnya


kurang dari 180°, dan oleh diameter jika sudutnya lebih dari 180° (Gb.12.27)
12.10.3 Ukuran lubang dengan garis penunjuk

12.10.4 Ukuran sudut


Garis ukur dari sebuah sudut berupa sebuah busur dengan titik pusatnya pada
titik sudutnya, dan berujung pangkal pada kedua buah kaki sudutnya tau
perpanjangan (Gb. 12.31).

12.10.5 Memberi ukuran bagian yang sama

Benda kerja yang mempunyai bagian-bagian yang sama, seperti misalnya


plenes dari sebuah sambungan T, lemari katup, dsb., hanya diberi ukuran pada
salah satu bagian saja (Gb.12.32).

12.10.6 Ukuran lubang dengan alur pasak

Jika sebuah lubang dengan alur pasak digambar sebagai gambar


potongan, maka ukurannya diberikan seperti pada Gb 12.33
12.10.7 Ukuran lubang

Ukuran-ukuran lubangbaut,lubang ulir,lubang pen,lubang paku keeling dan


sejenisnya, harus dinyatakan dengan jumlah lubang di depan ukuran
lubangyang dihubungkan oleh garis penunjuk pada salah satu lubang (Gb.12.34)

12.11 Elemen-Elemen Yang Berjarak Sama

Jika beberapa elemen berjarak sama, atau disusun secara teratur , cara-
cara berikut untuk penyerdehanaan dipakai.

Ukuran-ukuran linear dapat ditentukan menurut gb.12.35. Jika hal


demikian menimbulkan keraguan, maka sebuah ukuran jarak boleh
dicantumkan, seperti pada Gb.12.36.
Jarak antara lubang dan elemen lain pada sebuah lingkaran dapat diberi
ukuran seperti pada Gb.12.37. Ukuran jarak boleh ditiadakan bila dari gambar
sudah cukup jelas (Gb.12.38).

Jarak antara melengkung (circular) dapat dinyatakan secarara tidak


langsung dengan memberikan jumlah elemen, seperti tampak pada Gb.12.39
dan 12.40.

Jika dalam hal-hal tertentu diperlukan ketentuan jumlah elemen,


umpamanya untuk menghindari pengulangan ukuran-ukuran yang sama, jumlah
elemen dapat dinyatakan seperti pada Gb.12.41 dan Gb.12.42.

12.12 Cara Memberi Ukuran Bagian-bagian yang Disusun

Jika beberapa bagian digambar dalam susunan, ukuran-ukuran dari tiap


bagian sedapatnya harus dipisahkan (Gb. 12.43).

Anda mungkin juga menyukai