OLEH:
113219001
PENDAHULUAN
bahan kimia berbahaya menyebabkan lebih dari 200 penyakit. Secara global,
parasit, toksin dan kimia) penyebab 600 juta kesakitan dan 420.000 kematian.
dan E.coli. Penyebab utama kematian akibat penyakit karena pangan adalah
kesakitan yang dialami oleh seseorang dengan gejala dan tanda keracunan
seperti mual, muntah, sakit tenggorokan dan pernafasan, kejang perut, diare,
tidak enak, letih, pembengkakan kelenjar limfe, wajah memerah dan gatal-
biologis atau kimia. Kasus kematian pangan akibat keracunan pangan terus
di Indonesia tiap tahunnya. Pada tahun 2010, tercatat terdapat 429 laporan
kasus keracunan pangan dan diyakini angkanya jauh lebih besar karena
Sebanyak 53% penyebab KLB tahun 2009 tidak diketahui dan terjadi
penurunan menjadi 13% tahun 2013. Enam puluh persen penyebab KLB
keracunan pangan diduga disebabkan oleh bakteri, tanpa ada bukti konfirmasi
dan bukan sebagai penunjang penanggulangan KLB yang cepat, tepat dan
populasi berisiko, peta agen penyebab dan faktor risiko yang berkontribusi
kejadian (78,3%), sampel muntahan pada 47 kejadian (26,9%) dan sampel air
berupa dugaan.
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
selain mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk dapat berkembang
biaknya mikroba atau kuman terutama makanan yang mudah membusuk yaitu
makanan yang banyak mengandung kadar air serta nilai protein yang tinggi.
bahan kimia, residu pestisida serta bahan lainnya antara lain debu, tanah,
RI, 2010).
yang ringan dan berat bahkan berakibat kematian diantaranya diakibatkan oleh
dampak terhadap kesehatan belum diketahui karena hanya sebagian kecil dari
penyakit yang ditularkan melalui makanan di Indonesia cukup besar ini terlihat
dari masih tingginya penyakit infeksi seperti typus, kolera, disentri, dan
(Hartono, 2006).
Sebagai salah satu jenis pelayanan umum yang mengolah dan menyediakan,
maka penjual makanan memiliki potensi yang cukup besar untuk menimbulkan
demikian kualitas makanan yang dihasilkan, disajikan dan dijual oleh penjual
makanan harus memenuhi syarat kesehatan seperti faktor lokasi dan bangunan,
kualitas makanan dimana Escherichia coli sebagai salah satu indikator terjadinya
terdapat dan hidup sebagai flora normal pada usus manusia. Bakteri E. Coli dapat
makanan harus 0/gram sampel makanan dan pada minuman angka kuman E. Coli
harus 0/100 ml sampel minuman. Makanan yang telah dicemari oleh bakteri
demam, sakit perut, gejala terjadi 4-12 jam yang memberi kesan langsung pada
lapisan usus dan menyebabkan peradangan. Ada berbagai jenis bakteri yang
escherichia coli yang merupakan faktor keracunan makanan (Badan POM, 2003).
disuntikkan, atau timbul dalam tubuh dengan jumlah yang relatif kecil dapat
Racun adalah suatu zat yang apabila kontak atau masuk ke dalam tubuh dalam
jumlah tertentu (dosis toksik) dapat merusak faal tubuh baik secara kimia ataupun
penggunaan makanan yang tercemar, patogen bakteri, virus, atau parasit yang
mencemari makanan, dan juga kimia atau racun alami seperti sebagai jamur.
Gejala dan tingkat keparahan tergantung pada waktu yang infeksi yang diperlukan
untuk kalikan dan memegang. Kali ini disebut periode inkubasi-nya. Ada lebih
dari 250 penyakit yang bertalian dengan makanan. CDC memperkirakan bahwa
68% dari kasus-kasus keracunan makanan yang disebabkan karena organisme
tidak terdeteksi atau tidak diketahui. Hal ini karena kebanyakan kasus
pada kontaminasi mikroba penyebab infeksi atau intoksikasi. Jika mikroba atau
toksin yang dihasilkanya mencapai jumlah yang cukup dan dikonsumsi oleh
kejadian (Outbreak) keracunan pangan oleh mikroba telah terjadi, maka perlu
Ilmu yang secara khusus mempelajari hal ini disebut epidemiologi. Proses
penyebab, sebab terjadinya keracunanan serta ada tidaknya mikroba patogen yang
sama pada makanan dan pada spesimen penderita. Apabila mikroba patogen
tepat bagi korban keracunan. Penyelidikan ini dapat juga menunjukkan titik kritis
awam atau industri pangan tentang keamanan pangan sehingga kejadian serupa
diperlukan rencana penyelidikan yang tepat, sumber daya manusia yang terampil
dan prosedur deteksi patogen yang tepat dan cepat.. Dalam makalah ini akan
Cara pembuktian tersebut ternyata tidak bisa diterapkan dengan mudah pada
toksin yang dihasilkan sehingga sel mikroba mungkin tidak penting lagi
2. Jika penyebabnya adalah virus maka tidak bisa digunakan medium sintetis
cukup lama.
BAB III
PEMBAHASAN
Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT). Bupati TTS Epy
mengalami keracunan itu, lanjut Epy, berasal dari Desa Oebelo, Sei, Bena, Pana,
Oni dan Kualin. Peristiwa ini terjadi pada hari senin tanggal 14 Oktober tahun
2019.
jumlahnya menjadi 194 orang pada hari selasa, 15 Oktober 2019. Dari 194 orang
yang keracunan, 53 orang dari Desa Panite, 98 orang dari Desa Sei, 35 orang dari
Desa Kualin dan 11 orang dari Desa Kie. Menurut Epy, yang menjalani rawat
kemarin. Hidangan dalam pesta yang disantap warga, di antaranya nasi putih, sup
babi, sup sapi, sup ayam, babi kecap, rendang sapi, sate sapi, daging babi goreng
tepung. Kemudian sambal goreng tempe, mie goreng kuning, sayur tumis daun
pepaya, sambal tomat, kerupuk, air mineral dan air masak sendiri. "Ratusan warga
itu mengalami pusing, mual, muntah, sakit perut dan demam, serta sesak napas.
(KLB), menyusul kejadian itu. Status itu lanjut Epy, ditetapkan setelah pihaknya
mengumpulkan sejumlah data dan hasil analisis epidemiologi. Selain itu kata Epy,
pihaknya mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 2 Tahun 2013,
tentang kejadian luar biasa keracunan pangan. "Hingga saat ini, masyarakat masih
dirawat di sejumlah Puskesmas. Kita juga masih menunggu data terbaru terkait
dari enam desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur
yang sudah habis masa berlakunya atau kadaluarsa. Untuk diketahui, hingga
Desember 2019 sudah terdapat kurang lebih lima kasus keracunan makanan
103 orang penderita dan 1 orang meninggal dunia. Keracunan kembali terjadi di
bahan makan dan bumbu dapur yang beredar dipasar ataupun pedagang asong
yang berada Timor Tengah Selatan agar makanan dan bumbu dapur yang sudah
maksimal dari pemerintah daerah dan dinas kesehatan dengan melibatkan DPOM
NTT untuk mengecek bahan makanan dan bumbu dapur baik yang dijual di kios-
kios, toko maupun yang beredar di pasar-pasar yang ada Kabupaten Timor
makanan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
pangan.
Daftar Pustaka
www.indonesiakoran.com/
news/kesra/read/82744/pospera.keracunan.makanan.di.tts.akibat.kurangny
a.perhatian.pemkab
http://www.kompas.com
Arisanti, et all. 2018. Kontribusi Agen dan Faktor Penyebab Kejadian Luar Biasa
Yunus P., et all. 2015. Hubungan Personal Higiene dan Fasilitas Sanitasi dengan
2015.