Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENYULUHAN STUNTING PADA BALITA DI DESA PANTE RAYA BENER

MERIAH

DI
S
U
S
U
N
OLEH :

PITRI RAMAYANA
P07131119033

KEMENTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDA ACEH
JURUSAN GIZI PRODI DIII-GIZI
TAHUN AJARAN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE
/ mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah lahir,
terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin.
Menurut Sudiman dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah
satu indikator status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan
keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun
awal kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki. Salah
satu faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi stunting yaitu status ekonomi
orang tua dan ketahanan pangan keluarga.

Status ekonomi orang tua dapat dilihat berdasarkan pendapatan orang


tua. Pendapatan keluarga merupakan pendapatan total keluarga yang diperoleh
dari berbagai sumber, yaitu hasil kepala keluarga, hasil istri, hasil pemberian,
hasil pinjaman, dan hasil usaha sampingan per bulan.3 Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Ngaisyah pada tahun 2015 menunjukkan bahwa pada
kelompok stunting lebih banyak pendapatannya adalah dibawah UMR yakni
sebanyak 67 responden (35,8%) , sedangkan yang memiliki pendapatan diatas
UMR hanya sedikit yakni sebanyak 45 orang (22%).

Stunting pada balita di negara berkembang dapat disebabkan karena


faktor genetik dan faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh
kembang anak yang optimal. Salah satu faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi terjadinya stunting pada balita yaitu pendapatan orang tua.
Pendapatan orang tua yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak
karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer
maupun yang sekunder.
BAB II
TUJUAN PENYULUHAN

Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan persepsi ibu dan partisipasi balita ke
posyandu dengan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas pante raya
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan persepsi ibu tentang posyandu, partisipasi balita
ke posyandu dan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas pante raya
b. Menganalisis hubungan persepsi ibu balita tentang posyandu
dengan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di wilayah
kerja Puskesmas pante raya.
c. Menganalisis hubungan partisipasi balita ke posyandu dengan
kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas pante raya
d. Menginternalisasikan nilai-nilai keislaman di kalangan ibu balita
dalam merawat dan menjaga balita.
BAB III
MANFAAT PENYULUHAN

Manfaat Penyuluhan
1. Bagi Dinas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
tambahan pustaka tentang partisipasi balita ke posyandu dan status
gizi balita untuk merancang perencanaan pembangunan kesehatan
kedepannya khususnya program – program gizi.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang partisipasi balita ke posyandu dan status gizi balita untuk
merancang perencanaan pembangunan kesehatan kedepannya
khususnya program – program gizi.
3. Bagi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai status gizi balita dan fungsi
keberadaan posyandu.
BAB IV
SASARAN PENYULUHAN

1. Kelompok sasaran
Sasaran penyuluhan merupakan ibu dan balita di desa pante raya kabupanen bener meriah.
2. Jumlah sasaran
5 balita
BAB V
METODE PENYULUHAN
- Bentuk metode
Bentuk metode yang di gunakan dalam penyuluhan ini ada 2 yaitu:
1. Metode ceramah
2. Metode Tanya jawab

Media Penyuluhan
1. Leaflet untuk ibu balita
2. Laptop untuk isi materi

Teknik penerapan metode


a. Metode ceramah
Adapun teknik penerapan metode ceramah yaitu:
1. Tahap Persiapan
• Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
• Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.
• Mempersiapkan alat bantu

Metode Tanya jawab


Teknik penerapan metode Tanya jawab
- Persiapan

- menentukan topic

- merumuskan tujuan pembelajaran khusus

- menyusun pertanyaan-pertanyaan secara tepat sesuai dengan TPK tertentu.

Sarana yang dibutuhkan untuk menerapkan metode:


Adapun sarana yang di butuhkan dalam penerapan metode ini yaitu materi penyuluhan dan
pertanyaan untuk membuka wawasan ibu balita.
BAB VI
MEDIA PENYULUHAN
Jenis media
Adapun jenis media yang di gunakan dalam penyuluhan ini yaitu:
1. Leaflet
2. laptop
BAB VII
WAKTU PENYULUHAN
Jadwal Penyuluhan
Judul Materi : PENYULUHAN STUNTING PADA BALITA DI DESA PANTE RAYA BENER
MERIAH
Penyuluh : Mahasiswa Jurusan Gizi DIII Poltekkes Kemenkes Aceh
Jadwal Penyuluhan
• Hari / Tanggal : 25 januari 2021
• Jam : 10:00 s/d 11:00
• Sasaran : ibu dan balita desa pante raya bener meriah
• Tempat : Di desa pante raya Bener Meriah
Waktu permateri

-Total waktu : 1 jam

N PUKUL URAIAN DURASI


O
1 10.00 – 10.05 PEMBUKAAN 5 MENIT

2 10.05 – 10.15 PRE TEST 10 MENIT

3 10.15 – 10.35 MATERI 20 MENIT

4 10.35 – 10.45 POST TEST 10 MENIT

5 10.45 – 10.50 PENUTUP 5 MENIT


BAB VIII
TEMPAT PENYULUHAN
Tempat penyuluhan
kampung lut kucak banjar dua KLK bener meriah kecamatan wih pesam kabupaten bener meriah.
BAB IX
EVALUASI PENYULUHAN

1. Alat Evaluasi
Alat evaluasi berupa evaluasi pre-test dan post-test.
2. Waktu Evaluasi
Soal pre test diberikan sebelum materi disampaikan dan soal post-test diberikan
sesudah penyampaian materi.
3. Tenaga Evaluasi
Yang melakukan evaluasi adalah penyelenggara penyuluhan.
LAMPIRAN MATERI

Stunting merupakan kondisi kronis buruknya pertumbuhan seorang anak


yang merupakan akumulasi dampak berbagai faktor seperti buruknya gizi dan
kesehatan sebelum dan setelah kelahiran anak tersebut. Stunting adalah ukuran
yang tepat untuk mengidentifikasikan terjadinya kurang gizi jangka panjang pada
anak-anak (Fikawati et al, 2017:280)
Salah satu tantangan utama yang saat ini dihadapi sektor kesehatan di
Indonesia adalah kekurangan gizi kronis pada anak. Meskipun banyak
perkembangan dan kemajuan kesehatan telah dilakukan di Indonesia selama
beberapa tahun terakhir, namun masalah stunting tetap signifikan. Sejumlah
37,2% anak Indonesia mengalami stunting. Angka ini meningkat dibandingkan
pada tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%). Stunting yang terjadi selama
masa anak-anak sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis, memengaruhi
kemampuan kognitif dan menguramgi potensi akses ke pendapatan yang lebih
tinggi, risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, dan jangka hidup
yang lebih pendek (Fikawati et al 2017:279).

Stunting dapat disebabkan oleh 4 masalah utama yaitu faktor keluarga dan
rumah tangga, pemberian makanan tambahan yang tidak adekuat, pemberian ASI,
serta penyakit infeksi. Keempat masalah utama tersebut disebabkan oleh faktor
sosial dan komunitas, seperti politik dan ekonomi, kesehatan dan pelayanan
kesehatan, pendidikan, kultur sosial, sistem pangan dan agrikultur, serta air,
sanitasi, juga lingkungan. Adapun konsekuensi yang ditimbulkan oleh stanting
dapat bersifat jangka pendek dan panjang menyangkut masalah kesehatan,
perkembangan dan ekonomi (Fikawati et al, 2017:279).
Stunting pada masa anak-anak akan berdampak pada tinggi badan yang
pendek dan penurunan pendapatan saat dewasa, rendahnya angka masuk sekolah,
dan penurunan berat badan lahir keturunannya. Stunting merupakan malnutrisi
kronis yang terjadi di dalam Rahim dan selama dua tahun pertama kehidupan anak
dapat mengakibatkan rendahnya intelijensi dan turunnya kapasitas fisik.
Stunting di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang harus
ditanggulangi, maka pemerintah membuat program prioritas pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah tahun 2015-2019 dengan meluncurkan 5 pilar
penanganan stunting, dan 2 kerangka intervensi yaitu intervensi gizi spesifik dan
intervensi gizi sensitif, yang memfokuskan pada program 100 Hari Pertama

Mengenali Kondisi Stunting pada Anak


Gangguan pertumbuhan stunting atau anak berperawakan pendek dapat dipantau melalui perkembangan
tinggi anak. Orang tua dapat memantau pertumbuhan anak dengan membawanya ke dokter anak atau
posyandu secara berkala. Periksa pertumbuhan anak setiap bulan jika usianya masih di bawah 1 tahun,
dan setiap 3 bulan jika usianya sudah 1-3 tahun.
Pertumbuhan anak akan dipantau menggunakan kurva pertumbuhan sesuai standar World Health
Organization (WHO). Seorang anak bisa dikatakan stunting, jika tinggi badannya berada di bawah standar
pertumbuhan anak tersebut.
Cara Mencegah Stunting
Stunting pada anak dapat dicegah sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, atau disebut juga
sebagai periode 1000 hari pertama kehidupan. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengurangi risiko anak mengalami stunting:
-Cukupi kebutuhan zat besi, yodium, dan asam folat
Zat besi, asam folat, dan yodium merupakan nutrisi penting yang wajib dipenuhi ibu hamil untuk
mencegah stunting. Kekurangan zat besi dan asam folat dapat meningkatkan risiko anemia pada ibu
hamil. Anak yang lahir dari ibu hamil dengan anemia lebih berisiko mengalami stunting.
Ibu hamil bisa mendapatkan ketiga nutrisi ini dengan mengonsumsi telur, kentang, brokoli, makanan laut,
pepaya, dan alpukat. Selain itu, ibu hamil juga bisa mengonsumsi vitamin prenatal sesuai anjuran dokter.
-Hindari paparan asap rokok
Agar janin yang dikandung dapat tumbuh dengan sehat, ibu hamil harus berhenti merokok dan
menghindari paparan asap rokok. Paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau
memiliki berat badan kurang.Jika ada anggota keluarga yang merokok di rumah, sebaiknya ibu hamil
memintanya untuk tidak merokok di dalam rumah. Namun, jika ibu hamil sedang berada di luar rumah,
paparan asap rokok dapat dicegah dengan mengenakan masker .

-Rutin melakukan pemeriksaan kandungan


Rutin melakukan pemeriksaan kandungan adalah hal yang tidak kalah penting dalam mencegah stunting.
Pemeriksaan rutin selama hamil bermanfaat untuk memastikan nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil cukup
dan mendeteksi jika ada komplikasi pada kehamilan. Semakin cepat diketahui, komplikasi kehamilan
dapat semakin cepat diatasi.

Kemudian setelah bayi lahir, lanjutkan upaya pencegahan stunting dengan memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan untuk memaksimalkan tumbuh kembangnya. Setelah berusia lebih dari 6 bulan, bayi dapat
diberikan tambahan nutrisi berupa makanan pendamping ASI (MPASI).
Beragam faktor lingkungan seperti kebersihan lingkungan, pola pemberian makan, dan angka kejadian
infeksi pada anak juga berperan terhadap risiko anak terkena stunting. Untuk itu, pastikan makanan yang
diberikan pada Si Kecil telah dipersiapkan dengan baik, sehingga terjamin kebersihannya.

Anda mungkin juga menyukai